Anda di halaman 1dari 55

Makalah HIV dan AIDS

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunnology & Hematology

Disusun oleh : R. Gita Mujahidah Devi Kusniati Yuniar Monika Rohmatika Dwiesty Fathia N Puji Nurpauzi Tri Ayu Lestari Melia Nur Putri Indriyani Mya Ganes Hana Khoirotunnisa Annisa Nur A 220110100017 220110100020 220110100022 220110100025 220110100026 220110100027 220110100028 220110100029 220110100030 220110100031 220110100034 220110100035

Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran
2011

DAFTAR ISI
Kata Pengantar BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan 1.3 Tujuan 1.4 Metode Penulisan BAB 2 Pembahasan Kasus 1 LO HIV dan AIDS 2.1 Definisi 2.2 Etiologi 2.3 Manifestasi Klinis 2.4 Komplikasi 2.5 PeranPerawat 2.6 Klasifikasi 2.7 Pencegahan 2.8 Prognosis 2.9 Legal Etik 2.10 Insidensi ................................................................................. 8 ................................................................................. 8 ................................................................................. 13 .................................................................................13 ................................................................................. 14 ................................................................................. 14 ................................................................................. 16 ................................................................................. 17 ................................................................................. 18 ................................................................................. 25 ................................................................................. 26 ................................................................................. 27 ................................................................................. 28 ..................................................................... 34 ..................................................................... 37 ..................................................................... 41 .................................................................... 53 .....................................................................54 ..................................................................................4 ................................................................................. 4 ................................................................................. 6 ................................................................................. 7 ................................................................................. 8 .................................................................................. 3 .................................................................................. 4

Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun ..................................................................... 9

2.11 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................. 31 2.12 Farmako & Non-Farmako Patofisiologi Asuhan Keperawatan BAB 3 Simpulan Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome ini tepat pada waktunya. Untuk penyusunan makalah ini, penulis banyak mencari sumber dari buku teks dan sumber bacaan di internet. Pada prosesnya, penulis menemui cukup banyak hambatan. Diantaranya adalah terbatasnya jumlah buku teks dan kurang pahamnya penulis mengenai bacaan yang terdapat pada buku-buku tersebut. Namun, hambatan tersebut dapat diatasi dengan bantuan penjelasan dari tutor kelompok. Penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dosen-dosen tutorial serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Wassalamualaikum Wr.Wb. Jatinangor, 25 Agustus 2011

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Dalam tubuh manusia telah tercipta system kekebalan tubuh untuk memerangi antigen atau musuh bagi tubuh yang mengancam kesehatan manusia. Namun apabila system kekebalan tubuh atau system imun tergangggu, akan mengakibatkan suatu penyakit salah satunya HIV/AIDS. Tidak ada seorang pun yang tahu HIV dari mana, persisnya cara kerjanya atau bagaimana HIV dapat diberantas dari tubuh seseorang. Di setiap negara, waktu AIDS pertama muncul, orang menyalahkan kelompok yang sudah terpinggirkan (dan oleh karena itu pada umumnya lebih mudah diserang infeksi HIV, karena kemiskinan dan tidak terjangkau oleh layanan dan informasi). Biasanya yang disalahkan adalah orang dari luar atau yang penampilannya atau perilakunya berbeda. Semua itu membawa masalah saling menyalahkan dan prasangka. Artinya juga bahwa banyak orang menganggap bahwa hanya orang dalam kelompok ini berisiko tertular HIV dan bahwa itu tidak mungkin terjadi pada saya. Ketidakpastian mengenai asal usulnya AIDS dan siapa yang terpengaruhinya juga membuat orang bahkan siap menyangkal bahwa AIDS sebetulnya ada.

1.2 PERMASALAHAN AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri

yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh. Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain. Namun, sering kali kita melupakan bahwa dalam kasus HIV/AIDS, sebenarnya juga menyimpan virus yang lebih jahat dan sudah tumbuh berkembang dalam pikiran masyarakat kita, yakni prasangka, stereotip, dan praktik diskriminasi. Memang setiap warga negara berhak diperlakukan sama tanpa diskriminasi, tetapi hak ini tidak berlaku bagi kelompok yang beresiko maupun yang sudah menderita HIV/AIDS. Mereka diperlakukan secara berbeda dan penuh prasangka serta stereotipikasi. Sehingga, apabila ada lebih dari 3 juta orang beresiko HIV/AIDS, maka lebih dari jumlah populasi itulah pelanggaran hak asasi manusia rentan terjadi Selama ini HIV/AIDS dianggap penyakit kutukan bagi manusia berdosa dan tidak bisa disembuhkan oleh obat apapun yang biasanya diidap oleh orang homo/heteroseksual, pekerja seks. Kalimat ini mungkin sangat prestisius, memvonis dan tidak memberi ampun bagi HIV/AIDS, tetapi inilah kesadaran yang hidup di masyarakat kita yang berhubungan dengan HIV/AIDS. Penyakit ini dianggap sebagai sebuah bencana bagi seluruh peradaban saat ini, sehingga siapapun yang mengidap HIV/AIDS harus disingkirkan (eliminasi), diperlakukan berbeda (diskriminasi), dan dicap (stigmatisasi) sebagai biang kerok. Pada titik tertentu, mereka akan mengatakan bahwa mereka yang menderita HIV/AIDS telah melakukan bentuk penyimpangan dan pelanggaran norma dan nilai serta aturan agama. Misalnya, penggunaan narkoba, berganti pasangan, dll. Jika dari dua sikap tersebut tidak mampu membuat perubahan, proses terakhir adalah mereka yang menderita HIV/AIDS dianggap sebagai bentuk ancaman bagi kelangsungan hidup. Proses ini bisa tidak hanya terjadi dalam pola pikir saja, melainkan bisa juga dalam praktek perilaku. Yang terakhir inilah yang sering dikatakan dengan diskriminasi.

Sering kali penderita HIV/AIDS diperlakukan berbeda karena masyarakat berpikir akan menulari lingkungannnya. Misalnya, dalam keluarga mereka harus makan dengan piring, sendok dan gelas khusus, di desanya mereka tidak boleh menyentuh barangbarang yang banyak digunakan orang banyak, dan sebaginya. Hal ini memposisikan penderita HIV/AIDS semakin merasa beda, yang seharusnya mendapat dukungan lingkungannya untuk terus berjuang hidup. Lebih jauh, penderita HIV/AIDS akan semakin parah dengan penyakit sosial prasangka dan stereotip dalam segala hal yang berhubungan dengan hidupnya. Dengan adanya prasangka dan stereotip, penderita HIV/AIDS akan semakin menderita dan menyembunyikan diri. Dalam berperang melawan HIV/AIDS sebagai penyakit medis, Maka, sudah sepatutnya kita juga mengingat virus sosial ini dalam pencegahan maupun penanggulangan HIV/AIDS ini. Karena kalau virus sosial ini juga tidak menjadi key problem dalam persoalan HIV/AIDS, angka 3 juta orang yang beresiko HIV/AIDS itu akan menjadi korban (victims) sekaligus menjadi tersangkanya (suspects). Tentunya, kalau ini terjadi sangat ironis bagi penanganan isu HIV/AIDS sebagai persoalan kemanusiaan. Singkatnya, perlu ada perhatian juga bahwa HIV/AIDS bukan hanya virus, melainkan juga politik.

1.3 TUJUAN Tujuan membuat penulisan tentang HIV/AIDS selain untuk memenuhi tugas mata kuliah system imunologi dan hematology, bertujuan untuk mengetahui system imun dalam tubuh serta kelainan maupun penyakit yang dapat menyerangnya, contohnya dalam kasus HIV/AIDS ini kita dapat mengetahui penyebab terjadinya penyakit tersebut, gejala, bagaimana penularannya, serta pencegahan terhadap penyakit yang mematikan tersebut.

1.4 METODE = studi pustaka dengn membaca buku = mencari informasi melalui media elektronik = berdiskusi kelompok

BAB 2 PEMBAHASAN Kasus 1


Tn. A usia 30 tahundirawat di ruang XX sudah 1 bulan. TB 170cm, BB saat ini 50 kg, Bbawal 60 kg mengeluh lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari, sehari 4 kali sehari sebanyak lebih kurang 250cc. Setiap BAB, terpasang infus dextrose 500cc 40gtt/menit di lengan kiri, infusan tercatat 5 hari yang lalu. Kemudian perawat N mengganti infusan dengan pemasangan yang baru tetapi klien menolak dengan alasan seluruh tubuh terasa sakit. Tn.A merasa bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan dan ingin pulang saja. Berdasarkan pemeriksaan vital sign: TD 90/60mmHg, S 40 C, R 28x/menit, N 90x/menit.Tn. A sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu berat sampai suatu ketika hanya karena flu tsb Tn. A nyaris pingsan. Hasil pemeriksaan Laboratorium di dapatkan: Nilai Elisa Western Blot (+), neutropenia, anemia normositik normokom. Limfosit CD4+ 200 sel/ium l, obat-obat yang dikonsumsi Zidofudin. L.O 1. Nilai ELISA western Blot ELISA western blot (Enzym Linked Immunosorbent essay) yaitu nilai untuk pemeriksaan darah yang sangat peka,menyebabkan diketahuinya lingkup HIV diantara kohort individu yang berprilaku resiko tinggki ,serta diantara populasi tertentu.Pendekatan surveilans ini,disertai pemantauan jumlah sel CD4+ sebagai tolak ukur immunosupresi,menyatakan bahwa penyakit HIV merupakan spektrum yang luas,yang berkisar dari infeksi asimtomatik sampai penyakit klinis lanjut yang disebut AIDS. 2. Neutropenia Penurunan jumlah neutrofilik dalam darah 3.Efek samping zidofudin Anemia ,granulositopenia,mual,gangguan rasa nyaman pada perut,sakit kepala,konfusi,hepatitis,perubahan warna kuku,kejang,miositis,demam,menggigil.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun


Pengertian sistem imun Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com) Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Letak sistem imun

Fungsi dari Sistem Imun

Sumsum Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.

Timus Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal sebagai toleransi diri.

Getah bening Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan paraaorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.

Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT) Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa, jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran urogenital. Mekanisme Pertahanan non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan

non spesifik disebut juga

respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik. Mekanisme Pertahanan Spesifik

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi

invasi mikroorganisme maka

imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan Selular) Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE. Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Antibodi (Immunoglobulin) Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian Immunglobulin Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba. Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan

aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya sekitar 0,2%. Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu sepertiPlasmodium falciparum, dan artropoda. Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe. Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:primary immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk monomeris dari IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B. IgM adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan berkembang secara fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM adalah bagian yang menggerakkan lintasan komplemen klasik.

HIV DAN AIDS

2.1 Definisi
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa Penyakit Defisiensi Imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, sehingga dapat menyebabkan infeksi. Penyakit defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik,seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh virus HIV. Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada selsel fagositik, limfosit-B, limfosit-T atau komplemen. Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya. AIDS adalah Suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan kelainan neurologik.

2.2

Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency

virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : 1.Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. 2.Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. 3.Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada. 4.Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. 5.AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : 1.Lelaki homoseksual atau biseks. 2.Orang yang ketagian obat intravena 3.Partner seks dari penderita AIDS 4.Penerima darah atau produk darah (transfusi) 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2.3 Manifestasi Klinis


Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :

Rasa lelah dan lesu Berat badan menurun secara drastis Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam Mencret dan kurang nafsu makan Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut Pembengkakan leher dan lipatan paha Radang paru-paru Kanker kulit Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik : Manifestadi tumor diantaranya; a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer. b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun. Manifestasi Oportunistik diantaranya 1.Manifestasi pada Paru-paru Pneumonia Pneumocystis (PCP) Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam. Cytomegalo Virus (CMV) Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS. Mycobacterium Avilum Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.

Mycobacterium Tuberculosis Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru. 2. Manifestasi pada Gastroitestinal Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan. 3. Manifestasi Neurologis Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.

2.4 Komplikasi
a. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat. b. Neurologik kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)

c. Gastrointestinal Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare. d. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. e. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. f. Sensorik

Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

2. 5 Peran Perawat
Care provider : memberikan asuhan kepada klien sesuai dengan usia dan KDM yang harus dipenuhi oleh pasien

Educator : memberikan pengetahuan pada orangtua klien atau kepada klien langsung dalam rangka membantu proses penyembuhan Advocator : sebagai pembela apabila Tn. A tidak memungkinkan untuk melakukan di operasi atau tindakan medis lainnya, maka sebagai perawat kita harus memberi tahu keadaan klien Collaborator : perawat dapat bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, apoteker, dll dalam rangka membantu proses penyembuhan klien Koordinasi : sebagai perawat kita harus berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk membantu proses penyembuhan klien `

2.6 Klasifikasi
Kriteria Diagnosis HIV lanjut (termasuk AIDS)

Kriteria klinik : konfirmasi infeksi HIV + bila diduga atau didiagnosis berada dalam stadium 3 atau 4. Kriteria imunologik (dewasa dan anak) : Konfirmasi infeksi HIV + CD4 count < 350/mm3 Kriteria imunologik ( anak < 5 tahun) : %CD4+ < 30 (< 12 bulan), %CD4+ <25 (12-35 bulan), % CD4+ <20 (36-56 bulan). AIDS pada dewasa dan anak : konfirmasi infeksi HIV + diagnosis klinik stadium 4 atau CD4 < 200/mm3 atau %CD4+ < 15.

Klasifikasi Imunologik pada infeksi HIV (WHO)

Kriteria Klinik HIV/AIDS pada dewasa dan anak (WHO)

Manifestasi Klinik Diagnosis Klinik Diagnosis pasti Stadium I Asimptomatik Limphadenopati generalisataPembesaran KGB > 1 cm,Histology persisten tidak nyeri pada 1 atau 2 tempat dengan sebab yang tidak diketahui dan persisten selama 3 bulan atau lebih Stadium II BB turun sebelumnya <10% BBBB turun tanpa sebab yangBB jelas, atau BB turun < 10%

tidakterdokumentasi

bertambah pada kehamilan URTI rekuren (>1x selama 6Sinusitis LAB bulan)

Otitis Media Tonsilopharyngitis Vesicular rash, nyeri

Herpes Zooter

,Diagnosis klinik

distribusi dermatomal, tidak

Angular cheilitis

melewati midline tubuh. Pecah2 pada sudut bibirDiagnosis klinik yang bukan diakibatkan oleh def fe, biasanya berespon dengan pemberian nyeri, terapi denganDiagnosis klinik

antijamur Ulserasi oral rekuren ( 2 xAphthous, selama 6 bulan terakhir) Papular preuritic eruption Seborrhoic dermatitis

halo dan pseudomembran kuning abu-abu Lesi popular Kulit gatal, terutama pada berambut Paronikia Diagnosis klinik bersisik,Diagnosis klinik daerah Kultur jamur

Infeksi jamur pada kuku

Onycholisis Stadium III BB turun > 10 sebelumnya % BBBB turun tanpa sebab yangBB 18,5 kg/m2atau BB turun pada kehamilan Diare kronik lebih dari 1Diare kronik lebih dari 1Pem feses bulan Demam persisten bulan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya Demam persisten lebih dariSuhu > 37.50, dengan kultur 1 bulan darah negative, ziehl-nelsen negative, apusan darah malaria negative, foto thorax normal, dan tidak ada focus Kandidiasis oral persisten infeksi Berupa pseudomembraneusDiagnosis klinik berwarna putih atau erythematous form turun > 10%

jelas. Tampak kurus, BMI <terdokumentasi

Oral hairy leukoplakia TB ( berulang)

Diagnosis klinik Gejala kronik : batuk, batukBTA sputum +, kultur positif darah, sesak, nyeri dada, BB turun, demam. keringat Dengan malam, sputum

BTA + atau sputum BTA dengan gambaran radiologis Infeksi (pneumonia, bakteri yang mendukung. beratDemam disertai gejala danIsolasi bakteri spesifik, dan terhadap

meningitis,tanda

empiema, pyomiositis, infeksimerespon PID) Acute necrotizing ulcerative Papilla

tulang dan sendi, septicemia,pemberian antibiotic. gingival ulserasi,Diagnosis klinik

sangat nyeri, gigi tanggal, perdarahan, bau mulut tidak gingivitis atau necrotizing ulcerative periodontitis. Anemia ( (8 gr%) sedap, dll.

Lab

Neutropenia (<0,5109/L) Trombositopenia (<50109/L) kronik Stadium IV HIV wasting sindrom

BB turun > 10% , wasting, BMI < 18.5 kg/m2

Disertai salah satu :

Diare kronik > 1 bulan tanpa sebab yang jelas Atau Demam > 1 bulan tanpa Pneumocystis pneumonia sebab yang jelas Dispnoe on exertion atauCytology, batuk tidak produktif,mikroskopi. takipneu, dan demam. imunofloresent

Dan CXR bilateral Dan Tidak ada bukti bilateral, infeksi bacterial, dan : infiltrate difus

pneumonia krepitasi

auskultasi dengan atau tanpa obs jalan nafas Pneumonia bacterial rekuren 2x selama terakhir, minggu), 6 bulanKultur (<2 gejala

onset akut dengan

berat ( demam, batuk, sesak, Antigen test nyeri dada).

Dan

Konsolidasi pada pem fisik atau rontgen thorax. Respon Herpes simplek terhadap antibiotic. kronikHerpes simplek kronikKultur, DNA herpes simplek genital,virus, citologi, histology. bronkoskopi,

(orolabial, genital, anorectal) (orolabial, Oesofagial candidiasis TB ekstraparu

anorectal) lebih dari 1 bulan Nyeri retrosternal, disfagi,Endoskopi,

disertai oral candidiasis mikroskopi, histology. Pleural, pericardia,Isolasi M.TB, CXR peritoneal

involvement, meningitis, mediastinal atau abdominal lymphadenopathy Sarcoma Kaposi atau bronkoskopi,

ostetis. Typical gross appearance inEndoskopi, skin or oropharynx initially colour, ofhistology flat, skin persistent, violaceous

patches with a pink or lesions that usually develop into plaques or nodules. CMV disease (selain hati,Retinitis limfa, dan KGB) CNS toxoplasmosis Kelainan respon HIV encephalopati neurologis,Antibodi toxoplasma (+) dan atau lebih masa terhadap terapiintracranial pada pemeriksaan Kultur, DNA, histology

penurunan kesadaran, dansatu

spesifik CT scan atau MRI Gangguan kognitif / motorikNeuroimaging

progressive Criptococcosis ekstrapulmonal meningitis)

yang

tidak

disebabkan oleh sebab lain Demam, sakit kepala,Isolasi criptococus (termasukmeningism, perubahan bingung,neoformans atau antigen test tingkah laku,

respon terhadap criptococcal terapi Disseminated non tuberculousmycobacteria infection Progressive multifocalleukoencephalopathy. Ditemukannya atipikal Gangguan berbicara, penglihatan, bakteri neurologis berjalan, kelemahan

progresif (gangguan kognitif,

ekstremitas, dan gangguan saraf cranial) disertai dengan lesi hypodense pada white matter, atau (+) poliomavirus Chronic cryptosporidiosis JC PCR pada LCS, Cysts (+) pada pem ZiehlNielsen Chronic isosporiasis. Disseminated mycosis(coccidiomycosis histoplasmosis). Atau culture Recurrent non-typhoid Kultur darah atau Identifikasi Isospora. Histology, antigen detection

Salmonella bacteraemia. Lymphoma (cerebral atauBcell

Histology

neuroimaging techniques non-Hodgkin). Invasive ca cerviks

Histology atau cytology

Atypical leishmaniasis.

disseminated-

Histology

Symptometic HIV-associatednephropathy. Symptometic HIV-associatedcardiomyopathy.

Biopsy ginjal Kardiomegali, echo

2.7 Pencegahan
1. Pencegahan melalui hubungan seksual

Tidak melakukan hubungan seks pra nikah Tidak berganti-ganti pasangan Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.

2. Pencegahan melalui darah


Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi. Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit. Hindari pengguna narkoba. Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi berdarah dengan orang lain. Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.

3. Pencegahan penularan ibu kepada anak


Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya. Tidak menyusui bayinya.

4. Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup


Perlu komunikasi, edukasi, informasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat.

5. Pencegahan pada Kehamilan Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor-faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.

2.8Prognosis
Tanpa pengobatan, waktu kelangsungan hidup rata-rata bersih setelah infeksi HIV diperkirakan 9 sampai 11 tahun, tergantung pada subtipe HIV, dan tingkat kelangsungan hidup rata-rata setelah diagnosis AIDS di rangkaian terbatas sumber daya di mana pengobatan tidak tersedia berkisar antara 6 dan 19 bulan, tergantung pada studi. Di daerah mana tersedia secara luas, pengembanganART sebagai terapi efektif untuk infeksi HIV dan AIDS mengurangi angka kematian dari penyakit ini dengan 80%, dan mengangkat harapan hidup untuk orang terinfeksi HIV yang baru didiagnosis sekitar 20 tahun.

Sebagai

pengobatan

baru

terus

dikembangkan

dan

karena

HIV

terus berevolusi resistensi terhadap perawatan, perkiraan waktu bertahan kemungkinan akan terus berubah. Tanpa terapi antiretroviral, kematian biasanya terjadi dalam waktu setahun setelah individu berkembang menjadi AIDS. Kebanyakan pasien meninggal karena infeksi oportunistik atau kanker terkait dengan kegagalan progresif dari sistem kekebalan tubuh. Laju perkembangan penyakit klinis sangat bervariasi antara individu dan telah terbukti dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kerentanan host dan fungsi kekebalan tubuh perawatan kesehatan dan co-infeksi, serta yang strain tertentu dari virus adalah yang terlibat. Bahkan dengan perawatan anti-retroviral, selama jangka panjang pasien terinfeksiHIVdapatmengalami gangguan neurokognitif , osteoporosis , neuropati , kanker , nefropati ,dan penyakit kardiovaskular . Hal ini tidak selalu jelas apakah kondisi hasil dari infeksi, komplikasi yang terkait, atau efek samping pengobatan. Penyebab terbesar dari morbiditas AIDS saat ini, secara global, adalah TB coinfeksi. Di Afrika, HIV merupakan faktor yang paling penting yang berkontribusi terhadap peningkatan kejadian TB sejak tahun 1990.

2. 9 Prinsip Legal Etik


Banyak isu legal yang terjadi dalam perawatan pasien. Perawatan pasien dangan HIV/AIDS menimbulkan bayak masalah sulit baik tentang tes HIV, stigma, dan diskriminasi, masalah ditempat kerja dan masih banyak masalah yang lain. Perawat harus selalu mengevaluasi diri untuk memastikan tindakan telah sesuai denganprinsip etik dan hukum. Prinsipnya bersikap jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yang paling aman untuk menghindari implikasi hukum.

Ada 6 asas etik yaitu:

1. Asas menghormati otonomi klien (repect for autonomi) Klien mempunyai kebebasan untuk mengetahui dan memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya, untuk ini perlu diberikan informasi yang cukup. 2. Asas kejujuran (justice) Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang terjadi, apa yang dilakukan serta risiko yang dapat terjadi. 3. Asas tidak merugikan Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan yang tidak diperlukan dan mengutamakan tindakan yang tidak merugikan klien serta mengupayakan risiko yang paling minimal atas tindakan yang dilakukan. 4. Asas manfaat Semua tidakan yang dilakukan terhadap klien harus bermanfaat bagi klien untuk mengurangi penderitaan dan memperpanjang hidupnya. 5. Asas kerahasiaan Kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien telah meningggal

6. Asas keadilan Tenaga kesehatan harus adil, tidak membedakan kedudukan sosial ekonomi, pendidikan, jender, agama, dan lain sebagainya. Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat,nasional, dan internasional dalam menghadapi HIV/AIDS adalah: 1. Empati Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih sayang dan kesediaan saling menolong. 2. Solideritas

Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan oleh HIV/AIDS 3. Tanggung jawab Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA. Isu etik dan hukum pada konseling pre-post tes HIV Konseling pre-post tes HIV Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar. Hal ini perlu dilakukan setidakanya agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari perilakunya selama ini. Tes HIV harus bersifat : 1. Sukarela : bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksan/tekanan orang lain, ini juga berarti bahwa dirinya setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang tercakup dalam tes it, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja implikasi dari hasil positif ataupun negatif terse but. 2. Rahasia : apapun hasil tes ini (baik positif maupun negatif) hasilnya hanya boleh diberitahulangsung kepada orang yang bersangkutan. 3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun,.

Aspek Legal dan Etik Tes HIV Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes,1989)

Dasar dari informed consent yaitu : a. Asas menghargai otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya b. Kepmenkes 11239/Menkes/ SK/XI/2001 pasal 16 : dalam melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. c. PP No. 23 tahun 1996 tentang tenagan kesehatan pasal 22 ayat 1 : bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan meminta persetujuaan. d. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 5 ayat 2 : tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atau keluarga. Klien diberikan informasi yang cukup dan pastikan telah meliputi 3 aspek: a. Persetujuan harus diberikan secara sukarela. b. Persetujuan harus diberikan oleh individu yang mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk memahami. c. Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang cukup sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan.

Kerahasiaan Statis HIV AIDS Pasien HIV berhak atas kerahasiaan, ini sesuai dengan prinsip etik asas kerahasiaan yaitu kerahasiaan klien harus dihormati meskipun kllien telah meninggal. Untuk itu tenaga kesehatan mempunyai kewajiban etik melindungi hak klien tersebut dengan tetap merahasiakannya apapun yang berhubungan dengan klien.

Terdapat pengecualian dimana rahasia pasien HIV/AIDS bisa dibuka yaitu: a. Berhubungan dengan administrasi b. Bila kita dimintai keterangan dipersidangan c. Informasi bisa diberiakn pada orang yang merawat atau memberikan konseling dan informasi diberikan dengan tujuan untuk merawat, mengobati, atau memberikan konseling pada klien. d. Informasi diberikan kepada depkes e. Informasi diberikan pada partner sex/keluarga yang merawat klien dan berisiko terinfeksi oleh klien. Hal ini berkaitan dengan tugas tenaga kesehatan untuk melindungi masyarakat, keluarga dan orang terdekat klien dan bahaya tertular HIV.

2.10 Insidensi
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan laporan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Departemen Kesehatan RI mengalam peningkatan. "Jumlah kasus HIV/AIDS tiap tahunnya mengalami peningkatan karena banyak masyarakat yang tertular dan baru menyadari bahwa dirinya berpenyakit HIV dan AIDS," kata Humas Palang Merah Indonesia Kota Jakarta Timur Dewi Rahmadania di Jakarta, Kamis. Menurut data Ditjen PPM dan PL Depkes RI, lanjut dia, dalam triwulan pertama, Januari hingga Maret 2011, dilaporkan tambahan kasus AIDS mencapai 351. "Kasus acquired immune deficiency syndrome or acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan human immunodeficiency virus (HIV) terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta sebanyak 3. 995 dan kasus HIV sebesar 15.769," katanya. Dia menjelaskan, secara kumulatif kasus pengidap HIV/AIDS dari tanggal 1 Januari 1987 hingga Maret 2011 mencapai 24.482 kasus dengan angka kematian 4. 603 jiwa," kata Dewi. Berdasarkan jumlah kumulatif kasus AIDS menurut jenis kelamin, yaitu laki-

laki 17.840, akibat pengguna narkoba suntik (IDU) 8.553, perempuan 6.553, akibat IDU 665 dan tidak diketahui 89, akibat IDU 52. Selanjutnya, kata dia, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko, yaitu akibat heteroseksual 13.000, homo-biseksual 734, IDU 9.274, transfusi darah 49, transmisi pinatal 637 dan tidak diketahui 783. Menurut dia, daerah yang rawan di Jakarta Timur atas penularan HIV, di sekitar Prumpung, Pulo Gadung, Jatinegara, Cakung, Pulo Gebang dan lain-lain. "Daerah tersebut menjadi rawan penularan HIV karena terdapat area lokalisasi dan penginapan liar, dan yang paling rawan terkena virus itu adalah kaum remaja," kata Dewi. Dia menambahkan, penularan HIV yang cukup tinggi melalui hubungan seks yang beresiko tanpa menggunakan kondom, menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian, melalui transfusi darah yang tidak melalui uji saring dan melalui ibu hamil yang terkena HIV "Saat ini belum ditemukan vaksin untuk virus HIV, namun orang yang terinfeksi HIV bisa mendapatkan terapi Anti-Retroviral (ARV) ," katanya. ARV, kata dia, berfungsi sebagai penghambat perkembangan virus, mengurangi kadar virus dalam Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) , menurunkan kadar viral load dan menaikan kadar CD4 . "Hal yang tidak menularkan HIV, yaitu berjabat tangan, berpelukan, digigit nyamuk, bersentuhan, berenang bersama, tinggal serumah dengan ODHA, menggunakan toilet yang sama, dan menggunakan alat makan dan minum yang sama," ujar Dewi.

PENTALAKSANAAN

2.11 Pemeriksaan Diagnostik

a. Uji laboratorium o ELISA ELISA merupakan test yang baik tapi hasilnya mungkin masih akan negatif sampai 6-12 minggu pasien setelah terinfeksi. Jika terdapat tanda-

tanda infeksi akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka pemeriksaan ELISA perlu diulang. Gejala infeksi akut yang mirip dengan gejal flue ini akan sembuh dan pasien tidak menunjukkan tanda-tanda terinfeksi virus HIV sampai dengan beberapa tahun. Periode ini disebut periode laten dan berlangsung selama 8-10 tahun. Selama periode laten, virus HIV terus menyerang kekebalan tubuh penderita meskipun tidak tampak tanda dan gejal infeksi HIV. Stadium lanjut infeksi HIV dimulai ketika psien mulai mengalami penyakit AIDS. Gejala paling sering yang dijumpai pada stadiium ini adalah penurunan berat badan, diare, dan kelemahan. Cara kerja ELISA: Pada dasarnya diambil virus HIV yang ditumbuhkan pada biakan sel, kemudian dirusak dan dilekatkan pada biji-biji polistiren. Tes ini menggunakan ikatan heavy dan light chain dari human immunoglobulin sehingga reaksi dengan antibodi dapat lebih spesifik, yaitu mampu mendeteksi IgM maupun IgG. Pada setiap tes selalu diikutkan kontrol positif dan negatif untuk dipakai sebagai pedoman, sehingga kadar di atas cut-off value atau atasabsorbance level spesimen akan dinyatakan positif. Biasanya lama pemeriksaan adalah 4 jam. Pemeriksaan ELISA hanya menunjukkan infeksi HIV di masa lampau. Tes ELISA mulai menunjukkan hasil positif pada bulan ke-23 masa sakit. Pada pasien ini, selama fase permulaan penyakit (fase akut) dalam darah penderita dapat ditemukan virus HIV/partikel HIV dab penurunan jumlah sel T4 (gratik). o Western Blot Western Blot merupakan elektroforesis gel poliakrilamid yang digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Jika tidak ada rantai protein yang ditemukan, berarti western blot positif. Tes Western blot mungkin juga tidak bisa menyimpulan seseorang menderita HIV atau tidak. Oleh karena itu, tes harus diulangi lagi setelah dua minggu dengan sampel yang sama.jika tes Western blot tetap tidak bisa disimpulkan,

maka tes Western blot harus diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap negatif maka pasien dianggap HIV negatif. Cara kerja: Cara kerja Western blot yaitu dengan meletakkan HIV murni pada polyacrilamide gel yang diberi arus elektroforesis sehingga terurai menurut berat protein yang berbeda-beda, kemudian dipindahkan ke nitrocellulose. Nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita. Anibodi HIV dideteksi dengan memberikan antibodi antihuman yang sudah dikonjugasi dengan enzim yang menghasilkan warna bila diberi suatu substrat. Tes ini dilakukan bersama dengan suatu bahan dengan profil berat molekul standar , kontrol positif dn negatif. Gambaran band dari bermacam-macam protein envelope dan core dapat mengidentifikasi macam antigen HIV. Bila serum mengandung antibodi HIV yang lengkap maka Western blot akan memberi gambaran profil berbagai macam band protein dari HIV antigen cetakannya. Definisi hasil pemeriksaan Western blot menurut profit dari band protein dapat bermacam-macam, pada umumnya adalah: 1. Positif : a. Envelope: gp41, gp12O, gp160 b. Salah satu dari band: p15, p17, p24, p31, gp41, p51, p55, p66 2. Negatif : bila tidak ditemukan band protein 3. Intermedinate : bila ditemukan band protein yang tidak sesuai dengan profil positif. Hasil intermedinate diberikan setelah dites secara duplo dan penderita diberitahu untuk diulang setelah 23 bulan.hal ini mungkin karena infeksi masih terlalu dini sehingga yang ditemukan hanya sebagian dari core antigen (p17, p24, p55) Pada pasien ini, hasil pemeriksaan Western blot (+) o RIPA RIPA merupakan tes darah yang dilakukan ketika antibodi berada pada tingkat rendah atau jika hasil dari Western blot tidak akurat. o PCR (Polymerase Chain Reaction) Tes ini digunakan untuk :

a. Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok berisiko tinggi b. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum tejadi serokonversi c. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah untuk HIV-2 o Test limfosit Jumlah supresi kekebalan tubuh ditunjukkan oleh limfosit CD4 .sistem ini didasarakan pada tiga kisaran CD4 dan tiga kategori klinis, yaitu : a. b. c. Kategori 1 : > 500 sel/ Kategori 2 : 200 499 sel / Kategori 3 : < 200 sel/

Klasifikasi tersebut didasarkan pada jumlah limfosit CD4 yang terendah dari pasien. Klasifikasi CDC ( centre for diasease control and prevention ) juga bisa digunakan untuk surveilans penyakit, penderita yang dikategorikan kelas A3, B3, C1-3 dikategorkan AIDS. Sekali dilakukan klasifikasi, maka pasien tidak dilakukan klasifkasi ulang, meskipun terjadi perbaikan status imunologi misalnya peningkatan CD4 karena pengaruh terapi atau faktor lain.

Klasifikasi klinis dan CD4 pasien remaja dan orang dewasa menurut CDC
CD4 A Total > 500/ml 200 499/ml < 200/ml % > 29 % 14 28 % < 14 % ( asimptomatik, infeksi akut ) A1 A2 A3 Kategori klinis B ( simptomatik ) B1 B2 B3 C ( AIDS ) C1 C2 C3

Menurut data diatas pasien dalam kasus ini termasuk dalam kategori B2 (HIV simptomatik) dengan hasil tes limfosit CD4 200. b. Hitung jenis sel darah lengkap. 1. pemeriksaan hemoglobin Yang diukur : jumlsh protein pengangkut oksigen dalam sel darah merah.

Nilai normal : 8,1 11,2 mmol/L Pada pasien jumlah Hb nya kurang, hal ini dimanifestasikan dengan keadaan psien ( anemia ) 2. pemeriksaan leukosit Yang diukur : jumlah sel darh putih dalam jumlah darah tertentu. Nilai normal : 4300 10.800 sel/mm Pada pasien jumlah leukositny kurang dari batas normal, hal ini dimanifestasikan dengan keadaan pasien ( neutropenia )

2.12 Farmako dan Non-Farmako

Dalam pengobatan dengan klien HIV / AIDS ada beberapa prinsip-prinsip pengobatan :

1. Pengobatan Suportif Pengobatan ini bertujuan untuk meningkatakan keadaan umum pasien dengan cara pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik, vitamin, dan dukungan psikososial. Kebutuhan gizi pada pasien HIV/AIDS : o Energi tinggi o Protein : 45-50 kkal/kg BB : 1,1 -1,5 g/kg/BB , pada berat normal 1,5- 2 pada

BB aktual kaheksia. o Lemak : 17-20% kaloro total

2. Pengobatan Infeksi oportunistik

Bertujuan untuk menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi oportunistik, nasokomial atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.

3. Terapi AZT (Azidotimidin)


-

Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transkiptase, AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3. Sekarang AZT tersedia untuk pasien dengan HIV positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 .

4. Pengobatan antiretroviral Prinsip-prinsip pemberian ARV 1. Indikasi sesuai dengan pedoman WHO 2. Atasi dulu infeksi oportunistik 3. Hati- hati jika pasien mempunyai gangguan fungsi hati.

Jenis obat-obatan antiretroviral 1. Attachmen inhibitor (mencegah melekatnya virus pada sel host) dan Fusion inhibitir ( mendecah fusi membran luar virus dengan membran sel host). Obat ini merupak obat yang baru dan masih dalam penelitian. 2. Reverse transcriptase inhibitor / RTI : Mencegah salinan RNA virus kedalam DNA sel host. 3. Integrasi inhibitor: menghalangi kerja enzim integrasi yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus.

4. Protease inhibitor (Pis): menghalangi enzim profase yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan=potongan yang tepat. Dipasaran anamya Saquinavir, ritonavir,lopinavir dll) 5. Immune Simulator :perangsang immunitas tubuh melalui elemen kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), reticulose, HRG214. 6. Obat antisense : merupakan bayangan cermin-cermin kode genetik HIV yang mengikat pd virus untuk mencegah fungsinya (HGTV 43). 5. Zidofudin : untuk pemngobatan pencegahan HIV . Diberikan secara oral Dosis o Dewasa: 600 mg sehari dalam dosis terbagi ( dosis biasa adalah 200 mg setiap 8 jam atau 300 mg setiap 12 jam).
o

Anak-anak : 3 bulan -12 tahun 180 mg /m2 luar permukaan tubuh setiap 6 jam (720 mg/m2/day tidak melebihi 600 mg setiap 6 jam.

o Anak-anak : < 12 tahun sama seperti dewasa

Patofisiologi
Faktor pencetus Kontak seks, kontak darah, kontak ibu bayi, dll

Netrofil

HIV masuk ke dalam tubuh Netrofil

Neutropenia Hiv berdifusi dengan CD4+

HIV berikatan Lim T, monosit, makrofag

Inti virus masuk ke dalam sitoplasma RNA virus oleh integrase endunuklease DNA

Integrasi DNA virus + Protein Pada T4 (provirus)

RNA genom dilepas Ke sitoplasma Tunas virus Infeksi sel T lain Virion HIV baru terbentuk (di limfoid)

AIDS Humoral Respon imun Sel B dihasilkan antibody spesifik APC aktifkan CD4+ terinfeksi virus (sel T helper) IL-2 IGM dan IGG setGangguan suhusitokinin oleh Pembelahan Picu Mutasi sel + sel CD4 Sistem kekebalan Demam + termoregulasi pirogenindogen Lawan CD4 yg terinfeksi hipotalamus onteriorCD berlebihan kanker gen tubuh Interferon gamma Tidak mengintensif ikasiInfeksi sistem Risiko Rangsangan Rentan imun (opurtunistik) pembentukan Infeksi Aktifkan flora IL-12 Intoleransi aktifitas aktivitas Selular

Diferensiasi dalam plasma

Sel rentan

Pengeluaran mediator kimia

Menginfeksi paru-paru eksudat Gangguan jalan napas Gangguan suplai O2 menurun Risiko pola napas Sesak napas hipoksia tak efektif Mukosa teriritasi Pelepasan asam amino Risiko gangguan Metabolisme BB < normal pemenuhan protein

Menginfeksi saluran pencernaan

Bakteri mudah masuk Sistem Imun Gangguan menurun keseimbangan Peristaltik cairan Absorpsi air meningkat Diare menurun

Metabolism sel menurun ATP menurun Kelemahan Intoleransi aktifitas

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Biodata


a. Nama b. Umur

: Tn. A : 35 tahun

c. Pekerjaan d. Jenis Kelamin : e. Agama f. Alamat g. Suku Bangsa : 2.

:::-

Keluhan Utama
a. Sistem pernapasan

: lemah, lemas tak bergairah : flu berat :: diare 40 hari :::: nyaris pingsan ::::::-

b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem gastrointestinal

d. Sistem genitourinaria
e. Sistem musculoskeletal

f. Kulit
g. Sistem neurosensory

2.

Riwayat Kesehatan a. Riwayat alergi


c. Riwayat penggunaan obat d. Riwayat infeksi e. Imunisasi

b. Riwayat penyakit keturunan : -

f. Kelainan/Penyakit autoimun : 3. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum b. TTV S : 40O C N : 90 x/menit R : 28 x/menit c. Antropometri : TB : 160 cm BB sekarang : 50 Kg : TD 90/60 mmHg

4.

Pemeriksaan Diagnostik ELISA WESTERNBLOT(+), Neutropenia, Anemia normositik normokrom, Limfosit CD4+ 180 sel/l.

5.

Pengkajian Psikososial Sosial Cultural a. Masalah psikis - Integritas ego - Respon psikologis b. Masalah Sosial i. Perasaan rendah diri dan tidak berguna di masyarakat ii. Interaksi sosial : perasaan terisolasi/ditolak c. Masalah Cultural d. Masalah Ketergantungan Perasaan membutuhkan pertolongan orang lain : perasaan tidak berdaya atau putus asa : menyangkal, marah, cemas dan mudah tersinggung

B. NO 1

ANALISIS DATA DATA DS : Klien mengeluh diare selama lebih dari 40 hari, 4 kali sehari sebayak 250 cc setiap BAB. ETIOLOGI HIV MASALAH Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

menginfeksi saluran pencernaan

Sistem imun DO : Bakteri mudah masuk

Peristaltik

Absorbsi air

Diare

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 2 DS : DO : TB 160 cm BB 50 kg Mukosa teriritasi Menginfeksi saluran pencernaan HIV Gangguan pemenuhan nutrisi ( < kebutuhan )

Pelepasan Asam Amino

Metabilisme Protein

BB < Normal

Gangguan pemenuhan nutrisi ( < kebutuhan ) 3 DS : Sistem kekebalan tubuh Rentan Infeksi Gangguan termoregulasi (hipertermi)

DO : S : 400C Pengeluaran mediator kimia

Kenaikan Sitokinin

Pirogenindogen

Penaikan Set suhu oleh Hipotalamus anterior

Demam

Gangguan termoregulasi (hipertermi)

DS: Klien mengeluh

AIDS

Intoleransi Aktivitas

lemah, lemas tidak bergairah DO : -

Respon Imun

Selular

APC aktifkan CD4+ terinfeksi virus (sel T helper) IL-12 Aktivitas Intoleransi Aktivitas

C.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kekurangan cairan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan ekskresi yang ditandai dengan diare yang berlebihan 2. Gangguan pemenuhan nutrisi nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi turun yang ditandai dengan BB yang berkurang dari awal/normal
3. Gangguan termoregulasi ( hipertermi) yang berhubungan dengan

peningkatan set suhu oleh hipotalamus anterior yang ditandai dengan suhu tubuh klien 400 Celcius.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan metabolisme yang

di tandai dengan lemah dan lemas tidak bergairah

D. N O 1 NDx

INTERVENSI KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Kekurangan cairan tubuh yang berhubunga n dengan peningkatan ekskresi yang ditandai dengan diare yang berlebihan

Tujuan jangka pendek: 1. Meningkatkan absopsi air. 2. Mengembalikan kebiasaan defekasi. Tujuan panjang: dan elektrolit jangka

1. Pertahankan masukan cairan sedikitnya jika i. kebiasaan normal klien. 3. Berikan antispasmodi k antikolinergis atau sesuai ketentuan 4. Dapatkan kultur dan feses berikan obat 3 ada liter, kecuali kontraindikas

1. Mencegah hipovolemia

1. Kebutuhan cairan 2. Kaji yang seimbang.

2. Memberikan dasar evaluasi 3. Menurunkan spasme dan mortilitas usus untuk

4. Mengidentifikas i organism patogenik.

5. Kehilangan

terapi antimikroba sesuai ketentuan. 5. Pantau tanda dan gejala dehidrasi.

cairan mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang menimbulkan takikardia, kulit dan membrane mukosa kering, turgor buruk, haus. kulit dan Deteksi

memungkinkan pengobatan 2 Gangguan pemenuhan nutrisi nutrisi berhubunga n dengan intake yang ditandai dengan yang berkurang dari awal/normal BB Tujuan jangka pendek: 1. Perbaikan nutrisi. 2. Adanya peningkatan berat badan. Tujuan jangka status Kaji dini. terhadap Memberikan pengukuran objektif terhadap status nutrisi dan badan, BUN,

malnutrisi dengan mengukur tinggi berat usia,

nutrisi turun panjang: 1. Kebutuhan nutrisi seimbang.

protein serum, albumin, kadar transferin, hemoglobin, hematokrit,ene rgy kutan dan pengiukuran antropometrik. Dapatkan riwayat diet, Memastikan kebutuhan terhadap

termasuk makanan yang disukai tidak serta intoleransi makanan Kaji faktor faktor yang mempengaruhi masukan oral Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien Kurangi faktor yang membatasi masukan oral : pasien istirahat sebelum makan dan disukai

pendidikan nutrisi dan membantu intervensi individual Memberikan dasar dan arahan untuk intervensi Memudahkan perencanaan makan

Meminimalkan keletihan dapat menurunkan napsu makan yang

Dorong Menurunkan untuk rangsang kecemasan

Rencanakan

makan sehingga jadwal makan tidak terjadi segera setelah Membatasi isolasi

prosedur yang menimbulkan nyeri atau tidak enak. pasien Dorong untuk

social

Membatasi penggunaan energy

makan dengan pengunjung atau orang lain bila mungkin pasien makan sederhana atau untuk mendapatkan bantuan penyiapan makan mungkin demi hidangkan bila pada Dorong untuk

menyiapkan

Mencegah pasien terlalu kenyang

Mengurangi kekenyangan

makan sedikit sedikit Memberikan protein dan kalori tapi sering : 6 tambahan kali per hari - batasi cairan 1 jam sebelum makan pada dan saat

makan

Kolaborasi Kerjasama dengan gizi pemberian suplemen nutrisi dan mengkonsumsi makanan kaya protein ( dan karbohidrat ( pasta, buah, roti ) Konsul dengan dokter tentang makanan pengganti ( nutrisi enteral atau parenteral ) Konsulkan dengan pekerja social petugas komunitas tentang bantuan atau daging, unggas, ikan ) ilmu tentang Memberikan dukungan nutrisi bila pasien tidak dapat megkonsumsi jumlah yang cukup per oral Meningkatkan ketersediaan sumber nutrisi dan

financial pasien dapat

bila tidak

mengusahakan 3 Gangguan termoregula si yang berhubunga n set oleh hipotalamus anterior yang ditandai dengan suhu tubuh klien 400 Celcius. dengan suhu peningkatan 3. kompres hangat. berikan air makanan Tujuan jangka Pendek : 1. kaji suhu 1. Menurunkan suhu tubuh tubuh klien untuk

mengetahui status suhu tubuh klien

( hipertermi) Tujuan Jangka Panjang : Suhu tubuh stabil 2. memberikan antipiretik sesuai anjuran dokter

2. menurunkan

untuk suhu

tubuh klien agar kembali normal 3. vasodilatasi kulit mengeluarkan panas dari tubuh. akibat sel, dapat

Intoleransi aktivitas berhubunga n dengan penurunan metabolisme yang tandai dengan di

Tujuan jangka pendek: 1. Mengurangi rasa lemas, lemah tak bergairah. Tujuan panjang: 1. Aktivitas kembali normal.

1. Memantau kegiatan klien sehari-hari.

1. Memberikan data tentang intoleransi aktivitas. 2. Mengurangi rasa cemas kelemahan yang dan ditimbulkan dari objektif

jangka 2. Berikan terapi seperti relaksasi dan imajinasi terbimbing.

lemah bergairah

dan 3. Pemberian ekogen sesuai dengan ketentuan.

keadaan mudah letih. 3. Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas mengurangi keadaan mudah lemah 4. Membantu klien menyusun rutinitas harian. anemia 4. Untuk menjaga keseimbanagn antara dan karena mungkin mampu mempertahanka n aktivitas yang lazim karena kelemahan. aktivitas istirahat klien tidak karena dan klien

lemas tidak

BAB 3 SIMPULAN

HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang

timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Oleh karena itu HIV AIDS sangat berbahaya bagi masyarakat bila masyarakat atau pasien sendiri tidak tahu bagaimana cara penularannya, bagaimana cara menanggulanginya, dan bagaimana cara mencegahnya. Untuk itu kita disini sebagai perawat memiliki peran sebagai care provider yang mana memberikan asuhan keperawatan kepada klien sesuai dengan Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) yang harus terpenuhi, adapun perawat sebagai Educator yang memberikan informasi/pengetahuan kepada si klien tentang penyakitnya, Konselor dimana perawat mambantu si klien dalam mengatasi tekanan psikologisnya, dan masih banyak lagi peran perawat lainnya. Peran perawat disini sangat penting dalam proses penyembuhan pasien. Perawat harus benar-benar mengerti apa yang harus ia lakukan kepada klien dengan mempertimbangankan rasional dan prinsip etik legal yang ada.

Daftar Pustaka
Smeltzer,suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:EGC WHO, Clinical Staging And Immunological Classification Of Hiv-Related Disease In Adults And Children, France, 2007. Hal 8-15

Yayasan Spiritia, Lembaran Informasi Tentang HIV/AIDS Untuk Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA), Jakarta, 2005. PAPDI, Panduan pelayanan Medik, Jakarta, 2006. Hal 287-288

http://www.peutuah.com/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-hiv-aids/ http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/05/09/gangguan-sistem-imunitas/ http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/pencegahan http://srigalajantan.wordpress.com/2009/12/14/asuhan-keperawatan-hivaids/)

Anda mungkin juga menyukai