pertimbangan profesional pemeriksa (professional judgment). Panduan materialitas ini merupakan kerangka untuk membantu pemeriksa dalam menggunakan materialitas. pertimbangan profesionalnya untuk menentukan
3.1
Langkah Penetapan Materialitas Langkah penetapan materialitas meliputi empat langkah, yaitu
penentuan dasar (basis) penetapan materialitas, penentuan tingkat (rate) materialitas, penetapan nilai materialitas awal (planning materiality), dan penetapan kesalahan yang dapat ditoleransi (tolerable error).
3.1.1
Penentuan Dasar Penetapan Materialitas Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa
Total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba; Laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari laba; dan
BPK
Halaman 1 dari 9
3.
Nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset. Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, pemeriksa
sebaiknya mempertimbangkan sifat, besar dan tugas pokok, lingkungan entitas yang diperiksa, perhatian penguna laporan keuangan atas akun/kelompok akun laporan keuangan, kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar. Kementerian negara/lembaga umumnya merupakan expenditure center sehingga belanja dapat dipakai sebagai dasar, tetapi untuk Kementerian Keuangan dan Departemen Energi Sumber Daya Mineral, pendapatan dapat digunakan sebagai dasar karena sifat pekerjaannya lebih banyak pada perolehan pendapatan.
0,5% - 5% dari total penerimaan/belanja, atau 0,5% - 1% dari total aset, atau
3. 1% dari ekuitas. Pertimbangan penentuan tingkat materialitas dapat dipengaruhi oleh opini hasil pemeriksaan tahun sebelumnya dan kondisi yang diperoleh pada saat interim, pemberitaan, atau dokumen lainnya dapat mempengaruhi keputusan pemilihan tingkat materialitas. Apabila opini tahun sebelumnya Tidak Wajar atau Tidak Menyatakan Pendapat, maka berikut. tingkat materialitas ditetapkan rendah. Penentuan tingkat materialitas yang dipengaruhi oleh opini dapat dilihat pada tabel sebagai
BPK
Halaman 2 dari 9
Untuk entitas yang baru pertama kali diperiksa dan/atau kondisi SPI yang belum memadai sebaiknya pemeriksa menggunakan tingkat materialitas yang paling rendah atau paling konservatif (0.5%).
3.1.3
Penetapan Nilai Materialitas Awal (Planning Materiality/PM). Nilai materialitas awal (PM) diperoleh dengan cara mengalikan
tingkat materialitas dan nilai dasar materialitas. Rumus penetapan PM dapat dilihat sebagai berikut. Tingkat Materialitas x Nilai Dasar Materialitas Contoh Penetapan nilai materialitas awal dengan menggunakan rumus di atas adalah sebagai berikut. Dasar penetapan materialitas dan nilainya Tingkat materialitas
Nilai PM, 1% X Rp500 miliar
:1%
: Rp5 miliar
Nilai dasar dapat menggunakan nilai pada tahun sebelumnya, nilai realisasi setengah tahun diproyeksikan menjadi satu tahun atau nilai anggaran.
BPK
Halaman 3 dari 9
Untuk kepentingan perencanaan sebaiknya menggunakan nilai tahun sebelumnya, tetapi jangan lupa untuk menyesuaikan kembali perhitungan materialitas setelah tim memperoleh angka realisasi tahun yang diperiksa.
3.1.4
Penetapan Tingkat Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi (Tolerable Error) Tolerable Error (TE) ditetapkan dengan cara alokasi nilai
materialitas awal kepada akun-akun yang dapat diperiksa (akun transaksi) . Pertimbangan kepada akun-akun yang akan diperiksa adalah karena terdapat akun-akun yang hanya merupakan penyeimbang atau akun yang bersifat residual seperti akun-akun ekuitas yang merupakan penyeimbang aset dan kewajiban. TE untuk akun-akun yang dapat diperiksa ditentukan dengan menggunakan memperhatikan:
1. 2. 3.
pertimbangan
profesional
pemeriksa,
dengan
Nilai akun (proporsional) Hasil pemahaman dan pengujian pengendalian internal; Hasil penilaian risiko pemeriksaan; Nilai akun dijadikan perhatian dengan menggunakan cara
proporsional, yaitu Nilai Akun/Total Nilai Akun yang Diperiksa, yang dikalikan dengan Nilai Materialitas Awal. Contoh Apabila akun piutang sebesar Rp25 M dan total akun yang dapat diperiksa adalah Rp500M, maka TE untuk akun piutang sebesar Rp0,25 M yaitu Rp5 M x (Rp25 M/Rp500 M).
BPK
Halaman 4 dari 9
Selanjutnya, pemeriksa memperhatikan hasil pemahaman dan pengujian pengendalian serta hasil penilaian risiko atas akun tersebut berdasarkan hasil dari tahap perencanaan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksa menggunakan tingkat risiko pengendalian, risiko bawaan, dan risiko deteksi terkait sampling pada akun. Apabila risiko tersebut tinggi, maka pemeriksa dapat menurunkan TE hasil perhitungan proporsional untuk menentukan TE berdasarkan pertimbangan profesional. Apabila demikian, pemeriksa harus mengalokasikan penurunan alokasi manterilitas (TE) pada akun-akun yang memiliki risiko rendah.
3.2 Pertimbangan
Penentuan materialitas awal dapat dipengaruhi faktor kualitatif seperti: 1. Hasil pemahaman dan penilaian SPI 2. Hasil pemeriksaan tahun sebelumnya 3. Indikasi-indikasi kesalahan maupun kecurangan yang diperoleh pada saat pemeriksaan interim atau sumber informasi lain. Untuk TE, selain mempertimbangkan faktor di atas, pemeriksa juga mempertimbangkan nature dari akun bersangkutan, sebagai contoh :
1.
Akun Kas secara normal merupakan akun yang rentan kesalahan dan kesalahan pada kas selalu menjadi perhatian manajemen karena terkait uang, sehingga pemeriksa tidak mengalokasikan TE untuk akun kas;
2.
Akun Piutang secara kuantitatif telah mendapat alokasi TE sebesar Rp1 miliar, tetapi berdasarkan hasil pemeriksaan interim diketahui bahwa metode penilaian piutang menggunakan estimasi yang tidak
BPK
Halaman 5 dari 9
andal dan memadai, sehingga alokasi TE secara kuantitatif tersebut diturunkan menjadi Rp800 juta.
3.3
Perubahan Materialitas (PM) dan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi (TE) Perubahan PM dan TE dapat dilakukan oleh pemeriksa setelah
pelaksanaan pemeriksaan keuangan. Perubahan materialitas tersebut merupakan pertimbangan profesional pemeriksa yang mendapatkan persetujuan dari penanggung jawab dan pemberi tugas di dalam dokumentasi pemeriksaan tentang materialitas. Perubahan PM dan TE tersebut dapat dilakukan pemeriksa, apabila pemeriksa menemukan bahwa hasil pemahaman dan pengujian pengendalian intern pada tahap perencanaan pemeriksaan berbeda dengan hasil pengujian substantif. Selain itu, perubahan PM tersebut dipengaruhi juga oleh pengaruh aspek kualitatif dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan.
3.4
Dokumentasi Matarialitas Penetapan materialitas awal dan alokasi materialitas tersebut (TE)
didokumentasikan dalam dokumentasi perencanaan pemeriksaan atas laporan keuangan. Bentuk dokumentasi penetapan materialitas dan alokasinya dapat dilihat pada Lampiran 3.1 dan Lampiran 3.2. Secara rinci tentang penetapan batas materialitas dapat dilihat dalam Juknis Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan.
BPK
Halaman 6 dari 9