Anda di halaman 1dari 7

Potensi Lahan Pertanian Wilayah Pesisir

I. PENDAHULUAN
Indonesia terkenal dengan julukannya sebagai suatu negara agraris. Adanya industrialisasi menyebabkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Saat ini, pembangunan di Indonesia tidak saja berorientasi kepada daerah perkotaan saja, namun telah merambah hingga pedesaan juga. Pembangunan secara fisik di pedesaan menyebabkan masalah tekanan penduduk terhadap lahan. Terkonsentrasinya pembangunan di daratan menyebabkan adanya pemusatan penduduk di wilayah daratan. Daerah yang subur dan banyak lahan pertaniannya, kini sedikit demi sedikit berkurang luasannya. Pembangunan di wilayah pesisir ini merupakan salah satu solusi guna mengatasi keterbatasan lahan akibat tekanan penduduk dan pemusatan pembangunan.Wilayah pesisir belum terlalu dipandang sebagai suatu hal yang memiliki potensi besar. Wilayah pesisir cenderung identik dengan kegiatan perikanan. Padahal ada aspek lain yang dapat dimanfaatkan dan menghasilkan suatu keuntungan. Pengelolaan dan perencanaan pembangunan di wilayah pesisir yang tepat ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang dimulai dari zonasi pecah gelombang ke arah darat hingga batas aktivitas marin masa lampau yang masih bisa diidentifikasi. Unit unit kecil bentuklahan di wilayah pesisir sesungguhnya memiliki potensi dan masalah masing-masing. Apabila ditinjau dari aspek pertanian, pantai dengan material penyusunnya pasir dapat digunakna sebagai alternaif lahan pertanian. Pemanfaatan lahan berpasir menjadi lahan pertanian ini telah dilakukan di beberapa daerah misalnya Kabupaten Kulonprogo, DIY dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Pemanfaatan lahan pertanian di wilayah pesisir ini dapat dijadikan sebagai salah satu solusi diferensiasi pekerjaan di wilayah pesisir. Sebagai contoh nyata pemanfaatan lahan pesisir di Kulonprogo, DIY mampu menjadi sentra komoditas semangka, melon dan cabai. Bertani di lahan berpasir kini telah menjadi tumpuan perekonomian masyarakat di wilayah pesisir khusunya yang tipologi pesisirnya tersusun atas material pasir. Namun demikian, pemanfaatan lahan pertanian di wilayah pesisir ini harus pula memperhatikan aspek-aspek lingkungan yang ada seperti konsumsi air tanah, pupuk serta factor-faktor produksi yang tentunya akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi komoditas pertanian. Konsumsi airtanah yang berlebihan dapat pula menyebabkan adanya cone of depression bahkan intrusi air laut, oleh sebab itu manajemen pengelolaan pertanian di lahan pesisir ini perlu mendapatkan perhatian khusus.

GEOGRAFI PERTANIAN (GEL 2310)

Potensi Lahan Pertanian Wilayah Pesisir II. ISI II. a. Pertanian Pesisir Lahan pesisir yang digunakan sebagian besar merupakan lahan marginal yaitu suatu lahan yang mempunyai karakteristik keterbatasan dalam suatu hal, baik keterbatasan satu unsur maupun beberapa unsur. Pesisir merupakan daratan ditepi laut yang meliputi pantai dan daratan didekatnya masih terpengaruh aktifitas marin seperti pasang surut (Gunadi, 2002). Kawasan pesisir merupakan suatu input dalam pemanfaatan lahan marginal pesisir yang mampu memberikan bantuan keberhasilan usaha tani. Lahan pesisir didefinisikan sebagai tanah pasiran yang didominasi tanah regosol terutama dipantai selatan Jawa yang terbentuk dari aktivitas vulkanik (Darmawijaya, 1992). Ciri-ciri tanah ini adalah bertekstur kasar, mudah diolah, gaya menahan air rendah, permeabilitas baik, semakin tua terksturnya semakin halus dan permeabilitas kurang baik. Tanah regosol mempunyai unsure K dan P cukup dan PH organik rendah. Dengan demikian menurut Gunadi (2002), tanah lahan pesisir mempunyai sifat kemarginalan terhadap tekstur tanah, kemampuan menahan air, kandungan kimia dan bahan organic tanah. Hal ini merupakan nilai tambah kondisi lahan kawasan pesisir. Pemanfaatan teknologi di bidang usaha tani harus mengacu interaksi ke 4 komponen yaitu interaksi vegetasi / hewani, tanah air, dan atmosfir. Adapun kaidah yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemanfaatan teknologi menuju ekosistem pertanian adalah adaptif, formatif, berkelanjutan, dan berdasar azas lingkungan. Penelitian yang telah dilakukan pada lahan pasir pantai dengan menambahkan fasilitas pemberian air sumur atau embung, juga pupuk kandang untuk beberapa komoditas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan adanya pendapatan yang menguntungkan dari beberapa komoditas misalnya pasi, kacang tanah, jagung, ubikayu, dan sawi (Mulyanto et al, 2001). II. b. Permasalahan Masyarakat di Wilayah Pesisir Isu dan permasalahan pokok di wilayah pesisir adalah kemiskinan masyarakat, konflik pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan laut, penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan, setra potensi sumberdaya di pulau pulau kecil yang belum termanfaatkan secara optimal (Saad, 2006). Lahan di wilayah pesisir dinilai tidak subur karena tanahnya sebagian besar bertekstur pasir. Tapi oleh sebagian besar orang lahan tersebut dimanfaatkan karena lokasinya yang strategis dan GEOGRAFI PERTANIAN (GEL 2310)

Potensi Lahan Pertanian Wilayah Pesisir beberapa diantaranya tergolong subur, atau dapat ditanami untuk tipe pertanian lahan kering. Komoditas pertanaman yang dapat diusahakan pada pertanian lahan kering terbatas, biasanya kacang tanah, sedikit padi gogo atau ubi kayu. (Kastono, 2007). Status awal lahan pantai menurut Kastono (2007) adalah lahan yang dimanfaatkan secara tadah hujan dengan menambahkan pupuk organik atau biasa disebut sebagai lahan tidur. Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001; Al-Omran, et al., 2004). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan warna. Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi lepas, sangat porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air, sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar, hara dan pH. Menurut Syukur (2005) lahan pasir pantai memiliki kemampuan menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan organik. Namun lahan pasir pantai memiliki potensi yang besar untuk mendukung pengembangan sektor agribisnis. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal. Selain itu persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah. II. c. Pengelolaan Lahan Sebagai Solusi Masalah Pertanian Pesisir Mengantisipasi permasalahan dilahan pasir tersebut diperlukan upaya perbaikan sifat fisika dan kimia tanah. Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Penggunaan Mulsa Penggunaan mulsa pada permukaan tanah bertujuan untuk mengurangi kehilangan air dari tanah. Mulsa permukaan tanah dapat menggunakan lembaran plastik, jerami padi atau sisa-sisa tanaman lainnya. Pemasangan mulsa di lahan pasir dengan bentuk cekung ditengah. Bentuk cekung bertujuan agar air hujan atau penyiraman masuk ke dalam tanah. Penggunaan mulsa ini sangat penting dilahan pantai karena dapat menghemat lengas tanah sehingga kebutuhan lengas untuk tanaman terutama pada musim kemarau diharapkan dapat tercukupi. 2. Pemberian bahan organik Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat berupa pupuk kandang (sapi, GEOGRAFI PERTANIAN (GEL 2310)

Potensi Lahan Pertanian Wilayah Pesisir kambing/domba dan unggas), kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberin bahan organik dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan organik kedalam tanah atau pemberian bahan organik di permukaan tanah di sekitar tanaman. Pemberian bahan organik dalam kondisi mentah bertujuan untuk mengurangi pelindian, sehingga dekomposisi bahan organik mentah akan terjadi sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara bagi tanaman. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 15 20 ton. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha. 3. Penggunaan bahan-bahan halus Penggunaan bahan halus di lahan pasir pantai dapat memanfaatkan tanah lempung, abu vulkan, endapan saluran sungai, kolam waduk. Penggunaan bahan halus bertujuan untuk meningkatkan jumlah koloid dalam tanah, khususnya penambahan fraksi lempung. Peningkatan jumlah bahan halus dalam tanah akan bermanfaat terhadap peningkatan hara dan air. 4. Penggunaan Lapisan Kedap Penggunaan lapisan kedap bertujuan untuk menghalagi infiltrasi air, sehingga air lebih lama tertahan dalam tanah pasir pantai. Laspisan kedap dapat memanfaatkan lembaran plastic, aspal, bitumen, lempung, pemampatan, semen. Lapisan kedap dibuat dengan cara menggali tanah terlebih dahulu kemudian lapisan dihamparkan, selanjutnya diatas lapisan kedapt diberi tanah. 5. Penggunaan Pemecah Angin Penggunaan pemecah angin bertujuan untuk mengurangi kecepatan angin dalam pertanaman lahan pasir. Pemecah angin sementara dapat memanfaatkan anyaman daun tebu atau kelapa, kasa nilon dan lembaran plastic. Sedangkan pemecah angin permanent dapat memanfaatkan tanaman yang berupa tumbuhan tahunan yang umurnya panjang dan dapat diatur pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan, misalnya: kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro, bunga turi, cemara laut dan pandan. 6. Penggunaan Pembenah Tanah Bahan pembenah tanah alami adalah emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur pertanian, batuan fosfat alam, blotong, dan zeolit tanah lempung, lumpur sungai dan limbah karbit. Tujuan penggunaan bahan pembenah tanah adalah : a. Memperbaiki agregat tanah, b. Meningkatkan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), c. Meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah dan d. Memperbaiki ketersediaan unsur hara tertentu. Pembenah tanah yang biasa digunakan di lahan pasir pantai berupa bahan berlempung dan atau bahan organik. 7. Penggunaan sistem lorong Sistem penanaman lorong merupakan sistem penanaman dengan menanam pohon-pohon kecil dan semak dalam jalur-jalur yang agak lebar dan penanaman tanaman semusim di antara jalurGEOGRAFI PERTANIAN (GEL 2310)

Potensi Lahan Pertanian Wilayah Pesisir jalur tersebut sehingga membentuk lorong-lorong. Tanaman lorong biasanya merupakan tanaman pupuk hijau atau legume tree. 8. Hidrologi dan Irigasi Ketersediaan air irigasi di lahan pantai yang terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam penggunaan air irigasi. Irigasi dilahan pantai selama ini dilakukan dengan cara penyiraman dan penggunaan sumur renteng. Sedangkan untuk mengurangi kehilangan air siraman dan mempertahankan lengas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan lembaran plastik yang ditanam pada jeluk 30 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu lapisan kedap guna mencegah atau menghambat agar air irigasi yang diberikan dapat ditahan oleh lapisan tersebut sehingga efisiensi pemanfaatan air oleh tanaman dapat ditingkatkan. Pengelolaan lahan pantai selain harus menggunakan berbagai teknologi untuk memanipulasi lahan, kita juga harus memperhatikan pula kelestarian lingkungan di lahan pantai, hal ini dilakukan terutama terhadap sumber daya air tawar yang sangat penting bagi pertanian lahan pantai. Jangan sampai menggunakan air tanah secara berlebihan karena dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan, untuk itu manajemen untuk mempertahankan kelengasan sangat penting terutama dalah hal untuk mengawetkan keberadaan sumber air tawar di pantai. Selain itu dalam pelaksanaan pertanian lahan pantai harus pula memperhatikan kehidupan sosial para warganya, jangan sampai cara-cara budidaya yang ada bertentangan dengan adat istiadat warga sekitar. Penggunaan pompa diesel yang dihubungkan dengan selang dan dipegang untuk disiramkan ke tanaman pertanian merupakan andalan petani di daerah Bugel Kulon Progo. Dengan jenis tanaman lombok merupakan andalan petani. Melihat kondisi tanah yang berupa pasir tanpa adanya tanah murni seperti di tempat lainnya, tidak memungkinkan untuk ditanami padi. Sehingga tanaman lombok inilah sebagai solusinya. Dengan pemenuhan air yang tercukupi tanaman ini dapat menghasilkan panen yang memuaskan pula di dukkung juga dengan pemupukan dan perwatan hama penyakit lombok. Dari segi irigasi air yang dipraktikkan di sini, bisa kita bayangkan BBM yang digunakan dan ketergantungannya dengan mesin pompa jika pada musim kemarau. III. KESIMPULAN 1. Lahan pasir pantai memiliki potensi yang sangat besar apabila digunakan pada lahan pertanian yang luas, datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal. Selain itu persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah. GEOGRAFI PERTANIAN (GEL 2310)

Potensi Lahan Pertanian Wilayah Pesisir 2. Meskipun lahan di wilayah pesisir dinilai tidak subur karena tanahnya sebagian besar bertekstur pasir. Tapi oleh sebagian besar orang lahan tersebut dimanfaatkan karena lokasinya yang strategis dan beberapa diantaranya tergolong subur, atau dapat ditanami untuk tipe pertanian lahan kering. Komoditas pertanaman yang dapat diusahakan pada pertanian lahan kering terbatas, biasanya kacang tanah, sedikit padi gogo atau ubi kayu. 3. Agar lahan pertanian di wilayah pesisir dapat dimanfaatkan dengan optimal maka perlu adanya pengolahan lahan berwawasan lingkungan untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah di wilayah pesisir. 4. Meskipun pengelolaan lahan pantai telah menggunakan berbagai teknologi untuk memanipulasi lahan, namun juga perlu memperhatikan kelestarian lingkungan di lahan pantai terutama terhadap sumber daya air tawar yang sangat penting bagi pertanian lahan pantai sehingga perlu kebijaksanaan dalam menggunakan sumber daya air tawar.

GEOGRAFI PERTANIAN (GEL 2310)

Potensi Lahan Pertanian Wilayah Pesisir IV. DAFTAR PUSTAKA Al-Omran, A.M., A.M. Falatah, A.S. Sheta and A.R.Al-Harbi. 2004. Clay Deposits for Water Management of Sandy Soils. Arid Land Research and Management 1:171-183. Darmawijaya. 1992. Dalam Gunadi, Sunarto. 2002. Teknologi Pemanfaatan Lahan Marginal Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 232236 Gunadi. 2002. Teknologi Pemanfaatan Lahan Marginal Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 232-236 Kastono, Dody. 2007. Aplikasi Model Rekayasa Lahan Terpadu Guna Meningkatkan Peningkatan Produksi Hortikultura Secara Berkelanjutan Di Lahan Pasir Pantai. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2, Desember 2007 Kertonegoro, B. D. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I. Yogyakarta : Potensi dan Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober 2001. h46-54. Saad. 2006. Dalam Tmba, Made Dan Cipta, Wayan. 2011. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Pesisir Di Karangasem, Bali. Agrimeta, Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem. Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 5: 30-38.

GEOGRAFI PERTANIAN (GEL 2310)

Anda mungkin juga menyukai