Penyusun :
YULIATI H. SIPAHUTAR
1. SISTEM LINGKUNGAN
1.1 Ekologi
Pada prinsipnya ditinjau dari biologi, makhluk hidup dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu, hewan dan tumbuhan. Kedua kelompok ini sangat tergantung kepada faktor-faktor yang ada diluar dirinya baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain tidak ada satu makhluk hidup pun di dunia ini yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung dengan faktor lainnya. Faktor luar yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup ini disebut dengan lingkungan. Manusia sebagai makhluk hidup telah terlibat dan tertarik dengan masalahmasalah lingkungan sejak dahulu kala walaupun mereka tidak mengerti perkataan ekologi itu sendiri. Dalam masyarakat primitif setiap individu untuk dapat bertahan hidup memerlukan pengetahuan terhadap alam lingkungannya. Alam lingkungan (environment) ialah alam diluar organisma yang efektif mempengaruhi kehidupan organisma tersebut. Setiap tanaman menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian ini berguna untuk mempertahankan hidupnya.
leml.asu.edu/jingle/Landscape_Ecology/ Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu oikos berarti rumah dan logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain defenisi dari ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya. Lingkungan hidup tanaman dibagi atas dua kelompok yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Dari lingkungan inilah tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya. Kekurangan, kelebihan atau ketidakcocokkan akan menyebabkan terjadinya cekaman (stress) pada tanaman. Berdasarkan makna ekologi di atas maka jelaslah bahwa ekologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu biologi. Oleh karenanya Ilmu Biologi sering disebut dengan biologi lingkungan. Ekologi merupakan bagian kecil dari Biologi. Yang termasuk dalam ruang lingkup biologi ialah organisma, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfir. Jika kita perhatikan bahasanbahasan dalam mempelajari ekologi ternyata masing-masing ilmu yang membahas suatu individu/grup tidak terlepas dari membahas masalah ekologi. Dari penjelasan ini dapat dilihat ternyata ekologi merupakan ilmu yang cakupannya amat luas.
www.clarion.edu/18490/
Bagaimana reaksi dari organisme atau individu atau kelompok individu terhadap lingkungan atau sebaliknya juga dipelajari dalam ekologi. Organisma dalam pengertian biologi ialah makhluk secara individu atau sesuatu kesatuan organ yang mempunyai tanda-tanda dan aktifitas kehidupan. Organisma dalam biologi sering disebut sebagai individu. Populasi ialah kumpulan dari organisma-organisma sejenis yang dapat berbiak silang sedangkan komunitas ialah kumpulan dari beberapa populasi yang hidup disuatu areal tertentu. padang pasir, dan sebagainya. Sebagai contoh ialah, komunitas kolam,
urbanee.wordpress.com/tag/community-gardens/
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Para ahli ekologi mempelajari hal berikut: 1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya. 2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktorfaktor yang menyebabkannya 3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Ekosistem atau sistem ekologi ialah satu unit tunggal dari komuniti tumbuhan dan hewan bersama-sama dengan semua interaksi faktor-faktor fisik dari lingkungan yang ada di dalamnya. Secara sederhana ekosistem adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat interaksi antara faktorfaktor biotik dan abiotik.
Biosfir ialah satu bagian di alam dimana suatu ekosistem beroperasi. Dengan kata lain planet dalam bumi kita ini adalah biosfir. Biosfir merupakan organisasi hayati yang paling kompleks.
komponenkomponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya. Besar-kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan pada ekosistem tersebut. Daerah aliran sungai dapatlah dianggap sebagai suatu ekosistem. Ekosistem terdiri atas komponen biotis dan abiotis yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur. Dengan demikian, dalam suatu ekosistem tidak ada satu komponenpun yang berdiri sendiri, melainkan ia mempunyai keterkaitan dengan komponen lain, langsung atau tidak langsung, besar atau kecil. Aktivitas suatu komponen ekosistem selalu memberi pengaruh
pada komponen ekosistem yang lain. Manusia adalah salah satu komponen yang penting. Sebagai komponen yang dinamis, manusia dalam menjalankan aktivitasnya seringkali mengakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan, dan dengan demikian, mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Selama hubungan timbal-balik antar komponen ekosistem dalam keadaan seimbang, selama itu pula ekosistem berada dalam kondisi stabil. Sebaliknya, bila hubungan timbal-balik antar komponenkomponen lingkungan mengalami gangguan, maka terjadilah gangguan ekologis. Gangguan ini pada dasarnya adalah gangguan pada arus materi, energi dan informasi antar komponen ekosistem yang tidak seimbang (Odum, 1972). Uraian di atas mengisyaratkan bahwa ekosistem harus dilihat secara holistik, yaitu dengan cara mengidentifikasi komponen-komponen kunci penyusun ekosistem serta menelaah interaksi antar komponen-komponen tersebut. Pendekatan holistik dilakukan agar pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam dapat dilakukan secara efisien dan efektif, syarat yang diperlukan bagi terwujutnya pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan yang berkelanjutan.
www.circleinc.com/projects.asp
sungai meningkat tajam sementara pada musim kemarau debit air sangat rendah. Dengan demikian, risiko banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau meningkat.
dampak di daerah dimana erosi tersebut berlangsung (a.l. penurunan produktivitas lahan), tetapi juga akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk penurunan kapasitas tampung waduk dan/atau pendangkalan sungai dan saluran-saluran irigasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko banjir, menurunkan luas lahan irigasi atau bahkan mengganggu jalannya operasi listrik tenaga air. Contoh keterkaitan biogeofisik antara daerah hulu-hilir suatu DAS juga dapat ditunjukkan dengan mengacu pada Gambar 3.2. Kegiatan reboisasi (penanaman pohon) dalam luasan tertentu misalnya, dapat menurunkan hasil air (water yield), akan tetapi kegiatan tersebut dapat meningkatkan kualitas air permukaan, dan terutama air tanah. Sedangkan aktivitas pembalakan hutan (logging) atau deforestasi (pengurangan areal tegakan hutan) yang dilakukan di daerah hulu DAS, dalam luasan tertentu, juga dapat memberi dampak dalam bentuk meningkatnya hasil air. Kegiatan pembalakan hutan juga meningkatkan terjadinya erosi karena terjadinya pembukaan permukaan tanah, dan terutama oleh aktivitas-aktivitas pendukungnya seperti pembuatan jalan sarad (skid-trail) dan jalan-jalan angkutan lainnya.
Gambar 2. Hubungan biofisik antara daerah hulu dan hilir suatu DAS
10
Cara bercocok tanam yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi di daerah hulu akan meningkatkan erosi yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas lahan pertanian. Demikian juga aktivitas pembuatan jalan hutan yang dilakukan tanpa mengenali tempat-tempat yang rentan terhadap terjadinya erosi dan tanah longsor seringkali menjadi sumber utama transpor sedimen yang berasal dari kegiatan pembalakan hutan. Kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan di daerah hulu tersebut akan menimbulkan dampak terhadap DAS bagian tengah dalam bentuk penurunan kapasitas simpan waduk yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air irigasi. Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa secara biofisik daerah hulu dan hilir DAS mempunyai keterkaitan. Oleh adanya keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS inilah yang kemudian dijadikan landasan untuk memanfaatkan DAS sebagai satuan perencanaan dan evaluasi yang logis terhadap pelaksanaan program-program pengelolaan DAS. Dengan argumentasi yang sama, adanya keterkaitan biofisik antara daerah hulu-hilir suatu DAS dapat dijadikan landasan perlunya satu perencanaan DAS terpadu (terpadu dalam hal program, kelembagaan, dan daerah kajian, yaitu daerah hulu-hilir DAS yang bersangkutan). Kerangka berfikir untuk selalu menelaah permasalahan yang berlangsung di daerah aliran sungai dalam konteks interaksi daerah hulu dan hilir suatu DAS akan selalu diupayakan dalam buku ini. Dengan kata lain, pendekatan ekosistem DAS akan dijadikan sebagai alternatif dalam memahami dan mengusahakan terwujutnya pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam yang terlanjutkan.
11
Dalam ekologi dipelajari bagaimana makhluk hidup berinteraksi timbal balik dengan lingkungan hidupnya baik yang bersifat hidup (biotik) maupun tak hidup (abiotik) sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu jaring-jaring sistem kehidupan pada berbagai tingkatan organisasi. Di dalam ekosistem, tumbuhan, hewan, dan mikro-organisme saling berinteraksi melakukan transaksi materi dan energi membentuk satu kesatuan sistem kehidupan. Ekologi manusia secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia berikut dengan kebudayaannya dengan lingkungan hidup di sekitarnya. Selanjutnya, beranjak dari pengertian generik tersebut, paling tidak kini telah berkembang tiga arus utama (mainstream) kajian ekologi manusia, yaitu: Pertama, ekologi manusia sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana transaksi materi dan energi berlangsung di dalam rumah tangga manusia sehingga para anggota rumah tangga tersebut dapat bertahan, tumbuh dan berkembang. Ke dua, ekologi manusia sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana kebudayaan, sistem sosial dan lansekap ekologi terbentuk sebagai hasil adaptasi panjang manusia dan lingkungan hidup di sekitarnya. Ke tiga, ekologi manusia sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana peradaban dan tatanan sosial ekonomi dan budaya masyarakat melakukan reposisi dan restrukturisasi terhadap kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Ekologi manusia juga dapat dipahami secara sederhana sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup (dalam hal ini manusia) dengan lingkungan hidupnya. Ekologi manusia dimaknai juga sebagai: ilmu yang memberikan landasan analisis yang berguna untuk memahami konsekuensi aktivitas-aktivitas manusia pada sistem sosial dan sistem ekologi secara sekaligus. Ekologi manusia sebagai bidang ilmu yang mempelajari: the relationship between humanity and their non-living environment. Sementara itu, ekologi manusia secara lebih provokatif dimaknai dengan membedakannya dengan bio-ekologi secara umum, sebagai: human ecology is a field of study grounded in the four referential construct population, technology, organization, and environment.
12
1.3 Ekologi Industri Pengembangan ekologi industri merupakan suatu usaha untuk membuat konsep baru dalam mempelajari dampak sistem industri pada lingkungan. Ekologi industri adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi. Tujuan utamanya adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada, membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses dematerialisasi dan pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan. Pada kajian ini membahas penerapan ekologi industri di Indonesia. Industri di Indonesia berupa kawasan industri yang masih belum memiliki simbiosis satu sama lain sehingga masih menghasilkan polusi ke lingkungan. Dengan menerapkan konsep ekologi industri, kawasan industri dapat mengembangkan sistem pertukaran limbah yang dapat bermanfaat bagi industri tersebut. Indonesia sebagai negara agraris dapat mengembangkan ekologi industri berbasis agroindustri. Keuntungan yang dapat diperoleh yaitu penurunan jumlah konsumsi energi fosil, sumber daya alam, dan mengurangi dampak lingkungan. Biaya produksi juga dapat dikurangi. Pada dewasa ini yang menjadi bahan perdebatan adalah bagaimana menyusun suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Semakin meningkatnya populasi manusia mengakibatkan tingkat konsumsi produk dan energi meningkat juga. Permasalahan ini ditambah dengan ketergantungan penggunaan energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbarui. Pada awal perkembangan pembangunan, industri dibangun sebagai suatu unit proses yang tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan.
13
Proses industri ini menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang dibuang ke lingkungan. Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi, mengharuskan industri menambah investasi untuk memasang unit tambahan untuk mengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan dengan cara pengolahan limbah (pendekatan end of pipe) menjadi sangat mahal dan tidak dapat menyelesaikan permasalahan ketika jumlah industri semakin banyak, daya dukung alam semakin terbatas, dan sumber daya alam semakin menipis. Oleh karena itu, orang kemudian mulai meninggalkan pendekatan end of pipe yang bersifat kuratif atau remediasi ini dan berganti ke pendekatan bersifat preventif yang lebih mengarah pada penanganan pada sumbernya untuk mencegah atau meminimalkan limbah yang terbentuk (pollution prevention). Strategi pencegahan pencemaran dengan memfokuskan pada perbaikan sistem proses ini memberikan kinerja lingkungan yang lebih baik dan lebih ekonomis.
14
Hal ini mendorong para peneliti untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang dapat menghemat penggunaan bahan baku dan energi dari alam. Sistem industri yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah lingkungan adalah ekologi industri. Pada ekologi industri tidak hanya membahas tentang masalah polusi dan lingkungan tetapi juga mempertimbangkan kesinambungan industri serta aspek ekonomi tetap diutamakan. Ekologi industri merupakan suatu sistem industri yang terpadu diantara industri-industri yang ada di dalamnya dan saling bersimbiosis secara mutualisme. Dalam sistem ini mengacu pada sistem ekologi di alam. Konsep ekologi industri telah banyak dikembangkan di negaranegara maju seperti ekologi industri Kalundborg Denmark, Brownville Amerika Serikat dan Calgary Kanada. Di negara maju ekologi industri telah digunakan sebagai salah satu instrumen untuk merancang pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
www.environmentalgraffiti.com/.../6019
15
Konsep ekologi industri dapat diterapkan juga di negara-negara berkembang untuk semakin meningkatkan tingkat pembangunannya. Di negara berkembang yang menjadi persoalan utama adalah sumber daya alam yang melimpah namun masih belum dapat mengoptimalkan penggunaannya. Hal lain yang menghambat adalah kurangnya dukungan pemerintah secara nyata terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kawasan industri masih berupa suatu kawasan yang belum terpadu secara sistematis dan hanya berupa kumpulan industri yang berdiri sendiri. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya telah mengaplikasikan ekologi industri. Konsep ekologi industri yang dikembangkan di Indonesia masih sangat sederhana dan belum sampai tahap sistem ekologi industri yang menyeluruh. Konsep ekologi industri di Indonesia masih sangat berprospek untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga pada akhirnya diperoleh suatu pembangunan industri yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dengan kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan pembangunan kawasan ekologi industri di Indonesia.
wiki.envirocasting.net/wiki/Envirocasting_Ess...
16
1.3.1
17
bahan baku oleh komponen sistem lain. Pada sistem ini merupakan sistem industri yang tertutup total dan hanya energi matahari yang datang dari luar sistem. Hal ini merupakan sistem ideal yang menjadi tujuan ekologi industri. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama yaitu : (1) mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada; (2) membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi; (3) proses dematerialisasi; dan (4) pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.
18
dapat menghasilkan konsep rantai makanan industri, yaitu pemanfaatan produk samping dan limbah menjadi bahan baku bagi komponen sistem industri lain. Konsep ini menghasilkan suatu konsep kawasan ekologi industri terpadu. Dalam kawasan ini, industri-industri bekerja sama untuk mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada sehingga limbah industri yang dihasilkan bisa diminimalisasi.
Proses dematerialisasi
Tujuan utama ekologi industri tidak hanya untuk menghasilkan suatu siklus aliran material yang tertutup tetapi juga meminimalkan jumlah aliran bahan dan energi yang digunakan untuk proses produksi. Pada saat ini ada dua proses dematerialisasi yang diperdebatkan yaitu proses dematerialisasi relatif dan dematerialisasi absolut. Proses dematerialisasi relatif menjelaskan bahwa suatu proses produksi dan jasa diusahakan dapat menghasilkan produk dan jasa yang sebesarbesarnya dari penggunaan bahan baku yang ada. Proses dematerialisasi absolute menganggap bahwa dalam proses produksi harus meminimalkan penggunaan bahan baku. Pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi tidak terbarukan Energi merupakan faktor yang sangat penting dalam
19
restrukturisasi sistem industri. Banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi energi dengan beberapa inovasi seperti co-generation. Hingga saat ini bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam merupakan sumber energi utama untuk industri. Penggunaan bahan bakar fosil dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti efek gas rumah kaca, pemanasan global, dan hujan asam. Dalam rangka untuk mensinergikan dengan tujuan utama ekologi industri maka diperlukan langkah perbaikan. Pada tahap awal diperlukan usaha untuk membuat bahan bakar fosil yang ramah lingkungan seperti dengan proses dekarbonisasi dan pembersihan gas buang. Solusi di atas merupakan langkah perbaikan sementara, sehingga diperlukan usaha diversifikasi energi terutama energi yang dapat terbarukan seperti biodisel, biogas, bioetanol, dan pemanfaatan energi matahari.
Simbiosis Industri
Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama diantara industriindustri yang berbeda. Bentuk kerja sama ini dapat meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan pada akhirnya berdampak positif pada lingkungan. Dalam proses simbiosis ini limbah suatu industri diolah menjadi bahan baku industri lain. Proses simbiosis ini akan sangat efektif jika komponen-komponen industri tersebut tertata dalam suatu kawasan industri terpadu (eco-industrial parks). Beberapa karakteristik simbiosis industri yang efektif adalah sebagai berikut : 1. Industri anggota simbiosis ditempatkan dalam satu kawasan dan memiliki bidang produksi yang berbeda-beda. 2. Jarak antar industri dibuat dekat sehingga meningkatkan efisiensi tranportasi bahan. 3. Masing-masing industri membuat suatu kesepakatan bersama dengan berprinsip ekonomi yaitu saling menguntungkan. 4. Masing-masing industri harus dapat berkomunikasi dengan baik. 5. Tiap industri bertangung-jawab pada keselamatan lingkungan dalam kawasan tersebut.
20
www.energyanswers.com/development/sustainable...
Contoh simbiosis kawasan industri yang telah sukses dan terkenal adalah simbiosis industri di Kalundborg, Denmark. Simbiosis industri terdiri dari enam industri yaitu Pusat Pembangkit Listrik, Industri pemurnian minyak, Perusahaan bioteknologi, Industri kayu lapis, Perusahaan remediasi tanah Bioteknisk, dan pemukiman warga kota. Hasil yang telah diperoleh dari simbiosis industri yaitu : 1. Pengurangan konsumsi energi dan sumber daya air. 2. Peningkatan kualitas lingkungan karena emisi CO2 dan SO2 dapat dikurangi. 3. Limbah produksi seperti abu layang, sulfur, lumpur, dan gipsum dapat diolah menjadi bahan baku produksi yang mempunyai nilai lebih. 4. Kota Kalundborg sebagai kota industri yang paling bersih. 5. Efisiensi penggunaan energi bahan bakar dapat mencapai 90 %.
21
22
2.
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 Dalam tiga dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan cara pandang dunia
dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun enam puluhan masalah lingkungan hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara diperkotaan, masalah limbah industri, dan sebagainya. Pada tahun tujuh puluhan masalah lingkungan dipandang sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon, pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun delapan puluhan timbul kesadaran bahwa masalah lingkungan global dapat mengancam kelangsungan pembangunan ekonomi. Hal ini telah mendorong lahirnya Konsep Pembangunan Berkelanjutan, yang kemudian diterima oleh hampir seluruh dunia. Menjelang berakhirnya abad dua puluh ini terjadi perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi dunia yaitu proses globalisasi disemua aspek kehidupan ekonomi yang membentuk dunia baru dengan batas-batas antar negara yang makin kabur, dengan aturan main yang berbeda dengan tatanan sebelumnya. Agar berhasil dalam persaingan global perlu dipahami aturan main yang berlaku di dalamnya. Salah satu ketentuan yang harus dipenuhi adalah bahwa dalam proses produksi suatu produk dan jasa tidak boleh merusak lingkungan (Hadiwiardjo, 1977). Melihat upaya yang makin gencar untuk perlindungan lingkungan, semua negara sepakat mengenai kewajiban melindungi dan memelihara kelestarian lingkungan hidup. Kenyataan ini telah menempatkan aspek lingkungan menjadi faktor yang berpengaruh dalam pola perdagangan barang dan jasa. Issue pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup dijadikan prasyarat bagi setiap negara yang ingin ikut berperan aktif dalam perdagangan dunia. Sementara itu di Indonesia ada satu fenomena yang menonjol pada era reformasi ini yaitu timbulnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya sebagai warga negara termasuk hak untuk ikut menentukan arah perkembangan masa depan bangsa. Masyarakat sekarang tidak sekedar memiliki kesadaran tersebut tetapi juga memiliki keberanian dan punya komitmen kuat untuk memperjuangkan hak-haknya yang selama ini agak terabaikan. Salah satu issue utama yang mendapat perhatian besar adalah pencemaran lingkungan hidup oleh perusahaan-perusahaan industri. Masalah
23
pencemaran lingkungan sebenarnya sudah lama menjadi sorotan masyarakat diberitakan meluas oleh berbagai media massa, tetapi kurang mendapat tanggapan positif dari aparat berwenang. Pada era reformasi ini masalah pencemaran lingkungan tetap mendapat sorotan tajam dari masyarakat dan tuntutan dari masyarakat akan hak-haknya untuk mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang sehat semakin keras dikumandangkan. Sekarang ini pihak pengusaha industri mendapat tekanan kuat dari dua arah secara simultan yaitu dari luar dan dalam negeri. Dalam situasi demikian, perusahaan industri jika ingin survive tidak punya pilihan lain, selain meninjau dan mengkaji ulang visi, orientasi dan kebijakan perusahaan terhadap lingkungan hidup. Mereka dituntut untuk merubah Sistem Manajemen Lingkungan agar sesuai dengan konsep Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. 2.1 Pergeseran Paradigma Pengelolaan Lingkungan Hidup Salah satu isu penting dalam globalisasi adalah masalah lingkungan. Oleh karena itu, semua pihak mempunyai kewajiban untuk memberikan Perlindungan perlingdungan terhadap lingkungan secara proporsional.
lingkungan hidup adalah suatu masalah yang harus dipertimbangkan dari aspek global. Masyarakat dunia telah bereaksi untuk turut serta memberikan kepedulian terhadap lingkungan melalui deklarasi yang dibuat oleh konferensi PBB di Stockholm pada bulan Juni 1972. deklarasi tersebut tentang perlindungan lingkungan dalam pencegahan pencemaran dan ajakan dalam usaha koordinasi ke seluruh dunia lewat partisipasi global tidak hanya negaranegara maju tetapi juga negara-negara berkembang. Kedudukan pemerintah sangat strategis dalam hal memberikan
perlindungan terhadap lingkungan seperti pembuatan kebijakan serta berperan untuk memfasilitasi dan mendorong gerakan kepedulian terhadap lingkungan. Keberadaan masyarakat juga sangat penting untuk turut serta berperan aktif menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan. Karena segala dampak yang diakibatkan oleh lingkungan pihak masyarakatlah yang secara langsung merasakan.
24
Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan tidak mengindahkan kelestarian alam sekitarnya (Pramudya Sunu, 2001). Dari pengolahan limbah ujung pipa (end of pipe) ke pengelolaan limbah di setiap titik proses sejak awal. Dari peraturan perundangan (command & control) ke instrumen pasar (market based instrument). Dari yang bersifat wajib ke sukarela. Dari cara penanganan yang bersifat parsial ke cara penanganan yang bersifat sistemik. Dari cara pengelolaan yang bersifat sendiri-sendiri ke cara pengelolaan yang bersifat jaring kerjasama (net works). Dari yang bersifat instrumental ke yang bersifat fundamental (values, ethics). 1.1 Definisi Lingkungan a. Menurut UURI No.4 Tahun 1982 & UURI No. 23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup, lingkungan didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, kedaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. b. Menurut Soerjono Soekanto, lingkungan dibedakan dalam kategorikategori sebagai berikut: 1) Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling manusia. 2) Lingkungan biologi, yakni segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa organisme yang hidup (manusia termasuk juga di dalamnya). 3) Lingkungan sosial yang terdiri dari orang-orang, baik individual maupun kelompok yang berada di sekita manusia. Hubungan Antara Manusia Dengan Lingkungan 1. Bentuk Adaptasi Manusia dengan Lingkungan Lingkungan fisik, biologis, maupun sosial senantiasa mengalami
perubahan-perubahan. Agar dapat mempertahankan hidup, manusia melakukan penyesuaian atau adaptasi yang dibedakan sebagai manusia:
25
a. Adaptasi genetis, yakni penyesuaian yang dilakukan dengan membantu struktur tubuh yang spesifik, bersifat turum temurun dan permanen. b. Adaptasi somatis, yakni penyesuaian secara fungsional yang sifatnya sementasa. Jika dibandingkan makhluk lain mempunyai kemampuan beradaptasi yang lebih besar. 2. Bentuk-Bentuk Hubungan Manusia dengan Lingkungan Dalam hubungan dengan organisme hidup lainnya dalam lingkungan hidup, hubungan tersebut mungkin terjadi secara sadar atau bahkan tidak disadari. Namun demikian dibedakan sebagai berikut: a. Hubungan simbiosis, yakni hubungan timbal balik antara organismeorganisme hidup yang berbeda spesisnya: 1) Simbiosis parasitisme, 1 pihak untung dan 1 pihak rugi. 2) Simbiosis komensalisme, 1 pihak untung dan 1 pihak tidak dirugikan. 3) Simbiosis mutualisme, kedua belah pihak diuntungkan. b. Hubungan sosial yang merupakan hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup yang sama spesisnya. Bentuk-bentuknya antara lain: 1) Kompetisi/persaingan. 2) Kooperatif/kerjasama. Arti Penting Lingkungan Bagi Manusia Lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia. Dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan materilnya, dengan lingkungan biologi manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosialnya manusia dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya. Bagi manusia, lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya, olehnya lingkungan tempat beradanya manusia menentukan seperti apa bentukan manusia yang ada di dalamnya. Olehnya itu jika dikaitkan dengan harapan atas terciptanya manusia, semakin baik lingkungan tempat beradanya
26
manusia, maka semakin besar kemungkinan manusia yang ada di dalamnya untuk berperilaku baik, kondisi serupa dapat terjadi pada ilustrasi sebaliknya. Olehnya itu sebuah lingkungan memiliki arti yang sangat penting atas eksistensi manusia sebagai makhluk yang memiliki multi potensi. Sebab-Sebab Timbulnya Permasalahan Lingkungan 1. Dinamika penduduk. 2. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang bijaksana. 3. Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu pengetahuan & teknologi maju. 4. Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya positif. 5. Benturan tata ruang. Isu-Isu Seputar Masalah Lingkungan 1. Global Warming 2. Ilegal Loging 3. Ilegal Fishing 4. Kekeringan 5. Banjir 6. Tsunami 7. Gempa Bumi a. Gempa Bumi Vulkanik b. Gempa Bumi Tektonik 8. Pencemaran a. Air b. Udara c. Tanah d. Suara
2.2. Sistem Manajemen Lingkungan Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan. Sistem
27
manajemen
lingkungan
memberikan
mekanisme
untuk
mencapai
dan
menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari Pemerintah. Agar dapat dilaksanakan secara efektif, sistem manajemen lingkungan harus mencakup beberapa unsur utama sebagai berikut : a.Kebijakan Lingkungan : pernyataan tentang maksud kegiatan manajemen lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya. b.Perencanaan : mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan peraturan lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian dan program pengelolaan lingkungan. c.Implementasi : mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, training, komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat. d.Pemeriksaan reguler dan Tindakan perbaikan : mencakup pemantauan, pengukuran dan audit. e.Kajian manajemen : kajian tentang kesesuaian daan efektivitas sistem untuk mencapai tujuan dan perubahan yang terjadi diluar organisasi (Bratasida, 1996). 2.2. 1 Sistem Manajemen Lingkungan Menurut Standar ISO Seri 14000 Dalam satu dasawarsa terakhir ini kebutuhan akan suatu sistem standardisasi semakin dirasakan urgensinya. Hal ini mendorong organisasi Internasional di bidang standardisasi yaitu ISO (International Organization for Standardization) mendirikan SAGE (Strategic Advisory Group on Environment) yang bertugas meneliti kemungkinan untuk mengembangkan sistem standar di bidang lingkungan. SAGE memberikan rekomendasi kepada ISO untuk membentuk panitia teknik (TC) yang akan mengembangkan standar yang berhubungan dengan manajemen lingkungan. Pada tahun 1993, ISO
28
membentuk panitia teknik TC 207 untuk merumuskan sistem standardisasi dalam bidang lingkungan. Hasil kerja panitia TC 207 kemudian dikenal sebagai standar ISO seri 14000 (Lee Kuhre, 1996). Dalam menjalankan tugasnya ISO/TC 207 dibagi dalam enam sub komite (SC) dan satu kelompok kerja (WG) yaitu : Sub-komite 1, SC-1 : Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Sub-komite 2, SC-2 : Audit Lingkungan (AL) Sub-komite 3, SC-3 : Pelabelan Lingkungan (Ekolabel) Sub-komite 4, SC-4 : Evaluasi Kinerja Lingkungan Sub-komite 5, SC-5 : Analisis Daur Hidup Sub-komite 6, SC-6 : Istilah dan Definisi Kelompok Kerja 1, WG-1 : Aspek lingkungan dalam Standar Produk. Pada akhir tahun 1996 panitia teknik TC 207 telah menerbitkan lima standar yaitu : 1. ISO 14001 (Sitem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan untuk Penggunaan). 2. ISO 14004 ( Sistem Manajemen Lingkungan Pedoman umum atas Prinsip-prinsip, sistem dan teknik pendukungnya). 3. ISO 14010 (Pedoman Umum Audit Lingkungan-Prinsip-prinsip Umum Audit Lingkungan). 4. ISO 14011 (Pedoman Untuk Audit Lingkungan-Prosedur Audit LingkunganAudit Sistem Manajemen Lingkungan). 5. ISO 14012 (Pedoman untuk Audit Lingkungan Kriteria Persyaratan untuk menjadi Auditor Lingkungan).
29
Sejak tahun 1997 telah diterbitkan dan akan diterbitkan beberapa standar yaitu : ISO 14020 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi Tujuan tujuan dan semua Prinsip - prinsip Pelebelan Lingkungan). ISO 14021 (Pelabelan Lingkungan daan Deklarasi Pernyataan diri
ISO 14022 (Pelabelan Lingkungan daan deklarasi-Simbol-simbol). ISO 14023 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Metodologi Pengujian ISO 14024 (Pelabelan Lingkungan Program bagai Pelaksana - Prinsip ISO 14025 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Pelebelan lingkungan ISO 14031 (Evaluasi Kinerja Lingkungan). ISO 14040 (Asesmen Daur Hidup-Prinsip dan Kerangka). ISO 14041 (Asesmen Daur Hidup-sasaran daan Definisi-IstilahLingkup ISO 14042 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen dampak) ISO 14043 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen penyempurnaan). ISO 14050 (Istilah daan Definisi). ISO 14060 (ISO-IEC Guide 64) Panduan untuk aspek lingkungandalam
dan Verifikasi).
standar produk.
Standar ISO seri 14000 terbagi dalam dua bidang yang terpisah yaitu evaluasi organisasi dan evaluasi produk. Evaluasi organisasi terbagi dari 3 sub sistem yaitu sub sistem manajemen lingkungan, audit lingkungan dan evaluasi kinerja lingkungan. Evaluasi produk terdiri dari sub sistem aspek lingkungan pada standar produk, label lingkungan dan asesmen daur hidup (Hadiwiardjo, 1997). Gambar 1. di bawah ini dapat memperjelas uraian di atas.
30
Pada dasarnya ISO 14000 adalah standar manajemen lingkungan yang sifatnya sukarela tetapi konsumen menuntut produsen untuk melaksanakan program sertifikasi tersebut. Pelaksanaan program sertifikasi ISO 14000 dapat dikatakan sebagai tindakan proaktif dari produsen yang dapat mengangkat citra perusahaan dan memperoleh kepercayaan dari konsumen. Dengan demikian maka pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berdasarkan Standar ISO Seri 14000 bukan merupakan beban tetapi justru merupakan kebutuhan bagi produsen (Kuhre, 1996). 2.2.2. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Tujuan secara menyeluruh dari penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) ISO 14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang lengkap meliputi hal-hal yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Peragaan penerapan yang berhasil dari ISO 14001 dapat digunakan perusahaan untuk menjamin pihak yang berkepentingan bahwa SML yang sesuai tersedia.
31
Tujuan utama dari sertifikasi ISO 14001 adalah untuk menjaga kelangsungan hidup tumbuhan dan binatang dalam kondisi terbaik yang paling mememungkinkan. Pengelolaan lingkungan dalam sertifikasi ISO mungkin hanya merupakan satu langkah kecil, namun demikian proses ini akan berkembang dan meningkat sejalan dengan bertambahnya pengalaman, penciptaan, pencatatan, dan pemeliharaan dari sistem yang diperlukan untuk sertifikasi yang diharapakan dapat membantu kondisi lingkungan (Pramudya, 2001). Dampak positif terbesar terhadap lingkungan kiranya adalah
pengurangan limbah berbahaya. Sertifikasi ISO mensyaratkan program-program yang akan menurunkan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dan limbah berbahaya. 2.3. Manfaat dan Implikasi Penerapan SML Standar ISO Seri 14000 Adapun manfaat utama dari program sertifikasi ISO 14000 antara lain (Kuhre, 1995) : a. Dapat mengidentifikasi, memperkirakan daan mengatasi resiko lingkungan yang mungkin timbul. b.Dapat menekan biaya produksi dapat mengurangi kecelakaan kerja dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, Pemerintah dan pihakpihak yang peduli terhadap lingkungan. c. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen puncak terhadap lingkungan. d. Dapat mengangkat citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan
konsumen dan memperbesar pangsa pasar. e. Menunjukkan ketaatan perusahaan terhadap Peraturan Perundang undangan yang berkaitan dengan lingkungan. f. Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank. g.Dapat meningkatkan motivasi para pekerja. Implikasi SML :
32
prosedur, instruksi kerja dan proses sertifikasi. 2.4. Karakteristik ISO 14001
Generik - Dapat diterapkan untuk seluruh tipe dan ukuran organisasi - Mengakomodir beragam kondisi geografis, sosial dan budaya.
Sukarela Tidak memuat persyaratan kinerja lingkungan (misal, kriteria untuk sarana pengolahan limbah cair)
Sarana untuk secara sistematis mengendalikan dan mencapai organisasi kinerja lingkungan yang dikehendaki.
Memuat kinerja yang fundamental untuk dicapai : - Mentaati peraturan perundang-undangan dan ketentuan lingkungan yang relevan; dan - Komitmen untuk terus menerus memperbaiki sejalan dengan organisasi. kebijakan
9000.
Dapat digunakan untuk keperluan sertifikasi dan/ atau deklarasi sendiri. Dinamis, adaptif terhadap : - Perubahan di dalam organisasi : sumberdaya yang digunakan, kegiatan dan proses yang berlangsung. - Perubahan diluar organisasi : peraturan, pengetahuan tentang dampak lingkungan dan teknologi. Standar SML memuat persyaratan sistem manajemen yang berbasis
pada siklus plan, implement, check and review Keterkaitan yang erat antar klausul atau elemen standard.
33
Prinsip Pokok dan Elemen ISO 14001 Prinsip 1 : Komitmen dan kebijakan Organisasi harus menetapkan kebijakan lingkungan dan memastikan memiliki komitmen terhadap SML. Prinsip 2 : Perencanaan Organisasi harus menyusun rencana untuk mentaati kebijakan lingkungan yang ditetapkannya sendiri. Prinsip 3 : Implementasi dan Operasi Agar terlaksana dengan efektif, organisasi harus mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mentaati kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran manajemen. Prinsip 4 : Pemeriksaan dan Koreksi Organisasi harus memeriksa, memantau dan mengoreksi kinerja lingkungannnya. Prinsip 5 : Kaji Ulang Manajemen
34
Organisasi harus mengkaji ulang dan terus-menerus memperbaiki Standard Manajemen Lingkungan dengan maksud untuk menyempurnakan kinerja lingkungan yang telah dicapai.
Standard Manajemen Lingkungan adalah kerangka kerja organisasi yang harus terus disempurnakan dan secara periodik dikaji ulang agar secara efektif dapat mengarahkan kegiatan pengelolaan lingkungan sebagai respon terhadap perubahan faktor internal dan eksternal organisasi. 2.6. Tingkat dan Pengendalian Dokumen SML Tingkat 1 : manual Tingkat 2 : Prosedur Tingkat 3 : Instruksi Kerja Tingkat 4 : Catatan, Formulir, Kartu Kontrol Pengendalian Dokumen Seluruh dokumen SML harus :
Ditempatkan dan dipelihara dengan baik Jelas terbaca dan dapat diidentifikasi Diberi tanggal terbit, masa berlaku, dan nomor revisi Disetujui oleh staf yang bertanggung jawab Secara periodik diperiksa, direvisi bila diperlukan Tersedia pada seluruh lokasi kegiatan penting Dipelihara dalam masa berlaku dan dimusnahkan bila sudah kadaluarsa.
3. AUDIT LINGKUNGAN
Audit lingkungan adalah alat pemeriksaan komprehensif dalam sistem manajemen lingkungan. Audit lingkungan merupakan satu alat untuk memverifikasi secara objektif upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-langkah perbaikan guna meningkatkan performasi
35
lingkungan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (Bratasida,1996). Menurut United States Environmental Protection Agency (US EPA), Audit Lingkungan adalah suatu pemeriksaan yang sistematis, terdokumentasi secara periodik dan objektif berdasarkan aturan yang ada terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan dengan pentaatan kebutuhan lingkungan (Tardan dkk, 1997). Dalam perkembangan selanjutnya audit lingkungan mencakup beberapa bidang antara lain sistem manajemen lingkungan pelaksanaan produksi bersih, pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan minimisasi limbah. Audit lingkungan merupakan upaya proaktif suatu perusahaan untuk perlindungan lingkungan yang akan membantu perusahan meningkatkan efisiensi dan pengendalian emisi, polutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra positif dari masyarakat terhadap perusahaan. Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH Nomor KEP-42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan. 3.1. Jenis-jenis Audit Lingkungan Audit lingkungan ada beberapa jenis, yang pelaksanaannya sangat tergantung pada kebutuhan manajemen/ perusahaan. Jenis-jenis audit itu antara lain adalah (Tardan dkk, 1997) : 1. Audit Pentaatan Audit Pentaatan memiliki sifat : - Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada. - Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan. - Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan. - Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan pelaporan sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan. - Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan. - Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat. 2.Audit Manajemen
36
Audit jenis ini mempunyai sifat : - Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan resiko yang berkaitan dengan manajemen bahan. - Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat penyimpangan. - Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi. - Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi. - Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan penanganan limbah. - Menilai tempat pembuangan secara rinci. - Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan masyarakat. 3. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi Limbah Jenis audit ini mempunyai sifat : - Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah. - Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap praktek pembelian, proses produksi dan timbunan limbah. - Mencari tindakan alternatif untuk pengurangan produksi, dan pendaur ulangan limbah. 4. Audit Konservasi Air Sifat audit ini adalah : Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan mencari upaya untuk mengurangi penggunaan air total melalui usaha pengurangan, penggunaan ulang dan pendaur-ulangan. 5. Audit Konservasi Energi Sifat audit ini adalah : Melacak pola pemakaian tenaga listrik, gas dan bahan bakar minyak dan mencoba untuk mengkuantifikasikan serta meminimalkan penggunaannya. 6. Audit Pengotoran/ Kontaminasi Lokasi Usaha
37
Sifat audit ini adalah : -Menilai kedaan pengotoran lokasi perusahaan akibat pengoperasian yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. -Melakukan pengambilan contoh dari lokasi dan melakukan penganalisaan contoh sampel tersebut untuk jangka waktu yang cukup panjang dan merupakan hal yang khusus pada audit jenis ini (audit lain tidak melakukan pengambilan sampel). -Melakukan pengelolaan secara statistik terhadap hasil audit, jika diperlukan. 7. Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jenis audit ini memiliki sifat : -Menilai tatalaksana operasional pekerjaan, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, pembuangan bahan pencemar dan sejenisnya, yang berhubungan erat dengan keselamatan dan kesehatan kerja. -Audit ini memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan apakah perusahaan tersebut sudah mentaati peraturan tentanf keselamatan dan kesehatan kerja. 8. Audit Perolehan (Procurement Audit) Sifat audit ini adalah : - Meninjau praktek pembelian - Mengidentifikasi hasil produksi daan peralatan alternatif. - Dapat dilakukan terpisah atau sebagai bagian audit minimisasi limbah atau audit produksi bersih. - Biasanya melibatkan pegawai bagian pembelian. - Melihat alternatif dari yang sederhana sampai genting (cradle to grave) 3.2. Manfaat Melakukan Audit Lingkungan Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan adalah (BAPEDAL, 1994) : 1. Mengidentifikasi resiko lingkungan
38
2. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya penyempurnaan rencana yang ada. kerugian finansial seperti penutupan/ pemberhentian
3. Menghindari suatu
publikasi yang merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik. 4.Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang-undaangan yang berlaku. 5. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan dalam proses pengadilan. 6.Meningkatkan kepedulian pimpinan/ penanggung jawab dan staf suatu badan usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung jawab lingkungan. 7.Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konservasi energi dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang limbah. 8.Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan yang bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan, pemerintah dan media massa. 9.Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha atau kegiataan asuransi, lembaga keuangan dan pemegang saham.
persyaratan harus dipenuhi antara lain : Dukungan penuh pihak pimpinan puncak Keikutsertaan semua pihak yang terkait Kemandirian dan objektifitas auditor dan auditor harus berasal dari luar
perusahaan. Kesepakatan tentang tata cara dan lingkup audit aantara pimpinan
39
Pada tahun 1989 UNEP ( United Nations Environment Program ) memperkenalkan konsep Produksi Bersih yang didefinisikan sebagai upaya penerapan yang kontinu dari suatu strategi pengelolaan lingkungan yang integral dan preventif terhadap proses dan produk untuk mengurangi terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi Bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan upaya perlindungan
limbah didasarkan pada pendekatan pengolahan limbah yang terbentuk (endof pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan untuk mencegah kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan pengolahan limbah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan
secara onvensional adalah : 1.Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya
mengubah bentuk limbah dan memindahkannya dari satu media ke media lain. 2. Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah. 3. Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah 4. Investasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering dijadikan alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan limbah. 5. Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah, belum mencakup upaya pencegahan. Untuk mengatasi kelemahan produksi strategi bersih konvensional yang dalam tersebut maka
dikembangkan
program
pelaksanaannya
mempunyai urutan prioritas sebagai berikut : Pencegahan pencemaran (Pollution prevention) Pengendalian pencemaran (Pollution Control) Remediasi (Remediation)
40
Dalam tahap proses, produksi bersih mencakup upaya konservasi, bahan baku dan energi, menghindari penggunaan bahan yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), mengurangi jumlah dan kadar toksisitas semua limbah dan emisi yang dihasilkan sebelum meninggalkan tahap proses. Untuk produk, produksi bersih memusatkan perhatian pada upaya pengurangan daampak di keseluruhan daur hidup produk mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan (Bratasida, 1996). Startegi produk bersih mencakup upaya pencegahan pencemaran melalui alternatif jenis proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih. 3.4. Manfaat Penerapan Produksi Bersih Manfaat penerapan produksi bersih antara lain (Bratasida, 1996, Helmy, 1997) a. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya minimisasi limbah, daur ulang pengolahan dan pembuangan limbah yang aman. b. Mendukung prinsip Pemeliharaan Lingkungan dalam rangka pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. c. Dalam jangka panjang dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi serta efisien. d. Mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi eksploitasi sumberdaya alam melalui penerapan daaur ulang limbah di dalam proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan. e. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction and in process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan. f Memperkuat daya saing produksi di pasar global.
41
g. Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. h. Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan
42
limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
P metode pengolahan: Penapisan
1. 2. 3.
K Klarifier
Tipe konvensional T Tipe resirkulasi berlumpur T
Tipe selimut lumpur Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketigaT metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Tipe pallet selimut lumpur T 4.1 Pengolahan Secara Fisika
P Pemekatan
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, F Flotasi diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
Tipe T bertekanan menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang Filtrasi cepat F
F Filtrasi
F Filtrasi
Filtrasi lambat F
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses Tipe gravitasi T pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Filter membran F Mikro filter M Ultra filter U Reverse osmosis R Dialisis elektris D Filtrasi precoat F
D Dewatering
43
C Contrifugasi
Belt press B
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
44
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
N Netralisasi
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organikO beracun; dengan membubuhkan bahan kimia Oksidasi dan/atau Reduksi tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat Oksidasi O kimia/reduksi diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi A Aerasi oksidasi.
E Elektrolisis
F Fisik
O Ozonisasi
U UV A Adsorbsi
Karbon aktif K
Alumina aktif A
Penukar ion P
45
Resin penukar anion R
Z Zeolite
Koagulasi &
Gambar 2. Skema Diagram pengolahan Kimiawi Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.
46
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia. 4.3 Pengolahan secara biologi Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1. 2. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor); Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
47
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain: 1. 2. 3. 4. trickling filter cakram biologi filter terendam reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis: 1. 2. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen; Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
A Aerasi
Proses bebas bulki P Saluran oksidasi S Proses nitrifikasi dan denitrifikasi P Pengolahan film biologi P
L Lagoon
Filter trikling F Cakram biologi C Aerasi kontak A Proses filter biologi P diaerasi
Proses media unggun biologi P Anaerobic treatment A Pencerna anaerobi P Proses UASB P
48
Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi sesederhana seperti dalam uraian di atas. Namun pada prinsipnya, semua limbah yang dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses produksi, dimana uraian di atas dapat dijadikan sebagai acuan. [DAW]
. DAFTAR PUSTAKA
Bratasida, Liana. 1996. Prospek Pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan di Indonesia. BAPEDAL. Jakarta.
49
BAPEDAL. 1996. himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Dampak Lingkungan Seri IV. KEPMEN LH No : KEP-42/MENLH/11/94 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Lingkungan. Jakarta. Foley, Gerald, 1993. Pemanasan Global.Yayasan Obor Indonesia.
Konphalindo.
Panos. Jakarta.
Hadiwiardjo, Bambang, 1997. ISO 14001- Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta. Helmy, HM. 1997. Penerapan Prinsip Zero Emission Pada Pabrik Kelapa Sawit. Program Pasacasarjana. Universitas Sumatera Utara, Medan. Keraf,A.Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Kuhre, W. Lee. 1995. ISO 14000 Sertification : Environmental Management System. Prentice Hall PTR. New York. Soemarwoto, Otto. 2001. Atur Diri Sendiri. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Menerapkan Dengan
Tardan, M. Agus M., dkk. 1997. Audit Lingkungan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
50