Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Kelompok 8 : 1. Yina Rufiatin 2. Yuli Rakhmayani A. 3. Zaenal Muttaqin 4. Zuliatun Nadliroh

Pengertian
Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth, 2002) Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commite on Detection, Evaluation and Treathment of High Blood Preasure (JNC) sebagai tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya. (Doenges 2000)

Bagaimanakah seseorang dinyatakan menderita hipertensi ???

Klasifikasi...
Kategori Normal Sistolik (mmHg) <130 Diastolic (mmHg) <85

Normal Tinggi
Hipertensi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang)

130-139

85-89

140-159 160-179

90-99 100-109

Stadium 3 (berat)
Stadium 4(sangat berat)

180-209
210

110-119
120

( Brunner & Suddart,2002)

JENIS-JENIS HIPERTENSI
Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder

Apa saja faktor penyebab terjadinya hipertensi ???

ETIOLOGI
Keturunan Usia Jenis Kelamin Obesitas Merokok Alkohol Terlalu banyak mengkonsumsi garam Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berkolesterol Stress Kurang olahraga

TANDA DAN GEJALA


Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Sebagian besar manifestasi klinik terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun tahun, berupa: 1. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, 2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina. 3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. 4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal. 5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. (Corwin, 2009)

PATOFISIOLOGI...
Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal mungkin merupakan peristiwa awal hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada keadaan tekanan darah yang lebih tinggi, ginjal dapat mengekskresikan lebih banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi cairan. Oleh karena itu, ekskresi natrium akan berubah. Namun, hal ini menyebabkan peningkatan stabil tekanan darah.

Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktivitas fisik kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai factor eksogen dalam hipertensi. Selain itu, pada hipertensi esensial dan sekunder, asupan natrium berlebihan memperparah penyakit. (Robbins, 2007)

PATHWAY

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG 12 sadapan

2. Radiografi Dada 3. Sampel Darah,untuk evaluasi kimia (Nettina,2002) 4. IVP (Radiografi Intra Venous Pyelography) 5. Pemeriksaan asam urat 6. Pemeriksaan Kalsium Serum (Doenges,2000)

KOMPLIKASI PADA HIPERTENSI 1.Sistem Ginjal 2.Sistem Saraf 3.Organ Jantung 4.Mata (mansjoer, dkk,2001).

PENATALAKSANAAN..
1. Medis a. Diet rendah Gram b. Olahraga secara rutin,terutama bila disertai penurunan BB. c. Ciptakan keadaan rileks dengan berbagai cara relaksasi. d. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol secara berlebihan. e. Pemberian Diuretik, vasodilator. (Corwin,2009)

2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Anamnesa (identitas klien) Aktivitas/Istirahat Sirkulasi Integritas Ego Eliminasi Makanan/Cairan Neurosensori Pembelajaran/Penyuluhan Pernapasan Nyeri/Ketidaknyamanan (Doengoes,2000)

DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan dengan penyakit hipertensi menurut NIC-NOC 2012 : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan iskemia miokard. Intoleran aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilitas. (Doenges, 2000) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri kepala. Resiko injuri berhubungan dengan perubahan persepsi sensori penglihatan.

INTERVENSI
NO
1

Dx
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Nyeri dapat mereda dan hilang. KH : Klien menyatakan nyeri hilang dengan skala nyeri dari 2 menjadi 0.

Intervensi
Kaji skala nyeri klien 0-10 dan kaji karakteristik nyeri P, Q, R, S, T. Kompres hangat pada area nyeri. Ajarkan untuk mempertahankan tirah baring selama fase akut dan ajarkan tehnik relaksasi, distraksi. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi.

Rasional
R/ : Sebagai acuan untuk melakukan intervensi selanjutnya. R/ : Kompres hangat dapat melancarkan aliran darah dan mengurangi nyeri klien. R/ : Saat klien berbaring, proses metabolisme di dalam tubuh dapat bekerja labih normal, terutama pada pembuluh darah. Membuat tubuh lebih rileks. R/ : Menurunkan rangsang system saraf simpatis nyeri.

Lanjutan
NO Dx Tujuan Intervensi Rasional

2.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan iskemia miokard.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, TTV dan tekanan darah klien dapat stabil kembali. KH: Irama, frekuensi jantung dan TTV klien stabil.

Kaji TTV klien. Atur posisi klien dengan kepala lebih rendah dari kaki (trendelenberg) Ajarkan tehnik relaksasi. Berikan obat sesuai indikasi, misalnya diuretik tiazid

R/ : Mengetahui TTV klien, jika tidak normal mengindikasikan adanya gangguan dan sebagai acuan intervensi selanjutnya. R/ : Agar aliran jantung dapat mengaliri pembuluh darah di otak dengan lancar R/ : Menurunkan rangsangan penyebab stress. R/ : Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh.

Lanjutan
NO 3. Dx Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat beraktivitas seperti sedia kala. KH: Toleransi aktivitas meningkat, klien dapat memperlihat kan kemajuan aktivitas s/d mandiri. Intervensi Intervensi : Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Untuk klien yang sedang / pernah tirah baring lama, mulai dengan rentang gerak sedikitnya 2x sehari. Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat / tidak boleh dilakukan klien (libatkan keluarga). Jelaskan batasanbatasan aktivitas klien sesuai kondisi klien. Rasional R/ : Membantu pasien dalam pengobatan. R/ : mencegah dekubitus dan kekakuan organ tubuh. R/ : Mencegah peningkatan kerja jantung. R/ : Menghindari kelemahan dan resiko cidera.

Lanjutan
NO 3. Dx Tujuan Intervensi Ajarkan metode penghematan energi, dengan meluangkan waktu istirahat selama aktivitas. Motivasi peningkatan aktivitas sesuai kondisi dan beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis, pemeriksaan, diet dan fisioterapi. Rasional R/ : Agar klien tidak stress dan tidak mudah lelah. R/ : mempercepat proses penyembuhan dan mendukung klien untuk sembuh. R/ : Membantu meningkatkan toleransi aktivitas klien

Lanjutan
NO 4. Dx Gangguan istirahat tidur berhubung an dengan nyeri kepala. Tujuan Kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi. KH: Klien dapat tidur dengan nyenyak, klien tidur selama 810 jam semalam, dan saat bangun klien tampak segar. Intervensi Kaji pola istirahat tidur klien. Berikan bantal yang nyaman. Berikan lingkungan yang nyaman (jika dirawat di RS batasi pengunjung). Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam / masase punggung sebelum tidur. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi dan yang dapat merelaksasikan otototot. Rasional R/ : Mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya. R/ : Meningkatkan kenyamanan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur. R/ : Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidur. R/ : Meningkatkan relaksasi, menstimulasi istirahat tidur yang nyaman. R/ : Menstimulasi untuk tidur dan dilakukan jika klien sangat sulit untuk tidur.

Lanjutan
NO
5.

Dx
Resiko injuri berhubungan dengan perubahan persepsi sensori penglihatan.

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tidak terjadi cedera/ komplikasi pada klien. KH: Tidak ada perlukaan dan menurunnya resiko cidera klien.

Intervensi
Observasi dan minta klien melaporkan tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan. Libatkan keluarga dalam membantu aktivitas klien. Ajarkan klien Meminimalisasi resiko, mencegah jatuh ke kondisi yang tidak diinginkan Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis dan pemeriksaan penunjang.

Rasional
R/ : Mengetahui fungsi penglihatan klien dan untuk modifikasi intervensi selanjutnya. R/ : Menghindari resiko cidera. R/ : Mengajarkan pasien agar terhindar dari resiko cidera. R/ : Dilakukan jika fungsi penglihatan klien sangat tidak memungkinkan untuk beraktivitas.

Anda mungkin juga menyukai