Anda di halaman 1dari 42

55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1. Data Konstruksi

Gambar 4.1. Rencana Analisa Compossit Girder

Tebal slab lantai jembatan Tebal lapisan aspal Tebal genangan air hujan Jarak antara girder baja Lebar jalur lalu lintas Lebar trotoar Lebar total jembatan Panjang bentang jembatan

(h) = (ta) =

0,20 m 0,05 m m

(Dari Gambar) (RSNI T-02-2005) (RSNI T-02-2005) (Dari Gambar) (Dari Gambar) (Dari Gambar) (Dari Gambar) (Dari Gambar)

(th) = 0,05 (s) = (b1) = (b2) =

1,05 m 8,00 m 0,80 m m m

(b) = 10,5 (L) = Bj 41 (fy) = 250 175

Mutu Baja Tegangan leleh baja

MPa

56

Tegangan dasar Modulus elastis baja

(fs = fy / 1,5)

= 166,67 MPa

(Es) = 210000 MPa (RSNI T-03-2005) K 300 (fc) = 25 ) = MPa 23500 MPa (SNI 03-2002)

Mutu Beton Kuat tekan beton

Modulus elastis beton (Ec = 4700

Spesific Gravity Berat baja Berat beton bertulang Berat lapisan aspal Berat air hujan (ws) = 77 (wc) = 25 (wa) = 22 (wh) = 9,8 WF 900.300.16.28 (wprofil) = 2,38 kN/m (243 x 0,0098) mm mm mm mm (Tabel Profil Baja) (Tabel Profil Baja) (Tabel Profil Baja) (Tabel Profil Baja) kN/m3 (RSNI T-02-2005) kN/m3 (RSNI T-02-2005) kN/m3 (RSNI T-02-2005) kN/m3 (RSNI T-02-2005)

Profil Baja Berat profil baja Tinggi Lebar Tebal badan Tebal sayap Luas penampang Tahanan momen Momen inersia Panjang bentang girder Tebal slab beton Jarak antara girder

(d) = 900 (b) = 300 (tw) = 16 (tf) = 28

(A) = 30980 mm2 (Tabel Profil Baja) (W x) =9133333 mm3 ( Ix : y ) (Ix) = 41,1 x 108mm4 (Tabel Profil Baja) (L) = 20000 mm (h) = 200 mm (Dari Gambar) (Dari Gambar) (Dari Gambar)

(s) = 1050 mm

57

Gambar 4.2. Profil Baja

Gambar 4.3. Panjang Bentang Girder

Gambar 4.4.Dimensi Profil Baja WF 900.300.16.28 dengan jarak Be = 525 mm

58

IV.2. Section Properties Sebelum Komposit IV.2.1. Kontrol Penampang

( Ok )

Compact section ( Ok )

Gambar 4.5. Dimensi Profil Baja WF 900.300.16.28

IV.2.2. Tegangan Izin KIP Pada girder baja diberi pengaku samping yang berupa balok diafragma yang berfungsi sebagai pengaku samping yang

merupakan dukungan lateral dengan jarak,

59

( ( karena nilai,

) ( )

( (

) ( ) maka :

Tegangan kip dihitung dengan rumus :


skip

= = ( = = = =

((

(( )) (( (

) ( (

)) )

) )

))

IV.3. Section Properties Setelah Komposit

Gambar 4.6. Section Properties Setelah Komposit

60

IV.3.1. Lebar Efektif Slab Beton Lebar efektif slab beton ditentukan dari nilai terkecil berikut ini:

Diambil lebar efektif slab beton, IV.3.2. Section Properties Compossit Girder Rasio perbandingan modulus elastisitas,

Luas penampang beton transformasi,


2

Luas penampang komposit,


2

Momen statis penampang terhadap sisi bawah balok, ( ) (( ( ))

Jarak garis netral terhadap sisi bawah, ( (( (( ( ( ) ( ) ) )) ) (( )) ( ))

< d maka garis netral di bawah slab beton Jarak sisi atas profil baja terhadap garis netral,

61

Jarak sisi atas slab beton terhadap garis netral,

Momen inersia penampang komposit :

Gambar 4.7. Section Properties Setelah Komposit

)2

)2

)2

)2

Icom dapat dicari dengan cara menjumlahkan hasil hitungan diatas yaitu =

62

Tahanan momen penampang komposit : Sisi atas beton,


tc com : tc 3

ts

com :

ts

=
3

bs = Icom :

ybs =
3

IV.3.3. Tegangan Ijin Tegangan ijin lentur beton,

Tegangan ijin lentur baja,

IV.4. Kondisi Girder Sebelum Komposit IV.4.1. Beban Sebelum Komposit


Tabel 4.1. Beban Sebelum Komposit

No

Jenis beban

Beban (kN/m) 2,38 1,04 1,75 wc = 25 QD = 5,25 10,42

1 Berat sendiri profil baja WF900.300.16.28 2 Berat diafragma (asumsi) 3 Perancah dan bekisting dari kayu 4 Slab beton Be = 1,05 h = 0,2

Total beban mati girder sebelum komposit,

63

Beban hidup sebelum komposit, merupakan beban hidup pekerja pada saat pelaksanaan konstruksi, dan diambil
L 2

Beban hidup girder sebelum komposit,


L

Total beban pada girder sebelum komposit,


t D L

IV.4.2. Tegangan Pada Baja Sebelum Komposit Panjang bentang girder, Momen maksimum akibat beban mati,
9

/128

= 9/128

Gambar 4.8. Tegangan Baja Sebelum Komposit

Tegangan lentur yang terjadi,


6 6

skip

Aman

64

IV.4.3. Lendutan Pada Baja Sebelum Komposit


t

(5/384 (5/384

)
4

( ) (

x)

( Aman )

IV.5. Beban Pada Girder Komposit IV.5.1. Berat Sendiri (MS) Berat sendiri (self weight) adalah berat beban dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dianggap tetap. (RSNI T-02-2005, pasal.5.1.5)
Tabel 4.2. Berat Sendiri (MS)

No

Jenis Konstruksi 1 Girder baja WF900.300.16.28 2 Diafragma (asumsi) 3 Slab lantai h = 0,2 Be = 1,05 wc = 25 QMS =

Beban (kN/m) 2,38 1,04 5,25 8,67

Total berat sendiri,

65

Gambar 4.9. Berat sendiri

Panjang bentang girder, Momen dan gaya geser maksimum akibat berat sendiri,
MS = 1

/8

MS

/8

Ms

Ms

IV.5.2. Beban Mati Tambahan (MA) Beban mati tambahan (superimposed dead load) adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural dan besarnya dapat berubah selama umur jembatan (RSNI T-02-2005, pasal 5.3.1). Girder jembatan direncanakan mampu memikul beban mati tambahan berupa : Aspal setebal 50 mm untuk pelapisan kembali di kemudian hari (overlay). Genangan air hujan setinggi 50 mm yang direncanakan apabila saluran drainase tidak berfungsi dengan baik.
Tabel 4.3. Beban Mati Tambahan (MA)

NO

Jenis Konstruksi

Beban (kN/m)

1 Aspal 2 Air hujan

ta = 0,05 th = 0,05

Be = 1,05 Be = 1,05

wa = 22 wh = 9,8 Q MA =

1,155 0,5145 1,6695

Total beban mati tambahan,

66

Gambar 4.10. Beban Mati Tambahan

Panjang bentang girder, Momen dan gaya geser maksimum akibat beban mati tambahan,
MA 1

/8

MA

/8

Ma

Ma

IV.5.3. Beban Lajur D Beban lajur D terdiri dari beban terbagi rata - UDL (Uniformly Distributed Load) yang digabung dengan beban garis - KEL (Knife Edge Load) seperti terlihat digambar di bawah ini. (RSNI T-02-2005, pasal 6.3.1.1). UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang bentang yang dibebani dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (RSNI T-02-2005, pasal 6.3.1.2) : q = 9,0 q = 9,0 x ( kPa ) kPa untuk L 30m untuk L > 30m

KEL mempunyai intensitas p = 49,0

67

Gambar 4.11. Intensitas KEL atau UDL

KEL mempunyai intensitas, Faktor beban dinamis DLA (dynamic load allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut :
Tabel 4.4 Faktor beban Dinamis Untuk KEL Pada Pembebanan D (RSNI T-02-2005 Gambar 8)

Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut : untuk L 50 m ( ) untuk 50 < L < 90 m untuk L 90 m

68

Panjang bentang girder,

Beban lajur D,
TD

TD

Gambar 4.12. Beban Lajur D

Momen dan gaya geser maksimum akibat beban lajur D,


TD

(1/8

TD 2

( (

TD

) )

(1/8

TD

TD

) )

( (

TD)

69

IV.5.4. Gaya Rem (TB) Pengaruh pengeraman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada jarak 1,8 m dari permukaan lantai jembatan. (Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Dan Jalan Raya SKBI 1.3.28.1987, Pasal 2.4). Besarnya gaya rem tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :

125 kN

Gambar 4.13. Gaya Rem per Lajur

Gaya rem, TTB = 250 kN

untuk Lt 80 m

Gaya rem, TTB = 250 + 2,5 x (Lt 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m Gaya rem, TTB = 500 kN Panjang bentang girder, Jumlah girder, Besarnya gaya rem,
TB

untuk Lt 180 m

Lengan terhadap pusat tampang girder,


tc a

70

Gambar 4.14. Gaya Rem

Momen dan gaya geser maksimum akibat gaya rem,


TB

TB

TB

TB

IV.5.5. Beban Angin (EW) Beban garis merata tambahan arah horizontal pada

permukaan lantai jembatan akibat angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus (RSNI T-02-2005, pasal 7.6.4): TEW
w

( koefesien seret

)2 kN

kecepatan angin rencana ( )2

/det

EW

Bidang vertical beban hidup ditetapkan sebagai suatu permukaan bidang vertical yang mempunyai tinggi menerus sebesar 2 (dua) meter di atas lantai kendaraan. (Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Dan Jalan Raya SKBI 1.3.28.1987, Pasal 2.1) 2 m di atas lantai kendaraan Jarak antara roda kendaraan

71

Transfer beban angin ke lantai jembatan,


EW

EW

Gambar 4.15. Beban Angin

Panjang bentang girder, Momen dan gaya geser maksimum akibat transfer beban angin,
EW 1

/8

EW

/8

EW

EW

IV.5.6. Beban Gempa (EQ) Gaya gempa vertikal pada balok dihitung dengan

menggunakan percepatan vertikal kebawah sebesar 0,1 x g dengan g = percepatan grafitasi. Gaya gempa vertikal rencana,
EW t

Wt = Berat total stuktur yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.

72

Gambar 4.16. Beban Gempa

Beban berat sendiri,


MS

Beban mati tambahan,


MA

Beban gempa vertikal,


EQ

MS

MA)

Panjang bentang girder, Momen dan gaya geser maksimum akibat transfer beban gempa,
EQ 1

/8

EQ

/8

EQ

EQ

73

IV.6. Tegangan Pada Girder Komposit

Gambar 4.17. Tegangan Pada Girder Komposit


tc ts bs 3 3 3

Tegangan pada sisi atas beton, Tegangan pada sisi atas baja, Tegangan pada sisi bawah baja,

tc

( ( (

) ) )

( ( (
ts

tc

ts

) )

bs

bs

Tabel 4.5. Tegangan tegangan yang terjadi

Tegangan yang terjadi pada sisi No Jenis Beban Momen M (kNm) 1 2 3 4 5 6 Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D (TD) Gaya rem (TB) Beban angin (EW) Beban gempa (EQ)

atas beton ftc (MPa)

atas baja fts (MPa)

bawah baja fbs (MPa)

74

Kombinasi 1 Tegangan ijin beton : Tegangan ijin baja : 100% x Fc = 100% x 10 = 10 MPa 100% x Fs = 100% x 133,34 = 133,34 MPa
Tabel 4.6. Tegangan tegangan yang terjadi Pada Kombinasi 1

Tegangan yang terjadi pada sisi No Jenis Beban

atas beton ftc (MPa)

atas baja fts (MPa)

bawah baja fbs (MPa)

1 2 3 4 5 6

Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D (TD) Gaya rem (TB) Beban angin (EW) Beban gempa (EQ)

Aman

Aman

Gambar 4.18. Tegangan yang Terjadi Pada Kombinasi 1

75

Kombinasi 2 Tegangan ijin beton : Tegangan ijin baja : 100% x Fc = 125% x 10 = 12,5 MPa 100% x Fs = 125% x 133,34 = 166,67 MPa
Tabel 4.7. Tegangan tegangan yang terjadi Pada Kombinasi 2

Tegangan yang terjadi pada sisi No Jenis Beban

atas beton ftc (MPa)

atas baja fts (MPa)

bawah baja fbs (MPa)

1 2 3 4 5 6

Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D (TD) Gaya rem (TB) Beban angin (EW) Beban gempa (EQ)

Aman

Aman

Gambar 4.19. Tegangan yang Terjadi Pada Kombinasi 2

76

Kombinasi 3 Tegangan ijin beton : Tegangan ijin baja : 100% x Fc = 140% x 10 = 14 MPa 100% x Fs = 140% x 133,336 = 186,67 MPa
Tabel 4.8. Tegangan tegangan yang terjadi Pada Kombinasi 3

Tegangan yang terjadi pada sisi No Jenis Beban

atas beton ftc (MPa)

atas baja fts (MPa)

bawah baja fbs (MPa)

1 2 3 4 5 6

Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D (TD) Gaya rem (TB) Beban angin (EW) Beban gempa (EQ)

Aman

Aman

Gambar 4.20. Tegangan yang Terjadi Pada Kombinasi 3

77

Kombinasi 4 Tegangan ijin beton : Tegangan ijin baja : 100% x Fc = 150% x 10 = 15 MPa 100% x Fs = 150% x 133,34 = 200 MPa
Tabel 4.9. Tegangan tegangan yang terjadi Pada Kombinasi 4

Tegangan yang terjadi pada sisi No Jenis Beban

atas beton ftc (MPa)

atas baja fts (MPa)

bawah baja fbs (MPa)

1 2 3 4 5 6

Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D (TD) Gaya rem (TB) Beban angin (EW) Beban gempa (EQ)

Aman

Aman

Gambar 4.21. Tegangan yang Terjadi Pada Kombinasi 4

78

IV.7. Lendutan Pada Girder Komposit Lendutan maksimum pada girder akibat : 1. Beban merata Q :

max max max

(5/384 (1/48 ((1/(


3

) (

com)

2. Beban terpusat P :

com)

3. Beban momen M :

))

com)

Panjang bentang girder, Modulus elastisitas, Momen inersia,


s 4

com

Tabel 4.10. Lendutan Pada Girder Komposit

No

Jenis Beban

Q (kN/m)

P (kN)

M (kNm)

Lendutan

max

1 2 3 4 5 6

Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D Gaya rem (TB) Beban angin Beban gempa

79

Batasan lendutan elastis,

/240 = 20/240 = 0,0833

Tabel 4.11. Lendutan Pada Girder Komposit yang dikombinasi

Kombinasi Beban No Jenis Beban

Kom -1 Lendutan

Kom -2 Lendutan

Kom -3 Lendutan

Kom -4 Lendutan

max
1 2 3 4 5 6 Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D Gaya rem (TB) Beban angin Beban gempa Lendutan total = < L/240 ( Ok )

max

max

max

< L/240 ( Ok )

< L/240 ( Ok )

< L/240 ( Ok )

80

IV.8. Gaya Geser maksimum Pada Girder Komposit Tabel 4.12. Gaya Geser maksimum Pada Girder Komposit No Jenis Beban Gaya geser V (kN) 1 2 3 4 5 6 Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D Gaya rem (TB) Beban angin Beban gempa

Tabel 4.13. Gaya Geser maksimum Pada Girder Komposit Kombinasi 1 Kombinasi 1 No Jenis Beban 100% Gaya geser V (kN) 1 2 3 4 5 6 Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D Gaya rem (TB) Beban angin Beban gempa Vmax =

81

Tabel 4.14. Gaya Geser maksimum Pada Girder Komposit Kombinasi 2 Kombinasi 2 No Jenis Beban 125% Gaya geser V (kN) 1 2 3 4 5 6 Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D Gaya rem (TB) Beban angin Beban gempa Vmax =

Tabel 4.15. Gaya Geser maksimum Pada Girder Komposit Kombinasi 3 Kombinasi 3 No Jenis Beban 140% Gaya geser V (kN) 1 2 3 4 5 6 Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D Gaya rem (TB) Beban angin Beban gempa Vmax =

82

Tabel 4.16. Gaya Geser maksimum Pada Girder Komposit Kombinasi 4 Kombinasi 4 No Jenis Beban 150% Gaya geser V (kN) 1 2 3 4 5 6 Berat sendiri (MS) Beban mati tambahan (MA) Beban lajur D Gaya rem (TB) Beban angin Beban gempa Vmax =

Tabel 4.17. Gaya Geser maksimum Pada Girder Komposit yang Akan direncanakan No Kombinasi Beban Persen Tegangan Ijin 1 2 3 4 Kombinasi 1 Kombinasi 2 Kombinasi 3 Kombinasi 4 100% 125% 140% 150% Vmax (rencana) Vmax (kN) 100% Vmax (kN)

83

IV.9. Perhitungan Shear Connector

Gambar 4.22. Perhitungan Shear Connector

Gaya geser maksimum rencana,


max

tc

Luas penampang beton ditransformasikan,


ct 2

Momen statis penampang tekan beton yang ditransfomasikan,


c ct

(( ((

tc

)) ( ))
3

Gaya geser maksimum,


max max c com

84

Untuk shear connector digunakan besi beton bentuk U, D = 12 Luas penampang geser,
sv

( / 4)

(22 / 7)

Tegangan ijin geser,


sv s

Kekuatan satu buah shear connector,


sv sv sv

Jumlah shear connector dari tumpuan sampai L :


max sv

=x

Jarak antara shear connector, ( ) ( )

Digunakan shear connector,

Jumlah shear connector L sampai tengah bentang :


1

/8

max

sv

/8

Jarak antara shear connector, ( ) ( )

Digunakan shear connector,

85

IV.10. Review Design IV.10.1. Review Design Sebelum Komposit IV.10.1.1. Kontrol Penampang

( Ok )

Compact Section ( Ok ) IV.10.1.2. Tegangan Tegangan yang terjadi Tegangan Ijin

Aman IV.10.1.3. Lendutan Lendutan yang terjadi Lendutan Ijin

Aman IV.10.2. Review Design Setelah Komposit IV.10.2.1. Lebar Efektif Slab Beton

IV.10.2.2.

Section Properties Rasio perbandingan modulus elastisitas,

86

Luas penampang beton transformasi,


2

Luas penampang komposit,


2

Jarak garis netral terhadap sisi bawah,

Jarak sisi atas profil baja terhadap garis netral,

Jarak sisi atas slab beton terhadap garis netral,

Momen inersia penampang komposit,


com 4

Tahanan momen penampang komposit sisi atas beton,


tc 3

ts

bs

IV.10.2.3.

Tegangan Tegangan pada kombinasi 1

Tegangan yang terjadi Pada beton Pada baja

Tegangan ijin Pada beton Pada baja

Keterangan

Aman

87

Tegangan pada kombinasi 2 Tegangan yang terjadi Pada beton Pada baja Tegangan ijin Pada beton Pada baja Aman Tegangan pada kombinasi 3 Tegangan yang terjadi Pada beton Pada baja Tegangan ijin Pada beton Pada baja Aman Tegangan pada kombinasi 4 Tegangan yang terjadi Pada beton Pada baja Tegangan ijin Pada beton Pada baja Aman Keterangan Keterangan Keterangan

IV.10.2.4.

Lendutan Lendutan pada kombinasi 1 Lendutan yang terjadi Lendutan ijin

( Ok ) Lendutan pada kombinasi 2 Lendutan yang terjadi Lendutan ijin

( Ok )

88

Lendutan pada kombinasi 3 Lendutan yang terjadi Lendutan ijin

( Ok ) Lendutan pada kombinasi 4 Lendutan yang terjadi Lendutan ijin

( Ok ) IV.10.2.5. Gaya Geser Maksimum Gaya geser maksimum pada kombinasi 1


max

Gaya geser maksimum pada kombinasi 2


max

Gaya geser maksimum pada kombinasi 3


max

Gaya geser maksimum pada kombinasi 4


max

Maka diambil IV.10.2.6.

rencana

Shear Connector Digunakan shear connector,

Kekuatan satu buah shear connector,


sv

89

Jumlah shear connector dari tumpuan sampai L,

Jarak antara shear connector,

Digunakan shear connector,

Jumlah shear connector dari L sampai tengah bentang,

Jarak antara shear connector,

Digunakan shear connector,

IV.11. Menghitung Kebutuhan Bahan Sebelum Girder Komposit


P.2 P.3

P.4

AB.2

2.30

1.00 0.50

2.30

1.00 0.50

2.30

1.00 0.50

8.84

11.36

10.35

10.95

1.60 10.36
9.20

13.24

1.00 0.50

1.60

1.20 3.70

6.00

0.30
0.30 1.50

1.50

0.30
1.50

8.90 8.90

2.30 2.30

8.90 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50


10.00

JLN EXISTING
10.00

8.90

2.50 2.50 2.50

2.50 2.50 2.50

ELV +700.00

4+700

4+750

4+800

4+850

Gambar 4.23. Desain Jembatan Sebelum Girder Komposit

10.00

0.30

1.50

5.00

90

Gambar 4.24. Dimensi Pier Jembatan Sebelum Komposit

IV.11.1.

Data Teknis Panjang total bentang jembatan : 170 m Karena dibagi menjadi 5 section, maka panjang rata rata bentang jembatan : 34 m Lebar jembatan : 10,5 m Tebal slab lantai jembatan : 0,2 m

Terdapat 5 balok prategang dengan ukuran sebagai berikut : Panjang balok prategang : 0,7 m Lebar balok prategang : 0,7 m Tinggi balok prategang : 1,7 m

91

Terdapat 6 pier dengan ukuran sebagai berikut : a. Kepala pier dengan ukuran : Panjang kepala pier : 10,5 m Lebar kepala pier : 2,3 m Tinggi kepala pier : 1,5 m b. Badan pier dengan ukuran : Panjang badan pier : 5,6 m Lebar badan pier : 1,6 m Tinggi badan pier : 9,35 m c. Kaki pier dengan ukuran : Panjang kaki pier : 8,9 m Lebar kaki pier : 8,9 m Tinggi kaki pier : 2 m IV.11.2. Perhitungan Jembatan
slab lantai

Kebutuhan

Bahan

untuk

Slab

Lantai

IV.11.3.

Perhitungan Kebutuhan Bahan untuk Balok Prategang


balok prategang

IV.11.4.

Perhitungan Kebutuhan Bahan untuk Pier a. Kepala pier Karena kepala pier mempunyai 2 ukuran yaitu persegi panjang dan trapesium maka,
kepala pier 1

( (( )

) )

kepala pier 2

92

Jadi

kepala pier 3

kepala pier 1 3

kepala pier 2 3

b. Badan pier
badan pier

c. Kaki pier Karena kaki pier terdapat 2 ukuran yaitu persegi panjang dan trapesium maka,
kaki pier 1

( ((
3

) ) )
3

kaki pier 2

Jadi

kaki pier

Jadi kebutuhan bahan untuk pier


kaki pier 3 3

kepala pier 3

badan pier 3

Karena terdapat 6 pier maka,


pier 3 3

IV.11.5.

Volume Kebutuhan Bahan Sebelum Girder Komposit Volume kebutuhan bahan sebelum girder komposit ( beton )
slab lantai 3 balok prategang 3 pier 3 3

93

IV.12. Menghitung Kebutuhan Bahan Setelah Girder Komposit

19.94

P.6
19.99 19.99 16.39 16.00 16.00 19.69

P.7
16.99

P.8
15.00

P.9
15.72 1

AB.2

10.35

10.95

1.60
9.20 9.20

1.60
9.20

8.54

1.00 0.50

1.60

1.20 3.70

1.60

6.00

0.30 1.50

0.30 1.50

0.30
1.50

0.30 1.50

2.30 2.30

8.90

JLN EXISTING
10.00

8.90

8.90

8.90

2.50 2.50 2.50

2.50 2.50 2.50

2.50 2.50 2.50

2.50 2.50 2.50

ELV +700.00

4+700

4+750

4+800

4+850

Gambar 4.25. Desain Jembatan Setelah Girder Komposit

Gambar 4.26. Dimensi Pier Jembatan Setelah Girder Komposit

10.00

5.00

2.30

1.00 0.50

2.30

1.00 0.50

2.30

1.00 0.50

2.30

1.00 0.50

94

IV.12.1.

Data Teknis Panjang total bentang jembatan : 170 m Karena dibagi menjadi 10 section, maka panjang rata rata bentang jembatan : 17 m Lebar jembatan : 10,5 m Tebal slab lantai jembatan : 0,2 m

Terdapat 10 balok girder dengan ukuran sebagai berikut : Lebar balok girder : 0,3 m Tinggi balok girder : 0,9 m Tebal badan balok girder : 0,016 m Tebal sayap balok girder : 0,028 m

Terdapat 11 pier dengan ukuran sebagai berikut : a. Kepala pier dengan ukuran : Panjang kepala pier : 10,5 m Lebar kepala pier : 2,3 m Tinggi kepala pier : 1,5 m b. Badan pier dengan ukuran : Panjang badan pier : 5,6 m Lebar badan pier : 1,6 m Tinggi badan pier : 9,35 m c. Kaki pier dengan ukuran : Panjang kaki pier : 8,9 m

95

Lebar kaki pier : 8,9 m Tinggi kaki pier : 2 m IV.12.2. Perhitungan Jembatan
slab lantai

Kebutuhan

Bahan

untuk

Slab

Lantai

IV.12.3.

Perhitungan Kebutuhan Bahan untuk Balok Girder


balok girder 1

( ( (
3

) ) )

balok girder 2

Jadi IV.12.4.

balok girder

Perhitungan Kebutuhan Bahan untuk Pier a. Kepala pier Karena kepala pier mempunyai 2 ukuran yaitu persegi panjang dan trapesium maka,
kepala pier 1

( ((
kepala pier 1 3

) ) )

kepala pier 2

Jadi

kepala pier 3

kepala pier 2 3

b. Badan pier
badan pier

c. Kaki pier Karena kaki pier terdapat 2 ukuran yaitu persegi panjang dan trapesium maka,
kaki pier 1

( (( )

) )

kaki pier 2

96

Jadi

kaki pier

Jadi kebutuhan bahan untuk pier


kaki pier 3 3

kepala pier 3

badan pier 3

Karena terdapat 11 pier maka,


pier 3 3

IV.12.5.

Volume Kebutuhan Bahan Setelah Girder Komposit Volume kebutuhan bahan setelah girder komposit ( beton )
slab lantai pier 3 3 3

Volume kebutuhan bahan setelah girder komposit ( baja )


balok girder 3

IV.13. Perbandingan Volume Antara Kebutuhan Bahan Sebelum Girder Komposit dengan Kebutuhan Bahan Setelah Girder Komposit Dari pehitungan diatas berikut ini adalah hasil perbandingan volume antara kebutuhan bahan sebelum komposit dengan kebutuhan bahan setelah komposit yang saya tabelkan dibawah ini. ( dengan asumsi tidak ada perubahan pada dimensi pier pada jembatan )

Tabel 4.18. Perbandingan Volume Antara Kebutuhan Bahan Sebelum Girder Komposit dengan Kebtuhan Bahan Setelah Girder Komposit

Struktur Jembatan Sebelum Girder Komposit Setelah Girder Komposit

V (beton)
3

V (baja)

Anda mungkin juga menyukai