mata mempunyai sifat mengembang apabila dicelupkan kedalam air hingga 8x lipat dari volume semula, sehingga dalam suspensinya akan menambah kekentalan, pH suspensi berkisar 8,5 9,8 (bersifat basa). Kandungan Na 2O dalam Natrium bentonit umumnya lebih besar dari 2%.
Karena
sifat-sifat
tersebut
maka
mineral
ini
sering
dipergunakan
untuk
lumpur
pemboran,
penyumbat
kebocoran bendungan pada Teknik Sipil, bahan pencampur pembuatan cat, bahan bakufarmasi, dan perekat pasir cetak pada industri pengecoran logam. b. Kalsium Bentonit Bentonit jenis ini disebut juga Mg,Ca-Bentonit. Jenis ini mengandung kalsium (K2O) dan magnesium (MgO) lebih banyak dibandingkan natriumnya, mempunyai sifat sedikit menyerap air sehingga apabila didipersikan dalam air akan cepat mengendap ( tidak membentuk suspensi), pH nya berkisar 4, 0 7,0 (bersifat asam). Daya tukar ion (KTK) cukup besar dan bersifat menyerap. Karena sifat-sifat tersebut maka Kalsium Bentonit dipergunakan untuk bahan pemucat warna untuk minyak. Na-bentonit pengisi (filler), dimanfaatkan lumpur bor, banyak sebagai sesuai dipakai bahan sifatnya sebagai perekat, mampu bahan
membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit penyerap. Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan lempung lain yang telah diaktifkan. Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral tersebut. Agar mencapai persyaratan sebagai bahan lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu dapat dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor. Bentonit adalah suatu istilah nama dalam dunia perdagangan yang sejenis lempung plastis yang mempunyai
kandungan mineral monmorilonit lebih dari 85% dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 xH2O. Nama ini diusulkan pertama kali oleh Knight (1898) untuk nama sejenis lempung koloid yang ditemukan pada formasi Benton Rock Creek Wyoming Amerika Serikat. Mula terjadinya Bentonit secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat jenis endapan yaitu hasil endapan dari proses pelapukan, hydrothermal, tdevitrifikasi dan endapan sedimen. Proses Pelapukan Bentonit ini terbentuk akibat proses pelapukan dari mineralmineral penyusun batuan yang dipengaruhi oleh iklim, jenis batuan, relief muka bumi, tumbuh-tumbuhan yang berada diatas batuan tersebut. Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya jenis mineral lempung dalam proses ini adalah komposisi mineral batuan, komposisi kimia dan daya larut air tanah. Pembentukan mineral lempung oleh pelapukan adalah akibat reaksi ion-ion hidrogen yang terdapat dalam air tanah dengan mineral-mineral silikat. H+ umumnya berasal dari asam karbonat yang terbentuk sebagai akibat pembusukkan oleh bakteri terhadap zat organik dalam tanah.Menurut Wollast (1967), pada proses pelapukan bila laju aliran air lebih cepat dibanding dengan pelarutan yang terjadi, biasanya didaerah curam maka akan terbentuk gibsit [ Al(OH)3 ] dari felspar. Dan jika laju aliran semakin rendah biasanya didaerah landai, maka dari felspar tesebut akan terbentuk kaolinit [Al2SiO2O5(OH)4 ]. Sedangkan bila laju aliran terhenti biasanya didalam cekungan, suatu reaksi yang lambat akan terjadi antara kation dengan Al(OH)3 dan silika membentuk monmorilonit [ Al2O3.4SiO2 2H2O]. Proses Hidrotermal
Proses rekahan
ini
adanya
injeksi
hidrotermal yang bersifat asam merembes melalui celah-celah dilaluinya, antar larutan berubah. atau pada zona mengakibatkan larutan itu
dengan batuan itu.Pada saat reaksi berlangsung, komposisi hidrotermal tersebut terjadi menjadi daerah dan unsur alkali akan dibawa kearah luar, sehingga selama proses berlangsung dari akan berkembang asam ke-basa umumnya
berbentuk melingkar sepanjang rekahan dimana larutan itu menginjeksinya. Terjadinya monmorilonit sebagai mineral penyusun utama bentonit, terjadi karena adanya ubahan dari felspar plagioklas, mineral mika dan feromagnesian. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya magnesium (Mg) dan kalium (K) yang berasal dari mika atau felsfar. Peristiwa ini terjadi pada alterasi hidrothermal tingkat rendah. Proses Devitrifikasi Pada gelas proses ini bentonit dapat terbentuk dari hasil mekanisme pengendapan debu volkanik yang kayaakan mengalami devitrifikasi (perubahan gelas volkanik mineral lempung). Setelah di endapkan pada menjadi
lingkungan danau atau laut. Proses Sedimentasi Menurut Millot (1970), monmorilonit dapat terbentuk tidak saja dari tufa melainkan juga dari endapan sedimen dalam suasana basa (alkali) atau yang yang sangat biasa silikaan disebut (authigenic endapan neoformation)
kimia.Mineral-mineral yang terbentuk secara sedimen yang tidak berasosiasi dengan tufa adalah attapulgit, sepeolit dan monmorilonit
III.PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 3.2 Alat dan Bahan Penggiling ayakan magnetic stirrer timbangan pompa vacuum alat-alat gelas Cara Kerja dan kertas saring mineral bentonit aquadest KMnO4 Na2CO3
a. Siapkan MnCl2 1 M 100 mL dan 5 g bentonit b. Siapkan corong yang dilapisi kapas dan masukkan bentonit kedalamnya c. Teteskan MnCl2 setetes demi setetes d. Residu ditambahkan dengan KMnO4 5% 20 mL sehingga terbentuk warna coklat e. Lihat filtrat, kalau bening berarti Mn terserap sempurna, tetapi kalau tidak masih ada Mn, untuk mengetahui sisa Mn dititrasi. 3.3 Skema Kerja Residu + KmnO4 5 % 20 mL Warna coklat lihat filtrat, jika bening Mn terserap sempurna jika tidak, Mn sisa dititrasi MnCl2 1 M 100 mL 7,5 g bentonit masukkan bentonit teteskan MnCl2
Siapkan bahan
Residu dilarutkan dalam 20 mL KMnO4 3.4 stirrer, saring timbang residu Skema Alat
IV. 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Perhitungan Pembuatan MnCl2 1 M dalam 100 Ml g = V.N.BE = 0,150 . 1M . 125,94 = 18,891 g Pembuatan KMnO4 0,5% dalam 100 mL 0,5 % = 0,5 % = g
g KMnO 4 x 100 % g air
= 0,5 g
g 1000 x Mr V
0,15 g 1000 x = 0,0093 134 g/mol 80 mL
Kadar Mn yang terserap V Na.Oks M Na.Oks V rata-rata (V.M) Na.Oks M = 20 mL = 0,0093 M = 3 mL = = (V.M) KMnO4 M . 3 mL 0,062 M
V KMnO4 terpakai = 3,1 mL dan 2,9 mL Konsentrasi KMnO4 setelah titrasi 0,0093 M.20 mL =
Mmol KMnO4 yang tidak terserap Mmol = 0,062 M . 3 mL = 0,186 mmol Mmol KMnO4 awal
g 1000 x Mr V
= 0,5 g 1000 x 158 g/mol 100 mL
= 0,0316 = 0,316 x 100 mL = 3,16 mmol Konsentrasi KMnO4 yang beraksi M = mmol KMnO4 awal . mmol KMnO4 sisa = 3,16 mmol 0,186 mmol = 2,974 mmol Gram Mn terserap g KMnO4 terserap = = mmol KMnO4 . Mr KMnO4
2,974 . 158 g/mol 1000 mol
= 0,469 g g Mn terserap = =
Ar Mn x g KMnO 4 terserap Mr KMnO 4
55 x0,469 158
4.2
dengan menggunakan bentonit merupakan praktikum yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan mineral bentonit dalam menyerap logam mangan dalam air. Bentonit merupakan mineral yang berwarna kuning keputihan dan dengan adanya besi mudah teroksidasi. Bentonit juga merupakan suatu mineral yang merupakan bagian dari clay, karena setiap unsur penyusun yang ada dalam bentonit juga terdapat dalam clay. Dalam praktikum ini bentonit digunakan sebagai adsorben untuk menyerap logam mangan yang kami peroleh dari sumbernya yiatu KMnO4. kedua zat dicampurkan sehingga menimbulkan warna ungu tua. Air digunakan sebagai pelarut. Pada pencampuran dengan air, adanya pengembangan membuat jarak antara setiap unit makin melebar dan lapisannya menjadi berbentuk serpihan, serta mempunyai permukaan yang luas dalam zat pensuspensinya. Hal ini menyebabkan kemampuan bentonit dalam penyerapan menjadi meningkat. Pada perlakukan pertama yaitu tanpa menggunakan MnCl2, hasil saringan tidak jernih, dan masih terdapat warna ungu pad aflitrat yang didapat. Ini menandakan bahwa masih terdapat kandungan logam Mn dalam senyawa tersebut, dan untuk menentukan kadar Mn yang tidak terserap sempurna tersebut maka dilakukan titrasi dengan Natrium oksalat. Sedangkan pada perlakukan kedua yaitu dengan penambahan MnCl2, didapatkan filtrat yang jernih. Ini menandakan bahwa logam Mn terserap dengan baik oleh bentonit. Disini fungsi MnCl 2 adalah untuk garam-garam mangan sehingga bias diadsorbsi. Hasil perhitungan kami menunjukkan bahwa kadar Mn yang
terserap yaitu sebesar 94,11%. Ini menandakan bahwa bentonit yang kami gunakan berhasil menyerap Mn dengan baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum dan membuat perhitungan maka dapat kami buat kesimpulan : 1. Bentonit merupakan bagian dari mineral clay yang dapat digunakan sebagai adsorben 2. Pada pencampuran dengan akan air bentonit akan daya mengembang serapnya. 3. Kadar Mn terserap yang kami peroleh yaitu 94,11%, ini menandakan bahwa mineral bentonit dapat menyerap logam mangan dengan baik. 5.2 Saran Agar praktikum selanjutnya mendapatkan hasil yang lebih baik maka dapat kami berikan saran: 1. Teliti dalam menimbang zat yang dipakai 2. Lakukan stirrer dengan sempurna agar hasil lebih baik 3. Lakukan titrasi dengan teliti untuk mendapatkan data yang lebih akurat. sehingga meningkatkan
JAWABAN PERTANYAAN 1. Senyawa penyusun bentonit adalah : SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO : 64,23% : 20,74% : 3,49% : 0,46% : 2,26%
Yang membedakan bentonit dengan clay adalah bentonit merupakan jenis dari clay, dimana penyusun clay antara lain silica, alumunium, mineral alkali, besi kalsium, magnesium titanium dan bahan karbon serta air. 2. Fungsi penambahan MnCl2 adalah untuk garam-garam
mangan sehingga dapat diadsopsi. 3. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui pH larutan karena bentonit aktif pada pH 8,5, sehingga dapat mengadsorpsi mangan.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Nendra. 1998. Studi Pendahuluan Tanah Liat sebagai Bahan Dasar Pembuatan Keramik di Beberapa Daerah Sumbar. Padang: FMIPA UNAND Darwin. 1982. Penggunaan Tanah Diatom, Bentonit dan Karbon Aktif dalam Proses Pemecahan Tanah Liat. Bandung: FMIPA UNPAD Prapurti, Erti. 2000. Pemucatan Minyak Kelapa dan Minyak Sawit dengan Bentonit. Padang: FMIPA UNAND http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Bentonit/Ulasan