Anda di halaman 1dari 23

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Amalgam telah digunakan dalam dunia kedokteran gigi lebih dari satu abad dan dalam kurun waktu 20 tahun

be less than 1.6 mm (i.e., two diameters of end of bur). C, Occlusal view of initial tooth preparation that has mesial and distal walls that diverge occlusally. D, Distofacial and distolingual fissures that radiate from pit are included before extending along central fissure. E, Mesiodistal longitudinal section. Pulpal floors are generally flat but may follow the rise and fall of occlusal surface.
Gambar 2.21. kavitas

Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya bisa dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut: 1. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : lebih dalam pada gigi dengan email tebal (molar), dangkal pada gigi dengan email tipis (premolar). Kedalaman biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email.

Gambar 2.22: diagram pembuangan email pada molar. A) kemiringan yang tepat pada dinding mesial dan distal. B) tidak benar lingir (ridge) tepi mesial dan distal lemah karna adanya undercut.

2. Kavitas klas I harus cukup lebar sehingga mencakup semua kerusakan atau harus sesempit mungkin, namun tetap memungkinkan dimasukkannya plugger kecil (pemampat) untuk menempatkan amalgam ke dalam preparasi. 3. Ragangan kavitas harus merupakan perpaduan harmonis dari lengkungan atau garis-garis lurus. Bila ada sudut pada ragangan, dapat ditumpulkan dengan menggunakan bur.

Gambar 2.23: Diagram perluasan bur dengan bur no 700 atau 55

4. Pinggiran mesial dan distal dibuat sejajar dengan linggir tepi, transversal dan oblik.

Gambar 2.24: Ragangan oklusal dari 2 molar kanan (A) dan 2 premolar kanan (B). Linggir tepi membentuk sudut serta batas proksimal dari preparasi

5. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura. Linggir email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan linggir melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak dimasukkan pada preparasi. (gambar 1.3) 6. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing keluar dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 2.23)
2

7. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena kebanyakan tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang lain, dasar kamar pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi tangkai bur membagi dua sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan.

Gambar 2.25: Posisi tangkai bur membagi dua sudut oleh kemiringan email yang berdekatan 8. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding dalamnya sejajar dengan permukaan luar gigi.

2. Klasifikasi kavitas kelas II Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior termasuk kategori Klas II. Alasan mengapa lesi permukaan proksimal mempunyai klasifikasi khusus tersendiri adalah karena lesi terjadi pada gigi-gigi molar dan premolar yang saling berdekatan, dan sulit untuk menjaga kebersihan di daerah bawah titik kontak. Menurut definisi Dr. Black, karies Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satu permukaan proksimal dari gigi sehingga dalam praktiknya kavitas ini digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal), DO (disto-oklusal), dan MOD (mesio-oklusal-distal). Dilihat dari definisinya, kavitas ini adalah lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan oklusal (Baum et al., 1997). Pada preparasi kavitas ini, kekuatan dan keutuhan bagian tepi merupakan dua kriteria penting untuk memutuskan apakah cusp akan dipertahankan atau dikorbankan dengan harapan tumpatan dapat menahan fraktur selama pengunyahan. Beberapa contoh desain kavitas digambarkan dengan nomenklatur kavitas. Untuk lebih memahaminya, kavitas Klas II dapat dibagi dalam dua kategori; (1) Klas II amalgam insipient adalah sedikit banyak menutupi lubang yang dapat dimasuki mikroba yang dapat menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas merupakan tambalan yang
3

mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak. Konsep (1) menambal dengan (2) membangun, adalah penting untuk dimengerti, karena bisa mengubah perawatan atau tipe dari prosedur itu sendiri.

AMALGAM KLAS II INSIPIEN Lesi insipient ini biasanya kecil dan terletak tepat di bawah titik kontak dari gigi. Deteksi lesi karies klas II insipient tidak mudah dilakukan. Proyeksi bitewing merupakan cara yang terbaik, karena letak gigi-gigi yang berdekatan menghalangi pemeriksaan sonde. Bila lesi telah terdeteksi pada radiograf bitewing, tindakan perawatan harus diindikasikan walaupun lesi tidak dapat dideteksi dengan sonde. Gigi harus dipreparasi untuk restorasi Klas II. Lesi proksimal insipient menembus dentin hanya sekitar 1 mm sehingga tidak ada karies dentin yang perlu diekskavasi sebab bur secara otomatis sudah menghilangkannya selama preparasi gigi (Baum et al., 1997).

Prosedur preparasi 1. Preparasi melibatkan alur oklusal, seperti dilakukan untuk amalgam Klas I. Preparasi menggunakan bur bulat (round) no. dan disempurnakan dengan bur no. 330. 2. Langkah ini penting, karena operator harus memutuskan seberapa luas (fasio-lingual) pemotongan yang dilakukan untuk mendapatkan akses ke lesi proksimal. Setelah ditentukan, operator membuat takikan dengan menggunakan bur round no. menembus linger tepi untuk membuka pertautan anatara dento-email. Perlu diingat kembali, kavitas Klas II tidak selalu melibatkan okusal. 3. Setelah orifis dari fissure terbalik dibuat, preparasi dentin dengan round bur atau bur bentuk buah pir, dan ptong sebuah alur sempit fasio-lingual di bawah lapisan proksimal dari email, dan gnakan sebagai pedoman untuk menempatkan bur.Gunakan handpiece sedemikian rupa sehingga bur bisa bergerak ke sana ke mari seperti pendulum, dengan perlahan-lahan memperpanjang alur ke bawah ke arah gingiva.

Bila langkah ketiga dilakukan dengan tepat maka, lapisan email masih utuh. Bagian dalam dari preparasi kavitas diselesaikan, dan semua dentin harus dihilangkan dari bagian bawah email. 4. Lapisan email ditembus dengan alur vertical. Tindakan ini harus dilakukan dengan hatihati agar tidak mengenai permukaan email gigi sebelahnya. 5. Lapisan email yang menjadi lemah karena pembuatan alur bisa dipatahkan dengan bilah instrument (hatcher atau ekskavator), yang digunakan untuk mengungkitnya. Jika pengambilan di balik email dilakukan dengan tepat, email rod dapat dipatahkan dengan rapi dan tepat di daerah pinggiran yang dibentuk bur. 6. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan hatcher (instrument pemotong untuk memperluas amalgam Klas II). 7. Perdalam dinding aksial jika diperlukan, untuk membentuk kembali alur aksial, dan penyempurnaan tepi sepanjang oklusal. Langkah ini menggunakan bur no. 330. Penggunaan instrument berputar sepanjang boks terlalu berbahaya. Oleh karena itu disini hanya digunakan instrument genggam. Akses yang terbatas mengakibatkan bur di lokasi ini karena dapat tergelincir mengenai gigi tetangganya.

AMALGAM KLAS II yang DIPERLUAS Kasus ini langsung diarahkan ke tambalan Klas II yang besar. Amalgam yang diperluas jelas lebih besar karena daerah-daerah yang terdapat dalam kavitas atau karies recurrent di sekitar tambalan lama. Kedalaman dinding aksial tidak ditentukan oleh lesi karies tambalan yang lama. Tetapi ditentukan secara acak oleh operator dan biasanya lebarnya 1.22 mm untuk gigi premolar dan 1.8 mm untuk molar. Komponen retentive dasar dari boks proksimal adalah alur aksial, satu ditempatkan di fasial dan yang lain ditempatkan di lingual. Alur-alur ini lebih dalam pada ujung gingivanya dan cenderung menghilang kea rah oklusal. Sebagian besar alur aksial dibuat dengan bur, tetapi beberapa operator lebih suka membuatnya bebrbentuk segi empat untuk menambah retensi bagi amalgam. Makin lebar boks, makin besar sudut yang dibentuk oleh dinding fasial dan lingual dan akibatnya, makin dalam alur yang harus dibuat (Baum et al., 1997).

Prosedur preparasi
5

Penting bahwa ragangan akhir dari preparasi gigi dibayangkan terlebih dahulu oleh operator sebelum pemotongan dilakukan. Setelah diputuskan dari pemeriksaan radiografi bagaimana ukuran dan bentuk akhirnya, restorasi lama dibongkar dan bagian oklusal dari kavitas dipreparasi. Di sini tidak digunakan bur kecepatan tinggi, melainkan dilakukan prosedur yang sama seperti lesi insipient. Dengan bur fisur runcing No. 770 kecepatan rendah, dentin di bawah email proksimal dibuang, diikuti dengan mencungkil sisa email dan membuat bagian tepi. Kesuksesan pembuatan preparasi boks tergantung atas ketelitian dan ketepatan pembuatan alur. Berikut urutan preparasinya : 1. Preparasi dari alur berfissure di bawah email, tidak boleh terlalu ditekankan. Dengan hati-hati pertimbangkan apakah sudut-sudut tajam dan tegas, apakah fissure cukup diperluas kea rah fasial dan lingual, apakah dasar gingival dari alur rata dan halus, dan juga apakah semua dentin telah dihilangkan dari bawah email. 2. Bila operator telah memeriksa fissure dan email sudah dipatahkan, bagian tepi dibuat dengan instrument genggam. 3. Untuk menambah kesempurnaan pahat dan hatched email digunakan pengasah tepi gingival untuk menghaluskan dasar gingival dan menghilangkan fragmen email yang tertinggal. Sebelum digunakan, ujung pemotong harus dites lebih dulu. Fungsi utama dari instrument pemotong adalah membuat dan menghaluskan tepi pada daerah boks proksimal. Alat ini juga dipakai untuk mempertegas garis retensi internal dan pointangle. 4. Pembersihan bagian dalam dari kavitas. Karies dentin sekarang diperiksa dan dibuang. Pembuangan karies dentin adalah langkah No. 4 dari preparasi Black. 5. Penyempurnaan alur retensi dengan bur fisur runcing cross-cut No. 700 dan round No. 6. Mengubah alur retentive yang bulat menjadi segi empat dengan pengasah tepi gingival. Jelas bahwa alur retentive segi empat menambah sifat retentive dari restorasi. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pengasah tepi gingival yang tajam. Ini merupakan langkah No. 5 dalam preparasi Black. Pemeriksaan tepi sebaiknya ditunda sampai semuanya selesai dilakukan.

7. Perencanaan tepi. Ini merupakan langkah akhir sebelum pemasangan pita matriks dan pemampatan amalgam. Permukaan ybgtidak teratur sepanjang dasar gingival dapat dihaluskan dengan instrument genggam dan kurva tebalik dari oklusal dapat dipreparasi dengan pahat bengkok yang tajam. 8. Pembuangan debris, penghilangan fragmen semen dan membersihkan sisa darah yang telah mongering. Larutan hydrogen peroksida 3% bisa digunakan untuk membantu menghilangkan debris. Langkah penyempurnaan akhir dan pembersihan ini termasuk langkah ke-6 dari preparasi Black (Baum et al., 1997).

2.6.3 Teknik Klinis Restorasi Amalgam Kelas V A. Prosedur awal Prosedur awal adalah isolasi dengan rubber dam dan retraction cord. Isolasi yang tepat mencegah kontaminasi kelembaban dari lokasi penumpatan, meningkatkan asepsis, dan memfasilitasi akses dan visibilitas. Kelembaban berupa air liur, cairan sulcular gingiva, atau perdarahan gingiva harus dikeluarkan selama penumpatan karies. Kelembaban merusak estetika, dapat mencemari pulpa selama penumpatan karies, dan secara negatif dapat mempengaruhi sifat fisik bahan restoratif.

B.

Preparasi gigi

1. Preparasi Gigi Tahap awal. Prinsipnya sama dengan preparasi umum gigi. Menggunakan tapered fissure bur berukuran sesuai, lesi karies (atau restorasi yang sudah ada) dibur hingga batas awal aksial dengan kedalaman 0,5 mm di dalam DEJ. Kedalaman ini biasanya 1 sampai 1,25 mm dari total kedalaman aksial, tergantung pada lokasi incisogingival. Namun, jika preparasi ada di permukaan akar, kedalaman aksial adalah sekitar 0,75 mm.

2. Preparasi gigi tahap akhir

Preparasi gigi tahap akhir melibatkan pembuangan dari sisa dentin yang terinfeksi, memberi perlindungan pada pulpa, bentuk retensi, finishing dinding luar, pembersihan, memeriksa kembali dan desensitizing atau bonding.

2.5

Manipulasi dan Triturasi Restorasi Amalgam

Jumlah merkuri yang dikehendaki dapat diperoleh dengan menimbang atau menggunakan volume dispenser. Perbandingan takaran alloy dengan merkuri : amalgam yang telah set hendaknya kurang dari 50% , ada 2 teknik yang dikemukakan. 1. Menggunakan perbandingan alloy dan merkuri 5:7 atau 5:8. Kelebihan merkuri mempermuda triturasi dan dapat di peroleh hasil campuran yang plastis. Sebelum bahan dimasukan kedalam kavitat, kelebihan merkuri di ambil dengan cara memerasnya dalam kain kassa. 2. Minimal merkuri techniques (teknik Eames) dimana merkuri dan alloy ditimbang dalam jumbla yang sama, tidak perlu dilakukan pemerasan merkuri sebelum dilakukan kondensasi. Metode pencampuran secara mekanis.

Triturasi Triturasi bertujuan untuk melepaskan oksida dari bubuk alloy. Agar terjadi reaksi bubuk alloy dan Hg secara cepat, permukaan alloy harus bersih dengan caramenggesek partikel-partikel secara mekanis sehingga mengangkat lapisan oksida yang menutupi partikel alloy. Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Pencampuran manual dengan menggunakan mortal dan pestel Dipergunakan mortar dan pestel yang terbuat dari gelas. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan mortar. Kekasaran permukaan ini dapat dipertahankan dengan sekali-sekali mengasahnya dengan pasta karborundum. Pesteladalah alu kecil terbuat dari gelas.

Teknik tersebut sudah jarang digunkan sekarang ini, lebih cepat menggunakan metode mekanis, dengan cara ini resiko merkuri terhirup lebih kecil. Tiga faktor untuk mendapatkan campuran massa amalgam yang baik, antara lain : jumlah putaran , kecepatan pemutaran dan besarnya tekanan pada pengaduk. Idealnya 2425 detik merupakan waktu yang cukup. b. Pencampuran secara mekanis Alloy dan merkuri dalam perbandingan yang tepat dapat dicampur secara mekanis di dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunkan pastel atau stainless steel. Harus dipergunakan pastel yang memiliki diameter jauh lebih kecil darikapsul apabila dipakai alloy yang berbentuk kapsul sehingga memudahkan menghancurkannya. Amalgamator mekanis mempunyai pengaturan waktu sehingga waktu pencampuran yang tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang. Bahan untuk ini tersedia dalam bentuk kapsul, masing-masing kapsul berisi alloy dalam berat yang sudah diukur serta merkuri dalam jumlah yang sebanding berada terpisah dengan tutupnya. Sekat pemisag harus dipecah sebelum kapsul dimasukkan dalam amalgamator. Alat yang tersedia sesuai dengan proporsi dan pencampuran amalgam. Penggunaan alat ini sangat tepat tetapi pemeliharaan harus dilakukan ketika mengisi merkuri untuk menghindari tumpahnya merkuri dan terjadinya kontaminasi. Problem lain yaitu biasanya alat ini memiliki kecepatan yang rendah dan wktu triturasi sekitar 20-30 detik untuk mendapatkan massa yang menyatu. Hasil amalgam ini umumnya kurang memuaskan. Pemilihan wajtu triturasi adalah penting, ini tergantung pada tipe alloy yang dipergunakan serta kecepatan mencampur. Pada beberapa high copper alloy tertentu perlu diawasi kondisi triturasi yang tepat. Beberapa proiduk seperti ini membutuhkan energy yang besar pada pencampuran yang diperlukan untuk menghancurkan pelapis oksida yang terbentuk pada partikel dengan tembaga yang banyak. Tidak ada rekomendasi yang tepat untuk waktu pencampuran karena amalgamator berbeda dalam hal kecepatan pola getaran dan desain kapsul. Alloy sperikal biasanya membutuhkan waktu malgamasi yang kurang dari alloy lathe.

Campuran dalam jumlah yang lebih sedikit. Keuntungan triturasi mekanis yaitu waktu pencampuran lebih singkat dan prosedurnya lebih standar. Efek Triturasi. efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang tinggi.( Surouw,2004) Kekuatan Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang lainnya. Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini cukup baik untuk

mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur/retakan. Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam : 1. rasio merkuri/alloy : jika merkuri yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan merkuri, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh. 2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional. 3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles. 4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik. (Williams, 1979)

10

Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut. 2.6 Aplikasi Restorasi Amalgam

Teknik restorasi amalgam Kelas I dan II Setelah gigi dipreparasi, gigi disiapkan untuk penumpatan amalgam. Jika bukan amalgam yang perlu di-bonded, sealer diperlukan untuk meutup dentin yang dipreparasi. Sealer bisa berupa coating material atau polymerized resin adhesive. Tahap ini bisa dilakukan sebelum atau setelah aplikasi matrix. Pada amalgam yang perlu di-bonded dan menggunakan matrix, dibutuhkan etsa, priming, dan penempatan bahan adesif setelah matrix diaplikasikan (Roberson dkk., 2006). 1. Penempatan matrix Matrix secara utama digunakan pada restorasi permukaan proksimal. Menurut Roberson dkk., tujuan penggunaan matrix adalah untuk: menyediakan kontak yang baik, kontur yang baik, pembatas material restoratif, dan mengurangi penggunaan material yang berlebih. Matrix yang efektif memiliki ciri: mudah diaplikasikan maupun diambil, memanjang ke bawah margin gingival, memanjang sampai ke atas marginal ridge, dan mempertahankan terhadap deformasi selama penempatan material. Aplikasi matrix pada preparasi gigi dapat melindungi gigi tetangga dari kerusakan (Roberson dkk., 2006). Tujuan dari penggunaan matrix adalah untuk (Summit dkk., 2006): a. Mempertahankan amalgam sehingga kondensasi yang adekuat dapat dilakukan. b. Re-establishment kontak dengan gigi tetangga. c. Membatasi ekstrusi amalgam dan pembentukan overhang pada hidden margin, seperti proximal gingival margin. d. Menyediakan kontur fisiologis yang adekuat untuk permukaan proksimal restorasi. e. Impartasi tekstur permukaan yang baik pada permukaan proksimal, terutama di area kontak yang tidak bisa dilakukan carving dan burnishing. 2. Penempatan (kondensasi) amalgam Kondensasi lateral pada bagian proximal box dari preparasi penting untuk konfluensi amalgam dengan margin. Spherical amalgam lebih mudah dikondensasi daripada admixed amalgam, tapi penempatan keduanya mudah. Secara umum, digunakan amalgam condenser
11

yang lebih kecil dahulu, agar amalgam terkondensasi dengan baik pada sudut internal dan bagian retensi sekunder. Setelah itu, digunakan condenser yang lebih besar (Roberson dkk., 2006). Jika amalgam perlu di-bonded, aplikasi adesif dan kondensasi amalgam dilakukan secara simultan agar resin dapat melekat dengan baik dengan partikel amalgam. Kondensasi amalgam harus dilakukan sebelum adesif berpolimerisasi. Jika amalgam yang ditempatkan sedikit berlebih, perlu dilakukan precarve burnished dengan egg-shaped burnisher yang besar untuk kondensasi final, menghilangkan kelebihan merkuri, dan mengawali proses carving (Roberson dkk., 2006). 3. Carving restorasi amalgam Penempatan (kondensasi) dan carving amalgam harus dilakukan sebelum amalgam menjadi terlalu keras untuk di-carving. Bonded amalgam lebih sulit di-carving daripada nonbonded amalgam karena ekses polymerized adhesive resin terakumulasi pada margin dan sulit dihilangkan. Carving pada area oklusal reatorasi amalgam menggunakan instrumen discoidcleoid, pada area facial dan lingual dengan Hollenbeck carver, dan pada area embrasure proksimal dengan pisau amalgam atau amalgam scaler (Roberson dkk., 2006). 4. Finishing restorasi amalgam Setelah carving selesai, restorasi dilihat dari berbagai sudut dan kedalaman carving dievaluasi. Jika menggunakan rubber dam, maka harus dilepas dan kontak oklusi rstorasi dievaluasi. Pasien diinstruksikan untuk mengatupkan gigi perlahan dan berhenti ketika kontak dicapai. Jika terlihat ada celah antara gigi tetangga dengan gigi lawannya, harus diidentifikasi dan diperbaiki. Articulating paper bisa digunakan untuk mengatur kontak dengan lebih akurat hingga kontak oklusi yang tepat dicapai. Setelah oklusi diatur, discoid-cleoid bisa digunakan untuk smoothing amalgam. Cotton pellet yang sudah dibasahi dan dijepit dengan pinset bisa digunakan untuk membantu smoothing amalgam. Jika carving dan smoothing dilakukan dengan tepat, tidak perlu dilakukan pemulasan tambahan, dan hasilnya akan tetap baik dalam waktu yang lama (Roberson dkk., 2006). 5. Reparasi restorasi amalgam Jika restorasi amalgam mengalami fraktur pada saat penempatan, area defektif tersebut harus direparasi seperti aplikasi restorasi kecil. Kedalaman dan bentuk retensi yang sesuai perlu diperhatikan. Matrix dapat digunakan jika diperlukan. Mix amalgam yang baru dapat dikondensasikan secara langsung pada defek dan melekat pada amalgam yang sudah
12

ditempatkan sebelumnya jika tidak diberi bahan intermedier di antara kedua amalgam. Bahan sealer dapat ditempatkan pada dentin yang terbuka, tapi tidak boleh ditempatkan pada dinding preparasi amalgam. Jika amalgam perlu di-bonded, aplikasi bahan adesif pada struktur gigi yang terbuka harus lebih hati-hati (Roberson dkk., 2006).

C. 1.

Teknik Restoratif Penempatan Matriks Kebanyakan restorasi amalgam Kelas V ditempatkan tanpa menggunakan matriks.

Matriks digunakan pada preparasi gigi dengan dinding aksial yang sangat cembung pada mesiodistal karena sulit dikondensasi. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menempatkan matriks. Metode yang dianjurkan adalah penerapan matriks

pada batas mesial dan distal dari tumpatan amalgam. Bahan baja stainless matriks, masingmasing untuk mesial dan permukaan distal, dilewatkan melalui kontak proksimal, dengan hatihati diarahkan ke sulkus gingiva, dan wedge.

2.

Condensation dan Carving Amalgam dimasukkan sedikit demi sedikit pada kavitas preparasi dengan amalgam

carrier kemudian dikondensasikan dengan condenser. Selanjutnya, amalgam dikondensasikan pada dinding mesial dan distal dari preparasi. Terakhir, mengkondensasi bagian tengah kavitas dengan amalgam secukupnya. Carving dapat dimulai sgera setelah proses kondensasi. Mulai prosedur carving dengan menghilangkan kelebihan amalgam pada insisal atau oklusal marjin. Kemudian dilanjutkan dengan menghilangkan kelebihan pada mesial dan distal margin. Terakhir, membuang kelebihan pada gingival margin.

3.

Finishing dan Polishing Jika prosedur carving telah dilakukan dengan benar, proses finishing tidak diperlukan.

Sedikit cotton pellet yang dibasahi dapat digunakan untuk menghaluskan restorasi. Namun, tambahan finishing dan polishing restorasi amalgam mungkin diperlukan untuk memperbaiki

13

perbedaan marginal atau memperbaiki kontur. Pada proses ini digunakan stone, atau instrument putar pada posisi margin dibawah cementoenamel junction (CEJ).

2.7 Reaksi Pengerasan Amalgam Reaksi pengerasan terjadi setelah powder alloy amalgam dan liquid merkuri tercampur dengan sempurna.1 Awalnya akan terjadi absorbsi merkuri ke dalam partikel, diikuti oleh pengkristalan senyawa Ag2Hg3 yang disebut sebagai fase gamma satu dan fase Sn8Hg yang disebut sebagai fase gamma 2. Kristal kristal ini membentuk pengerasan amalgam.11 Reaksi tersebut sebagai berikut: 1. Reaksi dengan menggunakan alloy binary :

Perak-timah + Merkuri ------------ Perak-timah + Merkuri-perak + Timah merkuri Ag3Sn Hg --------------- ------------------------Ag3Sn Ag2Hg3 1 Sn8Hg 2

2. Reaksi dengan menggunakan alloy tertinary : Ag-Sn-Cu + Hg Ag-Sn-Cu + 1 + Cu6Sn5 Ketiga fase ini memiliki peranan dalam mengatur sifat amalgam. Komponen yang paling kuat adalah , dan yang paling lemah adalah 2. Oleh karena itu, 2 lebih rentan terhadap korosi daripada fase yang lainnya. Setelah triturasi, kontraksi akan terjadi sampai 20 menit dengan mengendapnya 1. Kontraksi terjadi karena larutnya patikel Ag dan terbentuknya 1. Pada saat 1 semakin banyak, Kristal ini akan semakin bergesekan sehingga akan menghasilkan tekanan ke arah luar yang akan melawan kontraksi. Selama bergesekan terdapat liquid merkuri yang cukup untuk menyediakan tempat plastis agar kristal tersusun rapat, ini disebut fase matrix. 2.8 Aspek Biomekanik Restorasi Amalgam 2.9.1 Unit biomekanik

14

Standar unit biomekanik termasuk material restorasi, struktur gigi, dan daerah permukaan antara restorasi dan gigi. perbedaan prosedur restorasi dapat melibatkan lapisan permukaan yang berbeda. Permukaan amalgam-enamel biasanya lemah dan tidak berkelanjutan tanpa adanya system bonding yang digunakan. Hal yang penting untuk mempertimbangkan 3 struktur dalam unit biomekanik adalah untuk mendeteksi tekanan yang mungkin menyebabkan hal yang tidak diinginkan, seperti fraktur atau terlepasnya ikatan. Material restorasi mungkin cukup kuat untuk menahan fraktur, tapi struktur permukaan gigi mungkin tidak mampu menahan hal tersebut.

2.9.2

Stress transfer Struktur normal gigi mentransfer biting eksternal melalui enamel ke dalam dentin

sebagai tekanan. Konsentrasi eksternal didistribusikan melewati sebagian besar volume internal dari struktur gigi, dan tekanan pada satuan daerah tersebut menjadi kecil. Dalam proses ini, sebagian kecil deformasi dentin dapat terjadi sebagai hasil dari fleksur gigi. Deformasi ini dibahas secara lebih mendalam. Gigi yang telah direstorasi cenderung mentransfer tekanan secara berbeda, dibandingkan gigi yang masih utuh. Setiap daya yang bekerja pada restorasi menghasilkan tekanan, tensi atau sebuah garis disepanjang permukaan restorasi. Ketika enamel tidak lagi menyambung, daya tahan menjadi menurun drastis. Kebanyakan restorasi didesain untuk mendistribusikan tekanan ke dalam ruang dentin, daripada ke enamel. Ketika berada di dalam dentin, tekanan di ubah menjadi seperti tekanan yang terjadi pada gigi normal. Proses transfer tekanan ke dentin menjadi tidak teratur ketika isi pulpa sempit, dan restorasi harus melewati jarak yang signifikan untuk bertumpu pada dentin yang tipis.

15

Gambar 3. Oklusal restorasi amalgam dilihat secara skematis Aplikasi lain seperti restorasi ekstensive dalam ikatan amalgam, sebagian dapat digunakan apabila telah ditemukan bahan adesif untuk permukaan, seperti kekuatan kontraksi polimerisasi yang tidak menimbulkan stress pada ikatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan proses reduksi dan debonding pada kekuatan ikatan restorasi ini ketika permukaan ikatan terlibat dalam proses pengunyahan. Para praktisi kedokteran gigi sebaiknya memperhitungkan proses ini dalam penggunaan ikatan amalgam pada aplikasi non-retensi. Metode retensi untuk restorasi yang besar dapat meminimalkan stress pada struktur gigi.

2.9.3

Tooth flexure

Gigi merupakan struktur yang fleksibel. Gigi mengalami deformasi (strain) secara alami. Isi intraoral (daya) dilaporkan sangat bervariasi dari 10N hingga 431N (1N=0,0225 lb daya), dengan isi fungsional secara klinis dipertimbangkan normal. Jumlah gigi, tipe oklusi, dan kebiasaan oklusal pasien berefek tiap satuan gigi. jumlah strain kira-kira sama dengan jumlah tekanan atau stress. Karena bentuk struktur gigi adalah heterogen dan asimetris, terkadang seiring waktu mengalami perubahan sifat, tidak ada penjelasan yang mendeskripsikan hal ini terjadi karena stress atau jumlah strain. Saat ini, peningkatan bukti menunjukkan bahwa jumlah strain dan efeknya pada struktur gigi dapat menimbulkan fatigue yang krusial. Fleksur gigi dideskripsikan sebagai ikatan lateral atau ikatan aksial gigi saat terjadi oklusi. Prosedur fleksur merupakan strain maksimal pada bagian servikal, dan tampaknya
16

hal ini diubah menjadi tensi atau tekanan terhadap bagian sekitar, terkadang menyebabkan hilangnya ikatan restorasi kelas 5 pada preparasi tanpa groove retensi. Fraktur enamel terjadi ketika gigi mengalami abrasi oleh sikat gigi dan dierosi oleh bahan kimia. Selain itu pada restorasi unbounded atau leaking, fleksur pada dentin dapat menyebabkan perubahan sirkulasi cairan dan kebocoran mikroskopik, mengakibatkan sensitifitas dan inflamasi pada pulpa. (Korale dan Meiers, 1996) menemukan bahwa liner yang kental pada system dentin bonding dapat mencegah microleakage, sebaliknya mereka juga menemukan bahwa resin liner yang berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan jumlah microleakage. (Setcos, 1999) Tumpatan amalgam pada kelas 5 memiliki kekurangan mudah lepas karena centric force yang menyebabkan kompresi pasa tumpatan sehingga terjadi lateral displacement. Selain itu adanya eccentric force yang menyebabkan tensile stress pada permukaan marginal restoration sehingga terjadi lateral fleksure.

2.10 Klasifikasi Tumpatan Klasifikasi dental amalgam: Berdasarkan ukuran partikel alloy: o Microcut o Macrocut : partikelnya kecil : partikelnya besar

Berdasarkan bentuk partikel alloy: o Alloy lathe-cut o Alloy spherical o Alloy spheroidal : bentuknya tidak beraturan : bentuknya bulat : bentuknya lonjong

Berdasarkan jumlah metal alloy: o Alloy binary o Alloy ternary o Alloy quartenary

Berdasarkan kandungan tembaga: o Alloy bertembaga rendah :


17

<6%

o Alloy bertembaga tinggi Berdasarkan kandungan seng:

>6%

o Alloy yang mengandung seng : o Alloy bebas seng :

> 0,01% < 0,01%

Dental amalgam jenis high copper karena high copper lebih menunjukkan sifat mekanis dan sifat fisik yang baik yaitu: 1. Kekuatan lebih besar: 250 Mpa setelah 1 jam 2. Kurang korosi 3. Creep lebih rendah 4. Kurang sensitive 5. Menghasilkan hasil klinis yang lebih baik untuk jangka panjang 6. Final strength terjadi lebih cepat.

2.11 Indikasi dan Kontra-indikasi Restorasi Amalgam 1. Indikasi restorasi amalgam Amalgam memiliki resistensi yang lebih besar dibanding komposit. Oleh karena itu, restorasi amalgam diindikasikan pada gigi yang memiliki fungsi oklusal yang berat. Preparasi untuk restorasi amalgam sangat rumit. Syarat yang harus dipenuhi yaitu kedalaman kavitas harus sama dan marginal form yang harus tepat. Banyak dari kegagalan restorasi amalgam berkaitan dengan preparasi yang kurang tepat. Akan tetapi, insertion dan finishing restorasi amalgam lebih mudah dari komposit. (Roberson dkk., 2006) Indikasi klinis untuk restorasi direct amalgam adalah sebagai berikut: (Roberson dkk., 2006) 1. berat. 2. Restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik. Restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi yang

18

3.

Restorasi sementara sebagai caries-control.

Caries control adalah langkah

intermedia dalam perawatan restorasi dan memiliki beberapa indikasi lain: a. Untuk prognosis pulpa yang masih diragukan dimana demineralisasi dentin

terhenti. b. Selama prosedur konservasi ketika gigi mengalami karies ekstensif yang mencakup area yang luas. 4. Foundations yaitu pada gigi yang telah rusak parah dan membutuhkan

peningkatan retensi dan resistensi sebagai antisipasi penempatan mahkota atau metallic onlay.

2. Kontraindikasi restorasi amalgam secara umum Pengunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik dihindari. Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada beberapa kasus). Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit, lesi karies yang kecil pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar tidak menghilangkan struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat. (Roberson dkk., 2006)

2.12 Ketahanan Tumpatan Amalgam dalam Rongga Mulut Amalgam dapat bertahan dalam waktu yang lama dalamrongga mulut, bergantung pada desain preparasi kanvitas, carapenumpatan dan cara pemeliharaan kebersihan mulut serta ada tidaknya mikroleakage yang diakibatkan oleh proses creepyang berhubungan dengan dinding preparasi dan restorasiamalgam (secara klinis creep dihubungkan dengan pecahnyaintegritas marginal).3

2.13 Keunggulan Restorasi Amalgam

19

a. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur. b. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut. c. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak ter lalu technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit. d. Biayanya relatif lebih murah.4

2.14 Kekurangan Restorasi Amalgam a. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan. b. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman c. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi. d. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.4

20

2.15 Penyebab Kebocoran Tumpatan Amalgam Sebagian besar penyebab kegagalan restorasi amalgam oleh karena patahnya tepitumpatan diawali karena adanya kebocoran mikro. Amalgam dapat meregang danberkontraksi tergantung saat manipulasinya. Idealnya perubahan dimensi amalgam terjadipada skala kecil. Beberapa kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan sekunderkaries yang jika tidak dsegera diperbaiki akan mengakibatkan karies sekunder, sensitifitaspulpa dan diskolorasi. Hal tersebut menyebabkan munculnya perkembangan restorasiamalgam adhesif yang memberi kesempatan untuk mengevaluasi kembali disain preparasiuntuk retensi mekanis.3 Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak kuat: 1.Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration) 2.Kandungan mercury yang terlalu besar 3.Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi 4.Kecepatan pengisian kavitet yang lamban 5.Korosi.

21

BAB 3 KESIMPULAN

Indikasi klinis untuk restorasi amalgam direct adalah untuk restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi yang berat dan memanjang hingga permukaan akar, restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik dan terletak pada permukaan akar, restorasi sementara sebagai caries-kontrol, dan untuk Foundations yaitu pada gigi yang telah rusak parah dan membutuhkan peningkatan retensi dan resistensi sebagai antisipasi penempatan mahkota atau metallic onlay. Kelebihan amalgam antara lain, amalgam merupakan bahan restorasi yang paling kuat dibandingkan dengan bahan restorasi plastis lain dalam melawan tekanan oklusi sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama di dalam mulut, ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, penumpatan dengan amalgam relatif lebih sederhana dan mudah, biayanya relatif lebih rendah (murah), serta resisten terhadap pembusukan. Kekurangan amalgam antara lain, estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, pengunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik dihindari. Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada beberapa kasus). Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit, lesi karies yang kecil pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar tidak menghilangkan struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat. amalgam dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak bayangan kehitaman, serta dapat menyebabkan alergi, toksik karena adanya merkuri sebagai campuran amalgam, dan hipersensitifitas.

22

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ferracane, Jack L. (2001). Materials in Dentistry: Principles and Applications. Lippincott Williams & Wilkins. pp. 3. ISBN 0-7817-2733-2.

2. 3. 4. 5. 6.

M. Marzia. Efek Neurobehavior Amalgam Gigi. Vol. 24, No 1, Maret 2009. Combe,EC. 1992. Sari Dental Material . Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta, Balai Pustaka. S. Narlan, 1991. Penerbit Buku Kedokteran EGC . Tambalan Amalgam. K. Peter. 2009. Restorative Dentistry, Pediatric Dentistry and Orthodontics. Philadelphia, Elseveir. Mahler, David B. 2002. Clinical Evaluation of Amalgam Bonding in Class I and II Restorations .

http://jada.ada.org/cgi/content/full/131/1/43 7. Setcos. J C, Staninec, Wilson. 1999. Restorative Dentistry : The development of resin bonding for amalgam restorations. http://www.nature.com/bdj/journal/v186/n7/full/4800102a.html 8. Summit JB, Robbins JW, dan Schwartz RS. 2006. Fundamentals of Operative Dentistry: A Contemporary Approach. 3rd ed. Illinois: Quintessence Books. 9. Roberson TM, Heymann HO, dan Swift EJ. 2006. Sturdevants Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. North Carolina: Mosby Elsevier 10. Koudi, M S dan Sanjayagouda B Patil. 2007. Dental Materials; Preparations for Undergraduates. Elsevier: New Delhi. 11. Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral Environment dalam Adv Dent Res 6:100-109 12. Nicholson, J. W. 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials. RSC: Cambridge 13. Surouw, Elliott et al. 2004. Invivo Galvanic Current Of Intermittently Contacting Dental Amalgam And Other Metallic Restoration In Elsevier Ltd Journals 20: 823-831 14. Williams, D.F and J. Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. Oxford.

23

Anda mungkin juga menyukai