Anda di halaman 1dari 93

CASE

Halaman 1 Seorang wanita, ibu rumah tangga berusia 36 tahun dating ditemani oleh kakaknya ke poli jiwa RSPAD Gatot Subroto, karena merasa gelisah dan takut semenjak kematian ibunya 6 bulan yang lalu setelah menderita kelumpuhan akibat stroke selama 3 tahun. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien selalu terbayang saat kematian ibunya. Selama 1 minggu setelah kematian ibunya, pasien merasa sangat sedih sehingga sering sulit tidur dan nafsu makan menurun. Hamper sepanjang hari pasien merasakan jantungnya berdebar-debar, gelisah, gemetar dan merasa sesak. Pasien merasa ketakutan bahwa dia akan terkena stroke lalu meninggal. Semenjak itu pasien mengeluh sering merasa cepat lelah dan tidak bisa berkonsentrasi sehingga perhatiannya kepada keluarga menjadi terganggu dan dia tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai istri dan juga ibu. Pasien telah berobat ke dokter dan diberi obat penenang. Setelah obat habis keluhan dating kembali. Riwayat Gangguan Dahulu Timbulnya perasaan gelisah, telapak tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar mulai dirasakan pasien semenjak ibunya terkena stroke, menurut pasien itu bisa diatasi dengan cara berjaln-jalan dengan anak dan teman-temannya tapi kemudian kecemasan muncul kembali. Riwayat Kehidupan Pribadi Anak terakhir dari 7 bersaudara, dilahirkan normal pada saat usia ibunya 44 tahun. Usia pasien terpaut jauh dari kakaknya, sehingga menurut pasien dia bisa bermanja-manja pada kakaknya dan kemana-mana harus diantar oleh kakak atau ibunya. Hubungan dengan ayah tidak terlalu dekat dan paling dekat dengan kakak nomor 6, karena kakaknya ini selalu memperhatikannya dan menuruti apa kemauannya. Riwayat pernikahan dari keterangan pasien dia menikah pada saat usia 20 tahun atas kemauan sendiri, pernah bermasalah dengan suami tapi sudah selesai. Riwayat pendidikan baik lulu SMA. Pada saat melanjutkan kuliah diminta berhenti oleh keluarganya karena merasa tidak bisa hidup jauh dari kakak dan ibunya. Pada saat sekolah pasien merasa lebih nyaman berteman dengan laki-laki karena katanya laki-laki bisa diandalkan saaat dia membutuhkan.

Halaman 2 Status Mental A. Deskripsi Umum 1. Penampilan 2. Kesadaran : penampilan sesuai usia, rapi, tampak gelisah : compos mentis

3. Perilaku dan aktivitas motorik: gelisah, sering meremas-remas tangannya 4. Pembicaraan : lancar, menjawab dengan baik, suara pelan, bicara lambat 5. Sikap : kooperatif B. Afek dan Mood 1. Afek 2. Mood 3. Keserasian : cukup luas : eutim : appropriate

C. Gangguan Persepsi : tidak ditemukan D. Fungsi Intelektual : baik E. Proses Pikir 1. Arus piker : baik, lancer dan spontan 2. Isi pikiran : ketakutan akan masa depan, waham (-) F. Daya Tilik (insight) : Derajat 4

Halaman 3 Dokter mendiagnosis : Axis I Axis II Axis III Axis IV Axis V : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh : Ciri kepribadian Dependent : Tidak ada diagnosis : Masalah psikososial : kematian orang tua : GAF = 65

Dokter memberikan terapi Klobazam 2x10 mg Diazepam 1x2 mg (malam hari)

Psikoterapi suportif dan konseling keluarga

LEARNING PROGRESS
PROBLEM 1. Mengapa pasien gelisah dan takut sejak kematian ibunya 6 tahun yang lalu? 2. Mengapa pasien merasa sedih sehingga sulit tidur dan nafsu makan menurun? 3. Mengapa hamper sepanjang hari pasien merasa jantung berdebar, gelisah, gemetar dan sesak? 4. Mengapa pasien merasa takut akan terkena stroke dan akan meninggal, sehingga tidak bisa mengurus anak-anaknya dan memikirkan masa depan anaknya jika ia meninggal? 5. Apa yang menyebabkan pasien sering merasa cepat lelah, tidak bisa konsentrasi dan tidak bisa menjalankan fungsi sebagai istri dan ibu? 6. Mengapa setelah pasien diberi obat penenang dan habis, keluhannya dating kembali? 7. Apa hubungan antara RGD dengan KU pasien? 8. Apa hubungan riwayat kehidupan pribadi dengan kelainan yang dialami pasien? 9. Mengapa perilakunya gelisah dan sering meremas-remas tangannya?

HIPOTESIS 1. Gangguan jiwa 2. Gangguan suasana perasaan (mood) 3. Gangguan neurosis dan kepribadian - gangguan anxietas - gangguan cemas menyeluruh - ganggguan campuran anxietas dan depresi - gangguan depresif akut 4. Sindrom perilaku yg berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik - gangguan makan - gangguan tidur

MORE INFO a. Pemeriksaan Fisik Status interna Status neurologis

b. Pemeriksaan Psikiatri

Kesan pertama KU Keadaan spesifik

I DONT KNOW & LEARNING ISSUES 1. Gangguan Psikosis: F3. Gangguan suasana perasaan (mood & afektif) 2. Gangguan Neurosis: F4 F9 ALL ABOUT

F3. GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD/AFEKTIF)


DEFINISI Gangguan mood merupakan kelompok gangguan psikiatri dimana mood yang patologis akan mempengaruhi fungsi vegetatif dan psikomotor yang merupakan gambaran klinis utama dari gangguan tersebut. Dahulu gangguan mood dikenal dengan gangguan afektif namun sekarang istilah gangguan mood lebih disukai karena mood lebih merujuk pada status emosional yang meresap dari seseorang sedangkan afektif merupakan ekspresi eksternal dari emosi saat itu. Gangguan mood merupakan suatu sindrom yang terdiri dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan yang mempengaruhi fungsi dan pola kehidupan seharihari. Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi bentuknya. Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).

SEJARAH Pada zaman dahulu kala, masyarakat kuno percaya bahwa semua penyakit mental disebabkan oleh kekuatan supranatural dan cara untuk menyembuhkannya adalah dengan mengeluarkan roh jahat dari tubuh penderita. Catatan mengenai gangguan mood banyak ditemukan dalam dokumen purbakala. Kisah Perjanjian Lama tentang Raja Saul menggambarkan suatu gejala depresif. Dalam kisah Iliad karangan Homer tentang bunuh diri Ajax juga mengenai depresi. Hippocrates (460-377 SM) mengatakan bahwa semua penyakit gangguan mental dapat dijelaskan secara ilmiah. Pada tahun 1854, Julles Falret menggambarkan suatu keadaan yang disebut folie circulaire dimana pasien mengalami perubahan mood depresi dan mania. Seorang Psikiatrik Jerman bernama Karl Kahlbaum tahun 1882 menggunakan istilah siklotimia untuk menggambarkan mania dan depresi pada satu stadium penyakit yang sama. Wilhelm Griesinger (1817-1869) menyatakan penyakit mental adalah penyakit somatis dan penyebab dari penyakit mental dapat ditemukan di otak. Emil Kreplin

(1855-1926) menyatakan bahwa penyakit mental disebabkan oleh faktor hereditas. Ia kemudian menemukan bahwa faktor metabolik juga mempengaruhi penyakit mental. Freud meyakini bahwa setiap pasien adalah individu yang unik dengan masa lalu yang berbeda-beda. Ia menyadari bahwa neuropsikologi dan psikologi tidak bertentangan.

EPIDEMIOLOGI Depresif > mania Gender: depresif Wanita > Pria mania Wanita = Pria Usia: depresif: 40 tahun (5% pasien onset 20-50 tahun) mania: onset awal (5 atau 6 tahun - 50 th) rata-rata 30 tahun. Status perkawinan: mayoritas terjadi pada pasien yang tidak memiliki hub. Interperseonal/ cerai/ berpisah.

ETIOLOGI 1. FAKTOR BIOLOGIS Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimiawi yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar neuron di otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan neurotransmiter serotonin,

norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan depresi. Di satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat memicu mania. Serotonin adalah neurotransmiter aminergic yang paling sering dihubungkan dengan depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin. Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi. Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada penyakit yang mengalami penurunan dopamin seperti parkinson disertai juga dengan gejala depresi. Obat-obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti tyrosine, amphetamine

dan bupropion menurunkan gejala depresi. Disfungsi jalur dopamin mesolimbik dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada depresi. Obat-obatan yang mempengaruhi sistem neurotransmiter seperti kokain akan memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk L-dopa, yang berpengaruh pada reuptake dopamin dan serotonin. Calsium channel blocker yang digunakan untuk mengobati mania dapat mengganggu regulasi kalsium di neuron. Gangguan regulasi kalsium ini dapat menyebabkan transmisi glutaminergik yang berlebihan dan iskemia pembuluh darah. Neurotransmiter lain seperti GABA dan peptida neuroaktif seperti vasopresin dan opiat endogen juga berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa penelitian menyatakan bahwa sistem pembawa kedua (second messenger) seperti adenylate cyclase, phosphatidylinositol dan regulasi kalsium mungkin memiliki relevansi dengan penyebab gangguan mood. Regulasi abnormal pada sumbu neuroendokrin mungkin dikarenakan fungsi abnormal neuron yang mengandung amine biogenik. Secara teoritis, disregulasi pada sumbu neuroendokrin seperti sumbu tiroid dan adrenal terlibat dalam gangguan mood. Pasien dengan gangguan mood mengalami penurunan sekresi melatonin nokturnal, penurunan pelepasan prolaktin, penurunan kadar FSH dan LH serta penurunan kadar testosteron pada laki-laki. Dexamethasone adalah analog sintetik dari kortisol. Pada Dexamethasone Suppression Test, 50% dari pasien yang menderita depresi memiliki respon yang abnormal terhadap dexamethasone dosis tunggal. Banyak penelitian menemukan bahwa hiperkortisolemia dapat merusak neuron pada hipokampus. Gangguan tiroid seringkali disertai dengan gejala afektif. Penelitian telah mengambarkan adanya regulasi tiroid yang abnormal pada pasien dengan gangguan mood. Sepertiga dari pasien dengan gangguan depresif berat memiliki pelepasan tirotropin yang tumpul. Penelitian terakhir melaporkan kira-kira 10% pasien dengan gangguan mood khususnya gangguan bipolar I memiliki antibodi antitiroid yang dapat dideteksi. Beberapa penelitian menemukan terdapat perbedaan pengaturan pelepasan hormon pertumbuhan antara pasien depresi dengan orang normal. Penelitian juga telah menemukan bahwa pasien dengan depresi memiliki penumpulan respon terhadap peningkatan sekresi hormon pertumbuhan yang diinduksi clonidine.

Gangguan tidur adalah gejala yang sering ditemukan pada pasien depresi. Menurunnya kebutuhan tidur adalah gejala klasik dari mania. Penelitian telah mengungkapkan bahwa elektroensefalogram (EEG) saat tidur pada orang yang menderita depresi menunjukkan kelainan. Kelainan tersebut antara lain perlambatan onset tidur, pemendekan latensi rapid eye movement (REM), peningkatan panjang periode REM pertama dan tidur delta yang abnormal. Pada depresi terjadi regulasi abnormal dari irama sirkadian. Beberapa penelitian pada binatang menyatakan bahwa terapi antidepresan efektif untuk mengubah jam biologis. Penelitian melaporkan adanya kelainan imunologis pada pasien depresi dan pada orang yang berdukacita karena kehilangan sanak saudara, pasangan atau teman dekat. Kemungkinan proses patofisiologi yang melibatkan sistem imun menyebabkan gejala psikiatrik dan gangguan mood pada beberapa pasien. Pada pencitraan otak pasien dengan gangguan mood terdapat sekumpulan pasien dengan gangguan bipolar I terutama pasien laki-laki memiliki ventrikel serebral yang membesar. Pembesaran ventrikel lebih jarang pada pasien dengan gangguan depresif berat. Pencitraan dengan MRI juga menyatakan bahwa pasien dengan gangguan depresif berat memiliki nukleus kaudatus yang lebih kecil dan lobus frontalis yang lebih kecil. Banyak literatur menjelaskan penurunan aliran darah pada korteks serebral dan area korteks frontalis pada pasien depresi berat. Hipotesis menyatakan gangguan mood melibatkan patologis pada sistem limbik, ganglia basalis dan hipotalamus. Gangguan pada ganglia basalis dan sistem limbik terutama pada hemisfer yang dominan dapat ditemukan bersamaan dengan gejala depresif. Disfungsi pada hipotalamus dihubungkan dengan perubahan pola tidur, nafsu makan dan perilaku seksual pada pasien dengan depresi. Postur yang membungkuk, terbatasnya aktivitas motorik dan gangguan kognitif minor adalah beberapa gejala depresi yang juga ditemukan pada penderita dengan gangguan

ganglia basalis seperti penyakit Parkinson dan demensia subkortikal lainnya.

2.

FAKTOR GENETIK Seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan mood memiliki resiko lebih besar menderita gangguan mood daripada masyarakat pada umumnya. Tidak semua orang yang dalam keluarganya terdapat anggota keluarga yang menderita depresi secara otomatis akan terkena depresi, namun diperlukan suatu kejadian atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya depresi. Pengaruh gen lebih besar pada

depresi berat dibandingkan depresi ringan dan lebih berpengaruh pada individu muda dibanding individu yang lebih tua. Penelitian oleh Kendler (1992) dari Departemen Psikiatri Virginia Commonwealth University menunjukkan bahwa resiko depresi sebesar 70% karena faktor genetik, 20% karena faktor lingkungan dan 10% karena akibat langsung dari depresi berat. Pada penelitian keluarga ditemukan bahwa keluarga derajat pertama dari penderita gangguan bipolar I kemungkinan 8 sampai 18 kali lebih besar untuk menderita gangguan bipolar I dan 2 sampai 10 kali lebih besar untuk menderita gangguan depresi berat dibanding kelompok kontrol. Keluarga derajat pertama pasien dengan gangguan depresif berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar untuk menderita gangguan bipolar I dan 2 sampai 3 kali lebih besar untuk menderita gangguan depresif berat dibanding kelompok kontrol.

3.

FAKTOR PSIKOSOSIAL Telah lama diamati bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress sering mendahului episode pertama pada gangguan mood. Beberapa klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan penting dalam depresi. Beberapa artikel menjelaskan hubungan antara fungsi keluarga dengan onset serta perjalanan gangguan mood khususnya gangguan depresif berat. Ada bukti bahwa individu yang kehilangan ibu saat masih muda memiliki resiko lebih besar terkena depresi. Pada pola pengasuhan, orang tua yang menuntut dan kritis, menghargai kesuksesan dan menolak semua kegagalan membuat anak mudah terserang depresi di masa depan. Anak yang menderita penyiksaan fisik atau seksual membuat seseorang mudah terkena depresi sewaktu dewasa. Menurut Gordon Parker, seseorang yang mengalami kecemasan tingkat tinggi, mudah terpengaruh, pemalu, suka mengkritik diri sendiri, memiliki harga diri yang rendah, hipersensitif, perfeksionis dan memusatkan perhatian pada diri sendiri (self focused) memiliki resiko terkena depresi. Sigmund Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dengan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi terhadap objek yang hilang. E Bibring memandang depresi sebagai suatu afek yang berasal dari ketegangan dalam ego antara aspirasi seseorang dengan kenyataan yang ada. Pasien yang terdepresi menyadari bahwa mereka tidak hidup dengan ideal sehingga mereka

merasa putus asa dan tidak berdaya. Menurut Heinz Kohut, orang yang terdepresi merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa kerena tidak menerima respon yang diinginkan.

MANIFESTASI KLINIK DAN DIAGNOSIS Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) dibagi menjadi: F30 EPISODE MANIK Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).

F30.0 Hipomania Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.

F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ grandiose ideas dan terlalu optimistik.

F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik). Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).

F30.8 Episode Manik Lainnya

F30.9 Episode Manik YTT

F31

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penmbahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif. Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30).

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan

(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a)

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan

(b)

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomani, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/ hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Dalam Remisi Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau dan ditambah sekurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

STATUS MENTAL EPISODE MANIK Deskripsi umum: banyak bicara, hiperaktif. Mood, afek, perasaan: euforik, dapat lekas marah, labil.

Bicara: tidak dapat disela, rewel, asosiasi longgar, kemampuan konsentrasi hilang flight of ideas. Gangguan persepsi: waham 75%, waham & halusinasi aneh dan tidak sesuai mood. Pikiran: bertema kepercaya diri-an, kebesaran diri, mudah dialihkan perhatiannya. Sensorium & kognisi: defisit kognitif, orientasi & daya ingat intak. Pengendalian impuls: 75% pasien manik senang menyerang dan mengancam, berusaha bunuh diri atau membunuh tp insidensi tidak diketahui. Pertimbangan & tilikan: ada ggn pertimbangan, sedikit tilikan terhadap gangguan pada dirinya. Reliabilitas: tidak dapat dipercaya.

ANTIMANIA LITHIUM Lithium adalah kation monovalen yang kecil. Telah lama dikenal bahwa lithium merupakan pengobatan yang paling disukai pada gangguan bipolar khusunya fase manik. Angka keberhasilannya pada remisi pasien dengan fase manik dilaporkan mencapai 60-80%. Farmakokinetik Pada penggunaan oral, absorbsi lengkap terjadi setelah 6-8 jam. Kadar dalam plasma dicapai setelah 30 menit sampai 2 jam. Efek terapi terlihat setelah 10 hari penggunaan. Ekskresi terutama melalui urin dengan waktu paruh eliminasi 20 jam.

Farmakodinamik Mekanisme kerja yang pasti dari lithium sampai saat ini masih dalam penelitian. Diperkirakan bekerja atas tiga dasar yaitu: Efek terhadap elektrolit-elektrolit dan transpor ion Lithium berhubungan erat dengan natrium. Lithium dapat menggantikan natrium dalam menimbulkan potensial aksi dan pertukaran natrium melewati membran. Efek terhadap neurotransmiter Lithium tampaknya meningkatkan aktivitas serotonin. Diperkirakan Lithium menurunkan pengeluaran norepinefrin dan dopamin, menghambat

supersensitifitas dopamin dan meningkatkan sintesis asetilkolin. Beberapa studi mengemukakan bahwa peningkatan aktivitas kolinergik akan mengurangi mania. Efek ada pembawa pesan kedua (second messengers) Studi tentang lithium memperlihatkan perubahan kadar inositol phosphate di otak. Lithium menghambat konversi IP2 menjadi IP1 dan konversi IP menjadi inositol. Penyakatan ini menyebabkan deplesi PIP2 yang merupakan prekursor IP3 dan DAG. IP3 dan DAG merupakan pembawa pesan kedua yang penting dalam transmisi -adrenergik maupun transmisi muskarinik.

Farmakologi Klinik Sampai saat ini lithium karbonat dikenal sebagai obat gangguan bipolar terutama pada fase manik. Pengobatan jangka panjang menunjukkan penurunan resiko bunuh diri. Bila mania masih tergolong ringan, lithium sendiri merupakan obat yang efektif. pada kasus berat, hampir selalu perlu ditambah clonazepam atau lorazepam dan kadang ditambah antipsikosis juga. Setelah mania dapat teratasi, antipsikosis boleh dihentikan dan lithium digunakan bersamaan dengan benzodiazepine untuk pemeliharaan. Pada fase depresif gangguan bipolar, lithium sering dikombinasi dengan antidepresan.

Efek Samping Efek neurologis: tremor, koreoatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria dan afasia. Efek pada fungsi tiroid: dapat menurunkan fungsi kelenjar tiroid tapi efeknya reversibel dan nonprogresif. Beberapa pasien mengalami pembesaran kelenjar gondok dan gejala-gejala hipotiroidisme. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran kadar TSH serum setiap 6-12 bulan. Efek pada ginjal: polidipsi dan poliuri sering ditemukan namun bersifat reversibel. Beberapa literatur menerangkan bahwa terapi lithium jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal termasuk nefritis interstitial kronis dan

glomerulopati perubahan minimal dengan sindrom nefrotik. Penurunan laju filtrasi glomerulus telah ditemukan tapi tidak ada contoh mengenai azotemia maupun gagal ginjal. Tes fungsi ginjal harus dilakukan secara periodik untuk mendeteksi perubahan-perubahan pada ginjal.

Edema: Hal ini mungkin terkait dengan efek lithium pada retensi natrium. Peningkatan berat badan pada pasien diduga karena edema namun pada 30% pasien tidak mengalami peningkatan berat badan.

Efek pada jantung: Ion lithium dapat menekan pada nodus sinus sehingga sindrom bradikardi dan takikardi merupakan kontraindikasi penggunaan lithium. Efek pada kehamilan dan menyusui: Laporan terdahulu menyatakan peningkatan frekuensi kelainan jantung pada bayi dengan ibu yang mengkonsumsi lithium terutama anomali Ebstein. Namun data terbaru menyebutkan resiko efek teratogenik relatif rendah. Lithium didapatkan pada air susu dengan kadar sepertiga sampai setengah dari kadar serum. Toksisitas pada bayi dimanifestasikan dengan letargi, sianosis, reflek moro dan reflek hisap berkurang dan hepatomegali.

Efek lainnya: Telah dilaporkan efek erupsi jerawat dan folikulitis pada penggunaan lithium. Leukositosis selama pengobatan dengan lithium selalu ada yang merefleksikan efek langsung pada leukopoiesis.

Preparat yang Tersedia Lithium carbonate (generik, Eskalith) Oral: 150; 300; 600 mg kapsul, 300 mg tablet, 8 meq/5 mL sirup, 300; 450 mg tablet sustained release 300 mg lithium carbonate setara dengan 8,12 meq Li Dosis: 250-500 mg/hari

ASAM VALPROAT (VALPROIC ACID; VALPROATE) Obat ini merupakan suatu agen untuk epilepsi dan telah terbukti memiliki efek antimania. Valproate manjur untuk pasien-pasien yang gagal memberikan respon terhadap lithium. Secara keseluruhan, valroate menunjukkan keberhasilan yang setara dengan lithium pada

awal minggu pengobatan. Kombinasi valproate dengan obat-obatan psikotropik lainnya mungkin dapat digunakan dalam pengelolaan fase kedua pada penyakit bipolar yang umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Valproate telah diakui

sebagai pengobatan lini pertama untuk mania. Banyak dokter tidak setuju untuk menggabungkan valproate dengan lithium pada pasien yang respon terhadap salah satu agen.

Preparat yang Tersedia Valproic acid (generik, Depakene) Oral: 250 mg kapsul, 250 mg/5 mL sirup Dosis: 3 x 250 mg/hari CARBAMAZEPINE Carbamazepine telah dianggap sebagai alternatif yang pantas untuk lithium jika lithium kurang optimal. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati mania akut dan juga untuk terapi profilaksis. Efek samping carbamazepine pada umumnya tidak lebih besar dari lithium dan kadang bahkan lebih rendah. Carbamazepine dapat digunakan sendiri atau pada pasien yang refrakter dapat dikombinasi dengan lithium. Cara kerja carbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi sensitisasi otak terhadap perubahan mood. Mekanisme tersebut mungkin serupa dengan efek antikonvulsinya. Meskipun efek diskrasia darah menonjol pada penggunaannya sebagai antikonvulsi, namun tidak menjadi masalah besar pada penggunaanya sebagai penstabil mood. Preparat yang Tersedia Carbamazepine (generic, Tegretol) Oral: 200 mg tablet; 100 mg tablet kunyah, 100 mg/5 mL suspensi, 100; 200; 400 mg tablet extended-release, 200; 300 mg kapsul Dosis: 400-600 mg/hari

F3.2 EPISODE DEPRESIF Pasien dengan mood terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan

Epidemiologi Wanita >> pria Usia : 50% 20-50 tahun Status perkawinan : umumnya terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah

Etiologi Faktor Biologis Faktor Genetika Faktor Psikososial

Gambaran Klinis Gejala Utama Afek Depresi Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas Gejala lainnya Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan suram dan pesimistis Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri Tidur terganggu Nafsu makan berkurang

Kriteria Diagnosis Episode Depresif Ringan Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya

Episode Depresif Sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga

Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok, maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor

Pemeriksaan Status Mental Deskripsi umum Retardasi psikomotor

Agitasi psikomotor (sering pada usia lanjut) Posut membungkuk Tidak terdapat pergerakan spontan Pendangan mata putus asa dan memalingkan pandangan Biasanya pasien di bawa oleh keluarga atau kerabatnya karena penarikan sosial dan penurunan aktivitas Bicara Kecepatan dan volume bicara menurun Respon yang lambat terhadap pertanyaan Gangguan persepsi Waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, Pikiran Memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri Daya Ingat Gangguan kognitif, seringkali mengeluh gangguan konsentrasi dan mudah lupa

Terapi ELECTRO CONVULSIVE THERAPY ( ECT ) ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi semacam ini sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik. Psikoterapi Merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku FARMAKOLOGI 1. Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik) Mekanisme kerja : Obatobat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf. 2. Antidepresan Generasi ke-2

Mekanisme kerja : SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini menghambat resorpsi dari serotonin. NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obatobat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI. 3. Antidepresan MAO. - Inhibitor Monoamin Oksidase (Monoamine Oxidase Inhibitor, MAOI) Monoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim kompleks yang terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik, seperti norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI menghambat sistem enzim ini, sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi amin endogen.

F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG Pedoman Diagnostik Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari Episode depresi ringan Episode depresi sedang Episode depresi berat Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktifitas yang memenuhi kriteria mania. Namun kategori ini harus tetap digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera sesudah episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut

Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk menegakkan diagnosis)

F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan Pedoman Diagnostik Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan, dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang Pedoman diagnostik Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang, dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik Pedoman Diagnostik Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik, dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik Pedoman Diagnostik

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik, dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi Pedoman Diagnostik Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi di masa lampau tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memnuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun dalam F30-F39, dan Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna F33.8 Gangguan Depresif berulang Lainnya F33.9 Gangguan Depresif berulang YTT

F34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) MENETAP F34.0 Siklotimia Pedoman Diagnostik Ciri esensial ialah ketidakstabilan menetap dari afek, meliputi banyak periode depresi ringan atau hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar atau gangguan depresi berulang Setiap episode alunan afektif tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun yang disebut dalam episode manik atau episode depresif

F34.1 Distimia Pedoman Diagnostik

Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang Biasanya mulai dari usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episeode depresif tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak jelas.

F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia atau distimia, namun secara klinis bermakna F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT

F38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) LAINNYA F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya Episode Afektif campuran Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik, dan depresif

F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya Gangguan Depresif Singkat Berulang Episode depresif singkat yang berulang, munul kira-kira sekali sebulan selama satu tahun yang lampau. Semua episode depresif masing-masing berlagsung kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2-3 hari, dengan pemuliahan sempurna) tetapi memenuhi kriteria simptomatik untuk episeode depresif ringan, sedang atau berat

F38.8 Gangguan aektif lainnya YDT Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun

F38.9 Gangguan Afektif YTT Untuk dipakai sebagai langkah akhir, jika tidak ada istilah lain yang dapat digunakan

F4 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM & GANGGUAN TERKAIT STRES


F40 PHOBIC ANXIETAS DISSODER Definisi Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam atau membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya

Epidemiologi Angka prevalensi untuk Anxietas Dissoder 3-8% wanita > 40 tahun Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Insides tinggi pada usia 35-45 tahun. Merupakan gangguan kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.

Etiologi Teori Biologi Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya AD adalah lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Pada pasien AD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang berkaitan dengan AD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin. Teori Genetik Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien AD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita AD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik. Teori Psikoanalitik Anxietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif, anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi, anxietas dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Teori kognitif-perilaku Penderita AD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negative pada lingkungan, adanya

distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman. Gejala Gejala somatik Gemetar Nyeri punggung dan nyeri kepala Ketegangan otot Napas pendek, hiperventilasi Mudah lelah, sering kaget Hiperaktivitas otonomik (wajah merah dan pucat, takikardia, palpitasi, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing) Parestesia Sulit menelan

Gejala psikologik Rasa takut yang berlebihan dan sulit untuk dikontrol Sulit konsentrasi Insomnia Libido menurun Rasa mual di perut Hipervigilance

40.0

Agarofobia.

Gejala utama Ketakutan irrasional bila mengghadapi keadaan yang berbeda dari situasi keluarga dirumah Gejala fobia timbul setelah suatu fase permulaan panik & perasaan tak berdaya terhadap sesuatu yang belum terjadi ditempat yang jau dari rumah Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III

gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietas bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif anxietas yang timbul harus terbatas minimal 2 dari situasi berikut: banyak orang, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi house bound)

Diagnosis Banding Agrofobia Sebaian penderita hanya sediit mengaami anxietas karena mereka bisa menghindari objek/situasi fobik. Ada atau tidaknya ganguan panik pada agrofobia, dapat dinyatakan dengan penggunaan karakter kelima

F40.00= tanpa gangguan panik F40.01= Dengan gangguan panik

40.1

Fobia Sosial

Gejala utama Takut pada situasi terpapar sesuatu yang tertutup/asing Kecemasan terhadap sesuatu yang belum terjadi sanga jelas

Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietas bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the family circle) Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol. Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)

Diagnosis Banding Fobia Sosial Gangguan depresif dan agrofobia sering menonjol dan dapat menjadi penyebab. Jika fobia sosial dan agrofobia sullit dibedakan, diutamakan diagnosis agrofobia

40.2

Fobia Khas (Terisolasi)

Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietas bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific situation) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya. Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan fobia sosial.

40.8 Gangguan Anxietas Fobik lainnya 40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT Diagnosis Banding Phobic Anxietas Disorder Skizofrenia Depresi berat Gangguan obsesif kompulsif Gangguan kepribadian paranoid Gangguan kepribadian menghindar

Tatalaksana Psikoterapi: Psikoterapi suportif Psikoterapi yang berorientasi dinamik Psikoanalisis- Terapi perilaku

Somatoterapi: Anti depresi Anti anxietas

F41

ANOTHER ANXIETAS DISSODER

Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja. Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsure dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik) Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik (F40.-) Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira 1 bulan: Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya; Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi anxietas antisipatorik, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yamng mengkhawatirkan akan terjadi). Gangguan cemas menyeluruh.

41.1

Definisi Merupakan gangguan neurotik dengan gejala yang menonjol kecemasan menyeluruh & menetap yang timbul karena kesalahan penyesuain diri terhadap secara emosional terhadap sutu stress

GK Ketegangan motorik : gemetar, tegang, mudah kaget, kening berkedut Hiperaktivitas saraf autotomik: berkeringat, berdebar-debar, rasa dingin, kesemutan Rasa khawatir berleihan akan ha-hal yang akan datang Kewas Pada anak-anak sering terliahat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjolpadaan berlebihan

Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III

Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang) Gejala tersebut harus mencakup unsur : kecemasan, hiperaktivitas ototomik, ketegangan motorik, Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnostikutama yakni gangguan anxietas menyeluru, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesifkomfulsif (F42.-)

41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan. Bila ditemukan anietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguaqn anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak fdapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat dikemukakan datu diagnostikmaka gangguan depresif harus diutamakan. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian. Gangguan Anxietas Campuran lainnya

41.3

Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) cirri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap. Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian. Gangguan Anxietas lainnya YTD Gangguan Anxietas YTT

41.8 41.9

F42 OBSESSIVE COMPULSIVE DISSODER Definisi OCD adalah gangguan kecemasan berulang yang melibatkan obsessive berulang atau dorongan kecemasan yang cukup memakan waktu. Obsessive dan Compulsive dapat mengganggu rutinitas normal seseorang, kegiatan fungsional, kegiatan sosial sehari-hari dan hubungan dengan keluarga dan temanteman Obsessive, menurut DSM IV adalah impuls berulang dan mengganggu pikiran, perasaan, sensasi atau idea. Disertai dengan perasaan yang tidak menyenangkan seperti perasaan takut, muak, jijik, atau kebutuhan kuat untuk mempunyai hal-hal just so Compulsion (Paksaan/Dorongan) merupakan perilaku yang disadari dan pola berulang dari perilaku terssebut, seperti menghitung hal, memeriksa keamanan, mencuci tangan atau menghindari sesuatu. Dimana dorongan ini tidak membawa kesenangan

Epidemiologi Prevalensi 2-10% Dewasa perempuan = laki-laki Remaja laki-laki > perempuan Onset usia 20 tahun

Etiologi Aspek Biologis Adanya keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini. Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada OCD

Psikologis Penderita OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut thought-action fusion (fusi pikiran dan tindakan).

Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat.

Faktor Psikososial OCD bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.

Gejala OCD menurut PPDGJ-III : Harus disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas). Gagasan, bayangan pikiran, atau implus tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive). Predominan Pikiran Obsessive atau Pengulangan Gagasan, bayangan atau impuls yang sifatnya mengganggu Hampir selalu menyebabkan distress Predominan Tindakan Compulsive Berkaitan dengan kebersihan, keamanan atau masalah kerapihan dan keteraturan. Halhal tersebut dilatar-belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya. Dapat menyita waktu beberapa jam dalam sehari dan kadang berkaitan dengan ketidak-mampuan mengambil keputusan dan kelambanan Campuran Pikiran dan Tindakan Obsessive Penderita OCD memperlihatkan pikiran Obsessive serta tindakan Compulsive. Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut menonjol Another Obsessive Compulsive Dissoder

42.0 42.1 -

42.2 -

42.8

42.9

YTT Obsessive Compulsive Dissoder

Tatalaksana Pendekatan Psikoanalisa Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan memungkinkan pasien untuk menghadapi hal yang ditakutinya. Namun karena pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat melindungi ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk dijadikan target terapi Terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk menangani gangguan obsesifkompulsif

Exposure and Response Prevention Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan kecemasan menjadi hilang

Rational-Emotive Behavior Therapy Menurut Davison & Neale terapi ini digunakan untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan atau hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien OCD. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi

Farmakoterapi Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Efek samping yang dapat terjadi adalah nausea, disfunfsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering.

Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas

F.44 GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) SINDROM KONVERSI Gejala utama adanya kehilangan sebagian atau seluruhnya dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran), antara : Ingatan masa lalu, Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity and immediate sensation), dan Kontrol terhadap gerakan tubuh. Pada konversi, kemampuan kendali di bawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari ke hari atau bahkan jam ke jam. Tidak terdapat adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejalagejala tersebut. Bukti terdapat penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-kejadian yang stressful atau hubungan interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh pasien). KONVERSI DSM IV-TR Satu atau lebih gejala atau defisit yang mempengaruhi fungsi motorik volunter, atau sensorik yang memberi kesan sesuatu konsidi neurologis atau kondisi medis lain. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena cetusan atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh konflik atau stresor lainnya. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura). Gejala atau defisit tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh suatu kondisi medis umum,atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara cultural, setelah penelitian yang valid. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan secara klinis yang bermakna atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya atau membutuhkan evaluasi medis. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain.

JENIS GANGGUAN KONVERSI F.44.0 AMNESIA DISOSIATIF Ciri utama hilangnya daya ingat, biasanya kejadian penting yang baru terjadi (selektif), amnesia dapat total atau parsial, mengenai kejadian stressful atau traumatik yang baru terjadi. Harus dapat dibedakan dengan simulasi sadar (malingering), amnesia buatan (conscious simulation of amnesia) ini biasanya berkaitan dengan problema keuangan, bahaya kematian dalam peperangan, atau kemungkinan hukuman penjara atau hukuman mati. F.44.1 FUGUE DISOSIATIF Selain ada amnesia disosiatif, pasien melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umumdilakukan sehari-hari, masih mampu mengurus kebutuhan dasar (makan, mandi, dsb), juga interaksi sosial sederhana (membeli karcis, bensin, menanyakan arah, memesan makana, dll), beda dengan postical fugue pada setelah serangan epilepsi, dimana dalam hal ini tidak ada problem atau kejadian stressful, dan kurang jelasnya tujuan berkepergian serta kegiatan pada pasien epilepsi. Diagnosis Banding : Intoksikasi, epilepsi lobus temporalis, amnesia psikogenik, gangguan kepribadian ganda, gangguan buatan sendiri dan berpura-pura. F.44.2 STUPOR DISOSIATIF Harus ada stupor, dengan ciri sangat berkurang atau hilangnya gerakan volunter dan respon normal terhadap rangsangan luar, misal cahaya, suara, perabaan, sedang kesadarannya tidak hilang. Adanya problem atau kejadian baru yang stressful, harus dapat dibedakan stupor pada skizofrenia dan stupor depresi atau manik, perbedaannya pada gangguan skizofrenia ataupun depresi perkembangannya sangat lambat.

F.44.3 GANGGUAN TRANS DAN KESURUPAN Ciri khas kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya; individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat atau kekuatan lain. Gangguannya involunter, bukan aktivitas biasa, juga bukan ritual budaya atau agama. F.44.4 GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF Gejala paling sering berupa tidak mampu menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak, dan gejala tersebut berbeda dengan prinsip fisiologis maupun anatomik.

F.44.5 KONVULSI DISOSIATIF Disebut juga pseudo suizures, mirip dengan kejang epilepsi dalam hal

gerakannya, bedanya : sangat jarang disertai lidah tergigit, luka jatuh karena serangan, mengompol, tidak ada kehilangan kesadaran F.44.6 ANESTESIA DAN KEHILANGAN SENSORIK DISOSIATIF Anestesia pada kulit sering kali mempunyai batasan yang jelas, dapat pula terjadi perbedaan antara hilangnya perasaan pada berbagai jenis modalitas penginderaan ysng tidak disebabkan kerusakan neurologis, misalnya hilangnya perasaan dapat disertai dengan keluhan parestesia. Gangguan penglihatan jarang total, biasanya berupa gangguan ketajaman penglihatan, kabur atau tunnel vision (area lapangan pandang sama, tidak tergantung pada perubahan jarak mata dari titik fokus). Tetapi mobilitas pasien dan kemampuan motoriknya masih baik. Dapat juga terjadi tuli disosiatif dan anosmia.

F.44.7 GANGGUAN DISOSIATIF CAMPURAN Apa yang mungkin terjasi di SSP, sampai saat ini belum diketahui pasti, Cuma kalau dilihat dari kelompok gangguan sangat mungkin berhubungan dengan gejala anxietas, yang mana terjadi hipersensitivitas serotonin reseptor di SSP, tidak menutup kemungkinan ciri kepribadian dari masing-masing pasien sangat berhubungan.

F44.8 Gangguan Disosiatif Lainnya F44.80 Sindrom Ganser F44.81 gangguan kepribadian multiple F44.82 gangguan disosiatif terjadi pada masa kanak dan remaja F44.88 gangguan disosiatif konversi lainnya YDT

F44.9Gangguan disosiatif YTT PENATALAKSANAAN Psikoterapi : Tujuan : menyelidiki adanya konflik yang mendasarinya atua problem / kejadian baru yang sressful, selanjutnya menghilangkan problem / stressful tersebut, dan mencegah terulangnya serangan berikut. Untuk mengorek informasi mengenai problem yang mendasari munculnya disosiatif, dapat dilakukan hipnosis wawancara dengan menggunakan hipnotika sedatif, seperti diasepam IV, atau Amobarbital (Amytal), caranya sebagai berikut: 1. Baringkan pasien 2. Jelaskan bahwa medikasi akin menjadikan pasien santai (relaks) dan ingin berbicara. 3. Tusukkan jarum (narrow-bore scalp-vein needle) ke vena di lengan atau tangan.

4. Mulai injeksi larutan Amobarbital 5% (Amytal)-500 mg yang dilarutkan dalam 10 ml air stiril-dengan jumlah tetesan tidak melampaui 1 ml / mnt (50 mg / mnt untuk mencegah tertidur atau terhentinya pernafasan. 5. Wawancara : a. Pasien yang communicative mulai pembicaraan dengan yang netral dulu, lambat laun menuju ke masalah yang traumatik, yang menimbulkan rasa berdosa, dan kemungkinan yang direpresi. b. Pasien yang bungkam, melanjutkan memberikan saran agar mau berbicara, menyebut fakta kehidupan pasien yang diketahui sering membantu mempercepat penyembuhan. 6. Teruskan invus sampai pasien menunjukkan nistagmus lateral cepat atau mengantuk. Bicara agak pelo adalah jamak; ambang tidur biasanya akan tercapai pada dosis antara 150 mg (3 ml) dan 350 mg (7 ml), tetapi tercapai pada dosis 75 mg (1,5 ml) pada lansia atau dengan penyakit organik. Dorongan untuk bebicara akan mencapai puncaknya pada saat ini. 7. Untuk mempertahankan tingkat nargosis, teruskan invus itu dengan kecepatan 0,5 - 1 ml tiap 5 mnt. 8. Lakukan wawancara seperti wawancara psychiatric lain, tetapi denga beebread pesan : a. Perbincangan masalah yang penuh lekatan emosi dan traumatic secara perlahan,kemudian perbincangan masalah tersebut secara berulang untuk menggali rincian yang terlupakan. Perasaan yang menyertainya dan reaksi saat ini terhadap masalah itu. b. Pasien mutistik atau terhambat komonikasinya, janganlah mencecar masalah itu (seperti perasaan amarah yang ingin membunuh terhadap seseorang) untuk mencegah timbulnya panik setelah wawancara. 9. Hentikan wawancara bila bahan sudah cukup, atau bila tujuan terapi sudah tercapai. Biarkan pasien berbaring untuk 15 mnt lagi hingga dapat berjalan di bawah pengawasan. Medikamentosa : biasanya menggunakan BZ, untuk caranya lihat bab sebelumnya

GANGGUAN SOMATOFORM berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi : F.45.0 gangguan somatisasi F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci F.45.2 gangguan hipokondriasis F.45.3 disfungsi otonomik somatoform F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap F.45.8 gangguan somatoform lainnya F.45.9 gangguan somatoform YTT

DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan hipokondriasis.

F. 45.0 Gangguan Somatisasi Definisi Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan. Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ yang berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem menstruasi/seksual, orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik, gastrointestinal, genitourinaria,

kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter. Orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui. Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu sering kali menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat yang sama. Etiologi Belum diketahui. Teori yang ada yaitu teori belajar, terjadi karena individu belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang lain Epidemiologi Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (berisiko 1020 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat). Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut: Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.

Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

atau: Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, 4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi) 2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan) 1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan). 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan). Salah satu (1) atau (2): Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura). Tatalaksana Tujuan pengobatan 1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata

2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu 3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi) Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial 1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama 2. Buat jadwal regular ddengan interval waktu kedatangan yang memadai 3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik 1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas 2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi 3. Anti anxietas dan antidepressan Prognosis Dubia et malam. Pasien susah sembuh walau sudah mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir pada percobaan bunuh diri.

F.45.1 Gangguan Somatoform Tak Terperinci Etiologi Tidak diketahui Epidemiologi Bervariasi, di USA 10%-12% terjadi pada usia dewasa dan 20 % menyerang wanita.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang tak terperinci Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya. atau : Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan gastrointestinal atau saluran kemih) Salah satu (1) atau (2) Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.

Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura)

Tatalaksana Tujuan pengobatan 1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata 2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu 3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi) Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial 1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama 2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai 3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik 1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas 2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi 3. Anti anxietas dan antidepressant (kalau perlu) Prognosis Bervariasi, sulit diprediksi karena prognosisnya bergantung pada gejala yang lebih dominan. F.45.2 Gangguan Hipokondriasis Definisi Hipokondriasis adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana

pasien biasanya meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya. Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simptom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. Gangguan ini paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat terjadi di usia berapapun. Orang dengan hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan simptom fisiknya. Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali melibatkan sistem pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri. Berbeda dengan gangguan konversi yang biasanya ditemukan sikap ketidakpedulian terhadap simptom yang muncul, orang dengan hipokondriasis sangat peduli, bahkan benar-benar terlalu peduli pada simptom dan hal-hal yang mungkin mewakili apa yang ia takutkan. Pada gangguan ini, orang menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri. Padahal kecemasan akan simptom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik itu sendiri, misalnya keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Mereka memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan kesehatan, lebih banyak simptom psikiatrik, dan mempersepsikan kesehatan yang lebih buruk daripada orang lain. Sebagian besar juga memiliki gangguan psikologis lain, terutama depresi mayor dan gangguan kecemasan. Etiologi Masih belum jelas Epidemiologi Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria sama Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis Untuk diagnosis pasti gangguan hipokondrik, kedua hal ini harus ada: Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)

Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya

Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis: Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat. Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh). Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain. Tatalaksana Tujuan pengobatan 1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata 2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu 3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi) Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial 1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama 2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai 3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial 4. Therapi kognitif-behaviour Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik 1. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi 2. Usahakan untuk mengurangi gejala hipokondriasis dengan SSRI (Fluoxetine 60-80 mg/ hari) dibandingkan dengan obat lain. Prognosis

10 % pasien bisa sembuh, 65 % berlanjut menjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25 % prognosisnya buruk.

F.45.3 Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform Kriteria diagnostik yang diperlukan : Ada gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (tidak khas) Preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan maupun penjelasan dari dokter Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem/organ yang dimaksud Kriteria ke 5, ditambahkan : F.45.30 = Jantung dan Sistem Kardiovaskular F.45.31 = Saluran Pencernaan Bagian Atas F.45.32 = Saluran Pencernaan Bagian Bawah F.45.33 = Sistem Pernapasan F.45.34 = Sistem Genito-Urinaria F.45.38 = Sistem atau Organ Lainnya

F. 45.4 . Gangguan Nyeri Yang Menetap Definisi Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. Pasien sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang penyebabnya tidak dapat ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun-tahun. Biasanya disertai penyakit organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan nyerinya (Tomb, 2004). Individu yang merasakan nyeri akibat gangguan fisik, menunjukkan lokasi rasa nyeri yang dialaminya dengan lebih spesifik, lebih detail dalam memberikan gambaran sensoris dari rasa nyeri yang dialaminya, dan menjelaskan situasi dimana rasa nyeri yang dirasakan menjadi lebih sakit atau lebih berkurang (Adler et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Sedangkan pada nyeri somatoform, pasien malah bertindak sebaliknya.

Etiologi Tidak diketahui Epidemiologi Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan keluhan nyeri punggung. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannya nyeri. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura). Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia. Tatalaksana Tujuan pengobatan 1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata 2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu 3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi) 4. Jika nyerinya akut (< 6 bulan), tambahkan obat simptomatik untuk gejala yang timbul 5. Jika nyeri bersifat kronik (>6 bulan ), fokus pada pertahankan fungsi dan motilitas tubuh daripada fokus pada penyembuhan nyeri Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial 1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama 2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai 3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial 4. Nyeri kronik: pertimbangkan terapi fisik dan pekerjaan, serta terapi kognitifbehavioural Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik 1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas 2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

3. Akut: acetaminophen dan NSAIDS (tidak dicampur) atau sebagai tambahan pada opioid 4. Kronik: Trisiklik anti depresan, acetaminophen dan NSAID 5. Pertimbangkan akupunktur Prognosis : Jika gejala terjadi < 6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi > 6 bulan, cenderung buruk (cenderung menjadi kronik).

F.45.8 Gangguan Somatoform Lainnya Pedoman Diagnostik : Keluhan yang ada tidak melalui saraf otonom, terbatas secara spesifik pada bagian tubuh/sistem tertentu Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan Termasuk didalamnya, pruritus psikogenik, globus histericus(perasaan ada benjolan di kerongkongan>>>disfagia) dan dismenore psikogenik

F.45.9 gangguan somatoform YTT

F.48 GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA F.48.0 Neurastenia Pedoman Diagnostik a. Adanya keluhan-keluhan yang menetap dan mengganggu berupa

meningkatnya rasa lelah setelah suatu kegiatan mental, atau keluhan mengenai kelemahan badaniyah dan kehabisan tenaga hanya setelah kegiatan ringan saja. b. Paling sedikit ada 2 dari hal-hal tersebut dibawah ini: - Perasaan sakit dan nyeri otot-otot - Pusing kepala - Sakit kepala - Gangguan tidur - Tidak dapat bersantai - Peka/mudah tersinggung - Dispepsia

c. Bila ditemukan gejala otonomik ataupun depresif , keadaan tersebut tidak cukup menetap dan berat untuk dapat memenuhi kriteria tersebut agar dapat didiagnosis secara tersendiri. Harus diusahkan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan gangguan depresif atau gangguan anxietas F.48.1 Sindrom Depersonalisasi-derealisasi Pedoman Diagnostik

a. Gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa perasaanya dan atau pengalamannya terlepas dari dirinya, jauh, bukan dari dirinya, hilang. b. Gajala derealisasi, yaitu objek, orang dan atau lingkungan menjadi seperti tidak sesungguhnya (unreal),jauh, semu, tanpa warna, tidak hidup. c. Memahami bahwa hal tersebut merupakan perubahan spontan dan subjektif dan bukan disebabkan oleh kekuatan luar atau orang lain. d. Peng-inderaan tidak terganggu (clear sensorium) dan tidak ada toxic confusional state atau epilepsi Harus dibedakan dengan gangguan lain dengan gejala change of personality, seperti Skizofrenia, Gangguan disosatif, Epilepsi. F.48.8 Gangguan Neurotik Lainnya YDT Kategori ini mencakup gangguan-gangguan campuran dari perilaku, keyakinan dan emosi yang tidak ada penyebabnya dan status neurologik yang jelas, dan yang terjadi dengan frekuensi tertentu di dalam lingkungan budaya tertentu. F.48.9 Gangguan Neurotik YTT

F5 SINDROM TINGKAH LAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK

F50 gangguan makan Tidak termasuk : o Anoreksia atau kehilangan nafsu makan YTT (R63.0) o Kesulitan memberi makan dan gangguan penatalaksanaan makan (R63.3) o Kesulitan memberi makan pada masa bayi dan kanak (F98.2) o Pika pada anak (F98.3) F50.0 anorexia nervosa Suatu gangguan yang ditandai penurunan berat badan yang disengaja, yang dimulai dan atau dipertahankan oleh pasien Umumnya pada gadis remaja atau manita muda

Penyebab secara hakiki belum begitu diketahui, tetapi interaksi sosiokultural dan faktor biologis berperan sebagai penyebabnya, dan juga mekanisme psikologis, kepribadian yang lemah Pedoman diagnostik

Berat badan tetap 15% dibawah normal (baik kurang maupun tidak tercapai) atau indeks massa tubuh quetelet adalah 17,5 atau kurang

Pengurangan berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang mengandung lemak dan salah satu dan lebih dari yang hal berikut : Merangsang muntah oleh dirinya sendiri Olah raga berlebihan Makan obat penekan nafsu makan

Terdapat distorsi citra tubuh (body image) dalam bentuk psikopatologi khas dengan ketakutan gemuk terus menerus

Adanya gangguan yang luas pada endokrin yang meliputi proses hipotalamushipofisis-gonad, dengan manifestasi wanita sebagai amenore dan pada pria sebagai kehilangan minat seksual dan potensi

Jika onset terjadi pada masa pra pubertas, perkembangan pubertas tertunda atau bahkan tertahan. Dengan kesembuhan barulah pubertas tercapai, tetapi menarke terhambat Tak termasuk :

kehilangan nafsu makan (R63.0) Kehilangan nafsu makan psikogenik (F50.8)

F50.1 anorexia nervosa tak khas Istilah ini digunakan untuk individu dimana 1 atau lebih dari ciri anoreksia nervosa : amenore dan kehilangan berat badan bermakna tidak ditemukan atau tidak ada

Pasien yang mempunyai semua gejala utama tetapi taraf ringan juga bisa dimasukkan

Bukan masuk kelas ini jika gangguannya diakibatkan oleh penyakit fisik yang diketahui

F50.2 bulimia nervosa Adalah suatu sindrom yang ditandai oleh serangan berulang perilaku makan berlebih dan preokupasi berlebihan perihal berat badannya, sehingga pasien menggunakan cara yang sangat ketat untuk mengurangi efek menggemukkan dari makanan Distribusi umurnya sama kaya anoreksia nervosa Dianggap sebagai sekuele daru anoreksia nervosa menetap Pedoman diagnostik : Terdapat suatu preokupasi yang terus menerus untuk makan, dan keinginan untuk makan yang tak tertahankan, pasien menyerah terhadap episode makan berlebih, saat mana pasien makan sangat banyak dalam waktu yang singkat Pasien berusaha melawan efek menggemukkan dari makanan dengan cara : Sengaja merangsang muntah Pemakaian pencahar berlebihan Puasa berkala Memakan obat penekan nafsu makan Psikopatologinya : rasa khawatir luar biasa terhadap kegemukan, menetukan suatu ambang batas berat bada tertentu jauh dari berat badan yang optimal Termasuk : bulimia YTT Hiperoreksia nervosa

F50.3 bulimia nervosa tak khas Istilah ini digunakan pada individu dengan satu atau lebih ciri utama gejala bulimia nervosa (F50.2) tidak ditemukan Termasuk : bulimia dengan berat badan normal

F50.4 makan berlebih yang berhubungan dengan psikologis lainnya Adalah makan berlebih yang akan menyebabkan kegemukan sebagai suatu reaksi terhadap stress harus dimasukkan disini (berkabung, kecelakaan, operasi pembedahan, dan lain lain) Termasuk : makan berlebih psikogenik Tak termasuk : obesitas (E66), polifagia (R63.2)

F50.5 Muntah yang berhubungan dengan psikologis lainnya Selain muntah yang dilakukan sendiri seperti di bulimia nervosa Contohnya : muntah berulang akibat gangguan disosiatif, dll Termasuk : hiperemis gravidarum psikogenik, muntah psikogenik Tak termasuk : nausea dan muntah YTT (R11)

F50.8 gangguan makan lainnya Termasuk : pika nonorganik masa dewasa, kehilangan nafsu makan psikogenik

F50.9 gangguan makan YTT F51 gangguan tidur non organik Kelompok ini mencakup : Dissomnia : kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan utama adalah jumlah, kualita atau waktu tidur akibat kausa emosional yaitu insomnia, hipersomnia, gangguan jadual tidur Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur, pada masa anak anak berhubungan dengan perkembangan anak, sedangkan pada orang

dewasa predominan adalah psikogenik, yaitu somnambulisme, teror tidur, mimpi buruk Termasuk pada kategori ini hanya gangguan tidur yang disebabkan oleh emosi sebagai faktor utamanya Tak termasuk : gangguan tidur organik (G47)

F51.0 insomnia nonorganik Insomnia : suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas atau dan kualitas, yang berlangsung untuk 1 kurun waktu tertentu Mempunyai keluhan : kesulitan masuk tidur, sulit mempertahankan tidur, bangun terlalu dini Cenderung pada wanita dan berkembang pada waktu terjadinya peningkatan stress kehidupan Pasien insomnia merasakan dirinya tegang, cemas, khawatir, depresif pada saat tidur, merasa seolah olah pikirannya melayang Biasanya mereka mengatasinya dengan minum obat ataupun alkohol Pedoman diagnostik : Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran berlebihan perihal akibatnya pada malam dan sepanjang hari Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yang keduannya menyebabkan berbagai gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan F51.1 hipersomnia nonorganik Adalah suatu kondisi baik tidur siang berlebihan maupun serangan kantuk (yang tidak disebabkan oleh tidur yang kurang) atau membutuhkan tenggang waktu yang lebih lama untuk segera pulih segar setelah bangun tidur

Bila tak ada penyebab organiknya, keadaan ini berhubungan dengan gangguan jiwa Pedoman diagnostik :

Tidur siang berlebihan atau serangan kantuk yang hebat pada siang hari, yang bukan disebabkan oleh kurang tidur dan atau membutuhkan waktu tenggang yang lebih lama untuk mencapai keaadaan siaga penuh saat bangun tidur

Gangguan tidur terjadi setiap hati selama lebih dari 1 bulan atau gangguan berulang yang berlangsung relatif singkat , yang menyebabkan keadaan yang tak menyenangkan atau menyebabkan gangguan yang nyata pada fungsi sosial atau pekerjaan F51.2 Gangguan jadual tidur nonorganik

Diartikan sebagai kurang sinkronnya antara jadual tidur dan siaga seseorang dengan jadual tidur siaga yang diinginkan untuk lingkungannya, dengan akibat keluhan baik insomnia maupun hipersomnia Pedoman diagnostik :

Pola jadual individu yang berbeda dengan jadual tidur yang dianggap normal di masyarakat dan keadaan budaya sekitarnya

Adanya insomnia pada waktu orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang bangun, berlangsung sekurang kurangnya 1 bulan atau secara berulang dengan periode yang lebih singkat

Tidur kurang memuaskan dalam kuantitas, kualitas, maupun waktunya sehingga menyebabkan terganggunya fungsi sosial dan pekerjaan F51.3 somnambulisme

Adalah suatu keadaan perubahan dari kesadaran, dimana fenomena tidur dan bangun bercampur pada saat yang sama

Pada saat ini berlangsung, individu bangun dari tempat tidurnya, biasanya terjadi 1/3 awal dari tidur malam dan berjalan, memperlihatkan tingkat kesadaran yang rendah, reaktivitas dan kemampuan motorik yang rendah.

Bisa meninggal kan rumah dan bisa menyebabkan resiko kecelakaan tapi nanti akan kembali lagi ke tempat tidurnya

Pasien tidak ingat atas kejadian tersebut pada saat keesokan harinya Pedoman diagnostik :

Gambaran utamanya adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal malam, lalu berjalan

Selama episode itu individu tersebut pandangan kosong, muka menatap kedepan, tak responsif pada bagian rangsangan, tak dapat berkomunikasi, dan hanya dengan susah payah dapat dibangunkan dari tidurnya

Pada waktu bangun, baik dari 1 episede ataupun keesokan harinya, individu tak ingat mengenai episode tersebut

Dalam waktu beberapa menitsetelah bangun dari episode somnambulisme, tidak terjadi gangguan aktivitas mental atau perilaku, walaupun mula mula mungkin ada periode singkat berupa kebingungan dan disorientasi

Tak ada bukti terdapatnya gangguan mental organik seperti demensia atau suatu gangguan fisik seperti epilepsi F51.4 teror tidur

Adalah episode dimalam hari yang ditandai oleh rasa tercekam atau panik dengan hebat dengan cetusan teriakan

Individu terduduk atau terbangun dengan teriakan panik Terjadi 1/3 awal tidur malem Sering lari kepintu seolah mau melarikan diri, walaupun mereka jarang meninggalkan kamar tidur Pedoman diagnostik :

Gejala predominan adalah terjadinya 1 atau lebih episode terbangun dari tidur yang diawali dengan teriakan panik, dengan tanda khas adanya anxietas, tubuh

bergetar, hiperaktivitas otonomik yang hebat seperti takikardi , nafas cepat, dilatasi pupil, dan berkeringat Episeode berulang ini berlangsung selama 1 10 menit dan biasanya terjadi pada 1/3 awal tidur malam Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mengatasi peristiwa teror malam itu dan upaya demikian bahkan dapat menyebabkan disorientasi dan gerakan perseveratif untuk beberapa menit Bila dapat ingat peristiwanya, hanya minimal (biasanya hanya terbatas pada 1 atau 2 bayang bayang mental yang fragmentaris) Tak ada tanda suatu gangguan fisik (tumor otak dan epilepsi) F51.5 mimpi buruk / nightmare Adalah penganlama mimpi yang penuh dengan kecemasan atau ketakutan, yang teringat secara terinci oleh individu tersebut Sering terjadi pengulangan dengan mimpi yang sama Pedoman diagnostik : Terbangun dari tidur malam atau tidur siang dengan mimpi yang terperinci, jelas dan menakutkan, biasanya termasuk ancaman terhadap kehidupan, keamanan dan harga diri, terbangun dapat terjadi kapan saja, tetapi biasanya terjadi pada fase akhit tidur Saat terbangun dari mimpi menakutkan, pasien siaga penuh dan baik orientasinnya Pengalaman mimpi itu dan akibat gangguan tidur yang terjadi menyebabkan pesien merasa tidak enak TERMASUK : gangguan anxxietas pada mimpi F51.8 tidur nonorganik lainnya F51.9 gangguan tidur nonorganik YTT

Termasuk gangguan tidur emosional YTT F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik Meliputi bagaimana cara dimana individu tak mampu unutk melaksanakan senggama sebagaimana yang diharapkannya Wanita cenderung lebih lazim mengeluh mengenai kualitas subjektif pengalaman seksualnya (kurangnya kepuasan atau minat) Laki laki mengeluh adanya kegagalan dari respon spesifik seperti ereksi dan ejakulasi Tak termasuk : sindrom dhat (f48.8), koro (F48.8)

F52.0 kurang atau hilangnya nafsu seks Merupakan masalah utama dan tidak merupakan gangguan sekunder dari kesulitan seksual lainnya seperti kegagalan ereksi atau dispareunia Berkurangnya nafsu seksual tidak menyingkirkan kenikmatan dan gairah seksual tetapi menyebabkan berkurangnya aktivitas seksual Termasuk : rigiditas, gangguan nafsu seksual hipoaktif F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks Tidak menyukai seks : bila berhubungan seksual disertai oleh perasaan negatif yang hebat, menimbulkan perasaan takut dan cemas, sehingga aktivitas seksual dihindarkan Tidak menikmati seks : hubungan seks berjalan normal, begitu pula orgasme dicapai tapi tidak mendatangkan kenikmatan. Biasanya terjadi pada wanita F52.2 kegagalan dari respon genital Pria : masalah utama disfungsi ereksi. Jika terjadi pada selama masturbasi , waktu tidur, atau dengan orang lain terjadi normal normal saja Wanita : kekeringan vagina atau kegagalan pelicin Termasuk : gangguan rangsangan seksual pada wanita, gangguan ereksi pada pria, impotensi psikogenik

F52.3 disfungsi orgasme Dapat terjadi orgasme sangat lambat terjadi atau sama sekali tak terjadi. Lebih sering terjadi pada wanita Termasuk : orgasme yang terhambat (pria dan wanita), anorgasme psikogenik F52.4 ejakulasi dini Ketidakmampuan mengendalikan ejakulasi sedemikian rupa supaya kedua partner dapat menikmati senggama F52.5 vaginismus nonorganik Spasme dari otot sekitar vagina, yang menyebabkan tertutupnya liang vagina Masuknya penis jadi sulit atau terasa nyeri Termasuk : vaginismus psikogenik F52.6 dispareunia nonorganik Rasa nyeri saat berhubungan Dapat terjadi pada wanita dan pria Faktor emosional sangat penting F52.7 dorongan seksual yang berlebih Pria dan wanita kadang mungkin mengeluh mengenai adanya dorongan seksual yang berlebihan yang menjadi masalah Timbul pada masa akhir remaja atau pada dewasa muda F52.8 disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyaki organik F53 gangguan jiwa perilaku berhubungan dengan masa nifas YTK

Gangguan jiwa yang berhubungan dengan masa nifas (timbul dalam 6 minggu setelah persalinan)

F53.0 gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTK Termasuk : depresi pasca lahir YTK Depresi pasca bersalin (YTT)

F53.1 gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTK Termasuk : psikosis masa nifas YTT

F53.8 gangguan jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.9 gangguan jiwa masa nifas YTT F54 faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK Termasuk : Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik Tidak termasuk : nyeri kepala tipe tegang (G44.2)

F55 penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan F55.0 antidepresan F55.1 pencahar F55.2 analgetik F55.3 antasida F55.4 vitamin F55.5 steroida atau hormon F55.6 jamu atau obat tradisional F55.8 zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan (diuretika) F55.9 YTT

F59 sindrom perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik o Termasuk : disfungsi fisiologis psikogenik YTT

F6 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA


Mencakup berbagai kondisi klinis yang bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Beberapa dari kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi factor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan yang lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya. Terdiri dari : F60. Gangguan Kepribadian Khas Suatu gangguan berat dalam konstitusi karakteriologis dan kecendrungan perilaku dari seseorang yang biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan social. Pedoman diagnostic - kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat atau gangguan jiwa lain -memenuhi criteria berikut ini: Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir,serta gaya berhubungan dengan orang lain. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak terbatas pada episode gangguan jiwa Pola perilaku abnormal bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptive yang jelas terhadap keadaan pribadi dan social yang luas Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak / remaja dan berlanjut sampai usia dewasa Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi yang cukup berarti tapi baru menjadi nyata setelah perjalanan lanjut.

Jenis-jenis nya adalah : F60.0 GK Paranoid :ketidakpercayaan dan kecurigaan pervasive kepada orang lain F60.1 GK Skizoid : menyukai kesendirian, tidak punya minat terhadap hubungan dekat dan kedinginan emosi F60.2 GK Dissosial : berulang kali melakukan pelanggaran hukum, iritabilitas dan agresifitas, mengabaikan keselamatan diri sendiri dan ketidakjujuran F60.3 GK Emosional tak stabil : kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya bersamaan dengan ketidakstabilan emosii

F60.4 GK Histrionik : menunjukkan dramatisasi diri, ekspresi emosi yang berlebihan, mudah disugesti, secara terus-menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya. F60.5 GK Anankastik : Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan Preokupasi dengan hal yang rinci (detail) Perfeksionisme Ketelitian, keterpakuan, dan keterikatan yang berlebihan Kaku dan keras kepala Pemaksaan terhadap keinginannya Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang enggan

F60.6 GK Cemas (menghindar) : rendah diri, perasaan tidak adekuat , tidak mau terlibat langsung dengan orang lain F60.7 GK Dependen : tidak nyaman dan tidak berdaya jika sendirian, membutuhkan orang lain untuk melaksanakan/ memutuskan sesuatu F60.8 GK Khas Lainnya F60.9 GK YTT

Berdasarkan DSM-IV, Kepribadian adalah totalitas sifat emosional & perilaku yang menandai kehidupan seseorang. Gangguan terbagi atas : gangguan kepribadian kluster A : individu yang aneh/eksentrik paranoid: ketidakpercayaan dan kecurigaan pervasive kepada orang lain skizoid : menyukai kesendirian, tidak punya minat terhadap hubungan dekat dan kedinginan emosi skizotipal : keyakinan yang aneh,pengalaman persepsi yang tidak lazim, afek yang tidak sesuai, serta pikiran, perilaku, penampilan dan cara bicara yang aneh

gangguan kepribadian Kluster B : individu yang dramatis,emosional ambang : perasaan kekosongan yang kronis, gangguan identitas, kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya, kelabilan emosi yang ekstrem. anti social : berulang kali melakukan pelanggaran hukum, iritabilitas dan agresifitas, mengabaikan keselamatan diri sendiri dan ketidakjujuran. narsistik : rasa kepercayaan diri yang besar, yakin bahwa dia adalah khusus dan unik, tidak punya empati dan sering iri pada orang lain

histrionic :menunjukkan dramatisasi diri, ekspresi emosi yang berlebihan, mudah disugesti, secara terus-menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya.

gangguan kepribadian kluster C : individu yang pencemas/ ketakutan menghindar : rendah diri, perasaan tidak adekuat , tidak mau terlibat langsung dengan orang lain dependen : tidak nyaman dan tidak berdaya jika sendirian, membutuhkan orang lain untuk melaksanakan/ memutuskan sesuatu obsesif kompulsif: perfeksionis, kekakuan dan keras kepala, terlalu berhati2, teliti dan tidak fleksibel

F61. Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya. Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan kelainan-kelainan yang seringkali menyulitkan, tetapi tidak menunjukkan pola gejala yang khas yang menjadi ciriciri dari gangguan F.60 Jenis-jenisnya adalah : F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran F61.1 Perubahan Kepribadian Yang Bermasalah

F62. Perubahan Kepribadian Yang Berlangsung Lama Yang Tidak Diakibatkan Oleh Kerusakan/ Penyakit Otak Kelompok ini meliputi gangguan dari kepribadian dan perilaku dewasa yang berkembang setelah mengalami katastrofik atau stress yang berkepanjangan, atau setelah mengalami gangguan jiwa yang berat pada penderita yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya. F63. Gangguan Kebiasaan dan Impuls Gangguan ditandai oleh tindakan berulang yang tidak mempunyai motivasi rasional yang jelas serta umumnya merugikan kepentingan penderita sendiri dan orang lain. Jenisjenisnya adalah : F63.0 Judi patologis judi secara berulang yang menetap, yang berlanjut seringkali meningkat meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan F63.1 Bakar patologis (piromania) berulang kali melakukan pembakaran tanpa motif yang jelas, sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran, perasaan tegang meningkat sebelum melakukan dan terangsang setelah berhasil melaksanakan

F63.2 Curi patologis (kleptomania) dilakukan sendiri, upaya menyembunyikan barang tetapi tidak digunakan, peningkatan perasaan tegang sebelum melakukan dan puas setelah melakukan, ada perasaaan cemas murung dan bersalah saat episode pencurian tetapi dihilangkan perasaanya itu dengan mengulangi perbuatannya kembali

F63.3 Trikotilomania kerontokan rambut kepala yang terlihat jelas disebabkan oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut ; didahului oleh ketegangan yang meningkat dan setelah itu tercipta rasa puas

F63.8 Gangguan Kebiasaan dan Impuls Lainnya F63.9 Gangguan Kebiasaan dan Impuls YTT

F64. Gangguan Identitas Jenis Kelamin F64.0 Transseksualisme identitas sudah menetap selama minimal 2 tahun dan harus bukan merupakan gejala ggn jiwa lain ; ada hasrat dan keinginan untuk diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya dan mendapatkan terapi untuk membuat tubuhnya semirip mungkkin dengan jenis kelamin yang diinginkan F64.1 Transvestisme peran ganda mengenakan pakaian dari lawan jenis dan tidak perangsangan seksual untuk melakukan itu F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa anak manifestasi pertama timbul pada usia pra sekolah sudah tampak sebelum pubertas ; ada penyangkalan terhadap struktur anatomi ; keinginan anak yang mendalam untuk menjadi jenis kelamin lawan jenisnya disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dll F64.8 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Lainnya F64.9 Gangguan Identitas Jenis Kelamin YTT

F65. Gangguan Preferensi Seksual F65.0 Fetishisme mengandalkan benda mati sebagai rangsangan untuk membangkitkan gairah seksual dan memberi kepuasan seksual (ekstensi dari tubuh manusia) ; terbatas hampir hanya pada pria saja F65.1 Transvestisme fetishistik

mengenakan pakaian dari lawan jenis untuk mencapai kepuasan seksual, merupakan fase awal transseksualisme F65.2 Ekshibisionisme kecenderungan berulang memamerkan alat kelamin kepada orang lain tanpa ajakan untuk berhubungan lebih akrab ; apabila yang menyaksikan terkejut, takut, kegairahan meningkat F65.3 Voyeurisme kecenderungan berulang untuk melihat orang yang sedang melakukan hubungan seksualatau berperilaku intim F65.4 Pedofilia preferensi seksual terhadap anak ; biasanya karena mengalami frustasi kronis terhadap partner seksualnya dan mencari pengganti F65.5 Sadomasokisme preferensi terhadap aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan ; mendapatkan rangsangan dari aktivitas 64adistic maupun masokistik F65.6 Gangguan Preferensi Seksual Multipel F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainnya F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT

F66.Gangguan Psikologis dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Perkembangan dan Orientasi Seksual F66.0 Gangguan maturitas seksual menderita ketidakpastian ttg identitasnya yang menimbulkan kecemasan atau depresi ; sering pada remaja F66.1 Orientasi seksual egodistonik seksual tidak diragukan tetapi individu mengharapkan yang lain disebabkan ggn psikologis dan perilaku F66.2 Gangguan jalinan seksual kelainan dalam identitas jenis kelamin atau preferensi seksual merupakan penyebab kesulitan dalam membentuk atau menjalin hubungan dengan mitra seksual F66.8 Gangguan Perkembangan Psikoseksual Lainnya F66.9 Gangguan Perkembangan Psikoseksual YTT

F68. Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya F68.0 Elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis disebabkan oleh ggn fisik, penyakit atau disabilitas yang berlebihan yang disebabkan oleh keadaan psikologis dari penderita F68.1 Kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologis F68.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya YDT F68.9 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa YTT

F7 RETARDASI MENTAL
Definisi Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya (disability) keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. (PPDGJ III) Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh adanya hendaya, keterampilan, selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. (ICD 10, WHO Geneva, 1992) Retardasi mental adalah gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna dibwah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah) yang bermula sebelum usia 18 tahun disertai defist atau hendaya fungsi adaptif (fungsi adaptif adalah kemampuan individu tersebut secara efektif menghadapi kebutuhan untuk berdikari yang dapat diterima oleh lingkungan social). (DSM IV,1994) Retardasi mental sendiri dapat terjadi dengan atu tanpa gangguan jiwa atau gengguan fisik lainnya. Karakter keempat digunakan untuk menentukan luasnya hendaya perilaku, bila hal ini bukan disebabkan oleh suatu gengguan lain yang menyertai : F7x.0 = tidak ada, atau terdapat hendaya perilaku minimal F7x.1 = terdapat hendaya perilaku yang bermakna dan memerlukan perhatian atau terapi F7x.2 = hendaya perilaku lainnya F7x.3 = tanpa penyebutan dari hendaya perilaku Klasifikasi Undang-undang mengenai defisiensi ,mental di Inggris , 1927, didapatkan 4 kelas defek mental, yaitu : 1. Idiot, ialah mereka dengan defek mental yang sedemikian beratnya sehingga tidak mampu menjaga dirinya terhadap bahaya fisik yang biasa dijumpai sehari-hari 2. Imbesil, ialah mereka dengan defek mental, yang walaupun tidak separuh idiot, namun tidak mampu mengurus dirinya sendiri; dan jika mereka masih anak ia tidak dapat belajar mengurus dirinya sendiri. 3. Pikiran lemah ialah mereka yang dfek mentalnya tidak seberat imbesil, namun membutuhkan perawatan, supervise dan mengelola untuk melindungi dirinya dengan orang lain; dan jika mereka masih anak, mereka tidak akan memperoleh manfaat semestinya bila belajar disekolah biasa.

4. Defek moral, ialah mereka dengan defek mental yang disertai kecenderungan bertindak criminal dan kejahatandan membutuhkan perawatan, supervises dan kelola untuk melindungi orang lain. Etiologi 1. Faktor predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh factor genetic terhadap agen atau faktor ekologis atau lingkungan 2. Factor lingkungan yang dapat mengganggu organism yanh sedang tumbuh 3. Waktu terjadinya pemaparan. Saat terjadinya pemeparan dapat mempengaruhi beratnya kerusakan. Prevalensi Angka retardasi mental pada anak lebih tinggi. Penelitian diberbagai Negara mendapatkan prevalensi sedang dan berat pada kelompok usia 15-19 tahun ialah kira-kira 3-4 per 1000. Pedoman diagnostik Tingkat kecerdasan bukan satu-satunta karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan fisik yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum bahwa semua keterampilan ini akan berkembang ke tingkat keterampilan yang sama pada setiap individu, namun dapat terjadi suatu ketimpangan yang besar, khusunya pada penderita. Orang tersebut mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau mempunyai suatu area keterampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnta tuda visuo-spasial) yang berlawanan dengan latar belakang adanya retardasi mental berat. Keadaan ini menetukan kesulitan pada saat menentukan kategori diagnosis Penilaian tingkat kecerdasar harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dengan latar belakang budayanya), dan hasil psikometrik Untuk diagnosis yang pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan social biasa sehari-hari Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai retardasi mental, mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua keterampilannya. Penilaian diagnostic adalah terhadap kemampuan umum (global ability) bukan terhadap suatu area tertentu yang spesifik dari hendaya atau keterampilannya.

F70 RETARDASI MENTAL RINGAN Pedoman diagnostik Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, makan IQ berkisar antara 50-69 menunjukan retardasi mental ringan

Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari . kebanyakan juga dapat mandiri penuh dapat merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal. Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademis, dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis. Etiologi organic hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita. Keadaan lain yang mnyertai seperti autism, gangguan perkembangan lain, epilepsy, gangguan tingkah laku, atau disability fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode diagnosis sendiri.

F71 RETARDASI MENTAL SEDANG Pedoman diagnostik IQ biasanya dalam rentang 35-49 Umumnya ada profil kesenjangan (discrepancy) dan kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkah laku yang lebih tinggi dalam keterampilan visuo spasial daripada tugas lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi social dan percakapan sederhana. Tingkat perkambangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka. Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada kebanyakn penyandang retardasi mental sedang Autisme masa kanaka tau gangguan perkembangan pervasive lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsy, disabilitas neurologic dan fisik juga lazim ditemukan meskipun kebanyakan penyandang retardasi mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan. Kadang-kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena tingkat perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya. Setiap gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.

F72 RETARDASI MENTAL BERAT Pedoman diagnostik IQ biasanya berada dalam rentang 20-34

Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal : - Gambaran klinis - Terdapat etiologi organic - Kondis yang menyertainya - Tingkat prestasi yang rendah Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dan susunan saraf pusat.

F73 RETARDASI MENTAL SANGAT BERAT Pedoman diagnostik IQ biasanya dibawah 20 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling benter mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhan Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya, dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga Suatu etiologi organic dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus Biasanya da disabilitas neurologic dan fisik lain yang mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsy dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan pervasive dalam bentuk sangat berat khususnya autism yang tidak khas (atipikal autisme), terutama pada penderita yang dapat bergerak.

F78 RETARDASI MENTAL LAINNYA Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu tuli, dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu F79 RETARDASI MENTAL YTT Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada infoermasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.

F8 GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS


Yang termasuk F80-F89 mempunyai gambaran: Onset bervariasi selama masa bayi atau anak Hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis SSP Berlangsung terus menerus tanpa remisi & kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa Fungsi yang dipengaruhi termasuk: Bahasa Keterampilan visuo-spesial Koordinasi motorik

Yang khas ialah hendaya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (defisit lebih ringan sering menetap sampai dewasa). Riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan atau hendaya yang sedini mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan yang normal. Anak laki-laki > anak perempuan

Etiologi Terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama. Ada bukti faktor genetik pada banyak kasus (bukan semua). Pada sebagian besar kasus etiologinya tidak diketahui & tetap terdapat ketidakpastian mengenai batasan dan subdivisi dari gangguan perkembangan ini.

F 8.0.0 Gangguan artikulasi berbicara khas Gangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara bicara dari anak berada dibawah tingkat yang sesuai untuk usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal. Pedoman diagnostik Usia kemahiran bersuara untuk berbicara & cara suara ini berkembang, amat bervariasi pada setiap orang.

Perkembangan normal: Pada usia 4 tahun biasa terjadi kesalahan pengungkapan suara bicara, tapi dapat dimengerti dengan mudah oleh orang lain Pada usia 6-7 tahun, sebagian besar suara untuk berbahasa akan diperoleh, tidak ada masalah komunikasi Pada usia 11-12 tahun, penguasaan dari hampir semua suara untuk berbicara harus dicapai Perkembangan abnormal dapat terjadi jika kemampuan suara bicara terlambat dan/atau menyimpang, menimbulkan : Misartikulasi berbahasa anak dengan akibat kesulitan bagi orang lain Penghilangan, distorsi, atau substitusi dari suara berbicara Inkonsistensi dalam mengeluarkan suara (mengucapkan beberapa kata dengan benar tapi tidak dapat untuk kata-kata yang lain) Diagnosis : ditegakkan hanya jika keparahan gangguan artikulasi diluar batas variasi normal bagi usia mental anak; sedangkan intelegensia nonverbal, kemampuan berbahasa expresif dalam batas normal; kelainan artikulasi tidak langsung diakibatkan oleh suatu kelainan sensorik, struktur atau neurologik; dan salah-ucap jelas abnormal dalam konteks pemakaian bahasa percakapan sehari-hari di lingkungan budaya anak Termasuk : Gangguan Perkembangan Artikulasi, Gangguan Perkembangan Fonetik, Dislalia, Gangguan Artikulasi Fungsional, Bahasa Bayi (Lalling).

F 8.0.1 Gangguan Berbahasa expresif Gangguan perkembangan Khas dengan kemampuan anak dalam mengexpresikan bahasa lisan/ucapan dibawah rata-rata usia mentalnya, namun pengertian bahasa dalam batas normal, dengan atau tanpa gangguan artikulasi Pedoman Diagnostik. Tidak adanya kata atau beberapa kata yang muncul pada usia 2 tahun dan ketidak mampuan dalam mengerti kata majemuk sederhana pada usia 3 tahun. Kesulitan yang tampak belakangan termasuk : Perkembangan kosakata yang terbatas Kesulitan memilih & mengganti kosakata yang tepat

Penggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata-kata umum memendekkan ucapan yang panjang Kesalahan kalimat (Syntatical) Kehilangan awalan atau akhiran yang khas Salah atau gagal dalam menggunakan aturan tata bahasa seperti kata penghubung, kata ganti, artikel dan kata kerja dan kata benda yang terinfleksi (berubah)

Dapat dijumpai generalisasi berlebihan yang tidak tepat dari aturan tata bahasa, seperti kekurangan dalam pengucapan kalimat dan kesulitan mengurut kejadian yang telah lewat Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan keterlambatan atau abnormalitas dalam bunyi kata yang dihasilkan. Diagnosis ditegakkan hanya jika tingkat keparahan dari keterlambatan dalam perkembangan berbahasa expresif telah melewati batas variasi normal dari umur mental anak, namun kemampuan pengertian bahasa dalam batas normal (meski dapat juga dibawah rata-rata) Termasuk : Disfasia atau apraksia, tipe ekpresif.

F 8.0.2 Gangguan berbahasa reseptif Gangguan perkembangan Khas dengan kemampuan anak untuk mengerti bahasa dibawah rata2usia mentalnya. Dalam hampir semua kasus, bahasa expresif jelas terganggu dan lazim ada abnormalitas. Pedoman Diagnostik Ketidakmampuan dalam : Memberi respon terhadap nama benda yang umum (tanpa benda itu) pada ulang tahun yang pertama. Identifikasi beberapa objek yang sederhana dalam usia 18 bulan. Atau kegagalan dalam mengikuti instruksi sederhana pada usia 2 tahun dapat dianggap sbg tanda dari keterlambatan. Kesulitan dimasa mendatang termasuk

pengertian struktur tata bahasa (bentuk kalimat negatif, pernyataan, perbandingan, dsb) dan kurang mengerti aspek kehalusan bahasa (nada suara, gerakan tubuh, dsb) Diagnosis ditegakkan hanya jikatingkat keterlambatan dalam bahasa reseptif berada di luar batas variasi normal rata-rata usia mental anak, dan jika tidak dijumpai gangguan perkembangan pervasif.

Termasuk : Congenital Auditory Imperception, afasia atau Disafasia, Tipe Reseptif, Afasia Wernicke, Tuli Kata (Word Deafness).

F 8.0.3 Afasia yang di dapat dengan Epilepsi (Sindrom Landau-Kleffner) Didahului dengan perkembangan Bahasa yang normal Kemudian kehilangan kedua kemampuan berbahasa ekspresif dan reseptif Tetap normal dalam intelegensia umum Onset gangguan disertai dengan abnormalitas paroximal pada EEG (hampir selalu Lobus Temporalis, biasanya bilateral, sering meluas) Kebanyakan kasus disertai kejang Epileptik. Onset usia 3-7 tahun, bisa lebih awal atau lebih lambat Kehilangan berbahasa bisa perlahan dalam beberapa bulan, bisa mendadak dalam beberapa hari atau minggu Hubungan waktu antara onset kejang dengan kehilangan berbahasa bervariasi, biasanya beberapa bulan sampai 2 tahun Yang khas adalah hendaya berbahasa reseptif yang sgt berat disertai kesulitan dalam pengertian melalui pendengaran yang sering mrpkn manifestasi pertama dari kondisi ini Beberapa anak membisu, lainnya mengeluarkan kata ulang tak berarti, beberapa kekuranglancaran berbahasa dan ucapannya sering ada misartikulasi Beberapa kasus kualitas suara terganggu, hilang alunan suara yang normal Kadang2 kemampuan berbahasatimbul hilang dalam fase awal dari gangguan ini Gangguan emosional dan prilaku sering menyusul beberapa bulan setelah gangguan berbahasa, tapi cenderung membaik setelah anak mampu berkomunikasi Penyebab kondisi ini secara klinis diperkirakan oleh radang otak Perjalanan penyakit ini cukup bervariasi 2/3 dari anak-anak akan tetap kurang mampu dalam bahasa reseptif, 1/3 nya dapat sembuh sempurna

F 8.0.8 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya Termasuk : Pelat (Lisping)

F 8.0.9 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT Termasuk: Gangguan berbahasa YTT

F 8.1 Gangguan Perkembangan Belajar Khas Konsep gangguan ini sebanding dengan gangguan perkembangan Khas berbicara dan berbahasa, mempunyai masalah yang sama dalam hal definisi dan

pengukuran/pemeriksaannya. Adalah suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal perkembangan. Bukan akibat dari kurangnya kesempatan belajar atau berhubungan dengan cedera otak penyakit lain. Gangguan ini lebih banyak diperkirakan berasal dari kelainan proses kognitif, khususnya beberapa tipe disfungsi biologis > Pedoman Diagnostik: Secara klinis terdapat hendaya yang bermakna dalam keterampilan skolastik tertentu. Keparahan kelainan ditentukan berdasarkan istilah, misalnya keterampilan yang diharapkan adalah < 3% anak sekolah, beratnya gangguan yang mendahului (didahului oleh keterlambatan atau penyimpangan dalam perkembangan terutama dalam berbicara atau berbahasa pada usia pra sekolah), pada masalah yang terkait (minat , aktivitas >>, gangguan emosional atau kelainan tingkah laku), pada pola, dan pada respons. Hendayanya harus khusus, bukan karena adanya retardasi mental atau hendaya ringan pada intelegensia umum. Pedoman klinis yang sederhana yaitu tingkat pencapaian anak harus jauh dibawah prestasi yang diharapkan pada anak berumur mental yang sebaya Hendaya harus dalam perkembangannya, harus sudah ada pada anak usia sekolah dan tidak didapatkan kemudian dalam proses perjalanan pendidikan. Riwayat prestasi sekolah anak harus mendukung data ini. Harus tidak ada faktor luar yang menjadi alasan untuk kesulitan skolastik. Diagnosis harus benar2 berdasarkan bukti gangguan secara klinis yang nyata dalam prestasi skolastik, yang berhubungan dengan faktor intrinsik dalam perkembangan anak. Tidak langsung disebabkan oleh hendaya visus atau pendengaran yang tak terkoreksi.

F 8.1.0 Gangguan membaca khas Gambaran utama gangguan ini ialah hendaya yang khas dan bermakna dalam perkembangan Kemampuan membaca, yang tidak hanya semata-mata dijelaskan dari usia mental ketajaman pandangan, atau dari tidak adekwatnya pendidikan di sekolah

Pedoman Diagnostik Kemampuan membaca anak hrs secara bermakna lebih rendah tingkatannya daripada kemampuan yang diharapkan pada usianya, intelegensia umum, penempatan sekolahnya. Kemampuan ini terbaik dinilai dengan alat tes kemampuan ketepatan baca dengan pengertian yang baku Mungkin ada beberapa kesalahan dalam kemampuan membaca secara lisan seperti yang digambarkan dengan : Dihilangkannya, digantinya, distorsi, atau imbuhan kata atau suku kata. Kecepatan membaca yang lamban. Salah mengawali, keraguan yang lama, atau kehilangan bagian dari teks dan tidak tepat menyusun kalimat. Memutar-balikkan kata dalam kalimat atau huruf dalam kata. Ketidakmampuan mengucapkan kembali isi bacaan. Ketidakmampuan menyimpulkan dari materi bacaan. Mempergunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang informasi dari informasi yang berasal dari cerita tertentu, untuk menjawab pertanyaan dari cerita yang baru dibacakan. Pada akhir masa kanak dan usia dewasa, kesulitan mengeja lebih parah daripada kesulitan membaca. Gangguan perkembangan Khas membaca biasanya didahului oleh riwayat gangguan perkembangan Berbicara atau berbahasa. Pada masa usia sekolah biasanya disertai gangguan emosional, dan/atau perilaku. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada tahun pertama sekolah. Sindrom hiperaktif hampir selalu ada pada akhir masa kanak dan remaja, sering dijumpai rasa rendah diri dan kesulitan penyesuaian disekolah dan hubungan dengan teman sebaya. Termasuk : membaca terbalik, disleksia perkembangan, retardasi membaca yang khas, kesulitan mengeja yang berhubungan dengan gangguan membaca

F 8.1.1 Gangguan mengeja khas Gambaran utama dari gangguian ini adalah hendaya yang khas dan bermakna dalam

perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat gangguan membaca khas, yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia mental, masalah ketajaman penglihatan atau pendidikan

sekolah yang tidak adekuat, kemampuan untuk mengeja secara lantang (lisan) dan menuliskan kata secara benar keduanya terkena. Pedoman Diagnostik Kemampuan mengeja anak harus secara bermakna dibawah tingkat yang seharusnya sesuai usianya, intelegensia umum, dan tingkat sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan yang baku Kemampuan membaca anak hrs dalam batas normal dan tidak ada riwayat sebelumnya yang bermakna tentang kesulitan membaca. Kesulitan dalam mengeja bukan sbg akibat cara pengajaran yang tidak adewkuat atau kekurangan daya penglihatan, pendengaran atau fungsi neurologis, dan bukan didapat sebagai akibat gangguan neurologis, psikiatrik lainnya. Termasuk : retardasi mengeja khas tanpa gangguan membaca

F 8.1.2 Gangguan berhitung khas Gangguan ini meliputi hendaya yang khas dalam kemampuan berhitung yang tidak disebabkan oleh retardasi mental atau banyaknya pendidikan sekolah yang tidak adekuat. Kekurangan ialah pada penguasaan kemampuan dasar berhitung yaitu tambah, kurang, kali, bagi. Pedoman Diagnostik Kemampuan berhitung anak hrs secara bermakna lebih rendah dari tingkat yang seharusnya dicapaisesuai dengan usianya, intelegensia umum, tingkat sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk kemampuan berhitung yang baku.kesulitan dalam berhitung bukan karena pengajaran yang tidak adekuat, gangguan penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis, dan tidak disebabkan gangguan neurologis, psikiatrik atau lainnya. Mempunyai daya persepsi pendengaran dan kemampuan verbal yang normal, tetapi hendaya kemampuan pengenalan ruang dan persepsi visual, beberapa bermasalah perilaku sosioemosiaonal, kesulitan interaksi sosial cukup banyak ditemukan. Beragam kesulitan berhitung : sulit mengerti konsep perhitungan yang mendasari, tidak mengerti istilah dan lambang matematika, tidak mengenal angka, kesulitan mengaksara kan upaya penghitungan dasar, kesulitan mengenal angka yang terkait dengan soal berhitung, kesulitan dalam menjajarkan angka yang sesuai atau meletakkan titik desimal atau lambang dalam berhitung, tidak pandai mengatur ruang dalam perhitungan matematika dan tidak mampu untuk menghafal perkalian secara memuaskan.

Termasuk : akalkulia perkembangan, gangguan perkembangan berhitung, sindrom gerstmann.

F 8.1.3 Gangguan belajar campuran Ini merupakan kategori sisa gangguan yang batasannya tidak jelas; konsep yang tidak adekuat (tetapi perlu) dengan hendaya pada kemampuan berhitung, membaca atau mengejasecara bermakna, tetapi tidak dapat dijelaskan sebagai akibat dari retardasi mental atau pengajaran yang tidak adekuat. Ini harus dipergunakan untuk gangguan yang memenuhi kriteria pada F81,2, F81.0, atau F81.1.

F 8.1.8 Gangguan perkembangan belajar lainnya Termasuk : gangguan perkembangan menulis expresif

F 8.1.9 Gangguan perkembangan belajat YTT Kategori ini harus dihindarkan sebisa mungkin dan dipergunakan hanya untuk gangguan yang tidak khas dengan disabilitas yang bermakna tentang belajar yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, masalah ketajaman penglihatan atau pengajaran yang tidak adekuat Termasuk : disabilitas memperoleh pengetahuan YTT, disabilitas belajar YTT, gangguan belajar YTT.

F 8.2 Gangguan perkembangan motorik khas Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak semata disebabkan oleh retardasi intelektual umum atau kelainan kongenital atau gangguan neurologik yang didapat (kecuali satu yang implisit dalam kelainan koordinasi). Kelambanan motorik sering dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial. Pedoman Diagnostik Koordinasi motorik anak, dalam gerak halus atau kasar, harus secara bermakna dibawah ratarata kemampuan anak dalam usia mentalnya berupa intelegensia umumnya. Kesulitan koordinasi harus tampak dalam fase perkembangan awal, bukan akibat langsung dari gangguan penglihatan atau pendengaran atau dari neurologis lainnya. Meliputi koordinasi motorik halus dan kasar sangat luas, pola hendaya motorik bervariasi sesuai usia.

Tahap perkembangan motorik dapat terlambat dan dapat terjadi kesulitan berbicara (khususnya gangguan artikulasi). Anak tampak aneh berjalannya, lambat belajar berlari, meloncat dan naik turun tangga. Kesulitan belajar mengikat tali sepatu, memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola. Lamban dalam gerak halus dan gerak kasar, benda yang dipegang mudah jatuh, terjatuh, tersandung, menabrak tulisan tangan buruk. Tak pandai menggambar, biasanya sulit mengerjakan permaianan jigzaw, menggunakan peralatan konstruksional, menyusun bentuk bangunan, membangun model, main bola serta menggambar dan mengerti peta. Pada pemeriksaan klinis yang teliti kebanyakan kasus menunjukkan kelambatan perkembangan neurologis seperti gerakan koreoform, koordinasi motorik halus dan kasar (biasanya disebut sebagai soft neurological signs, lokasi lesi`tidak jelas, refleks tendon atau secara bilateral. Beberapa anak mengalami kesulitan bersekolah kadang2 tarafnya sgt berat, dalam beberapa kasus terdapat masalah prilaku sosio-emosional. Tidak dijumpai kelainan neurologis yang nyata, pada beberapa kasus dapat ditemui riwayat komplikasi perinatal, sepertiberat lahir rendah atau lahir prematur. Termasuk : Clumsy Child Syndrome, gangguan perkembangan Koordinasi, dispraksia perkembangan.

F 8.3 Gangguan Perkembangan Khas Campuran Merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas, konsepnya inadekuat dengan perkembangan khas campuran dari berbicara dan berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau fungsi motorik, tetapi tidak ada satu gejala cukup dominan untuk dibuat sbg diagnosis utama. Sering dihubungkan dengan hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategoricampuran ini hanya digunakan jika terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori II harus digunakan jika dipenuhi kriteria dari dua atau lebih pada F80.-, F81.-, dan F82.

F 8.4 Gangguan Perkembangan Pervasif Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi, kecenderungan minat dan meskipun gambaran gerakan terbatas, stereotiptik, berulang, abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas (pervasif) dari fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya. Sering

terdapat riwayat perkembangan yang abnormal sejak masa bayi, kebanyakan kondisinya nyata dalam 5 tahun pertama. Dapat terjadi hendaya kognitif umum tapi gangguannya batasan umumsebagai prilaku yang menyimpang dalam hal hubungan dengan usia mental (tak peduli individu retardasi atau tidak). Pada beberapa kasus gangguan itu dihubungkan dg, dan diduga akibat dari beberapa kondisi medis, seperti spasme infantil, rubella congenital, sklerosis, tuberosa, lipidosis serebral, dan anomali kromosom X rapuh. Gangguan ini hrs didiagnosis berdasarkan gambaran prilaku, tanpa memperdulikan ada atau tidaknya suatu kondisi medis, kondisi ini harus diberi kode dianosis sendiri. Jika dijumpai retardasi mental penting diberikan nomor terpisah, dalam kelompok F70-79, karena bukan gambaran umum gangguan pervasif.

F 8.4.0 Autisme pada anak Gangguan perkembangan Pervasif yang ditandai oleh adanya abnormalitas dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun. Dengan ciri fungsi yang abnormal dalam 3 bidang : interaksi sosial, komunikasi, dan prilaku yang terbatas dan berulang. Anak 3-4 X anak . Pedoman Diagnostik Perkembangan Abnormal tampak sebelum usia 3 tahun. Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial, tiadanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosioemosional. Terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Kurangnya kemampuan berbahasa; hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial; buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal-balik dalam percakapan; buruknya fleksibilitas dalam bahasa expresif dan relatif kurang dalam kreativitas dan fantasi dalam proses fikir; kurangnya respon emosional terhadap ungkapan verbal dan non verbal orang lain; hendaya dalam menggunakan variasi atau tekanan modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan komunikasi lisan Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubunganya dengan autisme, tetapi ditemui retardasi mental yang bermakna pada kasus Sebagai tambahan dari gambaran diagnosis yang khas ini, anak autistik sering menunjukkan beberapa masalah tak khas, seperti ketakutan/fobia, gangguan tidur dan makan, mengadat (temper tantrum) dan agresivitas. atau dalam tata ruang Kondisi ini juga ditandai oleh perilaku minat dan kegiatan yang terbatas, pengulangan dan stereotiptik. Cenderung bersikap kaku dan rutin dalam kehidupan

sehari-hari, biasanya berlaku untuk kegiatan baru atau kebiasaan kebiasan sehari-hari yang rutin dan pola bermain, penolakan terhadap perubahan dari rutinitas dari lingkungan pribadi (sulit menerima perubahan. Termasuk : Gangguan autistik, Autisme infantil, Psikosis infantil, Sindrom kanner. Diagnosis Banding : gangguan perkembangan khas berbahasa reseptif (F80.2) Gangguan kelekatan reaktif (F94.2). Retardasi mental (F70-79). Skizofrenia (F20) dgn onset dini sindrom Rett (F84.2)

F 8.4.1 Autisme tak khas Gangguan perkemb pervasif yang dibedakan dari autisme dalam usia awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Abnormalitas dan/atau hendaya perkemb baru timbul pertama kali setelah berusia diatas 3 tahun, tidak cukup menunjukkan abnormalitas dalam satu atau dua dari tiga psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnostik untuk diagnosis autisme (interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan prilaku terbatas, stereotiptik, dan berulang) meskipun terdapat abnormalitas yang khas dalam bidang lain. Sering muncul dengan retardasi mental yang berat, juga tampak pada individu dengan gangguan perkemb yang khas berbahasa reseptif yang berat. Maka secara bermakna merupakan kondisi yang terpisah dari autisme. Termasuk : Psikosis masa kanak yang tak khas, Retardasi mental dengan gambaran autistik.

F 8.4.2 Sindrom Rett Suatu kondisi yang belum diketahui sebabnya, hanya dilaporkan terjadi pada anak perempuan Pedoman Diagnostik Onset biasanya terjadi pada usia 7-24 bulan. Gejala khas paling menonjol adalah hilangnya kemampuan gerakan tangan yang bertujuan dan keterampilan motorik manipulatif yang telah terlatih. Kehilangan atau hambatan seluruh atau sebagian kemampuan berbahasa, gerakan seperti mencuci tangan yang stereotiptik, dengan fleksi lengan didepan atau dagu, membasahi tangan secara stereotiptik dengan saliva, hambatan dalam fungsi mengunyah makanan, sering terjadi episode hiperventilasi, selalu gagal dalam pengaturan BAB dan BAK, sering terdapat penonjolan lidah dan air liur menetes, kehilangan hubungansosial

Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar, otot hipotonik, koordinasi gerak tubuh memburuk, skoliosis atau kifoskoliosis yang berkembang kemudian. Atrofi spinal dengan hendaya motorik berat muncul pada saat remaja atau dewasa + 50% kasus. Kemudian muncul spastisitas dan rigiditas, ekstrimitas bawah > ekstrimitas atas. Serangan epileptik mendadak biasanya dalam bentuk kecil, onset serangan < usia 8 tahun.

F 8.4.3 Gangguan disintegratif masa kanak lainnya. Suatu gangguan perkemb pervasif yang ditandai oleh adanya periode perkemb normal sebelum onset penyakit, serta adanya kehilangan yang nyata dari keterampilan terlatih pada beberapa bidang perkemb setelah beberapa bulan penyakit berlangsung, disertai adanya abnormalitas yang khas dari fungsi sosial, komunikasi dan prilaku. Kadang ada periode prodromal berupa keadaan sakit yang samar-samar, anak menjadi gelisah, mudah tersinggung, cemas, dan overaktif. Diikuti oleh kemiskinan kemudian kehilangan kemampuan berbicara dan berbahasa, disertai dengan disintegrasi prilaku, pada beberapa kasus hilangnya keterampilan terjadi secara progesif dan menetap. Pedoman Diagnostik Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal sampai usia minimal 2 tahun, diikuti kehilangan yang nyata dari keterampilan yang terlatih disertai dengan abnormalitas yang kualitatif dari fungsi sosial. Terjadi regresi yang jelas atau kehilangan kemampuan berbicara, bermain, keterampilan sosial dan prilaku sosial penyesuaian diri, sering dengan hilangnya pengendalian fungsi BAB dan BAK, terkadang dengan deteriorasi pengendalian fungsi motorik. Yang khas adalah hilangnya secara menyeluruh perhatian terhadap lingkungan, adanya manerisme dan stereotiptik. Serta hendaya dalam interaksi sosial dan komunikasi yang mirip autisme. Termasuk : demensia infantil, psikosis disintegratif, sindrom heller, psikosis simbiotik.

F 8.4.4 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotiptik Ini adalah suatu gangguan yang tak jelas batasannya dengan validitas nosologis yang blm pasti. Pedoman Diagnostik Diagnostik tergantung pada kombinasi antara perkembangan yang tidak serasi dari :

Overaktivitas yang berat. Stereotiptik motorik dan Retardasi mental berat Ketiganya hrs ada untuk menegakkan diagnosis. Bila kriteria diagnostik untuk F84.0, F84.1 atau F84.2 dipenuhi, maka kondisi itu hrs didiagnosis.

F 8.4.5 Sindrom Asperger Suatu gangguan dengan validitas nosologis yang blm pasti, ditandai oleh abnormalitas yang kualitatif sama seperti autisme, yaitu hendaya dalam interaksi sosial yang timbal balik, disertai dengan keterbatasan perhatian dan aktivitas yang sifatnya stereotiptik dengan pengulangan yang sama. Tidak ada keterlambatan atau retardasi umum kemampuan berbahasa atau perkembangan kognitif. Sebagian besar mempunyai intelegensia rata-rata normal, tapi sering bersikap canggung/kikuk; : dengan rasio 8 : 1. terdapat kecenderungan kuat bahwa abnormalitas berlangsung sampai masa remaja dan dewasa. Pedoman Diagnostik Diagnosis berdasarkan kombinasi antara : Keterlambatan berbahasa atau perkembangan kognitif, Defisiensi kualitatif fungsi interaksi sosial yang timbal-balik dengan pola prilaku dan perhatianyang terbatas, berulang dan stereotiptik Termasuk : Psikopati Autistik Gangguan Skizoid masa anak F 8.4.8 Gangguan Perkembangan Pervasif lainnya F 8.4.9 Gangguan Perkembangan Pervasif YTT Ini merupakan kategori diagnosis sisa yang hrs dipergunkan untuk gangguan yang tidak dapat memenuhi deskripsi umum gangguan perkembangan pervasif, tetapi terdapat informasi yang tidak memadai, atau adanya hal yang kontradiktif yang tidak memenuhi kriteria untuk kode F84 lainnya

F9 GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL DENGAN ONSET BIASANYA PADA MASA KANAK DAN REMAJA
Onset anak-anak dan remaja TERDIRI DARI ANTARA LAIN : I. GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF II. GANGGUAN HIPERKINETIK (GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DENGAN HIPERAKTIFITAS) III. GANGGUAN TINGKAH LAKU IV. ENURESIS NON ORGANIK GANGGUAN PERKEMBANGANPERVASIF Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik dan dalam pola komunikasi serta minat dan aktifitas yang terbatas, stereotipik dan berulang.Kelainan kualitatif ini menunjukkan gambaran yang pervasif dari fungsi fungsi individu dalam semua situasi , meskipun bisa berbeda dalam derajat keparahannya. AUTISME MASA KANAK Autisme adalah bentuk gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya hambatan yang terus menerus dalam interaksi sosial secara timbal balik, komunikasi yang menyimpang dan terbatas serta pola tingkah laku yang stereotipik, dimana ciri ciri fungsi abnormal. Gambaran klinis Mereka umumnya dikenal sebagai anak yang pasif atau kelewat gaduh. 1.Gangguan bicara dan bahasa. 2.Abnormalitas sensorik (sensasiabnormal/oversensitif). 3.Gangguan motorik (inkoordinasi, clumpsy,apraksia) 4.Kelemahan kognitif (atensi, konsentrasi,memori,kognisi) 5.Perilaku abnormal (melukai diri, agitasi) Talak 1. Psikofarmaka :

- stimulan SSP (Amfetamin,Metilfenidat) - neuroleptika (Haloperidol, Risperidone) - anti konvulsan(Carbamazepine,NaValproat) - antagonis opiat (naltrexon) 2. Psikoterapi : - terapi perilaku (Applied Behavior Analysis) - terapi wicara 3. Terapi diet (bebas glutein dan casein) 4. Hidroterapi (hidrotermal, hidromekanik) Gangguan hiperkinetik Etiologi : yang spesifik belum diketahui. Onset : timbul pada masa perkembangan dini (balita). Ciri utama: kurang tekun dalam kegiatan yang menuntut keterlibatan kognitif; kecenderungan untuk berpindah dari satu ke lain kegiatan tanpa penyelesaian yang tuntas; aktifitas yang mengacau, tak beraturan dan berlebihan. Masalah ini menetap selama masa bersekolah,bisa sampai usia dewasa, tapi secara lambat banyak yang menunjukan perbaikan dalam kegiatan dan perhatiannya. Kriteria diagnosis (DSM-IV) : A.Salah satu (1) atau (2):

1. Enam atau lebih gejala in-atensi sedikitnya selama 6 bulan ke tingkat maladaptif dan tak konsisten pada tahap perkembangan. In-atensi:

(a). Sering gagal untuk memberikan perhatian pada hal detail, kurang peduli dengan , pekerjaan atau aktifitas lain. (b). Sering punya kesulitan mempertahankan perhatian pada tugas atau kegiatan bermain. (c). Sering tidak acuh untuk mendengar bila berbicara langsung padanya. (d). Sering tidak mau mengikuti perintah dan gagal menyelesai kan PR. (e). Sering kesulitan mengatur tugas dan aktifitas .

(f). Sering menghindar, benci, menolak untuk terlibat tugas yang perlu usaha mental yang kuat (spt PR atau tugas sekolah) (g). Sering kehilangan sesuatu yang perlu untuk tugas atau kegiatan (spt.mainan,pensil,buku). (h). Sering mudah dibingungkan oleh rangsang dari luar. (i). Sering melupakan kegiatan rutin. 2. Enam atau lebih dari gejala hiperaktif-impulsif yang menetap untuk sedikitnya 6 bulan ke tingkat maladaptif dan tak konsisten dengan tahap perkembangan. Hiperaktifitas: (a). Sering gelisah pada lengan, kaki, berbelit belit diatas kursi. (b). Sering meninggalkan kelas atau pada waktu lain tetap duduk. (c). Sering lari lari atau memanjat. (d). Sering punya kesulitan bermain atau memanfaatkan waktu luang. (e). Sering main motor-motoran. (f). Sering berbicara berlebihan. (g). Sering bicara tanpa pikir & menjawab sebelum pertanyaan selesai. (h). Sering tak sabar menunggu. (i). Sering interupsi atau mengganggu (dalam berbicara atau bermain) B. Beberapa gejala inatensi atau hiperaktif-impulsif yang menyebabkan hendaya terjadi sebelum mencapai umur 7 tahun. C. Beberapa hendaya dari gejala yang ada berada dalam dua situasi atau lebih (spt; sekolah, rumah atau tempat kerja) D. Secara klinik terbukti adanya hendaya bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan & akademik. E. Gejala tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan penyakit dari autisme, skizofrenia, atau gejala psikotik lainnya, dan bukan gejala gangguan mental lain seperti gangguan mood, cemas, dissosiatif atau kepribadian. Penatalaksanaan:

Informasi untuk pasien & keluarga: Perilaku hiperkinetik bukan kesalahan anak

Hasil lebih baik bila orang tua menerima & tenang. Perlu bantuan untuk tetap tenang di rumah & sekolah.

Konseling untuk pasien & keluarga: - Dorong orang tua untuk memberikan penghargaan bila anak mampu memberikan perhatian. Hindari hukuman, pemberian hadiah mendorong perilaku (+). Olah raga & aktifitas fisik membantu pengeluaran energi.

Konsultasi Spesialis : perlu untuk layanan terapi perilaku Gannguan tingkah laku Gambaran Klinik :

- Gangguan tingkah laku sering berhubungan dengan lingkungan psikososial yang buruk, termasuk hubungan kekeluargaan yang kurang memuaskan & kegagalan di sekolah, biasanya laki-laki - Ciri khas adanya pola tingkah laku dissosial, agresif atau menentang yang berulang & menetap - Sifat pelanggaran norma sosial lebih parah dari kenakalan/ pemberontakan anak dan remaja lazimnya. - Gambaran gangguan tingkah laku dapat juga merupakan gejala kondisi psikiatrik lainnya Beberapa kasus dapat berlanjut ke gangguan kepribadian dissosial.

KRITERIA DIAGNOSIS (DSM-IV).

A. Pola perilaku menetap & berulang, di mana baik hak dasar orang lain, norma sosial sesuai usia atau peraturan dilanggar dengan adanya 3 (atau lebih) dari hal berikut, selama sedikitnya 12 bulan atau sedikitnya 1 kriteria dalam 6 bulan Agresi pada orang atau hewan. (1). Sering marah,mengancam atau menekan orang lain. (2). Sering suka menantang berkelahi. (3). Suka menggunakan senjata yang dapat melukai orang lain. (4). Melakukan kekejaman fisik pada orang

(5). Melakukan kekejaman fisik pada hewan. (6). Mencuri saat menghadapi korban (diam2 atau terang2an). (7). Memaksa seseorang untuk melakukan aktifitas seksual. Merusak barang. (8). Dengan sengaja menggunakan api untuk tindakan yang dapat kerusakan. (9). Dengan sengaja merusak barang lain (tanpa memakai api). (10). Merusak rumah, bangunan atau kendaraan orang lain. Berbohong atau mencuri (11). Sering berbohong untuk memperoleh barang atau menghindari kewajiban. (12). Mencuri barang yang tak ada nilainya tanpa berhadapan dengan korban, (seperti: ngutil, pemalsuan). Pelanggaran aturan yang berat. (13). Sering keluar malam, melawan larangan orang tua yang dimulai sebelum usia 13 tahun. (14). Kabur dari rumah orang tua atau orang tua angkat malam hari sedikitnya dua kali ( sekali tanpa kembali dalam waktu cukup lama). (15). Sering bolos dari sekolah, sebelum usia 13 tahun. B. Gangguan perilaku menyebabkan secara klinis hendaya bermakna dalam fungsi pekerjaan, akademik & sosial. C. Bila individu berusia lebih 18 th, belum termasuk ke dalam gangguan kepribadian anti sosial. Penatalaksanaan: menimbulkan

Informasi untuk pasien & keluarga: Pendisiplinan harus jelas & konsisten, tanpa kekerasan/kejam Hindari hukuman;lebih baik penghargaan untuk perilaku positif.

Konseling untuk pasien & keluarga: Tanyakan alasan perilaku keras, coba mengubah sedapat mungkin. Dorong orang tua untuk menghargai perilaku positif anak. Penegakkan disiplin dengan membatasi perilaku buruk, jelaskan pada anak keuntungan dari aturan ini; diskusikan aturan ini dengan guru. Konsul ke spesialis: bila kondisi tak dapat diatasi tanpa obat. Enueresis non organic Gb.klinik: Gangguan yang ditandai oleh BAK tanpa kehendak, baik pada siang atau malam hari yang tidak sesuai dengan usia mental anak dan bukan akibat kurangnya pengendalian kandung kemih akibat gangguan syaraf, epilepsi atau kelainan struktural saluran kemih. Onset bisa sejak lahir atau sesudah anak dapat mengendalikan kandung kemih. Awal lambat (enuresis sekunder) timbul sekitar usia 5 7 tahun. Enuresis dapat merupakan satu kondisi monosimtomatik atau berhubungan dengan emosional atau perilaku yang lebih luas. Ada ketidakpastian mekanisme yang terlibat. Problem emosional mungkin sekunder & sebaliknya enuresis bagian dari gangguan psikiatrik lain. Kriteria diagnosis: (DSM-IV).

A. Pengosongan urine berulang di tempat tidur atau di celana (baik diinginkan atau tidak dikehendaki). B. Perilaku secara klinis bermakna diwujudkan oleh frekwensi 2 kali seminggu sedikitnya 3 bulan, atau adanya penderitaan bermakna atau hendaya dalam fungsi akademik, sosial atau area fungsi penting lainnya C. Usia kronologik sedikitnya 5 th ( sesuai dengan tahap perkembangan). D. Perilaku bukan akibat efek fisiologis langsung dari zat (spt diu- retik), atau kondisi medik umum (spt.DM,epilepsi,spina bifida).

Penatalaksanaan:

Informasi penting utk pasien & keluarga: Enuresis bagian keterlambatan perkembangan, sering diturunkan/heriditer.

Prognosis baik; terapi biasanya efektif. Enuresis bukan dalam kendali anak,seperti saat tidur Hukuman & dimarahi tak akan membantu, malah menambah distres emosi.

Konseling utk pasien & keluarga: Membuat anak, terapi sebagai bagian dari dirinya. Bila mungkin anak mengambil tanggung jawab untuk problem & pengelolaannya (spt.cuci celana, ganti sprei). Anak membuat catatan dry nights di kalender. Berikan pujian & semangat untuk keberhasilan. Tenangkan anak bila cemas dalam menggunakan toilet. Bila mudah diperoleh dapat menggunakan sistem alarm, diperlukan waktu 12 pekan untuk penggunaannya. Latihan untuk meningkatkan bladder control saat jaga (menahan bak untuk waktu lama, stop ditengah bak) Medikasi : Penggunaan obat secara teratur biasanya relatif, walau bisa membantu untuk anak yang cenderung bersih. Obat yang cukup efektif Imipramine (25-50 mg 2 jam sebelum tidur), Desmopressin (20-40 mg intranasal) Konsul ke spesialis : Bila enuresis terjadi terkait dengan konflik keluarga yang parah atau gangguan emosional yang lebih parah. Pada kasus UTI,inkontinensia menetap,aliran abnormal. Bila masalah menetap setelah usia 10 tahun

INTERPRETASI KASUS
Wanita, Ibu Rumah Tangga, 36 tahun. Usia, jenis kelamin, serta pekerjaan ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan penting yang dapat mempengaruhi hipotesis, diagnosis, pengobatan, Usia dan jenis kelamin, juga pekerjaan ditanyakan yang kemungkinan penting yg dapat mempengaruhi hipotesis, diagnosis, pengobatan dan prognosis. Keluhan Utama Gelisah dan takut sejak kematian ibunya6 bulan yang lalu. Kematian ibunya sejak6 bulan yang lalu mungkin saja ini adalah stressor timbulnya gelisah dan takut. Sehingga dari keluhan utama kita dapat mengambil hipotesa depresi karena adanya stressor dan adanya gangguan cemas sesuai dengan keluhan yang diungkapkan. Riwayat Gangguan Sekarang 1 minggu setelah kematian ibunya, pasien merasa sangat sedih, sehingga sulit tidur dan nafsu makan menurun Sepanjang hari jantung berdebar-debar, gelisah, gemetar, dan merasa sesak nafas Pasien merasa ketakuan bahwa dia akan terkena stroke lalu meninggal Sejak 3 hari ini, merasa cepat lelah, tidak bias berkonsentrasi sehingga perhatiannya kepada keluarga terganggu serta tidak bias melakukan pekerjaan sebagai istri dan ibu. Pasien diberi obat penenang, namun setelah obat habis keluhan datang kembali. Dari keterangan sejak 3 hari merasa cepat lelah, tidak bias berkonsentrasi sehingga perhatiannya kepada keluarga terganggu serta tidak bias melakukan pekerjaan sebagai istri dan ibu. Kita sudah dapat melemahkan depresi, sebab sesorang yang mengalami depresi, ada gejala merasa cepat lelah semenjak 2 minggu yang lalu. Riwayat Gangguan Dahulu Timbul perasaan gelisah, telapak tangan berkeringat, dan jantung berdebar sejak ibunya terkena stroke namun dapat diatasi dengan jalan-jalan. Riwayat Kehidupan Pribadi Aanak ke-7 dari 7 bersaudara, lahir normal (44th) Bias bermaja-manja Hubungan dengan ayahnya tidak terlalu dekat Lebih nyaman berteman dengan laki-laki Hipotesis Ganagguan cemas Menyeluruh Campuran anxietas dan depresi

Pemeriksaan status mental A. Deskripsi umum 1. Penampilan : penampilan sesuai usia, rapi, tampak gelisah 2. Kesadaran : komposmentis Menandakan tidak adanya gangguan mental organik 3. Perilaku dan aktivitas motorik: gelisah sering meremas remas tangannnya Memperkuat adanya adanya gangguan cemas 4. Pembicaraan : lancer, menjawab dengan baik, suara pelan, bicara lambat suara pelan, bicara lambat menandakan ada tanda-tanda gelisah 5. Sikap : kooperatif Afek dan mood 1. Afek 2. Mood 3. Keserasian

B.

: cukup luas : eutim : appropriate

C. D. E.

Gangguan persepsi : tidak ditemukan Fungsi intelektual : baik Proses pikir 1. Arus pikir : baik, lancar, spontan Menandakan tidak adanya waham 2. Ketakutan akan masa depan, waham (-) F. Daya tilik : derajat 4 Menandakan dia tahu dia sakit, tapi tidak mengetahui apa penyebabnya. Diagnosis Axis I : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh Karena ditemukan gangguan cemas namun yidak disertai gejala gangguan campuran anxietas dan depresi (gangguan otonomik terus-menerus)

Axis II Axis III Axis IV Axis V

: Ciri kepribadian dependen : Tidak ada diagnosis : Kematian orang tua : GAF = 65

Dokter member terapi Klobazepam 2x10 mg Diazepam 1x2 mg (malam hari)

Psikoterapi suportif dan konseling keluarga

Klobazam adalah contoh golongan obat benzodiazepin. Bertindak pada reseptor GABA sehingga dapat mengurangi aktivitas otak. Farmakokinetik Penyerapan cepat melalui oral. 90% berikatan dengan protein. Konsentrasi dalam plasma, yang dapat terjadi dalam waktu 0,25 hingga 4 jam. Konsentrasi plasma maksimal setelah 24 sampai 72 jam. Clobazam terutama dimetabolisme oleh hati.

Farmakodinamik Klobazam dan diazepam merupakan prototipe derivat benzodiazepin yang digunakan secara luas sebagai antiansietas Bekerja sentral, perifer pada susunan saraf kolinergik, adrenergik, triptaminergik Setelah pemberian peroral, mencapai kadar tertinggi dalam 8 jam dan tetap tinggi hingga 24 jam Ekskresi melalui ginjal lambat, setelah pemberian, obat ini masih ditemukan dalam urin selama beberapa hari

Efek samping Jarang timbul kantuk pada penggunaan dosis terapi, tapi pada takar lajak benzodiazepin timbul depresi ssp kantuk dan ataksia Efek yang diharapkan terjadi jika didalam darah mencapai 300 400 ng/ml bersamaan dengan efek sedasi dan gangguan psikomotor (diazepam) Intoksikasi terjadi jika pada kadar > 9900 1000 ng/ml : rash, mual, nyeri kepala, gang. Fungsi sexsual, vertigo, kepala teras ringan (diazepam) Perangsangan nafsu makan bertambah berat badan Agranulositosi (jarang) Ketidakteraturan mens dan dapat mengalami kegagalan ovulasi Pada pasien gangguan pernafasan dapat memperberat gejala sesak nafas

Indikasi Untuk menimbulkan sedasi Menghilangkan rasa cemas Hipnotik Antikonvulsi Pelemas otot Induksi anestesi umum

REFERENSI
PPDGJ III Prof. Dr. dr. S.M. Lumbantobing, Anak dengan mental terbelakang, 2006. Balai Penerbit FKUI : Jakarta Kaplan dan Sadock

Anda mungkin juga menyukai