Anda di halaman 1dari 68

ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum)

SEGAR

SKRIPSI ADITYA DWI SETYADI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR

SKRIPSI

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Oleh : Aditya Dwi Setyadi D14101039

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR

Oleh :

ADITYA DWI SETYADI D14101039

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Maret 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 131 624 187

Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer NIP. 130 354 159

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc NIP. 131 624 188

RINGKASAN ADITYA DWI SETYADI. D14101039. 2006. Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Cece Sumantri M.Agr.Sc : Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer

Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai banyak kegunaan diantaranya merangsang faktor kekebalan tubuh, mencegah kemandulan, menurunkan kolesterol, mencegah ejakulasi prematur dan dapat mengatasi masalah reproduksi. Komponen kimia yang terkandung di dalamnya yang menjadikan kemangi sebagai tanaman obat yang populer. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh penambahan kemangi terhadap sifat-sifat reproduksi mencit (Mus musculus) jantan, yang meliputi karakteristik organ reproduksi dan kualitas spermanya. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Analisis Bagian Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan IPB Darmaga, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2005. Perlakuan yang diberikan terhadap mencit adalah pemberian kemangi segar sebagai pakan tambahan pada taraf perlakuan 2,5 dan 5,0%. Sebagai pembanding, digunakan kontrol yaitu kelompok mencit yang tidak diberi kemangi. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah kualitas sperma mencit meliputi konsentrasi, daya hidup (viabilitas), motilitas, abnormalitas dan gerakan massa. Pengukuran organorgan reproduksi meliputi testis, penis, epididimis dan vas deferens.Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dan akan diuji lanjut Tukey apabila didapat beda nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viabilitas (daya hidup) spermatozoa pada pemberian kemangi 2,5% lebih tinggi (P<0,05) dibanding kontrol dan pemberian kemangi 5,0%, sedangkan pada pengukuran organ reproduksi menunjukkan bahwa pemberian kemangi 2,5 dan 5,0% menurunkan bobot testis (P<0,01) dibanding kontrol. Kata kunci : kemangi (Ocimum basilicum), mencit (Mus musculus), kualitas sperma dan organ reproduksi.

ABSTRACT Reproduction Organs and Sperm Quality of Mice (Mus musculus) Fed by Fresh Basil (Ocimum basilicum) Suplementary Diet Setyadi, A.D., C. Sumantri dan S. S. Mansjoer Kemangi (basil : Ocimum basilicum) has been well known as a medicine herbal because of its benefits, such as stimulating body immunity factor, preventing barrenness, reducing cholesterols, preventing premature ejaculation, especially in reproduction problems. This experiment observed the effect of using basil as a supplement in a diet on reproduction characteristics of male mice (Mus musculus) which pervade reproduction organs and sperm quality. Experiment was done at Field Laboratory of Genetic and Breeding Division, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University, from May up to July 2005. Treatments were done by adding fresh basil to its diet at the level of 2.5 and 5.0% and as comparison, a control diet which was a group of mice without basil. Observation of variables were sperm qualities in example concentration, viability, motility, abnormality and mass movement. Reproduction organs were observed were size of testis, penis, epididymis, and vas deferens. Data were analyzed by Completely Randomized Design and Tukeys multiple comparison test. The results were adding fresh basil either 2,5 or 5,0% level did not gave significant effect on concentration, motility, abnormality and mass movement of sperm. However, sperm viability was affected by this treatment and gave significantly different (p<0,05) on level of 2.5%, but not on 5,0%. Size of male mice reproduction organs that were penis weight, penis length, penis width, testis length, testis width, epididymis length, and vas deferens length gave not significantly different result between treatments but gave different outcome (p<0,01) in testis weight with control group. Testis in group of control were heavier than group of treatments. Keywords: kemangi, basil, mice, sperm quality and reproduction organs.

ii

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1983 di Bogor Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Undang Saefudin dan Ibu Mimi Suwarmi. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Bojong I, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTP Harapan Siswa Bogor dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 6 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2001. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim Al-AnAam (FAMM Al-AnAam) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan pernah ikut serta dalam kepengurusan DKM Al-Huriyyah. Selain itu juga, penulis pernah menjadi Asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) di Institut Pertanian Bogor (IPB).

iii

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohim. Alhamdulillahirobbil alamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana peternakan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan tercinta Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari jalan yang gelap gulita kepada jalan yang terang benderang. Sepenuh hati penulis sadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan masukan sangat diharapkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia peternakan.

Bogor, Maret 2006

Penulis

iv

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ..... ii RIWAYAT HIDUP .. iii KATA PENGANTAR ..... iv DAFTAR ISI . v DAFTAR TABEL .. vii DAFTAR GAMBAR ..... viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang .......... 1 Tujuan ... 1 Manfaat ............ 2 TINJAUAN PUSTAKA ...... 3 Mencit (Mus musculus) ... 3 Konsumsi Ransum dan Minum 4 Organ Reproduksi Hewan Jantan ..... 5 Testis .... 5 Penis 6 Epididimis .... 6 Vas deferens 7 Karakteristik Spermatozoa ... 7 Bagian Kepala Spermatozoa ..... 8 Bagian Ekor Spermatozoa ..... 8 Penilaian Kualitas Spermatozoa ... 9 Metabolisme Spermatozoa ... 9 Pewarnaan Diferensial ........ 10 Kemangi (Ocimum basilicum) ..... 11 METODE .... 15 Tempat dan Waktu ...... Materi Penelitian .... Mencit Percobaan ... Kandang dan Peralatan .. Pakan . Bahan Lain yang Digunakan .. Metode Penelitian .. Prosedur Penelitian di Laboratorium Lapang .... Prosedur Penelitian di Laboratorium Analisis ... 15 15 15 15 16 17 17 17 18 v

Peubah yang Diamati ..... 19 Rancangan Percobaan ..... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN . Pakan Penelitian . Suhu dan Kelembaban Selama Penelitian .. Ukuran Organ Reproduksi Mencit Jantan .. Testis ... Penis Epididimis ........ Vas deferens ..... Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit ....... Konsentrasi Spermatozoa . Daya Hidup (Viabilitas) Spermatozoa . Abnormalitas Spermatozoa ...... Motilitas Spermatozoa ..... Gerakan Massa Spermatozoa ... KESIMPULAN DAN SARAN .. 22 22 23 24 24 26 28 29 30 30 31 33 35 36 38

Kesimpulan .. 38 Saran ..... 38 UCAPAN TERIMA KASIH ...... DAFTAR PUSTAKA .... LAMPIRAN .. 39 40 43

vi

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 4 12 13 14 18 22 23 24 27 28 30 31 32 34 35 37

1. Sifat Biologis Mencit ........................................................................... 2. Kegunaan Tanaman Kemangi .............................................................. 3. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Kering .......... 4. Komponen Kimia Kemangi ................................................................. 5. Kombinasi Pemberian Pakan ............................................................... 6. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian ......................................... 7. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian .................................................. 8. Ukuran Organ Testis Mencit Hasil Penelitian .................................... 9. Ukuran Organ Penis Mencit Hasil Penelitian ..................................... 10. Ukuran Panjang Organ Epididimis Mencit Hasil Penelitian .............. 11. Ukuran Panjang Organ Vas deferens Mencit Hasil Penelitian ........... 12. Konsentrasi Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian ............................. 13. Viabilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian ................................ 14. Abnormalitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian .......................... 15. Motilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian ................................. 16. Gerakan Massa Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian .......................

vii

DAFTAR GAMBAR Nomor 1. Skema Perubahan ATP Menjadi Energi yang Digunakan untuk Metabolisme dan Motilitas Spermatozoa ......................................... 2. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian di Kandang dan Laboratorium Analisis ................................................................ 3. Pakan yang Digunakan dalam Penelitian Pakan Ayam Peranggang dan Kemangi Segar ........................................................ 4. Penempatan Kemangi dalam Kandang Mencit ................................. 5. Pengambilan Organ Reproduksi Mencit Jantan ................................ 6. Organ Reproduksi Mencit Jantan ...................................................... Halaman 10 16 16 17 19 20

viii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman

1. Data Ukuran Bobot Penis Mencit dan Analisis Ragam .. 44 2. Data Ukuran Panjang Penis Mencit dan Analisis Ragam ... 45 3. Data Ukuran Lebar Penis Mencit dan Analisis Ragam .. 46 4. Data Ukuran Bobot Testis Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey .... 47 5. Data Ukuran Panjang Testis Mencit dan Analisis Ragam .. 48 6. Data Ukuran Lebar Testis Mencit dan Analisis Ragam . 49

7. Data Ukuran Panjang Epididimis Mencit dan Analisis Ragam . 50 8. Data Ukuran Panjang Vas deferens Mencit dan Analisis Ragam .. 51 9. Data Abnormalitas spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam ... 52 10. Data Viabilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey 53 11. Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam . 54 12. Data Motilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam . 55

13. Data Gerakan Massa Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam 56

ix

PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi ternak dapat ditingkatkan dengan memperbaiki penampilan reproduksi ternak. Reproduksi ternak ditentukan oleh kemampuan ternak untuk menghasilkan spermatozoa yang berkualitas dan melakukan aktivitas reproduksi. Selain itu, untuk menghasilkan spermatozoa yang baik dibutuhkan dukungan organorgan kelamin yang dapat berfungsi dengan normal. Sekarang ini, banyak peneliti di dunia mulai menyoroti tanaman-tanaman obat untuk dijadikan alternatif guna mengatasi permasalahan reproduksi diatas, karena penggunaan tanaman obat (herba) bersifat alami dan tidak berbahaya bagi pemakainya. Salah satu contoh adalah tanaman kemangi yang diduga merupakan tanaman yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan reproduksi. Pengujian terhadap berbagai jenis obat biasanya dilakukan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak atau manusia. Oleh karena itu, diperlukan hewan model untuk pengujian. Hewan model yang bisa digunakan adalah mencit. Hewan ini memiliki anatomi dan fisiologi yang hampir sama dengan manusia. Mencit merupakan hewan yang tersebar di berbagai belahan bumi yang bisa hidup pada iklim panas, dingin maupun sedang dan bisa bertahan hidup terus menerus dalam kandang. Keuntungan lain yang bisa diambil dari mencit sebagai hewan percobaan atau hewan model adalah memiliki jumlah anak sepelahiran yang tinggi, interval generasi relatif pendek, harganya murah, mudah berkembangbiak dan bisa dipelihara dalam jumlah besar serta tidak berbahaya bagi peneliti. Tujuan Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh penambahan kemangi (Ocimum basilicum) segar dalam ransum terhadap sifat-sifat reproduksi mencit (Mus musculus) jantan, yang meliputi karakteristik organ reproduksi dan kualitas spermanya.

Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengembangan penggunaan tanaman obat (herba) sebagai alternatif dalam mengatasi permasalahan di bidang kesehatan terutama yang menyangkut permasalahan reproduksi. Selain itu, agar pemanfaatan hewan percobaan antara lain mencit dapat tercapai semaksimal mungkin sejalan dengan meningkatnya pemanfaatan hewan percobaan.

TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model untuk percobaan laboratorium dengan kisaran 40-80% (Arrington, 1972). Hal ini disebabkan karena mencit sangat produktif dan mudah dikelola (Inglis, 1980). Hewan ini termasuk filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, genus Mus dan spesies Mus musculus (Arrington, 1972). Malole dan Pramono (1989) menyatakan mencit adalah hewan pengerat (Rodentia) yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Mencit juga merupakan hewan prolifik (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987). Menurut Malole dan Pramono (1989), mencit digunakan dalam berbagai penelitian dan diagnosis dalam bidang obat-obatan dan kosmetik seperti penelitian tentang ketuaan, virologi, anemia, kegemukan, kekerdilan, diabetes mellitus, penyakit ginjal dan tingkah laku (behaviour). Pemanfaatan hewan percobaan untuk penelitian adalah yang mendasarkan pengamatan aktivitas biologis. Arrington (1972) menambahkan bahwa alasan digunakannya hewan laboratorium sebagai objek penelitian dalam bidang peternakan, diantaranya karena biaya yang dibutuhkan tidak begitu mahal, efisien dalam waktu, kemampuan reproduksi yang tinggi dalam waktu singkat dan sifat genetik dapat dibuat seseragam mungkin dalam waktu yang lebih pendek dibanding ternak yang lebih besar. Mencit juga terkadang terkena penyakit. Menurut Malole dan Pramono (1989), penyakit yang terdapat pada mencit terutama penyakit reproduksi penyebab infertilitas ditimbulkan oleh stimulasi estrogen, kesalahan pengaturan cahaya, mencit terlalu muda dan tua. Konsumsi Ransum dan Minum Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila makanan tersebut diberikan ad libitum dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi, 1999) dan pakan yang dikonsumsi pada berbagai tingkat umur tidak tetap sesuai dengan laju pertumbuhan dan tingkat produksi (Amrullah, 2003). Berikut ini beberapa sifat biologis mencit yang disajikan dalam Tabel 1 menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). 3

Tabel 1. Sifat Biologis Mencit Kriteria (satuan) Lama hidup (tahun) Bobot badan dewasa : Jantan (g) Betina (g) Umur dewasa (hari) Umur sapih (hari) Umur jantan dan betina dikawinkan (minggu) Siklus estrus / berahi (jam) Lama estrus (jam) Perkawinan Fertilisasi (hari) Lama bunting (hari) Jumlah anak (ekor) Bobot lahir (g) Bobot sapih (g) Suhu rektal (oC) Aktivitas Kecepatan tumbuh (g/hari)
Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

Keterangan 1-4 20-40 18-35 35 21 8 4-5 12-14 pada saat estrus 2 19-21 4-15 0,5-1,5 18-20 35-39 (ratarata 37,4) nokturnal (malam) 1

Seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi makanan 3-5 g setiap hari. Mencit bunting atau menyusui memerlukan makanan yang lebih banyak. Makanan yang sering digunakan adalah makanan ayam dengan kandungan protein 2025%, lemak 5%, pati 4550%, serat kasar 5%, abu 45% (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987). Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa mencit membutuhkan makanan berkadar protein diatas 14%. Kebutuhan protein untuk kondisi Indonesia dapat dipenuhi dari makanan ayam petelur (17% protein) dan seekor mencit dewasa membutuhkan 15 g makanan dan 15 ml air per 100 g bobot badan per hari (Malole dan Pramono, 1989).

Organ Reproduksi Hewan jantan Testis Testis merupakan salah satu organ yang penting dalam reproduksi jantan. Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon reproduksi yaitu testosteron (Falk, 2001). Wischnitzers (1967) menyatakan bahwa testis terdiri dari sepasang gonad yang berbentuk oval. Testis dibungkus skrotum yang terdiri dari tiga atau empat lapisan. Lapis superficial kulit, dibawahnya terdapat lapis fibrosa dan jaringan otot yaitu tunica dartos dibawahnya terdapat tunica vaginalis yang menutupi dinding skrotum (Hartono, 1988). Bagian dalam testis terdapat lobuli-lobuli yang didalamnya terdiri dari saluran-saluran kecil yang bergulung yang disebut tubulus seminiferus yang menghasilkan dan berisi spermatozoa (Toelihere, 1985). Dinding tubulus seminiferus terdiri dari dua tipe sel yaitu sel yang memproduksi sperma dan sel pendukung yang memproduksi cairan sumber makanan sperma (Lane, 1980). Sel-sel pendukung tersebut dikenal sebagai sel sertoli. Disamping itu, terdapat sel interstitial yang berada diantara tubulus seminiferus yang memproduksi hormon testosteron (Hartono, 1988). Ketika masa pubertas tiba, tubulus seminiferus akan bekerja dengan optimal menghasilkan sperma dan hormon-hormon reproduksi seperti testosteron dan androgen. Pada saat itu, secara tidak langsung dibutuhkan kapasitas yang besar dari tubulus seminiferus yang akan meningkatkan bobot dan volume testis untuk mendukung proses tersebut. Perkembangan dan peningkatan produksi sperma merupakan suatu hal yang berjalan seiring dengan perkembangan bobot testis (Amann, 1970). Pineda (1989) menambahkan bahwa susunan testis yang terdiri dari 90% tubulus seminiferus akan mempengaruhi bobot testis hewan dewasa. Testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan mengsekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan didalam tubulus seminiferus atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone) sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel interstitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1985). FSH merupakan glikoprotein yang salah satu fungsinya adalah bersama-sama dengan androgen dalam proses spermatogenesis, sedangkan ICSH merupakan 5

glikoprotein yang memiliki fungsi untuk proses ovulasi dan merangsang sel Leydig untuk mensekresi androgen (Hafez, 1970). Penis Organ kopulatoris hewan jantan, penis, mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urin dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Penis terdiri dari akar, badan dan ujung bebas yang berakhir pada kepala penis (Toelihere, 1985). Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunica albuginea. Di bagian ventral terdapat corpus cavernicum urethrae, suatu struktur yang relatif lebih kecil yang mengelilingi urethrae (Toelihere, 1985). Epididimis Epididimis adalah suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testis. Ia mengandung ductus epididymidis yang sangat berliku-liku. Epididimis dapat dibagi atas kepala, badan dan ekor (Toelihere, 1985). Epididimis terletak dibagian permukaan dorsal testis. Organ tersebut terdiri dari tubulus-tubulus yang bersambung dari testis melalui ductus efferentes yang lembut (Wischnitzers, 1967). Secara makroskopis dibedakan adanya kepala (caput), badan (corpus) dan ekor (cauda) epididimis (Hartono, 1988). Epididimis mempunyai fungsi utama: pengangkutan, konsentrasi, maturasi dan penyimpanan sperma (Toelihere, 1985). Menurut Clermont (1962) dan Sutyarso (1992), pada fase maturasi sperma yang telah matang akan segera dilepaskan kedalam lumen tubulus seminiferus. Menurut Toelihere (1985), pada proses maturasi, spermatozoa membutuhkan bahan utama yang terdiri atas ion (Ca, Na, K, Cl), substrat (protein, asam sialat, glikogen, asam laktat, gliserol fosforilkolin) serta enzim yang semuanya dihasilkan oleh lumen epididimis. Poerwodihardjo (1985) menambahkan bahwa epididimis merupakan penghubung antara kelenjar testis dengan vas deferens. Epididimis berfungsi untuk pematangan spermatozoa dan untuk menyimpan spermatozoa yang sudah matang (dewasa). Saluran epididimis dan vas deferens juga berfungsi untuk transpor spermatozoa.

Proses pendewasaan sperma (maturasi sperma) merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh kualitas sperma yang baik. Sperma yang memasuki epididimis akan mengalami perubahan morfologis dan biokimia untuk memperoleh kapasitas fertilisasi maksimum. Proses maturasi ini meliputi juga perubahan struktural diantara bagian kepala dan ekor sperma serta perubahan unsur-unsur permukaan kepala sperma disertai peningkatan motilitas sperma progresif (Bellve dan OBrien, 1983). Penyimpanan sperma pada epididimis dilakukan pada bagian kauda epididimis (Hafez, 1987). Pada daerah ini, konsentrasi sperma relatif tinggi dengan lumen duktus epididimis yang lebar. Proses perkembangan epididimis berjalan seiring dengan perkembangan reproduksi itu sendiri. Perkembangan epididimis yang optimal diperlukan untuk mendukung proses spermatogenesis yang telah dilakukan pada organ testis terlebih dahulu. Hubungan antara produksi sperma dengan cadangan atau depot sperma di dalam epididimis adalah rendah (Amann, 1970). Vas Deferens Vas deferens atau ductus deferens adalah saluran yang berliku-liku yang berjalan sejajar dengan epididimis yang mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi (Toelihere, 1985). Menurut Poerwodihardjo (1985), Fungsi vas deferens adalah untuk transportasi spermatozoa. Kedua vas deferens yang terletak bersebelahan diatas vesica urinaria lambat laun akan menebal dan membesar membentuk ampula. Penebalan ampula disebabkan karena banyak terdapat kelenjar pada dinding saluran. Kelenjar-kelenjar ini bersifat tubuler dan secara histologis sangat mirip dengan struktur kelenjar vesicularis (Toelihere, 1985). Karakteristik Spermatozoa Semen terdiri atas dua komponen, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen adalah cairan yang berfungsi sebagai medium bagi spermatozoa, diproduksi oleh kelenjarkelenjar tambahan yaitu kelenjar bulbourethralis (kelenjar cowper), kelenjar prostat dan kelenjar vesikularis. Spermatozoa adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di dalam testis melalui proses spermatogenesis, yang

bersamasama dengan plasma semen akan dikeluarkan melalui saluran kelamin jantan untuk membuahi sel telur (Soeharso, 1985). Spermatozoa adalah sel kelamin yang memegang peranan penting dalam proses pembuahan. Cikal bakal spermatozoa sudah ada sejak embrio berupa selsel gonosit yang sudah aktif mengadakan pembelahan, sehingga menghasilkan spermatogonia (Hafez, 1987). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pada masa pubertas, spermatogonia akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi Spermatosit I yang kemudian memasuki fase miosis, sehingga membentuk spermatid yang mempunyai jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel sebelum miosis (haploid). Spermatid kemudian akan mengalami proses perubahan bentuk melalui tahaptahap yang panjang yang disebut dengan proses spermiogenesis dan pada akhir spermiogenesis ini akan dihasilkan spermatozoa yang mempunyai struktur spesifik sesuai dengan fungsinya untuk membuahi sel telur. Spermatozoa terdiri atas bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa (Hafez, 1987). Bagian Kepala Spermatozoa Soeharso (1985) melaporkan bahwa kepala spermatozoa berasal dari kondensasi nukleus spermatid. Kondensasi tersebut meliputi perubahan-perubahan kromatid menjadi lebih ringkas, pemantapan membran luar menjadi kuat dan pembentukan tudung depan (akrosom). Akrosom merupakan suatu kantung kecil yang mengandung enzimenzim yang sangat penting untuk menembus dinding sel telur pada saat pembuahan. Enzim hialuronidase berfungsi membuka dinding luar telur. Bagian leher spermatozoa merupakan bagian yang menghubungkan kepala dan ekor. Bagian Ekor Spermatozoa Soeharso (1985) melaporkan bahwa bagian ekor spermatozoa terdiri dari dua bagian ujung (end piece). Pada bagian pangkal (middle piece) terdapat mitokondria yang telah memanjang dengan susunan teratur membentuk spiral yang berfungsi dalam kegiatan metabolisme spermatozoa dalam menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tri Phosphate) melalui proses respirasi. Gadjahnata (1989) menyatakan bahwa bagian ujung (end piece) berfungsi sebagai alat mekanik untuk pergerakan spermatozoa.

Penilaian Kualitas Spermatozoa Penilaian kualitas spermatozoa meliputi konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas dan gerakan massa spermatozoa. Menurut Toelihere (1985), penentuan kualitas pada motilitas spermatozoa dilakukan berdasarkan pemberian nilai 0-5. Nilai 0 diberikan bila spermatozoa imotil atau tidak bergerak; Nilai 1 bila gerakan berputar di tempat; Nilai 2 bila gerakan spermatozoa berayun atau melingkar (kurang dari 50% bergerak progresif dan tidak ada gelombang); Nilai 3 bila spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan massa (50-80%); Nilai 4 bila gerakan progresif, gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90% sperma motil; Nilai 5 bila gerakan spermatozoa terjadi sangat progresif, gelombang sangat cepat dan spermatozoa menunjukkan 100% motil aktif. Perhitungan motilitas dapat juga dilakukan dengan menaksir spermatozoa yang bergerak progresif (maju) dari keseluruhan lapangan pandang yaitu dengan cara mengalikan daerah taksir dengan 100% (Partodiharjo, 1980) Perhitungan persentase daya hidup (viabilitas) dan abnormalitas spermatozoa menggunakan preparat ulas berdasarkan perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan hidup. Jumlah sperma yang hidup dihitung secara objektif. Abnormalitas spermatozoa meliputi kelainan pada kepala, badan dan ekor spermatozoa (Toelihere, 1985). Partodiharjo (1980) menambahkan bahwa abnormalitas spermatozoa dibedakan antara bentuk abnormalitas primer dan sekunder. Bentuk abnormalitas primer berasal dari gangguan pada testis dan abnormalitas sekunder berasal dari kesalahan perlakuan setelah semen dikeluarkan dari testis (karena goncangan yang keras, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan terlalu tinggi, kesalahan dalam membuat preparat ulas). Abnormalitas spermatozoa primer meliputi kepala kecil, besar, miring, bulat, kepala dua, ekor dua, akrosom salah bentuk, leher besar, sedangkan abnormalitas sekunder meliputi leher patah, leher ekor kusut, ekor patah, ekor bergulung dan kepala terpisah dari leher. Metabolisme Spermatozoa Dua prinsip metabolisme spermatozoa adalah glikolisis dan respirasi (Salisbury dan Van Demark, 1985). Energi untuk motilitas spermatozoa berasal dari perombakan Adenosin Tri Phosphat (ATP) di dalam selubung mitokondria melalui

reaksi-reaksi pengurainya menjadi Adenosin Di Phosphat (ADP) dan Adenosin Mono Phosphat (AMP) seperti Gambar 1 yang disajikan dibawah ini. ATP ADP HPO3 Enzim Fosfatase AMP HPO3 Energi Energi

Gambar 1. Skema Perubahan ATP Menjadi Energi yang Digunakan untuk Metabolisme dan Motilitas Spermatozoa (Toelihere, 1985).

Dalam keadaan normal, energi yang dilepaskan dapat dipakai sebagai energi mekanik (pergerakan) dan energi kimiawi (biosintesis). Jika tidak dipakai maka energi tersebut dilepas sebagai panas dan apabila pemberian energi berupa senyawa fosfor dalam ATP dan ADP habis, maka kontraksi fibril-fibril spermatozoa akan terhenti dan spermatozoa tidak bergerak. Untuk melangsungkan pergerakan spermatozoa, ATP dan ADP harus dibangun kembali dan untuk membangun kembali ATP dari ADP atau ADP dari AMP dengan penambahan gugus phosphoryl diperlukan sumber energi dari luar. Dalam kebanyakan aktivitas fisiologis sumber energi tersebut dapat dipenuhi oleh hidrat arang atau lemak (Toelihere, 1985). Terdapat empat macam zat yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung oleh spermatozoa sebagai sumber energi. Zat-zat tersebut adalah fruktosa, sorbitol, Glicerylphosphorylcholine (GPC) dan plasmalogen (Hafez, 1987). Pewarnaan Diferensial Hafez (1987) menyatakan bahwa perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan hidup digunakan untuk menghitung jumlah sperma hidup secara objektif, yang dilakukan pada saat semen segar dicampurkan dengan zat warna (larutan eosin 2%). Sel-sel sperma yang hidup tidak atau sedikit sekali menghisap warna, sedangkan sel yang mati akan mengambil warna karena permeabilitas dindingnya meningkat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tujuan pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase sel-sel sperma yang mati dan hidup.

10

Kemangi (Ocimum basilicum) Menurut Gunawan (2004), kemangi (Ocimum basilicum) termasuk famili Labiatae, sedangkan menurut Winarto (2004), kemangi termasuk famili Ocinaceae, spesies Ocimum basilicum. Banyak nama-nama lain dari kemangi yang disebutkan oleh Tindall (1983) yaitu diantaranya memiliki beberapa nama latin seperti Ocimum africanum (Lour), Ocimum canum dan Ocimum brachiatum (Blume). Nama lokal yang umum dikenal adalah kemangi (umum, Indonesia), surawung (Sunda), telasi, solasi, kemangen (Jawa, Madura, Sumatera) (Mulyani dan Gunawan, 2004). Kemangi berasal dari Asia Barat, dan tersebar secara alami ke Amerika, Afrika dan Asia (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001). Kemangi merupakan tanaman semak semusim dan berkayu, daun tunggal berhadapan, berbulu, tepi bergerigi dan mengeluarkan bau aromatis khas kemangi. Bunga majemuk bentuk malai, kelopak warna hijau, mahkota dan benang sari berwarna putih (Gunawan, 2004). Daun berwarna hijau ke hijau tua dan berbentuk bujur telur, tepi daun bergerigi dan ujung daun runcing. Batang segi empat, bercabangcabang dan berbulu. Bunga terdapat diujung batang. Bunga jenis hermaprodit, panjang 5-7 mm, berbau wangi (www. mahkotadewa.com, 2005). Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuhnya tegak dengan cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu, dengan tinggi 0,3 hingga 1,0 m. Daun daunnya sederhana, berwarna hijau dan berbau harum. Bagian tangkai daun mempunyai panjang 2,5 cm, luas daun berbentuk elips dengan ukuran 2,5-5,0 x 1,02,5 cm (Tindall 1983). Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam (Nazaruddin, 1999). Kemangi tumbuh di tepitepi jalan, ladang dan sawahsawah kering, dalam hutan jati dan disemaikan di kebunkebun. Tanaman ini dapat ditemukan di seluruh Pulau Jawa pada ketinggian 450-1.100 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987). Kemangi tahan terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah dingin daunnya lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya kecil, tipis dan berwarna lebih pucat (Nazaruddin, 1999). Wijayakusuma et al. (1994) menyatakan kemangi menyukai tempat-tempat yang lembab dan teduh, tumbuh liar di tepi jalan, tepi ladang, sawah-sawah kering,

11

hutan jati atau dipelihara di pekarangan dan disemai di kebun-kebun dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 450 m dan kadang-kadang ditanam sampai 1.100 m diatas permukaan laut. Wijayakusuma et al. (1994) menyatakan seluruh bagian herba ini memiliki rasa pedas, hangat dan wangi serta bisa merangsang penyerapan (absorpsi), peluruh keringat (diaphoretic), peluruh air seni (diuretic), melancarkan peredaran darah, menghilangkan sakit (analgetic) dan membersihkan racun. Daun Ocimum basilicum berkhasiat sebagai peluruh kentut, peluruh haid, peluruh air susu ibu, obat demam, obat sariawan dan obat mual. Bijinya berkhasiat sebagai obat kencing nanah (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Kemangi dapat digunakan sebagai obat. Bagianbagian yang dapat digunakan sebagai obat adalah akar, daun dan biji. Kegunaan tanaman kemangi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kegunaan Tanaman Kemangi
Bagian tanaman Daun Biji haid, demam, sariawan obat penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, obat perangsang aktivitas seksual, kejang perut, obat kencing nanah Semua bagian pewangi, obat perangsang aktivitas seksual, disentri, demam, melancarkan ASI, mengatasi ejakulasi prematur, sariawan, meluruhkan gas perut, meluruhkan haid Sumber : www. mahkotadewa. Com (2005) ; Winarto, (2004) ; Sutarno dan Atmowidjojo (2001) Kegunaan tonikum, karminatif, stomakikum, borok, batuk, obat peluruh

Selain bermanfaat sebagai tanaman obat, kemangi juga dapat digunakan sebagai bahan makanan. Daun kemangi dapat digunakan sebagai makanan sebab mengandung vitamin A dan C, dan mineral P, Ca dan Fe dalam jumlah yang banyak (www.sinarharapan.co.id, 2003). Komposisi nilai gizi daun kemangi dapat dilihat pada Tabel 3.

12

Tabel 3. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Kering
Nilai gizi Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Abu (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) -karoten (g) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Asam askorbat (mg) Air (%) Besar Nilai 43,00 3,30 1,20 7,00 2,00 2,00 320,00 38,00 4,80 4.500,00 0,08 0,35 0,08 27,00 86,50

Sumber : Leung et al. (1972) ; Sutarno dan Atmowidjojo (2001)

Kemangi merupakan tanaman bumbu penyedap makanan. Baik daun yang dikeringkan atau daun segar digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis, panas, pedas dan rasa seperti cengkeh pada masakan dan minuman. Selain itu digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik karena menghasilkan minyak atsiri serta sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001). Secara anatomi, tanaman kemangi merupakan tanaman yang berbatang lunak, berdaun tipis, berbunga putih dan banyak mengandung komponen kimia aktif yang kegunaannya berkaitan erat dengan aktivitas seksual (Gunawan, 2004). Komponen kimia yang terdapat dalam kemangi lebih banyak berkaitan dengan aktivitas seksual betina. Komponen kimia pada kemangi dapat dilihat pada Tabel 4 yang disajikan berikut ini.

13

Tabel 4. Komponen Kimia Kemangi Komponen kimia Bagian tanaman Kegunaan Anestesi (mati rasa), membantu mengatasi ejakulasi prematur, anti kholinesterase, perangsang aktivitas syaraf pusat, melebarkan pembuluh kapiler (merangsang ereksi) Merangsang hormon estrogen, merangsang faktor kekebalan tubuh, merangsang keluarnya ASI Melebarkan pembuluh darah, mencegah penjendalan darah, melancarkan sirkulasi darah, penekan syaraf pusat Memperkuat daya tahan hidup sperma, mencegah kemandulan, menurunkan gula darah Merangsang keluarnya hormon androgen dan hormon estrogen, mencegah pengeroposan tulang Merangsang peremajaan sel Mencegah ejakulasi prematur, anestetik, mematikan jamur penyebab keputihan Melebarkan pembuluh darah kapiler, antikholinesterase Feromon Antifertilitas, penghambat sintesis prostaglandin Merangsang hormon estrogen, menurunkan kolesterol, merangsang terjadinya proses ovulasi, bahan baku hormon steroid Mengurangi sekresi cairan pada liang vagina Anti impotensi, merangsang keluarnya hormon testosteron, merangsang kekebalan tubuh

1,8-Sineol

Seluruh bagian

Anetol

Seluruh bagian

Apigenin

Seluruh bagian

Arginin Boron Eriodiktiol Eugenol Fenkhona Germakrena-D Asam p-kumarat Stigmasterol Tannin Seng

Daun Seluruh bagian Daun Daun Seluruh bagian Seluruh bagian Daun Seluruh bagian Kultur jaringan tanaman Daun

Sumber : Gunawan (2004)

14

METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Analisis Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2005. Materi Penelitian Mencit Percobaan Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih lepas sapih yang berumur 21 hari. Mencit diperoleh dari Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Jumlah mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 ekor mencit jantan dengan rataan bobot badan 10,36+0,88 g yang digunakan dalam tiga taraf perlakuan yaitu 10 ekor sebagai kontrol, 10 ekor diberi pakan tambahan kemangi segar sebanyak 2,5% dan 10 ekor lagi diberi pakan tambahan kemangi segar sebanyak 5,0%. Mencit betina digunakan sebagai acuan untuk melihat sifat-sifat reproduksi mencit jantan dengan cara mengawinkannya. Mencit betina yang digunakan adalah sebanyak 60 ekor dengan rataan bobot badan 10,61+0,85 g yang mendapat perlakuan sama dengan mencit jantan dan dibagi kedalam tiga kelompok taraf perlakuan. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari seng dan kawat berukuran 30x25x20 cm sebanyak 30 buah. Kandang ditempatkan dalam ruangan berukuran 4x3x3 m dengan penyimpanan mencit secara acak. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Tempat pakan yang digunakan adalah mangkok kecil yang terbuat dari plastic dan tempat minum mencit menggunakan botol yang terbuat dari kaca yang dilengkapi karet penutup dan pipa logam. Peralatan lain yang digunakan selama penelitian di laboratorium lapang antara lain timbangan Dial-O-Gram dengan merek O-Haus dengan skala terkecil 0,1 g, alat tulis, nampan, jangka sorong, mikroskop, pipet Pasteur, ember, pisau, sikat

15

botol, gelas plastik, gunting kuku, kapas, alkohol, bak plastik, gunting, kertas label dan spidol sedangkan peralatan yang digunakan selama penelitian di Laboratorium Analisis Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak adalah nampan plastik, gunting bedah, alat penghitung, jangka sorong, spoit, tissue, gelas objek, kertas milimeter block, pinset, kamar hitung Neubauer, gelas cembung, cover glass, pipet eritrosit, selotip, pipet mikro, dan sedotan. Berikut adalah gambar yang menampilkan peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 2. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Analisis

Pakan Pakan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas ransum ayam peranggang (broiler) dan kemangi. Ransum ayam peranggang yang digunakan berbentuk crumble dengan kandungan protein 22%. Kemangi yang ditambahkan dalam kondisi segar.

Gambar 3. Pakan yang Digunakan Kemangi Segar

dalam Penelitian Pakan

Ayam Peranggang dan

16

Pakan yang diberikan adalah pakan ayam peranggang merek CP 511-B yang diperoleh dari Toko Maju di daerah Leuwiliang. Kemangi yang ditambahkan dalam komposisi pakan pada penelitian ini diperoleh dari warung-warung sayur di sekitar Darmaga. Kemangi diberikan dalam bentuk kemasan pasar (bagian daun dan batang) yang diikat dengan tali dan digantung didalam kandang mencit setinggi kurang lebih sekitar 15 cm.

Gambar 4. Penempatan Kemangi dalam Kandang Mencit

Bahan Lain yang Digunakan Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pewarna diferensial yaitu cairan eosin 0,2% untuk membantu melihat kualitas semen mencit dan PBS untuk membantu mengencerkan dan memberi makan sperma agar tidak mati. Perlu diketahui juga bahwa semen yang dihasilkan oleh mencit sangat sedikit dan kental sehingga perlu adanya pengencer. Metode Penelitian Prosedur Penelitian di Laboratorium Lapang Kandang dan semua peralatan dibersihkan beberapa hari sebelum penelitian dimulai. Lantai disapu dan ruangan dibebaskan dari hewan pengganggu. Mencit jantan lepas sapih yang berjumlah 30 ekor dibagi kedalam tiga kelompok berdasarkan taraf perlakuan yang diberikan dan masingmasing terdiri dari 10 ekor. Kelompok pertama merupakan kontrol; kedua diberi pakan tambahan kemangi segar 17

2,5%; dan yang ketiga diberi pakan tambahan kemangi segar sebanyak 5,0%. Setiap jantan ditempatkan pada setiap kandang yang berbeda. Pada saat perlakuan, mencit betina disatukan dengan mencit jantan dengan perbandingan 2:1 dalam satu kandang. Ransum yang diberikan berupa kombinasi pakan ayam peranggang CP 511 dengan kemangi segar. Kombinasi pemberian pakan disajikan pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Kombinasi Pemberian Pakan Perlakuan Pakan Pakan Ayam Peranggang 8,0 6,5 5,0 Kemangi Segar 0 1,5 3,0 ---------------(g/ekor)--------------Kontrol 2,5% Kemangi Segar 5,0% Kemangi Segar

Mencit mulai diadaptasi dengan kemangi pada umur tiga minggu. Sebelumnya, dilakukan penelitian pendahuluan untuk melihat palatabilitas kemangi terhadap mencit. Kemangi diberikan setiap hari pada jam 8-10 pagi. Setelah mencit berumur delapan minggu, atau sudah kawin, mencit jantan dipisahkan dengan mencit betina dan anak mencit dari kandang perlakuan. Mencit jantan dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Prosedur Penelitian di Laboratorium Analisis Mencit jantan yang telah dipisah satu persatu dibunuh menggunakan metode pengekangan yaitu dengan cara memegang bagian belakang kepalanya dengan salah satu tangan dan tangan yang satunya lagi menarik ekor mencit tersebut. Hal ini dilakukan untuk memutuskan urat syaraf yang berada di tulang belakang mencit. Setelah itu, proses berikutnya adalah pembedahan dan pengambilan organ-organ reproduksinya yang meliputi testis, penis, epididimis dan vas deferens untuk dilihat secara mikroskopis dan makroskopis. Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas sperma dan karakteristik organ reproduksi mencit jantan. Organ-organ reproduksi yang telah diambil kemudian disimpan dalam larutan Phosphate Buffered Saline (PBS) agar spermatozoa yang berada didalam testis tidak mati dan konsistensi organ-organ lainnya tetap terjaga. PBS merupakan medium 18

yang sering digunakan dalam penelitian yang menggunakan sel hidup karena mengandung komposisi zat-zat nutrisi seperti glukosa dan garam-garam anorganik serta mengandalkan kemampuan buffer dari Fospat (Malole, 1990). Pengukuran organ-organ reproduksi mencit jantan meliputi bobot testis dan penis, panjang testis, penis, epididimis dan vas deferens serta lebar testis dan penis. Berikut adalah gambar pengambilan organ reproduksi mencit jantan yang disajikan pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5. Pengambilan Organ Reproduksi Mencit Jantan

Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan terhadap kualitas spermatozoa yang meliputi gerakan massa dan motilitas yang dilihat diatas mikroskop pada perbesaran 10x10. Tahap selanjutnya adalah pengamatan terhadap konsentrasi spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung Neubauer diatas mikroskop pada perbesaran 10x40 dilanjutkan dengan pengamatan terhadap abnormalitas dan viabilitas spermatozoa dengan menggunakan preparat ulas diatas mikroskop pada perbesaran 10x40. Pada pengamatan konsentrasi, abnormalitas dan viabilitas spermatozoa, semen yang didapat dicampur dengan eosin 0,2% untuk melihat dengan jelas keadaan spermatozoa tersebut. Peubah yang Diamati 1. Motilitas spermatozoa (daya gerak spermatozoa). 2. Abnormalitas spermatozoa; dengan melihat bentuk, keutuhan bagian dan ketidaklaziman spermatozoa. 19

3. Viabilitas spermatozoa (persentase spermatozoa yang hidup). Spermatozoa yang hidup menunjukkan kepala berwarana bening (putih) sedangkan spermatozoa yang mati menunjukkan kepala berwarna merah. 4. Jumlah spermatozoa (konsentrasi); dihitung dengan menggunakan kamar hitung Neubauer dengan menjumlahkan spermatozoa yang terlihat di 5 kamar yaitu tiap pojok dan tengah. 5. Gerakan massa; dengan melihat gerakan menggumpal pada spermatozoa dan bentukan awannya diatas mikroskop dengan perbesaran 10x10. 6. Ukuran panjang dan lebar serta bobot organ reproduksi mencit jantan yang meliputi testis, epididimis, penis dan vas deferens.

a c b e d

a. Testis b. Vas defferent c. Ureter d. Epididimis e. Penis

Gambar 6. Organ Reproduksi Mencit Jantan (Hafez, 1987).

Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan dan sepuluh pengulangan Model matematika yang digunakan: Yijk = + i + ij Keterangan : Yijk i ij i j (Gaspersz, 1991) = data pengamatan, = nilai tengah populasi (ratarata yang sesungguhnya), = pengaruh perlakuan (pemberian daun kemangi segar), = pengaruh galat dari satuan percobaan, = taraf pengulangan (1,2,3, ,10), dan = taraf perlakuan pemberian daun kemangi (2,5 dan 5,0%).

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA). Jika hasil analisis berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda Tukey untuk

20

melihat perbedaan antar perlakuan. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Minitab 11 for Windows.

21

HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Pakan adalah komponen yang penting dalam pemeliharaan mencit selama penelitian. Kebutuhan pakan harus selalu tercukupi agar tidak terjadi kekurangan nutrisi dan kanibalisme. Berikut adalah hasil analisis proksimat pakan penelitian yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian Komponen Pakan Pakan Ayam Perangganga Bahan Kering (BK) Kadar Air Protein Kasar Lemak Serat Kasar Abu Kalsium Fosfor BETN 87,00 13,00 26,44 5,75 13,79 8,05 1,03 0,69 45,97 Kemangi Bahan Segarb 85,71 14,29 29,82 2,21 31,59 14,06 2,26 0,72 22,32 ----------------------(%)----------------------

Keterangan : a = PT Charoen Pokhpan b = Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB

Analisis proksimat pakan ini digunakan sebagai acuan dalam penyusunan ransum yang akan diberikan kepada mencit agar komponen zat pakan penelitian sesuai dengan kebutuhan mencit itu sendiri. Kandungan nutrisi pakan penelitian disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis proksimat diatas menunjukkan komponenkomponen zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dari hasil analisis diatas dapat kita lihat bahwa, komposisi nilai gizi dalam pakan ayam peranggang maupun kemangi segar sesuai dengan kebutuhan mencit, hanya saja serat kasarnya tidak sesuai dengan kebutuhan mencit. Hal inilah yang menjadikan jumlah feses yang dikeluarkan mencit sangat banyak karena serat kasar merupakan komponen zat yang bisa melancarkan saluran metabolisme dalam tubuh. 22

Tabel 7. Penghitungan Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Komponen Kontrola Bahan Kering (BK) Kadar Air Protein Kasar Lemak Serat Kasar Abu Kalsium Fosfor BETN 87,00 13,00 26,44 5,75 13,79 8,05 1,03 0,69 45,97 Perlakuan Kemangi 2,5%b 86,97 13,03 24,40 5,67 14,23 8,19 1,59 0,70 52,49 Kemangi 5,0%b 86,94 13,06 26,59 5,57 14,67 8,33 2,14 0,70 55,15 -------------------------------(%)-------------------------------

Keterangan : a = Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB b = Penghitungan manual

Hasil penghitungan komponen zat pakan dalam ransum penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisinya sudah mencukupi kebutuhan mencit. Seekor mencit dewasa mengkonsumsi pakan dengan kandungan protein 20-25%, lemak 4-5%, pati 45-50%, serat kasar 5% abu 4-5% (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Kandungan serat kasar yang tinggi pada ransum penelitian menyebabkan mencit banyak mengeluarkan feses. Serat kasar yang tinggi akan mengakibatkan sistem metabolisme meningkat dan melancarkan metabolisme sehingga pengeluaran feses banyak. Suhu dan Kelembaban Selama Penelitian Suhu dan kelembaban lingkungan tempat berlangsungnya penelitian harus diperhatikan, ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas hewan penelitian. Kondisi lingkungan yang tidak baik atau tidak sesuai akan mengakibatkan produktivitas yang dicapai tidak optimal. Suhu ruang pemeliharaan mencit pada saat penelitian adalah berkisar antara 25,9-26,2 oC dengan kelembaban ruangan berkisar antara 85-87%. Hal tersebut

23

sesuai dengan pernyataan Malole dan Pramono (1989) yang menyebutkan bahwa suhu yang ideal untuk pertumbuhan mencit adalah 21-29 oC dengan kelembaban yang ideal adalah 30-70%. Ukuran Organ Reproduksi Mencit Jantan Testis Testis merupakan salah satu organ yang penting dalam reproduksi jantan. Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon reproduksi yaitu testosteron (Falk, 2001). Testis berkedudukan didalam skrotum dan memiliki temperatur sekitar 4 oC lebih rendah dibandingkan tubuh. Ini merupakan temperatur yang optimal untuk memproduksi sperma. Menurut sumber lain menyatakan bahwa temperatur testis adalah +34 oC. Kedudukan testis diluar tubuh membuatnya selalu dalam kondisi yang lebih sejuk dari temperatur tubuh. Hasil sidik ragam pengukuran bobot testis mencit kontrol menunjukkan perbedaan yang mencolok (berbeda sangat nyata) dengan mencit yang mendapat pakan tambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0%. Rerata bobot testis mencit kontrol adalah 192,80 mg, sedangkan pada mencit yang mendapat penambahan kemangi segar sebesar 2,5 dan 5,0% dalam pakan berturut-turut adalah 86,40 mg dan 94,70 mg. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 8 dibawah ini. Tabel 8. Ukuran Organ Testis Mencit Hasil Penelitian Peubah Kontrol Bobot Rerata (mg) : n (ekor) : KK : Panjang Rerata (cm) : n (ekor) : KK : Lebar Rerata (cm) : n (ekor) : KK : 192,80 + 63,25b 5 32,81% 0,75 + 0,06 5 8,0% 0,46 + 0,06 5 13,04% Perlakuan Kemangi 2,5% 86,40 + 8,89a 5 10,29% 0,69 + 0,02 5 2,90% 0,44 + 0,02 5 4,55% Kemangi 5,0% 94,70 + 11,02a 5 11,64% 0,72 + 0,05 5 6,94% 0,45 + 0,03 5 6,67%

Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan baris yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 1% (P<0,01); n = jumlah contoh; KK = koefisien keragaman

24

Gabor et al.(1994) menyatakan bahwa pengukuran diameter testis merupakan metode untuk menentukan volume testis yang dipengaruhi oleh umur dan frekuensi kawin. Pada saat pengambilan organ testis, umur mencit pada saat itu adalah 15 minggu, sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) umur jantan dan betina yang baik untuk dikawinkan adalah pada saat mencit berumur 8 minggu. Ini memungkinkan perkembangan testis telah menurun sehingga bobot testis yang didapat tidak pada titik tertingginya. Thompson et al. (1992) menambahkan bahwa penurunan volume testis terjadi karena kehilangan sel-sel germinal epitelium yang tidak dapat beregenerasi kembali yang disebabkan oleh faktor umur. Komponen kimia dalam kemangi banyak yang berfungsi sebagai perangsang hormon estrogen dan sedikit yang merangsang hormon testosteron. Pemberian kemangi pada mencit mengakibatkan kandungan estrogen dalam tubuh mencit meningkat padahal kandungan testosteron diharapkan lebih tinggi dibandingkan estrogen pada mencit jantan. Kandungan estrogen dalam tubuh mencit yang tinggi menekan pembentukan testosteron sehingga sifat reproduksi yang muncul pada mencit jantan ini adalah feminisme (kebetinaan) dan sifat kejantanan mencit tidak muncul dominan. Hal ini bisa dilihat dari ukuran bobot testis mencit perlakuan kemangi lebih kecil daripada mencit kontrol. Ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dalam tubuh mencit jantan tersebut. Sutarno dan Atmowidjojo (2001) menyatakan bahwa daun kemangi banyak digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis, panas dan pedas pada masakan atau minuman. Panas akibat pengaruh pemberian kemangi kemungkinan sampai pada organ reproduksi juga terutama testis. Pembentukan spermatozoa sangat dipengaruhi oleh temperatur tubuhnya. Temperatur testis yang optimal untuk pembentukan spermatozoa adalah +34 oC dan 4 oC lebih rendah dari suhu tubuh. Peningkatan temperatur pada testis akan mempengaruhi pembentukan spermatozoa. Kemungkinan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0% memberikan pengaruh panas pada tubuh dan testis mencit dan mempengaruhi pembentukan spermatozoa pada tubulus seminiferus sedangkan tubulus seminiferus adalah 90% penyusun testis. Panjang dan lebar testis mencit kontrol lebih besar dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%, tetapi hal tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan). Hal ini dapat dilihat pada tabel

25

diatas. Besarnya bobot testis ternyata tidak mempengaruhi panjang dan lebar testis. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan kapasitas tubulus seminiferus secara optimal dalam testis dengan tidak memperbesar ukuran testis sehingga akan meningkatkan bobot dan volume testis saja (Amann, 1970). Ukuran organ testis mencit kontrol memiliki keragaman lebih besar dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0% baik bobot, panjang maupun lebar testis. Hal tersebut untuk sementara dapat disimpulkan bahwa penambahan kemangi dalam pakan ternyata menekan atau menurunkan keragaman ukuran organ testis mencit. Penis Penis merupakan organ kopulasi yang digunakan untuk menempatkan sperma ke dalam vagina betina. Oleh karena itu, peranan penis dalam reproduksi jantan adalah salah satu hal yang penting. Seekor jantan yang tidak memiliki organ penis tidak akan bisa mendapatkan keturunan karena tidak dapat meletakkan spermanya ke dalam vagina betina. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan kemangi segar dalam pakan tidak berpengaruh terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini. Rerata bobot penis mencit kontrol adalah 54,66 mg, pada penambahan kemangi segar 2,5% adalah 47,54 mg dan pada penambahan kemangi segar 5,0% adalah 54,28 mg. Rerata bobot penis diatas menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara kontrol, penambahan kemangi 2,5% dan 5,0%. Rerata panjang penis juga menunjukan hasil yang tidak berbeda antara kontrol dengan penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0%. Rerata panjang penis mencit kontrol adalah 1,20 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5% adalah 1,14 cm dan pada penambahan kemangi segar 5,0% adalah 1,22 cm sedangkan rerata lebar penis mencit kontrol adalah 0,24 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0% menunjukkan nilai yang sama yaitu 0,21 cm.

26

Tabel 9. Ukuran Organ Penis Mencit Hasil Penelitian Peubah Kontrol Bobot Rerata (mg) : n (ekor) : KK : Panjang Rerata (cm) : n (ekor) : KK : Lebar Rerata (cm) : n (ekor) : KK : 54,66 + 10,06 5 18,41% 1,20 + 0,09 5 7,26% 0,24 + 0,05 5 21,07% Perlakuan Kemangi 2,5% 47,54 + 3,86 5 8,2% 1,14 + 0,15 5 12,96% 0,21 + 0,02 5 7,94% Kemangi 5,0% 54,28 + 1,43 5 2,63% 1,22 + 0,06 5 4,85% 0,21 + 0,02 5 7,28%

Keterangan : n = jumlah contoh; KK = koefisien keragaman

Ukuran organ penis mencit kontrol menunjukkan keragaman yang tinggi dibandingkan dengan mencit yang mendapat taraf perlakuan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0% pada peubah bobot dan lebar penis. Ini menunjukkan bahwa penambahan kemangi dalam pakan mencit menekan atau menurunkan keragaman ukuran organ penis karena keragaman bobot dan lebar penis kontrol terlihat jauh lebih tinggi dibandingkan taraf perlakuan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0%, sedangkan pada peubah panjang penis keragaman paling tinggi diperlihatkan mencit yang mendapat penambahan kemangi segar pada taraf 2,5%, tetapi secara rata-rata keragaman tertinggi diperlihatkan oleh kontrol. Hal ini bisa dilihat dari koefisien keragaman pada tabel diatas. Penis memiliki ukuran yang beragam. Pemanjangan dan pembesaran penis dipengaruhi oleh aliran darah yang mengalir di dalamnya. Penis tidak memiliki tulang, hanya otot daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis dapat menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang menyebabkan darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar, tegang dan keras selain itu juga ujung penis dipenuhi oleh serabut syaraf yang peka. Penambahan kemangi dalam pakan mencit jantan ternyata tidak berpengaruh terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Gunawan (2004) yang menyatakan bahwa 27

pengaruh yang diberikan oleh 1,8 sineol, apigenina, arginina dan yang terkandung di dalam kemangi yang dapat melebarkan pembuluh darah ternyata tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Ini terbukti dari hasil sidik ragam yang menunjukkan antara kontrol dengan penambahan kemangi 2,5 dan 5,0% tidak berbeda nyata. Hanya saja keragaman yang diperlihatkan mencit yang mendapat perlakuan kemangi segar pada taraf 2,5 dan 5,0% lebih kecil atau dapat diartikan lebih seragam. Kemungkinan pemberian kemangi segar memberikan pengaruh dalam menurunkan keragaman terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Epididimis Epididimis adalah saluran panjang yang menempel pada testis dari atas sampai bawah yang berada pada bagian belakang testis. Epididimis akan menyalurkan sperma (yang diproduksi oleh testis) ke luar. Perjalanan yang cukup panjang harus ditempuh oleh sperma dan epididimis merupakan tempat pematangan sperma setelah diproduksi di dalam testis. Hasil sidik ragam pengukuran panjang epididimis menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kontrol dengan penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%. Panjang epididimis mencit kontrol, penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0% relatif tidak jauh berbeda. Rerata panjang epididimis mencit kontrol adalah 1,75 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5% adalah 1,73 cm, sedangkan pada penambahan kemangi segar 5,0% adalah 1,97 cm. Ukuran organ epididimis mencit hasil penelitian disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Ukuran Panjang Organ Epididimis Mencit Hasil Penelitian. Taraf Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% Jumlah 5 5 5 Panjang Epididimis Mencit (cm) 1,75 + 0,39 1,73 + 0,32 1,97 + 0,17 KK (%) 22,17 18,62 8,80

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Ukuran panjang epididimis mencit kontrol memiliki keragaman lebih besar dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%. Dengan melihat hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian kemangi pada mencit ternyata menurunkan keragaman terhadap panjang epididimis, hanya saja

28

pada pemberian kemangi segar 2,5% keragamannya lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian kemangi 5,0%. Setelah sperma diproduksi oleh testis maka perjalanannya dilanjutkan ke epididimis. Sperma akan dimatangkan di bagian kauda epididimis. Perkembangan epididimis tentu tidak terlepas dari fungsi epididimis itu sendiri yaitu untuk menunjang fungsi maturasi sperma dari tubulus seminiferus yang belum dapat melaksanakan fertilisasi (Bellve et al., 1983). Proses maturasi yang berjalan sempurna akan mempengaruhi peningkatan motilitas sperma yang progresif. Keberhasilan reproduksi pada jantan dipengaruhi oleh optimalnya perkembangan organ-organ reproduksi itu sendiri, salah satunya adalah epididimis. Amann (1970) menyatakan bahwa perkembangan epididimis yang optimal diperlukan untuk mendukung proses spermatogenesis yang telah dilakukan pada testis terlebih dahulu. Penambahan kemangi segar dalam pakan mencit ternyata tidak menyebabkan proses perkembangan epididimis terganggu. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil sidik ragam dan pengukuran yang menyatakan bahwa relatif tidak ada perbedaan ukuran epididimis antara mencit kontrol dengan mencit yang mendapat perlakuan kemangi segar. Perkembangan epididimis berjalan seiring dengan perkembangan reproduksi itu sendiri. Vas Deferens Vas deferens merupakan sebuah tabung yang dibentuk dari otot yang membentang dari epididimis ke uretra dan mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis. Sperma setelah dimatangkan didalam epididimis sebelum dikeluarkan akan diteruskan ke vas deferens dan disinilah sperma akan diberi ekor kemudian akan ditampung di organ bernama ampula. Di sini sperma menyatu dengan cairan nutrisi yang diproduksi oleh prostat dan semi vesikel, sebelum keluar lewat penis dalam bentuk air mani waktu ejakulasi. Berikut adalah data yang menampilkan ukuran panjang organ vas deferens mencit hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 11.

29

Tabel 11. Ukuran Panjang Organ Vas deferens Mencit Hasil Penelitian Taraf Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% Jumlah 5 5 5 Panjang Vas Deferens Mencit (cm) 2,49 + 0,49 2,16 + 0,16 2,56 + 0,32 KK (%) 19,85 7,44 12,65

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap panjang vas deferens antara mencit kontrol dengan mencit dengan penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%. Rerata yang didapat mencit kontrol adalah 2,49 cm, pada taraf pemberian kemangi segar 2,5% adalah 2,16 cm dan pada taraf penberian kemangi segar 5,0% adalah 2,56 cm, sedangkan keragaman tertinggi ditunjukkan oleh mencit kontrol walaupun tidak terlalu jauh dibandingkan dengan yang lainnya. Ini menandakan bahwa penambahan kemangi pada pakan mencit tidak mengganggu proses perkembangan vas deferens. Pada saat ejakulasi, sperma beserta cairan semen akan dikeluarkan melalui penis. Bila terjadi penyumbatan pada vas deferens akan mengakibatkan semen yang keluar tidak disertai dengan sperma, sebagai contoh adalah vasektomi. Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit Konsentrasi Spermatozoa Konsentrasi sperma mencit hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kontrol, pemberian kemangi segar 2,5% maupun dengan pemberian kemangi segar 5,0% walaupun menunjukkan nilai yang terlihat signifikan. Ini disebabkan oleh nilai simpangan baku yang besar. Rerata konsentrasi sperma mencit kontrol adalah sebesar 103,4x10,06 sperma/ml, sedangkan rerata mencit dengan pemberian kemangi segar 2,5% adalah sebesar 63,0x10,06 sperma/ml dan rerata mencit dengan pemberian kemangi segar 5,0% sebesar 50,6x10,06 sperma/ml. Hal tersebut bisa dilihat pada Tabel 12 yang menyajikan data konsentrasi sperma mencit hasil penelitian.

30

Tabel 12. Konsentrasi Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian Taraf Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% Jumlah 5 5 5 Konsentrasi Sperma Mencit (x106) 103,40 + 88,47 50,60 + 17,94 63,00 + 22,10 KK (%) 85,56 35,45 35,08

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Keragaman konsentrasi spermatozoa relatif sama antara mencit kontrol dengan mencit perlakuan pemberian kemangi segar pada taraf 2,5 dan 5,0%. Keragaman yang didapat cukup besar. Beragamnya konsentrasi sperma pada semua taraf perlakuan disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran testis dan bobot badan mencit itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai pearson correlation antara konsentrasi sperma dengan bobot badan, bobot testis dan lebar testis lebih tinggi dibandingkan peubah lainnya. Secara berurutan nilainya adalah 0,420; 0,415 dan 0,488 jadi bisa dinyatakan bahwa ketiga peubah diatas memiliki keeratan hubungan yang lebih dibandingkan peubah lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amann (1970) yang menyatakan bahwa perkembangan dan peningkatan produksi sperma merupakan suatu hal yang berjalan seiring dengan perkembangan bobot testis. Kandungan kemangi yang berupa boron dan seng secara tidak langsung berperan dalam meningkatkan konsentrasi spermatozoa. Boron dan seng mempunyai peran untuk merangsang keluarnya hormon androgen (testosteron) (Gunawan, 2004). Menurut Toelihere (1985), testosteron merupakan hormon reproduksi primer yang mempunyai peran dalam proses spermatogenesis (pembentukan sperma). Pada proses spermatogenesis, testosteron bekerjasama dengan hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) membentuk spermatozoa, tetapi apabila terjadi penigkatan kadar testosteron dalam plasma, dia akan menghambat pelepasan kedua hormon ini. Dengan kata lain bisa dinyatakan bahwa harus adanya keseimbangan antar ketiganya (Toelihere, 1985). Daya Hidup (Viabilitas) Spermatozoa Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kelompok mencit yang diberi perlakuan pemberian kemangi pada taraf 2,5% memiliki nilai daya hidup (viabilitas) tertinggi dan menunjukkan beda nyata dengan kontrol (P<0,01), tetapi tidak berbeda nyata dengan taraf 5,0%. Rataan viabilitas pada mencit dengan pemberian kemangi 31

segar 2,5% adalah 50,32, mencit kontrol sebesar 28,14 sedangkan pada mencit dengan pemberian kemangi segar 5,0% nilainya adalah 34,12. Keragaman daya hidup (viabilitas) sperma kontrol menunjukkan nilai yang tinggi dan relatif sama dengan penambahan kemangi 5,0% tetapi pada penambahan kemangi 2,5% nilai keragamannya paling kecil. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 13 yang menyajikan nilai viabilitas spermatozoa mencit hasil penelitian. Tabel 13. Viabilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian Taraf Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% Jumlah 5 5 5 Viabilitas Sperma Mencit KK ------------------------------(%)-------------------28,14 + 9,28a 32,98 50,32 + 13,80b 34,12 + 11,03
ab

27,42 32,33

Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan beda nyata;KK = Koefisien Keragaman.

Pemberian kemangi pada taraf 2,5% ternyata meningkatkan daya hidup (viabilitas) spermatozoa. Taraf pemberian kemangi 2,5% merupakan taraf yang optimal untuk meningkatkan daya hidup spermatozoa. Pemberian kemangi yang lebih besar atau lebih kecil dari 2,5% tidak dianjurkan diberikan kepada mencit karena dilihat dari hasil penelitian menunjukkan nilai daya hidup (viabilitas) spermatozoa yang lebih kecil dibanding pemberian kemangi 2,5%. Kemangi seperti kita kenal memiliki kandungan minyak atsiri. Salah satu fungsinya adalah sebagai cadangan makanan dalam tanaman (Ketaren, 1985). Leung et al. (1972) menambahkan bahwa nilai gizi yang terkandung dalam kemangi meliputi karbohidrat, protein, lemak, kalori, serat dan masih banyak lainya. Cadangan makanan ini juga bisa digunakan sebagai cadangan makanan bagi spermatozoa. Berdasarkan jenis unsur penyusun senyawa atsiri, komponen minyak atsiri yang terdapat dalam kemangi terbagi menjadi dua golongan yang salah satunya adalah golongan Hidrokarbon-O yang tersusun atas unsur C, H dan O (Ketaren, 1985). Salisbury dan Van Demark (1985) meyatakan bahwa spermatozoa dapat juga menggunakan oksigen didalam proses metabolisme dan respirasi untuk mengoksidasi substrat-substrat pokok dan mengembalikan ikatan fosfat untuk membangun kembali

32

ATP (Adenosin Tri Phosphat). ATP yang bisa diubah menjadi energi inilah yang digunakan oleh spermatozoa untuk hidup dan bergerak. Tingginya nilai viabilitas pada perlakuan 2,5% kemungkinan karena pengaruh yang diberikan oleh beberapa komponen kemangi antara lain adalah 1,8sineol, Apigenina, Arginina, Boron, dan Eugenol. Pengaruh yang diberikan oleh komponen kimia 1,8-Sineol adalah membantu mengatasi ejakulasi prematur dan melebarkan pembuluh kapiler (merangsang ereksi) (Gunawan, 2004). Ejakulasi yang tidak sempurna (prematur) akan menghasilkan semen yang tidak sempurna juga. Salah satu ketidaksempurnaan semen adalah spermatozoa yang tidak normal atau juga aspermia. Spermatozoa yang tidak normal akan rentan terhadap kematian. Apigenina berperan dalam memperlancar jalannya makanan untuk spermatozoa. Makanan kemudian disalurkan lewat aliran darah dan peran apigenina adalah melancarkan sirkulasi dan melebarkan aliran darah, sedangkan Boron dan Arginina berperan dalam memperkuat daya tahan hidup spermatozoa itu sendiri, sedangkan Eugenol merupakan komponen yang bisa dirombak menjadi energi bagi spermatozoa dengan proses tertentu (Gunawan, 2004). Abnormalitas Spermatozoa Dalam pembentukan spermatozoa, peran testosteron sangat dibutuhkan. Bila suplai testosteron terganggu, maka akan berakibat pada fungsi epididimis sebagai tempat pemantangan spermatozoa. Spermatozoa tidak mempunyai kemampuan untuk fertilisasi dan menyerap kembali cairan pada kauda epididimis (De Larminant et al., 1978). Testosteron yang merupakan hormon yang berperan dalam proses spermatogenesis bila ketersediaannya sedikit akan menyebabkan proses itu terganggu dan dapat mengakibatkan abnormalitas primer yaitu abnormalitas yang terjadi karena kelainan-kelainan pada spermatogenesis seperti kepala terlalu besar, kepala terlalu kecil, ekor ganda dan lainnya (Toelihere, 1985). Selain itu, keutuhan membran plasma juga harus diperhatikan. Keutuhan membran plasma adalah salah satu indikator yang menunjukkan kemampuan spermatozoa dalam melakukan penetrasi terhadap oosit saat fertilisasi. Kerusakan pada membran plasma spermatozoa akan mengakibatkan terganggunya transfer aktif zat-zat yang menjadi sumber bagi spermatozoa seperti glukosa, asam 33

amino dan asam lemak. Akibat terganggunya mekanisme ini, maka spermatozoa akan kekurangan energi sehingga daya hidupnya akan menurun, demikian juga dengan motilitasnya. Rusaknya mebran plasma juga akan mengganggu keseimbangan ion-ion yang esensial bagi spermatozoa (Correa dan Zavos, 1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi abnormalitas spermatozoa mencit pada semua kelompok perlakuan tidak berbeda nyata. Semuanya menunjukkan data yang relatif sama. Hal tersebut disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14. Abnormalitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian Taraf Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% Jumlah 5 5 5 Abnormalitas Sperma Mencit 24,40 + 9,01 29,69 + 3,45 37,31 + 10,97 KK 36,93 11,69 29,40 ----------------------------(%)-----------------

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Rerata morfologi abnormalitas spermatozoa mencit kontrol adalah 24,40%, pada pemberian kemangi segar 2,5% memiliki nilai rerata morfologi abnormalitas sebesar 29,69% dan pada pemberian kemangi segar 5,0% memiliki nilai morfologi abnormalitas sebesar 37,31%. Rerata abnormalitas tertinggi diperoleh pada mencit dengan taraf perlakuan 5,0% diikuti mencit dengan taraf perlakuan 2,5% dan kontrol tetapi hal tersebut tidak menjadikan ketiga taraf perlakuan tersebut berbeda nyata karena faktor lainpun seperti koefisien keragaman (KK) dan simpangan baku (SB) juga berpengaruh. Keragaman tertinggi diperoleh oleh kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan kemangi sebesar 2,5 dan 5,0% dapat menekan keragaman abnormalitas sperma mencit karena koefisien keragaman yang terlihat berbeda cukup signifikan antara mencit kontrol dengan mencit perlakuan. Abnormalitas yang terjadi pada spermatozoa hasil penelitian diantaranya adalah spermatozoa tanpa ekor ataupun sebaliknya, satu kepala spermatozoa dengan dua ekor ataupun sebaliknya, ekor yang bengkok atau patah dan kepala spermatozoa yang terlalu kecil. Hal tersebut sama dengan yang dipaparkan oleh Toelihere (1985). Abnormalitas spermatozoa yang terjadi disebabkan oleh kesalahan pada saat pengambilan (secara teknis), gangguan patologis, aplikasi panas dan dingin pada

34

testis atau defisiensi makanan. Beberapa abnormalitas spermatozoa bersifat genetik (Toelihere, 1985). Motilitas Spermatozoa Motilitas merupakan suatu kemampuan spermatozoa untuk bergerak secara progresif dan dapat dijadikan patokan yang sederhana dalam penilaian semen untuk inseminasi buatan pada ternak-ternak besar. Motilitas spermatozoa ini berasal dari gerakan mendorong spermatozoa pada bagian ekor yang menyerupai gerakan cambuk. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian perlakuan kemangi segar 2,5 dan 5,0% tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan keragaman motilitas sperma menunjukkan keragaman yang tinggi terutama pada mencit yang mendapat tambahan kemangi 5,0%. Semuanya menunjukkan hasil yang relatif sama. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini. Tabel 15. Motilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian Taraf Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% Jumlah 5 5 5 Motilitas Sperma Mencit 56,00 + 17,10 54,00 + 17,82 45,00 + 20,00 KK 30,54 33,00 44,44 ------------------------------(%)---------------------

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Pada kelompok pemberian kemangi segar 2,5%, rerata motilitas yang didapat adalah sebesar 54%, pada kelompok pemberian kemangi segar 5,0%, rerata motilitas yang didapat adalah sebesar 45% dan pada kelompok kontrol memiliki rataan motilitas sebesar 56%. Hasil pengukuran diatas relatif tidak jauh berbeda. Keragaman motilitas spermatozoa mencit yang diberi kemangi segar 5,0% menunjukkan nilai tertinggi sedangkan mencit kontrol menunjukkan nilai terendah. Ini menunjukkan bahwa pemberian kemangi segar ternyata dapat meningkatkan keragaman motilitas spermatozoa mencit. Spermatozoa yang hidup berhubungan erat dengan motilitas sperma karena spermatozoa hidup merupakan syarat mutlak bagi spermatozoa untuk dapat menghasilkan energi dan melakukan pergerakan. Semen mamalia yang mempunyai

35

fertilitas tinggi ditunjukkan dengan persentase spermatozoa hidup yang tinggi dengan morfologi normal (Martinez et al., 1996). Motilitas akan berlangsung dengan baik jika ditopang oleh banyak hal diantaranya adalah morfologi dari spermatozoa itu sendiri. Morfologi yang baik adalah kepala berbentuk koma dengan besaran yang normal, ekor panjang tidak melingkar ataupun ganda. Penambahan kemangi pada pakan mencit (2,5 dan 5,0%) ternyata tidak berpengaruh terhadap daya motilitas spermatozoa mencit, hal ini bisa dilihat dari hasil sidik ragam yang menunjukkan nilai yang relatif tidak jauh berbeda. Ekor digunakan oleh spermatozoa untuk melakukan gerakan. Bagian utama ekor mengandung sebagian besar mekanisme daya gerak spermatozoa dan memiliki peranan fital terhadap motilitas (Toelihere, 1985). Ekor spermatozoa terdiri dari tiga bagian yaitu bagian tengah, utama dan bagian ujung. Bagian tengah ekor merupakan gudang energi untuk kehidupan dan gerakan spermatozoa yang dihasilkan melalui proses metabolik. Energi inilah yang digunakan oleh ekor untuk menggerakkan spermatozoa untuk bergerak. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motilitas sperma yaitu faktor endogen dan faktor eksogen (Hafez, 1993). Ketersediaan sumber energi merupakan faktor endogen yang sangat penting. Sumber energi yang digunakan dalam motilitas sperma adalah Adenosin Tri Phosphat (ATP). Proses pembentukan ATP sebagai sumber energi dapat terjadi pada keadaan tanpa oksigen (anaerob) atau dengan oksigen melalui siklus krebs (Toelihere, 1985). Gerakan Massa Spermatozoa Gerakan massa spermatozoa menggambarkan secara kasar motilitas dan konsentrasi spermatozoa tersebut. Evans dan Maxwell (1982) menyatakan bahwa gerakan massa spermatozoa yang normal harus terletak antara (++) sampai (+++) sedangkan semen dengan nilai (+) sangat tidak layak digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan massa yang terjadi pada semen yang diamati diatas mikroskop pada semua taraf kelompok perlakuan tidak menunjukkan hasil yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.

36

Tabel 16. Gerakan Massa Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian Taraf Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% Jumlah 5 5 5 Gerakan massa Sperma Mencit 1,80 + 0,84 1,80 + 0,84 1,80 + 0,84 KK (%) 46,48 46,48 46,48

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Pada kelompok kontrol, pemberian kemangi segar 2,5% maupun kemangi 5,0% memiliki nilai yang sama yaitu 1,80. Pada pengamatan gerakan massa ini, digunakan skala 3,00. Bila dipersentasekan, nilai gerakan massa yang didapat saat penelitian adalah sebesar 60%. Keragaman gerakan massa yang didapat menunjukkan nilai yang sama juga antara kontrol, perlakuan kemangi 2,5 dan 5,%. Dengan melihat hasil sidik ragam, bisa dipastikan bahwa nilai gerakan massa yang terjadi mendekati kisaran normal. Gerakan massa terjadi karena adanya gabungan dari gerakan individu dalam semen. Apabila volume semen kecil dan kental, gerakan massa yang terjadi tidak akan besar karena jarak antar kepala spermatozoa cukup kecil sehingga gerakan yang terjadi tidak leluasa.

37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian kemangi segar dapat meningkatkan (P<0,05) daya hidup (viabilitas) dan motilitas spermatozoa mencit dengan tingkat abnormalitas spermatozoa yang lebih kecil. Walaupun demikian, pemberian kemangi 2,5 dan 5,0% dapat menurunkan (P<0,01) bobot testis mencit dibandingkan kontrol. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui informasi dosis pemberian kemangi yang paling optimal untuk meningkatkan kualitas spermatozoa mencit, mengetahui pengaruh kemangi terhadap karakteristik organ reproduksi mencit jantan serta mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah hormon testosteron akibat pengaruh pemberian kemangi segar.

38

UCAPAN TERIMA KASIH Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat yang tak terhingga dan atas pertolongan dari-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua yang telah menyokong baik materi, motivasi, doa serta kasih sayang yang tiada henti tercurah. Terima kasih atas kesabarannya. Tak lupa juga kepada Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc dan Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu penyusunan skripsi ini dari mulai usulan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Selain itu, ucapan terima kasih tak luput penulis sampaikan kepada Jakaria S.Pt, M.Si selaku dosen penguji seminar dan pembimbing akademik yang telah memberikan masukan,bimbingan dan nasihatnya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak tercinta Eka dan Adik tercinta Pipit juga kepada temanku Puguh,Slamet dan Iwan atas kebersamaan, semangat dan doanya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih untuk saudaraku di BNC, IRMAH dan ILMA atas pengertiannya. Saudaraku di Crew D, terima kasih atas kebersamaan yang terbina, motivasi, doa dan bantuannya. My circle family terima kasih juga atas kebersamaan, motivasi dan doanya. Terima kasih juga untuk Al-Izzah Crew atas kebersamaannya. Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Surawung Crew (Lala, Cakra, Zym, Tri dan Teija) atas kebersamaan dan semangat yang diberikan. Suka duka kita lewati bersama, karena kita adalah satu. Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman di TPT atas bantuan dan kebersamaannya dan untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga sebuah karya ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, Maret 2006 Penulis

39

DAFTAR PUSTAKA Amann, P.R. 1970. Sperm Production Rates. In The Testis (A.D. Johnson, W. R Gomes and N.L. Vandemark, eds), pp. 455-471. Vol. I. Academic Press New York, London. Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Satu Gunungbudi, Bogor. Arrrington, L.R. 1972. Introductory Laboratory Animal Sciene, The Breeding, Care and Management of Experimental Animal. The Interstate Printers and Publishers. Inc. Danville. Bellve, A.R. and OBrien. 1983. The Mammalian Spermatozoon: Structure and Temporal Assembly. In Mechanism and Control of Animal Fertilization (J.F. Hartman, eds), pp 56-112. Academic Press. Inc, London. Correa, J.R and P.M. Zavos. 1994. The hypoosmotic swelling test. Its employment as an assay to evaluate. The function integrity of the frozen-thawed bovine sperm membrane. Theriogenology 42: 351-360. Clermont, Y. 1962. Quantitative analysis of spermatogenesis of rat: a revised model for renewel of spermatogenia. Am. J. Anat. 111:111-127. De Larminant, N.S., A. Monsalve, E.H. Charreau, R. S. Calandra and J. A. Blaquer. 1978. Hormonal regulation of 5-alfa-reductase activity in rat epdidymis. J. Endoor. 79 : 157-167. Evans, G. and W.M.C. Maxwell. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Intermediate Tropical Agricultural Series. Payne, W.J.A. (General eds) Longman Group Limited Longman House, Burn Mill, Harlow, Essex, UK. Falk, H.R. 2001. Reproduction. http://www1.br.cc.va.us/murray/Serendipity /Biology/lecture/Human/reproduction.htm. [ 9 Januari 2005 ].

Gabor, G., M. Mezes, J. Tozser, S. Bozo, E. Szucs and I. Barany. 1994. Relationship among testosterone respone to GnRH administration, testes size and sperm parameters in holstein frisian bulls. Theriogenology 43: 1318-1323. Gadjahnata, K.H.O. 1989. Biologi Kedokteran I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit CV Armico. Bandung. Gunawan, D. 2004. Ramuan Tradisional untuk Keharmonisan Suami Istri. Penebar Swadaya. Jakarta. Hafez, E.S.E. 1970. Reproduction and Breeding Techniques for Laboratory Animals. Lea and Febiger. Philadelphia. Hafez, E.S.E. 1987. Semen Evaluation. In Hafez, E.S.E (Ed.). Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger. Philadelphia. Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger. Philadelphia. 6th edition.

40

Hartono. 1988. Histologi Veteriner Jilid II, Organologi. Laboratorium Histologi, Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhtumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Inglis, J.K. 1980. Introduction to Laboratory Animal Sciene and Technology. Pergamon Press Ltd. Oxford. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka. Jakarta. Lane, D.R. 1980. Visceral System. In Jones Animal Nursing (D.R Lane, eds), pp. 77-80. 3rd Ed. Pergamon Press, London. Leung, W.W., R.R. Butrum, and F.H Chang. 1972. Food Composition Table for Use in East Asia Part 1. US Departement of HEW. Bethesda. MD. Mahkotadewa.com. Kemangi (Ocimum basilicum ferina citratum). http : // www. mahkotadewa.com / INFO-TO / kemangi.htm. [5 Februari 2005]. Malole, M.B.M dan C.S.U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Malole, M.B.M. 1990. Kultur Sel dan Jaringan Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Martinez, H.R., B. Larson, H. Pertoff. 1996. Evaluation of Sperm Damage and Techniques for Gamete Manipulation and Storage. Hamilton. New Zealand. Mulyani, S dan D. Gunawan. 2004. Ramuan Tradisional untuk Penderita Asma. Penebar Swadaya. Jakarta. Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia, Jakarta. Partodiharjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta. Pineda, M. H. 1989. The Biology of Sex. In Veterinary Endocrinology and Reproduction (L. E. Mc. Donald and M. H. Pineda, eds), pp. 242-245. 4th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia. Poerwodihardjo, S. 1985. Peranan Kelenjar-Kelenjar Kelamin Pada Alat Kelamin Pria dalam Proses Reproduksi, Kesuburan dan Seks Pria dalam Perkawinan. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Salisbury, G.W. and N.L. Van Demark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sinarharapan. co. id. 2003. Terapi alam, cara alami hilangkan bau badan. http : // www. sinarharapan. co. id / iptek / kesehatan / 2003 / 0725 / kes 2. html. [5 Februari 2005].

41

Smith, B.J. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soeharso, P. 1985. Beberapa Aspek Biokimia Plasma Semen dan Spermatozoa dalam Proses Reproduksi, Kesuburan dan Seks Pria dalam Perkawinan. Penerbit Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta. Sutarno, H dan S. Atmowidjojo. 2001. Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis Tanaman Rempah. Prosea Indonesia Yayasan Prosea. Bogor. Syamsuhidayat, S.S. dan J.R Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Thompson, J.A., M.M. Buhr and W.H. Johnson. 1992. Scrotal circumference does not accurately predict degree of germinal epithelial loss or semen quality in yearling hereford and simmental bulls. Therionology 38: 1023-1032. Tindall, H.D. 1983. Vegetables in the Tropics. Macmillan. New York. Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. Wijayakusuma, H.,A.S. Wirian, T.Yaputra, S Dalimartha. dan B. Wibowo. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II. Pustaka Kartini. Jakarta. Winarto, W.P dan Tim Lentera. 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Wischnitzer, S. 1967. Anatomy of The Cat: Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. 2nd Edition. W.H. Freeman and Company, San Francisco.

42

LAMPIRAN

43

Lampiran 1. Data Ukuran Bobot Penis Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 0,0494 0,0512 0,0592 0,0697 0,0438 0,054660 0,010055 18,39 Kemangi 2,5% 0,0478 0,0524 0,0416 0,0475 0,0484 0,047540 0,003864 8,13 Kemangi 5,0% 0,0528 0,0548 0,0527 0,0554 0,0557 0,054280 0,001434 2,64 ------------------------------(g/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,0001604 0,0004723 0,0006328

KT 0,0000802 0,0000394

F 2,04

P 0,173

44

Lampiran 2. Data Ukuran Panjang Penis Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 1,25 1,10 1,24 1,11 1,29 1,1980 0,0870 7,26 Kemangi 2,5% 1,30 1,20 1,16 1,15 0,90 1,1420 0,1477 12,93 Kemangi 5,0% 1,16 1,26 1,21 1,29 1,16 1,2160 0,0586 4,82 ------------------------------(cm/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,0149 0,1313 0,1462

KT 0,0074 0,0109

F 0,68

P 0,525

45

Lampiran 3. Data Ukuran Lebar Penis Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 0,25 0,16 0,25 0,30 0,25 0,24200 0,05070 20,95 Kemangi 2,5% 0,24 0,22 0,20 0,20 0,21 0,21400 0,01673 7,82 Kemangi 5,0% 0,21 0,21 0,21 0,18 0,22 0,20600 0,01517 7,36 ------------------------------(cm/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,00357 0,01232 0,01589

KT 0,00179 0,00103

F 1,74

P 0,217

46

Lampiran 4. Data Ukuran Bobot Testis Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey Perlakuan Ulangan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% ------------------------------(gram/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK 0,1925 0,1961 0,1936 0,2803 0,1015 0,19280 0,06325 32,81 0,0938 0,0913 0,0751 0,0785 0,0933 0,08640 0,00889 10,29 0,1085 0,0787 0,0908 0,0994 0,0961 0,09470 0,01102 11,64

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,03502 0,01681 0,05183

KT 0,01751 0,00140

F 12,50

P 0,001

Uji Lanjut Tukey Galat kelompok = 0,0500 Galat individu = 0,0206 Titik kritis = 3,77 Rerata dengan tanda yang sama berbeda nyata 0,0 2,5 0,04331 0,16949 5,0 0,03501 0,16119 -0,07139 0,05479 2,5

47

Lampiran 5. Data Ukuran Panjang Testis Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 0,700 0,690 0,750 0,830 0,785 0,75100 0,05857 7,80 Kemangi 2,5% 0,700 0,710 0,655 0,695 0,705 0,69300 0,02197 3,44 Kemangi 5,0% 0,755 0,630 0,720 0,735 0,735 0,71500 0,04912 6,87 ------------------------------(cm/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,00857 0,02530 0,03387

KT 0,00429 0,00211

F 2,03

P 0,174

48

Lampiran 6. Data Ukuran Lebar Testis Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 0,470 0,460 0,395 0,540 0,410 0,45500 0,05723 12,58 Kemangi 2,5% 0,435 0,455 0,425 0,410 0,465 0,43800 0,02225 5,08 Kemangi 5,0% 0,495 0,430 0,450 0,430 0,440 0,44900 0,02702 6,02 ------------------------------(cm/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,00074 0,01800 0,01874

KT 0,00037 0,00150

F 0,25

P 0,784

49

Lampiran 7. Data Ukuran Panjang Epididimis Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 1,505 1,400 2,085 1,510 2,250 1,750 0,388 22,17 Kemangi 2,5% 1,705 1,915 1,215 2,070 1,740 1,729 0,322 18,62 Kemangi 5,0% 2,190 1,865 2,070 1,745 1,960 1,966 0,173 8,80 ------------------------------(cm/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,1721 1,1382 1,3103

KT 0,0861 0,0948

F 0,91

P 0,430

50

Lampiran 8. Data Ukuran Panjang Vas deferens Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 2,070 1,910 3,060 2,550 2,855 2,489 0,494 19,85 Kemangi 2,5% 2,315 2,350 2,105 2,070 1,980 2,164 0,161 7,44 Kemangi 5,0% 2,745 2,250 2,445 3,035 2,335 2,562 0,324 12,65 ------------------------------(cm/ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,449 1,498 1,947

KT 0,224 0,125

F 1,80

P 0,207

51

Lampiran 9. Data Abnormalitas spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 33,33 22,22 14,29 17,95 34,21 24,4 9,01 36,93 Kemangi 2,5% 27,27 27,91 28,00 29,55 35,71 29,68 3,47 11,69 Kemangi 5,0% 41,18 31,82 21,05 48,65 43,86 37,31 10,97 29,40 ------------------------------(%) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 421,3 853,7 1275,0

KT 210,7 71,1

F 2,96

P 0,090

52

Lampiran 10. Data Viabilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey Perlakuan Ulangan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% ------------------------------(%) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK 21,43 36,00 15,38 35,90 32,00 28,14 9,28 32,98 55,00 47,22 53,66 66,67 29,07 50,32 13,80 27,42 31,71 46,43 25,00 44,83 22,64 34,12 11,03 32,33

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 1317 1593 2910

KT 659 133

F 4,96

P 0,027

Uji Lanjut Tukey Galat kelompok = 0,0500 Galat individu = 0,0206 Titik kritis = 3,77 Rerata dengan tanda yang sama berbeda nyata 0,0 2,5 -41,61 -2,75 5,0 -25,41 13,45 -3,23 35,63 2,5

53

Lampiran 11. Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 70 236 26 149 36 103,4 88,47 85,56 Kemangi 2,5% 34 42 48 81 48 50,60 17,94 35,45 Kemangi 5,0% 57 94 43 44 77 63,00 22,10 35,08 ------------------------------(juta ekor) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 7623 34552 42175

KT 3811 2879

F 1,32

P 0,302

54

Lampiran 12. Data Motilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 40 35 70 65 70 56 17,10 30,54 Kemangi 2,5% 35 60 70 35 70 54 17,82 33,00 Kemangi 5,0% 80 40 35 30 40 45 20,00 44,44 ------------------------------(%) -----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 343 4040 4383

KT 172 337

F 0,51

P 0,613

55

Lampiran 13. Data Gerakan Massa Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam Ulangan Perlakuan Kontrol 1 1 2 3 2 1,8 0,8367 46,48 Kemangi 2,5% 1 2 3 1 2 1,8 0,8367 46,48 Kemangi 5,0% 3 1 1 2 2 1,8 0,8367 46,48 ------------------------------(satuan/ekor) ----------------------------1 2 3 4 5 Rerata SB KK

Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman

Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 0,000 8,400 8,400

KT 0,000 0,700

F 0,00

P 1,000

56

Anda mungkin juga menyukai