Anda di halaman 1dari 7

Kriteria Potensi Lahan Budidaya Laut

Kriteria umum lokasi perairan yang dapat digunakan untuk budidaya laut harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut: (1) Perairan tenang serta terlindung dari arus dan gelombang yang cukup kuat. (2) Kedalaman dan kelandaian dasar perairan. Kedalaman perairan optimum untuk budidaya keramba jaring apung 7 30 meter. Kedalaman perairan kurang dari 7 meter akan menimbulkan masalah lingkungan (kualitas air dari sisa pakan dan kotoran ikan). Sedangkan untuk keramba tancap 1 - 4 meter.
Tabel Baku Mutu Perairan untuk Biota Laut
No. Parameter A. Fisika 1 Kecerahan 2 Kebauan 3 Kekeruhan 4 Padatan Tersuspensi Total 5 Sampah 6 Suhu 7 Lapisan Minyak B. Kimia 1 PH 2 Salinitas 3 Oksigen Terlarut (DO) 4 BOD5 5 Amonia Total (NH3-N) 6 Posfat (PO4-P) 7 Nitrat (NO3-N) 8 Sianida (CN) 9 Sulda (H2S) 10 PAH (Poliaromatik Hidrokarbon) 11 Senyawa Fenol Total 12 PCB Total (Poliklor Bifenil) 13 Surfaktan (Deterjen) 14 Minyak dan Lemak 15 Pestisida 16 TBT (Tributil Tin) 17 Raksa (Hg) 18 Kromium Heksavalen (Cr(IV)) 19 Arsen (As) 20 Kadmium (Cd) 21 Tembaga (Cu) 22 Timbal (Pb) 23 Seng (Zn) 24 Nikel (Ni) C. Biologi 1 Coliform (total) 2 Patogen 3 Plankton D. Radio Nuklida 1 Komposisi yang Tidak Diketahui
Sumber : SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004

Satuan Meter NTU Mg/l C Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l g/l Mg/l MBAS Mg/l g/l g/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l MPN/100 ml Sel/100 ml Sel/100 ml Bq/l

Baku Mutu >3 Alami <5 20 80 Nihil 28 32 Nihil 7 8,5 33 34 >5 20 0,3 0,015 0,008 0,5 0,01 0,003 0,002 0,01 1 1 0,01 0,01 0,001 0,005 0,012 0,001 0,008 0,008 0,05 0,05 1000(g) Nihil Tidak Bloom 4

(3) Dasar perairan (karang, pasir, pasir berlumpur). Dasar perairan sebaiknya sesuai dengan habitat asal komoditas yang akan dibudidayakan. (4) Terhindar dari pengaruh air tawar dari daratan. dara (5) Ada tidaknya terumbu karang. (6) Tidak menimbulkan gangguan terhadap erhada ap alur al a lur pelayaran. pela an, n sehingga seh ehingg gg ga lokasi loka lo kasi si budidaya bud (7) Bebas dari bahan pencemaran, harus jauh dari pem pe mukiman yang yan ya ng padat. pad dat. kawasan industri maupun pemukiman rat at dan a dari dari tempat temp te mpat a pemasok pem ema asok sarana sa (8) Dapat dicapai dari darat produksi budidaya. at t baku ku u mutu mut u u perairan n untuk un u ntu uk k biota bio b io ota laut, t, sebagaimana seba (9) Memenuhi syarat m SK SK Menteri Ment nte eri Ne Nega gara Lin ngk gku unga un g n Hidup Hidup No. No 51 Tahun 2004, tertuang dalam Negara Lingkungan ng gt te erca ant ntum um d ala al am Tabel am el dibawah dib d ib baw awah ini. ini ini. seperti yang tercantum dalam
Tabel Kriteria Kondisi Optimum Perairan untuk Budidaya Beberapa Jenis Komoditas
Parameter Kondisi Perairan A. Kondisi Bio-Fisik Suhu (oC) PH Salinitas () DO (ppm) NH3 (ppm) NO2 (ppm) H2S Bahan Pencemar B. Kondisi Oseanogra Kedalaman (m) Arus Gelombang Angin Air Tawar Substrat Dasar Posisi Tempat Budidaya Kecerahan (%) Kondisi Perairan (Optimum) Untuk Lokasi Budidaya Beberapa Jenis Komoditas/Biota Laut Rumput Ikan Kakap Teripang T. Mutiara Laut Kerapu Putih 28 31 8 8,5 30 33 6 8,5 < 0,1 < 0,1 < 0,1 Tidak Ada 10 80 Kecil Kecil Kecil Tidak Perlu Karang Terlindung 70 100 28 30 8 8,5 30 33 6 8,5 < 0,1 < 0,1 < 0,1 Tidak Ada 7 30 Kecil Kecil Kecil Tidak Perlu Karang Terlindung 60 100 28 30 7,8 8,6 29 31 6 8,5 < 0,1 < 0,1 < 0,1 Tidak Ada 7 30 Kecil Kecil Kecil Sedikit Karang Terlindung 60 100 27 30 8,0 8,5 32 34 6 8,5 < 0,1 < 0,1 < 0,1 Tidak Ada 23 Kecil Kecil Kecil Tidak Perlu Pasir/Pasirberlumpur Terlindung 60 100 28 32 8 8,5 29 32 Tidak Ada 17 Kecil Kecil Kecil Tidak Perlu Pasir/Pasirberlumpur Terlindung 70 100

Sumber : Masterplan Pengembangan Budidaya Air Payau, DJPB-DKP 2003

P E TA S E B A R A N P OT E N S I L A H A N P E R I K A N A N BU D I D AYA D I I N D O N E S I A

Kriteria Budidaya Payau


Pemilihan lokasi lahan untuk pengembangan budidaya air payau harus memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh gabungan beberapa faktor yaitu, kualitas air, pasang surut, ketinggian lahan, iklim, kondisi tanah pantai, hutan bakau, dsb.
Tabel Tolok ukur dan kategori daya dukung lahan pantai untuk pertambakan
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. TOLOK UKUR Tipe dasar pantai Tipe garis pantai Arus perairan Amplitudo Pasut rataan Elevasi Mutu tanah Air Tawar Permukaan air tanah Jalur Hijau Curah hujan KATAGORI DAYA DUKUNG TINGGI Terjal, Karang Berpasir, terbuka Konsistensi tanah stabil Kuat > 21 dm Dapat diairi pada saat Pasang tinggi rataan, Dapat dikeringkan total pada saat surut rendah rataan Tekstur, sandy clay-loam, tidak bergambut, tidak pirit Dekat sungai dengan mutu air dan jumlah memadai Di bawah LLWL Memadai < 2000 mm SEDANG Terjal, karang berpasir/ sedikit berlumpur, terbuka Sama dgn katogeri tinggi Sedang 11-21 dm Sama dengan katagori tinggi Tekstur, sandy clay-loam, tidak bergambut, kandungan pirit rendah Sama dengan katagori tinggi Diantara MLWL dan LLWL Memadai 2000-2500 mm RENDAH Sangat Landai, berlumpur tebal berupa teluk/ laguna Konsistensi tanah sangat tinggi Lemah < 11 dm Di bawah rataan surut rendah, sulit dikeringkan secara gravitasi Tekstur clayloam, bergambut, kandungan pirit tinggi Dekat sungai tetapi tingkat siltrasi tinggi atau air gambut Diatas MLWL Tipis/tanpa jalur hijau > 2500 mm

Sumber : Poernomo A., Pemilihan Lokasi Tambak Berwawasan Lingkungan, 1997. (Masterplan Pengembangan Budidaya Air Payau, DJPB-DKP 2003).

Tabel Persyaratan mutu air dalam tambak budidaya komoditas udang PARAMETER Suhu Salinitas Kekeruhan (partikel tanah) Kecerahan (plankton) DO (dasar tambak saat kritis) Alkalinitas pH : - tanpa probiotik - dengan probiotik NH4+3(Total Amonium) NH3 NO2 H2S SATUAN o C ppt FTU cm ppm ppm KISARAN/ AMBANG BATAS 26-33 10-35 150 25-60 3-12 75-200 7,5-8,7 7,0-8,2 1.0 0,25 0,25 0,25 OPTIMUM 29-31 15-25 20-30 30-40 4-7 100-150 8,0-8,5 7,5-8,0 0.1 0 0 0

ppm ppm ppm ppm

Sumber : Poernomo A., Pemilihan Lokasi Tambak Berwawasan Lingkungan, 1997. (diperbaiki sesuai dengan perkembangan teknologi).

P E TA S E B A R A N P OT E N S I L A H A N P E R I K A N A N BU D I D AYA D I I N D O N E S I A

Kriteria Budidaya Air Tawar


Ekosistem air tawar Indonesia yang terletak di daerah tropis dengan bentuk kepulauan, mempunyai keunikan dan potensi yang sangat besar bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang terletak di daratan (benua). Beberapa ekosistem perairan umum seperti danau terbentuk dari hasil proses vulkanik dan tektonik dan dicirikan dengan perairan yang dalam dan luas serta banyak ditemukan jenis-jenis ikan endemik (Lampiran 1-7). Beberapa perairan umum yang sangat potensial di Indonesia adalah ekosistem danau, situ, waduk, sungai, rawa, kolam dan sawah yang saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan air tawar. Kriteria umum potensi lahan budidaya air tawar harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : 1. Tersedia sumber air tawar sepanjang tahun 2. Kemiringan lereng tidak lebih dari 2% 3. Aksebilitas tersedia 4. Curah hujan > 2.000 mm/tahun 5. Tanah kolam tidak poros 6. Bebas pencemaran 7. Bebas dari bahaya banjir Seperti telah dijelaskan di atas, sumberdaya perairan tawar sebagai wadah budidaya air tawar adalah kolam, sawah dan perairan umum yang mencakup danau, waduk, rawa dan sungai. Sesuai dengan perkembangan teknologi budidaya sampai saat ini maka budidaya secara garis besar dapat dikelompokkan pada dua tipe. Pertama, budidaya yang bertumpu pada ketersediaan makanan alami, sehingga limiting factor atau faktor pembatas daya dukungnya adalah kesuburan perairan dan luas lahan. Dengan perkataan lain, potensinya dinyatakan dalam luas lahan karena faktor kesuburan dapat diubah dengan adanya teknologi pemupukan. Kedua, budidaya yang bertumpu pada makanan buatan atau pellet sehingga faktor pembatasnya adalah oksigen yang tersedia di air bagi ikan untuk memanfaatkan pelet tersebut. Dengan
P E TA S E B A R A N P OT E N S I L A H A N P E R I K A N A N BU D I D AYA D I I N D O N E S I A

perkataan lain, daya dukung perairan untuk budidaya ditentukan oleh oksigen yang dikandungnya berupa debit (untuk air mengalir) dan volume genangan (untuk air stagnant) dikalikan oksigen terlarutnya. Untuk ikan-ikan pada umumnya (non-labyrinth) membutuhkan 200 gram oksigen untuk memanfaatkan 1 kg pellet dan nilai inilah yang selanjutnya digunakan untuk menghitung daya dukung danau, waduk dan sungai. Berapa banyak pellet yang bisa dihabiskan dalam satu hari dikonversi menjadi kebutuhan KJA/KA per bulan dan jumlah KJA/KA bisa ditentukan. Khusus untuk KJA di waduk atau danau maka sebagian limbahnya dihitung untuk menentukan jumlah ikanikan waste basis yang bisa dihasilkan, sebagian lagi limbahnya harus dibersihkan dengan ikan-ikan yang ada diluar jaring atau culture base sheries. Hal ini sama persis dengan pembersihan limbah KJA/KA di sungai.

10

Hasil Analisis Potensi Lahan Budidaya Laut


Berdasarkan kriteria di atas dan data-data yang dimiliki, maka dalam penyusunan Peta Sebaran Potensi Lahan Perikanan Budidaya Laut dihasilkan dari beberapa parameter, antara lain: 1. Kedalaman laut < -30 meter 2. Terbebas dari Alur Pelayaran 3. Perairan yang tenang serta terlindung dari arus dan gelombang yang cukup kuat 4. Terbebas dari kawasan konservasi/lindung 5. Sesuai dengan kebijakan lokal Hasil wilayah Potensi Budidaya Laut ini terbagi menjadi 2 kriteria, yaitu: a. Wilayah yang dapat dimanfaatkan sepanjang tahun b. Wilayah yang hanya dapat dimanfaatkan selama 6 (enam) bulan
Tabel Hasil Analisa Potensi Lahan Budidaya Laut Berdasarkan Provinsi di Indonesia Luas Potensi (Ha) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Jogjakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Sepanjang Tahun 111.626 324.195 138.052 178.326 528.825 126.636 29.271 239.599 92.116 3.092 7.155 20.354 97.417 92.624 14.163 148.942 211.696 326.529 161.767 205.552 595.443 11.579 26.151 237.250 31.423 117.099 282.793 181.584 140.952 108.964 1.027.011 Setengah Tahun 185.472 639.395 266.517 238.787 555.432 38.799 290.573 8.140 117.758 373.348 193.181 304.662 32.610 22.077 399.913 430.995 365.182 30.241 9.900 222.662 2.112 423.529 114.122 525.154 518.233 TOTAL 111,626 324,195 323,524 178,326 1,168,220 393,153 268,058 795,031 38,799 382,689 11,232 124,913 393,702 290,598 397,286 46,773 171,019 211,696 726,442 592,762 570,734 595,443 41,820 36,051 459,912 33,535 540,628 396,915 706,738 140,952 108,964 1,545,244

P E TA S E B A R A N P OT E N S I L A H A N P E R I K A N A N BU D I D AYA D I I N D O N E S I A

11

Hasil Analisis Potensi Lahan Budidaya Air Payau


Berdasarkan kriteria di atas dan data-data yang dimiliki, maka dalam penyusunan peta sebaran Potensi Lahan Perikanan Budidaya Payau dihasilkan dari beberapa parameter, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Elevasi (0 10 meter) Kedekatan dengan sumber air laut Kedekatan dengan sumber air tawar Kemiringan/slope (< 5%) Kesesuaian dengan Curah Hujan Kesesuaian dengan tataguna lahan/landuse Terhindar dari wilayah industri/potensi pencemar Sesuai dengan kebijakan lokal Terbebas dari kawasan konservasi/lindung
Tabel Hasil Analisa Potensi Lahan Budidaya Air Payau Berdasarkan Provinsi di Indonesia NO PROVINSI LUAS AREA POTENSI PAYAU ( Ha ) Prioritas I Prioritas II Prioritas III 21.487 77.547 72.005 17.855 73.358 74.062 4.848 33.031 16.319 6.491 98.250 76.249 7.537 73.238 19.778 3.996 23.138 27.425 3.130 36.840 47.214 3.624 55.602 32.022 1.724 14.885 10.023 4.654 36.502 31.868 156 560 35 7.938 5.503 6.687 25.891 33.481 43.990 11.131 49.436 49.816 0 0 0 12.553 127.635 50.729 604 5.006 1.046 4.027 38.398 7.906 1.234 45.922 9.297 7.183 79.359 73.333 1.866 63.175 31.275 4.699 47.692 47.007 55.672 178.071 85.660 2.508 11.307 3.482 3.560 8.745 8.127 13.265 54.282 23.415 4.089 19.143 11.403 18.624 81.442 64.009 10.227 48.703 25.816 4.280 64.844 13.999 454 34.201 6.463 4.432 85.724 74.450 2.392 33.592 8.075 195.229 1.004.849 616.946 LUAS TOTAL (Ha) 171.039 165.275 54.197 180.990 100.553 54.559 87.185 91.248 26.632 73.024 751 20.128 103.362 110.383 0 190.917 6.657 50.331 56.453 159.875 96.316 99.397 319.403 17.297 20.432 90.962 34.635 164.075 84.746 83.122 41.118 164.606 44.059 1.817.025

Hasil Analisa Potensi Lahan Budidaya Air Payau terbagi menjadi 3 Prioritas Pengembangan, yaitu : a. Prioritas I b. Prioritas II c. Prioritas III

1 NAD 2 SUMUT 3 SUMBAR 4 RIAU 5 KEPRI 6 JAMBI 7 SUMSEL 8 BABEL 9 BENGKULU 10 LAMPUNG 11 DKI 12 BANTEN 13 JABAR 14 JATENG 15 DIY 16 JATIM 17 BALI 18 NTB 19 NTT 20 KALBAR 21 KALTENG 22 KALSEL 23 KALTIM 24 SULUT 25 GORONTALO 26 SULTENG 27 SULBAR 28 SULSEL 29 SULTERA 30 MALUKU 31 MALUT 32 PAPUA 33 IRJABAR LUAS TOTAL POTENSI PAYAU

P E TA S E B A R A N P OT E N S I L A H A N P E R I K A N A N BU D I D AYA D I I N D O N E S I A

12

Hasil Analisis Potensi Lahan Budidaya Air Tawar


Dalam peta sebaran potensi lahan perikanan budidaya ini, potensi lahan Budidaya Air Tawar tergambarkan melalui adanya perairan umum seperti sungai, waduk/ Bendungan, situ, rawa, dsb, serta lokasi-lokasi Balai Benih Ikan Sentral (Provinsi), Balai benih Ikan dan Unit Perbenihan Rakyat (Kabupaten). Luas Lahan Usaha Budidaya Air Tawar Per Propinsi
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatra Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Luas Lahan Berdasarkan Jenis Budidaya Kolam (Ha) 3.391 5.940 63.730 3.497 22.352 1.035 10.055 87 212 10.028 118 1.874 19.928 68.912 1.067 2.130 496 4.637 304 2.539 359 545 6.366 2.377 66 1.401 129 4.540 1.146 420 1.081 1.128 Keramba (M2) 12.000 16.967 177.243 1.788 24.905 3.000 12.750 55.590 20.000 187.320 31.000 4.000 73.110 121.800 557.900 421.000 95.969 115.655 51.810 30.000 2.440 600 15.500 4.600 34.540 KJA (M2) 70.000 159.640 318.382 672 112.321 6.490 3.300 3.570 123.100 3.720 5.673.600 40.000 5.000 107.528 53.000 15.800 33.000 30.319 68.626 523.330 7.250 2.100 Sawah (Ha) 2.607 2.577 19 6.422 6.890 2.257 6.490 42.149 5.655 805 37.456 247 1.303 123 151 1.665 4 3.639 7.485 -

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya 2008

P E TA S E B A R A N P OT E N S I L A H A N P E R I K A N A N BU D I D AYA D I I N D O N E S I A

13

UPT UPTD

: 13 Unit : BBIS = 32 unit, BBIP = 23 unit, BBU/BBUG = 34 unit, BBI = 442 unit Hatchery : Udang = 264 Unit, Bandeng = 7 unit, Ikan Laut = 76 unit UPR/HSRT : Air Tawar = 2.883 unit, Udang = 521 unit, Bandeng = 1947 unit

P E TA S E B A R A N P OT E N S I L A H A N P E R I K A N A N BU D I D AYA D I I N D O N E S I A

14

Anda mungkin juga menyukai