Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

ACARA IV PENAKSIRAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA

Disusun Oleh : Nama : Muhamad Fitriyadi (11610)

Ahmad Yudis Mahardhika (11648) Brianti Ayumistalsi Harya Friendita Mahisa Marchantia S. Gol / kel Asisten : B1 / 2 : Yuli Eko Riyanto (11739) (11742) (11853)

LABORATORIUM HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

ACARA IV PENAKSIRAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon berbatang lurus dan termasuk dalam famili Palmae. Tanaman kelapa (Cocos nicifera L.) merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Seluruh bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, yaitu akar, batang, daun, buah, dan bijinya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Untuk meningkatkan produksi baik dalam rangka mencukupi kebuthan nasional dan untuk ekspor perlu dilakukan rehabilitasi termasuk peremajaan dan perluasan areal. Tanaman kelapa sangat sensitif terhadap persaingan dengan gulma terutama umur 3-4 tahun. Pertumbuhan gulma di sekitar tanaman kelapa mempunyai beberapa pengaruh yang merugikan seperti gulma dapat menekan pertumbuhan tanaman kelapa karena gulma menjadi pesaing bagi tanaman dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh (Setyamidjadja, 1985). Sebagian besar pertanaman kelapa rakyat belum memenuhi standar budidaya, sehingga produktivitasnya rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh

pemeliharaan yang kurang dan rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa.

B. Tujuan 1. Mengetahui susunan dan sifat karakteristik buah kelapa. 2. Memilih buah kelapa yang baik untuk bahan tanam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa merupakan tananam perkebunan dengan area pertanaman terluas di Indonesia, jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit. Luas area penanaman kelapa mencapai 3.7 juta hektar dan terdiri atas kebun kelapa dalam dan kelapa hibrida yang dengan pemeliharaan intensif dapat mencapai hasil produksi 2.5 ton per hektar per tahun dan 4 ton per hektar per tahun (Towaha et al., 2008). Menurut Syamsulbahri (2006), di Indonesia tanaman kelapa dibedakan kedalam 3 golongan, yaitu : 1. Kelapa Tinggi atau Kelapa Dalam (Tall Coconut) Kelapa dengan batang yang tinggi, yaitu sekitar 25 meter. Penyerbukan terjadi secara silang dan mulai berbuah pada umur lebih dari 6 tahun dan buahnya berukuran besar. 2. Kelapa Genjah atau Kate (Dwarf Coconut) Kelapa dengan batang pendek 1 - 4m atau lebih, penyerbukan sendiri dan mulai berbuah pada usia 3-4 tahun serta memiliki buah dengan ukuran kecil 3. Kelapa Hibrida Kelapa hibrida dihasilkan dari persilangan kelapa genjah sebagai induk betina dan kelapa dalam sebagai induk jantan. Komponen buah kelapa terdiri atas sabut sebanyak 35%, tempurung 12%, daging buah 28%, dan air 25%. Berbagai komponen buah kelapa ini sangatlah penting karena merupakan hal yang diwariskan oleh tanaman tetua kepada keturunannya (Novarianto et al., 1988). Sebagian besar kebun kelapa rakyat memiliki produktivitas yang rendah. Produktivitas tanaman kelapa sampai dengan tahun 2005 baru mencapai 0,62-1,67 ton kopra per hektar per tahun atau setara 2.500-6.500 butir kelapa. Produktivitas kelapa menurun sejalan dengan meningkatnya umur tanaman. Lebih lanjut, rendahnya produktivitas kelapa antara lain disebabkan oleh fungsi akar yang menurun dan batang yang terlalu tinggi. Potensi produksi kelapa dalam unggul yang sudah dilepas berkisar antara 2,8-3,3 ton kopra/ha/tahun (Effendi, 2008).

III. METODOLOGI

Praktikum acara IV yang berjudul Penaksiran Produktivitas Tanaman Kelapa dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta serta di kebun kelapa milik petani responden (Ibu Imah) yang beralamat lengkap di Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo (untuk lapangan) pada hari Senin tanggal 14 Mei 2012 dan 21 Mei 2012. Bahan yang diperlukan adalah kebun kelapa milik petani di DIY (Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo). Alat yang digunakan adalah meteran, penggaris segitiga, alat tulis, dan kendaraan. Langkah- langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah datang ke kebun petani responden (Ibu Imah) yang beralamat lengkap di Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo. Kemudian, dilakukan wawancara dengan petani dengan point pertanyaan sebagai berikut : 1). identitas petani (nama, umur, alamat, pekerjaan), 2). luas halaman (lahan yang ditanami kelapa) serta jumlah pohon kelapa yang dimiliki, 3). teknis budidaya (asal bibit, penanaman, jarak tanam, pemeliharaan, pemanenan, dan pasca panen). Setelah wawancara selesai, 3 sampel tanaman kelapa yang ada disana diambil/diminta dan parameter berikut diamati : a). jenis tanaman kelapa (dalam, genjah, hibrida, gading, dsb), b). tinggi tanaman, c). jumlah janjang per pohon, d). jumlah buah per janjang, e). perkiraan waktu panen yang akan datang. Langkah terakhir adalah produktivitas tanaman kelapa milik petani tersebut (dalam satuan butir kelapa per pohon per tahun) diamati dan diperkirakan.

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Wawancara 1. Identitas Petani : a) Nama b) Umur c) Alamat d) Pekerjaan 2. Luas Lahan : Ibu Imah : 35 Tahun : Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo. : Ibu Rumah Tangga : 600 m2

3. Jumlah pohon kelapa yang dimiliki : 5 pohon 4. Teknis Budidaya a) Asal Bibit : : Bibit Kelapa Hibrida berasal dari program pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu program KB. Bibit kelapa dalam dan kelapa gading berasal dari persemaian sendiri. b) Penanaman : Penanaman dalam bentuk tunas kelapa, ditanam di halaman atau kebun rumah dengan jarak antar pohon 3-5 m. c) Jarak Tanam d) Pemeliharaan : Jarak antar pohon 3 m. : Tidak ada pemeliharaan khusus, hanya dilakukan pembersihan seperti pembersihan daun-daun yang rontok dan rumput yang tumbuh di sekitar pohon. e) Pemanenan : Tidak ada jadwal pemanenan buah rutin. Buah tidak dipanen sendiri, akan tetapi dipanen oleh orang lain yang ingin menjualnya ke pasar (istilah dalam bahasa jawa adalah ditebas). Pemanenan juga dilakukan untuk daun kelapa. Pemanenan daun tersebut juga tidak terdapat jadwal rutin, hanya pada waktu-waktu tertentu saja. f) Pascapanen : Penjualan buah kelapa ke pasar dengan sistem tebas (Rp 2500,00- Rp 4000,00 per buah) Kelapa yang jatuh atau tua diolah menjadi minyak goreng. Daun kelapa dimanfaatkan untuk pembuatan janur dan sapu lidi (Rp 3000,00 per sapu lidi).

B. Hasil Pengamatan Lapangan Kebun Kelapa Bu Imah Jumlah Pohon Kelapa = 5 pohon, terdiri dari : 1) 2 pohon kelapa hibrida 2) 2 pohon kelapa dalam 3) 1 pohon kelapa gading

Tabel 1 : Tabel pengamatan tinggi pohon kelapa, diameter batang, jumlah janjang per pohon, dan jumlah buah per janjang Parameter x Diamater Batang Jumlah Janjang/Pohon Jumlah Buah/Janjang Rata-Rata Jumlah Buah/Janjang 9 9 6 3 Hibrida 1 12 m 87 cm Hibrida 2 12 m 87 cm Dalam 18,5 m 91 cm Gading 6,5 m 60 cm

11

9, 10, 10, 8

7, 10 ,7, 9

6, 7, 5

4, 1, 5, 2, 3, 4, 2

Menggunakan penggaris segitiga dengan panjang alas 30 cm dan tinggi 18 cm

Penggaris Segitiga

x Pohon Kelapa

18 cm Tinggi Mata Pengamat 30 cm y

Contoh Perhitungan Tinggi Pohon Kelapa Hibrida 1 : Hibrida 1 : m

Tinggi Mata Pengamat = 153 cm = 1,53 m Tinggi Pohon Kelapa Hibrida 1 = 7,2 m + 1,53 m = 8,73 m

Contoh Perhitungan Produktivitas Tanaman Kelapa Hibrida 1 tiap Tahun dalam Lahan = Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun = 9 x 8 x 4 = 288 butir/pohon/tahun

V. PEMBAHASAN

Tanaman kelapa (Cocos nicifera L.) merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Seluruh bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, yaitu akar, batang, daun, buah, dan bijinya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Tanaman kelapa termasuk jenis palmae yang berumah satu (monoceous), bunga jantan dan bunga betina keduanya terdapat dalam sartu manggar (tandan). Pada kelapa dalam umumnya bunga betina mekar setelah bunga jantan gugur. Dengan demikian pembentukan buah terjadi dengan penyerbukan silang. Pada kelapa genjah masaknya buah jantan bersamaan dengan bunga betina pada manggar yang sama (Thampan, 1981). Kelapa (Cocos nucifera) termasuk familia Palmae dibagi tiga : (1) Kelapa dalam dengan varietas Viridis (kelapa hijau), Rubescens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis), (2) Kelapa genjah dengan varietas Eburnea (kelapa gading), varietas Regia (kelapa raja), Pumila (kelapa puyuh), Pretiosa (kelapa raja malabar), dan (3) Kelapa Hibrida. Menurut Suhardiono (1993), varietas tanaman kelapa dibagi menjadi 2 macam, yaitu : 1. Varietas dalam Varietas ini berbatang tinggi dan besar, tingginya mencapai 30 meter atau lebih. Kelapa dalam mulai berbuah agak lambat, yaitu antara 6-8 tahun setelah tanam dan umurnya dapat mencapai 100 tahun lebih. Keunggulan varietas ini adalah produksi kopranya lebih tinggi. 2. Varietas hibrida Kelapa varietas hibrida diperoleh dari hasil persilangan antara varietas genjah dengan varietas dalam. Hasil persilangan itu merupakan kombinasi sifat-sifat yang baik dari kedua jenis varietas asalnya. Kelapa genjah mempunyai kelemahan antara lain peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang baik, berbuah lebat tetapi mudah dipengaruhi fluktuasi iklim, ukuran buah relatif kecil, kadar kopranya rendah yakni hanya sekitar 130 gr per buah, dan kadar minyaknya 65% dari bobot kering daging buah. Sedangkan sifatsifat unggul yang dimiliki oleh kelapa hibrida adalah lebih cepat berbuah (sekitar 3-4 tahun setelah tanam) dan produksi kopra tinggi.

Daging buah kelapa terdiri dari tiga bagian (Setyamidjaja, 2003) : a. Epicarp, yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras, dan tebalnya lebih kurang 1/7mm b. Mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini terdiri dari serat yang keras tebalnya 3-5cm. c. Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras sekali. Tebalnya 3-6mm. Bagian dalam melekat pada kulit luar dari biji/ endosperm d. Putih lembaga atau endosperm yang tebalnya 8-10 mm. Terdapat satu jenis kelapa lagi yang bisa disebut unik, yaitu kelapa kopyor. Kelapa kopyor merupakan jenis kelapa yang bernilai ekonomi tinggi. Kelapa yang diduga hasil mutasi alam ini memiliki daging buah yang tidak normal, yaitu lunak dan rasanya gurih, sehingga dimanfaatkan sebagai campuran es dan bahan baku es krim. Tanaman kelapa unik ini ditemukan di beberapa sentra produksi kelapa di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yang memiliki beberapa populasi unggulan kelapa kopyor (Anonim, 2010). Menurut Warisno (1998), tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia yaitu bila kandungan air tanah sama dengan laju evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia. Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik dan keadaan penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi (3-50%) harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi, mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang mengalami erosi. Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap kebun kelapa yang terletak pada kabupaten Kulon Progo. Kebun Kelapa yang diamati adalah milik Ibu Imah (35 tahun) yang beralamat lengkap di Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo. Bantar adalah sebuah desa di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Lokasi Bantar, Sentolo, berada di 7 49' 55" LS dan 110 13' 2" BT. Bantar berada di dataran rendah. Bantar terletak di ketinggian hanya 50 meter diatas permukaan laut. Desa Bantar beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis. Suhu udaranya yaitu

berkisar antara 25 34oC. 8. Curah hujan rata-rata di daerah bantar = 120 mm/tahun dan kelembaban udara sekitar 76%. Tingkat kemiringan lahan juga rendah (topografinya rata). Pohon kelapa yang dimiliki oleh Ibu Imah berjumlah 5 pohon, yaitu 2 pohon kelapa hibrida, 2 pohon kelapa dalam, dan 1 pohon kelapa gading (termasuk kelapa genjah). Kelima pohon tersebut ditanam di pekarangan rumah, dengan jarak antar pohon kelapa terdekat 3-5 m dan luas pekarangan atau lahan 600 m2. Kelima pohon kelapa tersebut ditanam dalam bentuk bibit. Bibit pohon kelapa hibrida didapatkan dari pemerintah melalui program KB. Pada saat itu, Presiden Soeharto mencanangkan pemberian bibit pohon kelapa untuk keluarga yang ikut KB dengan tujuan meluaskan areal penanaman pohon kelapa hibrida pada lahan pekarangan dalam rangka peningkatan produksi kelapa hibrida. Selain itu, tujuan diberikannya bibit pada keluarga berencana adalah untuk meningktkan gizi dan pendapatan masyarakat/keluarga. Bibit pohon kelapa dalam dan kelapa gading diperoleh dari persemaian sendiri. Persemaian dilakukan pada biji yang didapat oleh orang tua dari Ibu Imah.

Pekarangan

Rumah

Gambar 1 : Letak Pohon Kelapa di Pekarangan Rumah Responden

Keterangan : = pohon kelapa hibrida = pohon kelapa dalam = pohon kelapa gading

Pohon kelapa yang ditanamn tersebut sudah turun temurun, dari orang tua Ibu Imah, sampai sekarang Ibu Imah sendiri yang masih memeliharanya. Ibu Imah (responden) tidak melakukan pemeliharaan khusus pada kelima pohon kelapanya. Hal tersebut disebabkan

pohon kelapa memang tidak memerlukan perlakuan pemeliharaan yang terlalu ekstra karena pohon kelapa memiliki daya adaptasi tinggi pada berbagai jenis lingkungan. Pemeliharaan hanya dilakukan sebatas pembersihan seperti pembersihan daun-daun yang rontok dan rumput yang tumbuh di sekitar pohon. Meskipun pohon kelapa dibiarkan begitu saja, pohon kelapa milik responden tetap tumbuh dan dapat menghasilkan. Kelapa hibrida dapat menghasilkan 8-11 janjang per pohon dan 8-10 buah per janjang. Kelapa dalam dapat menghasilkan 7 janjang per pohon dan 6 buah per janjang. Kelapa gading dapat menghasilkan 7 janjang per pohon dan 3 buah per janjang. Kelapa tersebut dapat berbuah dalam waktu 3-4 bulan sekali sehingga dalam satu tahun dapat dilakukan 3-4 pemanenan. Sayangnya, buah kelapa yang dihasilkan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh responden. Buah kelapa tidak dipanen secara rutin oleh responden. Pemanenan malah dilakukan oleh orang lain ang ingin menjualn a ke pasar (istilah dalam bahasa jawa adalah ditebas). Pada umumnya, pada saat penjualan tebasan dilakukan tawar menawar harga oleh penebas dan pemilik pohon kelapa. Pemilik dapat menentukan harga wajar bagi penebas. Selanjutnya, hasil tebasan tersebut oleh penebas dijual kembali ke pasar dengan harga yang lebih tinggi. Harga kelapa di pasar berkisar antara Rp 2500,00- Rp 4000,00 per buah. Pemanenan juga dilakukan terhadap daun kelapa. Daun kelapa dimanfaatkan untuk pembuatan janur (yang masih muda) dan pembuatan sapu lidi. Untuk pembuatan janur, pemanenan hanya dliakukan pada waktu-waktu tertentu saja, misal pada saat ada hajatan di kampung tersebut (tidak dibeli, hanya konsumsi sendiri). Untuk pembuatan sapu lidi juga tidak rutin dilakukan, hanya pada saat perlu dan ingin saja. Harga sapu lidi yang dijual di pasar berkisar antara Rp 3000,00- Rp 4000,00 per sapu. Teknik budidaya yang dilakukan responden kurang sesuai. Teknik budidaya yang dilakukan sudah memperhatikan jarak tanam serta ada pemiliharaannya, tetapi hanya sederhana (tanpa pemeliharaan khusus). Selain itu, dalam pemanenan buah kelapa juga tidak tepat waktu hanya kadang-kadang saja buah kelapa dipanen. Dari hasil penaksiran produktivitas kelapa, dapat ditaksirkan bahwa produktivitas tanaman kelapa hibrida tiap tahun dalam lahan adalah sebesar 288-396 butir/pohon/tahun, produktivitas tanaman kelapa dalam tiap tahun dalam lahan adalah sebesar 168 butir/pohon/tahun, dan produktivitas tanaman kelapa gading tiap tahun dalam lahan adalah sebesar 84 butir/pohon/tahun. Produktivitas kelapa tersebut kurang maksimal padahal keadaan lahan di daerah bantar sudah sesuai (topografi, pH, suhu, kelembababn, dan iklim)

untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemeliharaan yang baik dari pemilik. Kelapa genjah harusnya dapat menghasilkan jumlah buah kelapa yang lebih banyak dari jumlah tersebut diatas, yaitu maksimal 500 butir/pohon/tahun. Kelapa gading di kebun responden juga menghasilkan jumlah buah per janjang sedikit (ratarata hanya 3 buah per janjang). Kelapa hibrida yang seharusnya mempunyai kualitas hidup lebih baik dan dapat menghasilkan produk lebih baik, juga tidak menghasilkan produk yang maksimal (hanya 168 butir/pohon/tahun). Dari pengamatan tersebut dapat secara garis besar pemanfaatan kelapa di daerah Bantar, Senotolo, Kulon Progo menghasilkan produktivitas yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang dan rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa. Produk pohon kelapa hanya djadikan sebagai produk sampingan saja, hanya digunkan sewaktu-waktu apabila membutuhkan.

VI. KESIMPULAN

1. Tanaman Kelapa dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu kelapa genjah, kelapa dalam, dan kelapa hibrida. 2. Produktivitas tanaman kelapa di kebun kelapa milik responden (Ibu Imah), Bantar, Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta dalam satu satuan luas lahan per satu satuan waktu tergolong rendah. 3. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang dan rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa. 4. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kelapa tersebut antara lain adalah : a. keadaan tanaman yang sudah terlalu tua, b. sistem bercocok tanam yang tidak memenuhi persyaratan teknis, c. pemeliharaan tanaman yang kurang diperhatikan, d. rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa.

LAMPIRAN

Perhitungan Tinggi Pohon Kelapa : Hibrida 1 : m Hibrida 2 : m Dalam : m Gading : m

Tinggi Mata Pengamat = 153 cm = 1,53 m Tinggi Pohon Kelapa Hibrida 1 dan 2 = 7,2 m + 1,53 m = 8,73 m Tinggi Pohon Kelapa Dalam = 11,1 m + 1,53 m = 12,63 m Tinggi Pohon Kelapa Gading = 3,9 m + 1,53 m = 5,43 m

Perhitungan Produktivitas Tanaman Kelapa : Produktivitas Tanaman Kelapa Hibrida 1 tiap Tahun dalam Lahan = Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun = 9 x 8 x 4 = 288 butir/pohon/tahun

Produktivitas Tanaman Kelapa Hibrida 2 tiap Tahun dalam Lahan = Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun = 9 x 11 x 4 = 396 butir/pohon/tahun

Produktivitas Tanaman Kelapa Dalam tiap Tahun dalam Lahan = Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun = 6 x 7 x 4 = 168 butir/pohon/tahun

Produktivitas Tanaman Kelapa Gading tiap Tahun dalam Lahan = Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun = 3 x 7 x 4 = 84 butir/pohon/tahun

Gambar 2 : Sekolah Dasar yang paling dekat dengan lahan pengamatan beserta alamatnya

Gambar 3 : Pengukuran tinggi pohon dengan penggaris segitiga

Gambar 4 : Pengkuran tinggi pohon dengan meteran

Gambar 5 : Praktikan dengan responden (Ibu Imah) di kebun kelapamya

Gambar 6 : Praktikan dengan responden (Ibu Imah) di kebun kelapanya

Gambar 7 : Praktikan

Anda mungkin juga menyukai