Anda di halaman 1dari 31

REFERAT PSIKOPATOLOGI GANGGUAN JIWA

Diajukan kepada dr. Tri Rini Budi Setyaningsih, Sp.KJ.

Disusun oleh : Yuli Lestari Kartiwan Adhitya Yudha Maulana Dimas Gatra Diantoro Muhamad Ikbal G1A211006 G1A211007 G1A211008 G1A211009 G1A211010

SMF ILMU PENYAKIT JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO 2012

HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT PSIKOPATOLOGI GANGGUAN JIWA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSUD Margono Soekarjo

Disusun oleh : Yuli Lestari Kartiwan Adhitya Yudha Maulana Dimas Gatra Diantoro Muhamad Ikbal G1A211006 G1A211007 G1A211008 G1A211009 G1A211010

Telah Dipresentasikan Pada tanggal : Maret 2012

Menyetujui,

dr. Tri Rini Budi Setyaningsih, Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN

Dengan kemajuan zaman, problem-problem pribadi dan sosial dalam kehidupan manusia bukannya berkurang, tetapi sebaliknya, bahkan bertambah sehingga mengganggunya untuk mencapai kebahagiaan. Perang (dalam maupun luar negeri), masalah ekonomi, perilaku anti sosial (perampokan, penganiayaan, perkosaan, dan sebagainya), ketidakserasian penerapan hukum dan peraturan, hidup berkeluarga yang bermasalah (percekcokan, perceraian, kekerasan dalam keluarga, hidup bersama tanpa nikah, dan sejenisnya) semuanya menambah disilusi (kekecewaan yang mendalam), kesulitan atau ketidakmampuan untuk menegakkan nilai-nilai sosial kultural dan melaksanakan program yang berorientasi filsafat sosial. Semuanya secara bertumpuk-tumpuk memicu konflik dan stres (ketegangan yang tidak pernah reda secara spontan). Situasi seperti itu mengakibatkan kondisi maladjustment (keadaan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan), yang dinyatakan secara jasmaniah (seperti kondisi sakit atau kurang sehat hingga terpaksa tidak masuk bekerja atau bekerja tidak efektif) atau melahirkan perilaku menyimpang, yaitu kepribadian yang agak aneh hingga kurang diterima oleh lingkungan karena dinilai kurang wajar (Setyonegoro, 2005). Gangguan jiwa atau kelainan di bidang kejiwaan pada dasarnya merupakan gangguan dari berbagai aspek kepribadian, misalnya: aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau perbuatan, kehidupan afektif, proses pikir dan sebagainya. Gangguan jiwa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Pandangan dari sudut psikopatologi, sudut kebudayaan, sudut keseimbangan lingkungan, dan pandangan dari sudut kaidah ajaran agama. Psikopatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari proses dan

perkembangan gangguan mental. Perkembangan penanganan gaangguan mental berkembang mulai dari zaman kuno (Yuhani) hingga zaman sekarang (modern). Menurut pandangan dari sudut pandang psikopatologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari keadaan sakit atau gangguangangguan penyakit yang jelas kelihatan dari gejala klinisnya.

Referat ini dibuat sebagai referensi tambahan dalam mengetahui proses terjadinya beberapa gangguan kejiwaan yang sering terjadi di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Jiwa Gangguan jiwa adalah gangguan fungsi luhur otak (kognitif, afektif dan psikomotor) yang mengakibatkan distress atau rasa tidak nyaman bagi dirinya sendiri atau orang lain serta menimbulkan disabilitas atau hendaya fungsi sosial dan peran. Gangguan jiwa merupakan jenis gangguan yang memperlihatkan gejala klinik yang bermakna yang bisa berupa syndrom psikologis atau syndrom perilaku yang menimbulkan penderitaan pada orang yang bersangkutan dan orang tersebut mengalami gangguan fungsi dalam pekerjaan, sosial, dan perawatan diri. Gangguan jiwa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang ; Pandangan dari sudut psikopatologi, pandanan dari sudut kebudayaan, pandangan dari sudut keseimbangan linkungan, pandangan dari sudut kaidah keagamaan. Menurut pandangan dari sudut psikopatologi, gangguan jiwa maupun tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari keadaan sakit atau gangguangangguan penyakit yang jelas kelihatan dari gejala klinisnya. Menurut pandangan dari sudut kebudayaan tingkah laku dan sikap seseorang dianggap normal atau abnormal, disesuaikan dengan sekeliling sosial ( kebudayaan setempat ) dimana dia hidup dan bergerak. Saat in sudut kebudayaan mengalami kesamaran terutama setelah dunia mengalami era global. Pandangan dari sudut keseimbangan lingkungan orang dikatakan normal atau abnormal jika bisa beradaptasi secara seimbang dengan alam lingkungannya. Alam dan lingkungan ada yang lestari secara baik, ada juga yang berubah. Manusia yang menghuni alam itu berkembang dari hari ke hari karenanya manusia dalam mengisi lingkungan ini perlu beradaptasi. Pandangan dari sudut kaidah keagamaan. Agama sebagai ajaran yang normative dan dogmatif, dapat juga dipakai sebagai acuan untuk menentukan normal atau abnormal seseorang. Rujukan yang dipakai adalah ajaran-ajaran Ilahiah (berbagai kitab suci) yang memberikan tuntutan hidup bagi umat manusia.

Gangguan kejiwaan merupakan beban kesehatan masyarakat yang utama. Penelitian menunjukan bahwa pada hampir semua tempat di dunia terdapat sekitar 40 % orang dewasa yang pergi ke pusat-pusat pelayanan kesehatan menderita penyakit kejiwaan. Laporan dari WHO pada tahun 2001 menemukan bahwa empat kondisi yang sulit diatasi di dunia adalah penyakit kejiwaan. Depresi merupakan gangguan yang sulit diatasi, diatas anemia, malaria dan gangguan kesehatan lain. Gangguan kejiwaan menyebabkan stigma (palabelan). Hampir semua orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa tidak akan pernah mengakuinya. Mereka sering didiskriminasi oleh masyarakat dan keluarga mereka. Mereka sering tidak diobati dengan simpati oleh petugas kesehatan. Berdasarkan kriteria WHO ( World Healt Organization ) orang dikatakan sehat secara mental jika memenuhi kriteria sebagai berikut ; 1. Menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan, meskipun kenyataan buruk. 2. Memperolah kepuasan dari usaha atau perjuangan hidupnya 3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima 4. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan 5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan 6. Menerima kekecewaan dipakainya sebagai pelajaran masa mendatang 7. Mengarahkan rasa permusuhan kepada penyelesaian kreatif dan konstruktif. Mempunyai daya kasih sayang besar

B. Pengertian Psikopatologi Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari kelainan atau gangguan dari berbagai aspek kepribadian yang meliputi: aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau perbuatan, kehidupan afektif dan proses pikir. Menurut pandangan dari sudut psikopatologi gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari keadaan keadaan sakit atau gangguangangguan penyakit yang jelas terlihat dari gejala klinisnya. Misalnya takut yang tidak beralasan pada penderita neurosis, adanya waham dan halusinasi

pada penderita skizofrenia, dan tingkah laku antisosial pada orang-orangorang yang menderita sosioapatis.

C. Klasifikasi Psikopatologi Psikopatologi meliputi: 1. Gangguan kepribadian Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subyektif oleh seseorang. Kepribadian menuju ke kematangan badaniah, emosional, sosial dan intelektual. Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor badaniah (keturunan, keadaan susunan saraf dan hormonal), emosional (mekanisme penyesuaian diri), sosial (hubungan antar-manusia), adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, serta intelektual (taraf intelegensi). Watak adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Pembagian atau klasifikasi dari gangguan jiwa kepribadian tidak memuaskan, sama dengan klasifikasi dengan orangorang yang normal. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-1 (PPDGJ-1) sebagai berikut: 1) Kepribadian paranoid Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya. Dirinya harus mempertahankan dirinya, ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri. Seringkali dirinya mengancam orang lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan kecenderungan yang sudah umum seperti, yaitu suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. 2) Kepribadian afektif atau siklotimik Pada kepribadian afektif atau siklotimik yang menonjol adalah afek yang berubah-ubah antara depresi dan efori. Perubahanperubahan ini tidak langsung karena penyebab dari luar. Data

tertentu memberi kesan adanya dasar biologik bagi fluktuasi ini. Individu ini dapat menarik banyak teman karena sifatnya yang ramah, hangat dan gembira tetapi ia terkenal sebagai orang yang tidak dapat diramalkan. Semangatnya dapat mendekati keagungan tetapi ia tidak menyadari hal ini dan karenanya jarang meminta pertolongan pengobatan. Dalam keadaan depresi ia cemas, khawatir pesimistik dan nihilistik. 3) Kepribadian skizoid Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, suka menyendiri, perasa, pendiam, menghindari hubugan jangka panjang dengan orang lain. Individu ini menunjukan respons yang terbatas terhadap isyarat atau rangsangan sosial. Ciri utama cara menyesuaikan dan membela dirnya ialah menarik diri, mengasingkan diri, dan sering aneh (eksentrik). Terdapat juga cara pemikiran otostik, melamun berlebihan dan ketidakmampuan menyatakan rasa permusuhan. 4) Kepribadian eksplosif Individu dengan kepribadian ini memperlihatkan sifat yang lain dari perilakunya sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah dan agresivitas terhadap stress kecil saja. Segera sesudahnya ia menyesal atas kejadian itu ia tidak dapat menguasai dirinya, sebab mungkin karena ledakan afektif itu terjadi disorganisasi pada persepsi, penilaian dan pemikirannya. 5) Kepribadian anankastik Pada kepribadian anankastik ciri utama ialah: perfeksionisme dan keteraturan, kaku, pemalu, dan pengawasan diri yang tinggi. Ia sangat prihatin dengan konformitas, menganut norma-norma etik dan moral yang tinggi serta patuh secara berlebihan. 6) Kepribadian histerik Kepribadian histerik biasanya sombong, egosentrik, tidak stabil emosinya, menarik perhatian dengan afek yang labil, lekas tersinggung, tetapi dangkal. Pada kepribadian ini tidak dapat

menyatakan perasaan secara tepat dan sering menggunakan gerakan badaniah dalam komunikasi. Kepribadian histerik lebih sering pada kaum wanita. 7) Kepribadian astenik Pada kepribadian ini tidak terdapat gairah untuk menikmati kehidupan. Individu ini seumur hidup merasa lelah, lesu dan tidak bertenaga dan lemah untuk memulai sesuatu. Terdapat abulia (kekurangan kemauan) dan anhedonia (kekurangan kemampuan menikmati sesuatu). 8) Kepribadian antisosial Individu dengan kepribadian ini tidak mempunyai loyalitas terhadap kelompoknya ataupun norma-norma sosial. Pada umumnya individu dengan kepribadian ini egosentrik, tidak beranggung jawab, impulsif, tidak mampu mengubah diri, baik karena pengalaman maupun karena hukuman. Kepribadian ini sudah ditunjukan ketika masa anak-anak sebelum umur 12-15 tahun. Kepribadian antisosial jauh lebih banyak pada kaum pria, yaitu sekitar 5-10 pria dibandingkan satu wanita dan saat ini belum diketahui apa sebabnya. 9) Kepribadian pasif-agresif Kepribadian ini terdapat dua sub, diantaranya: pasif-dependent dan pasif-agresif. Orang yang pasif-dependent senantiasa berpikir, bertindak dan merassa bahwa kebutuhannya akan ketergantungan itu akan dipenuhi secara menakjubkan. Orang yang pasif-agresif merasa bahwa kebutuhannya akan ketergantungan tidak pernah dipenuhi. Ia menunjukan penangguhan (penundaan) dan sikap keras, agar diterima dan diberi dengan murah hati apa yang diharapkannya dengan sangat. Kepribadian ini ditandai oleh sikap pasif dan agresif. Agresivitas ini dapat dinyatakan secara pasif dengan cara mengambat, bermuka asam, malas dan keras kepala. Perilakunya merupakan cerminan dari ras permusuhan yang tidak pernah dinyatakan secara terang-terangan.

10) Kepribadian inadekuat Individu dengan kepribadian inadekuat berkali-kali tidak memenuhi harapan teman dan kenalannya dalam hal respon terhadap tuntutan emosional, intelektual, sosial dan fisik. Penilaian penderita seringkali kurang. Tidak dapat membuat rancangan jangka panjang dan tidak mampu melaksanakan tugas. 2. Gangguan aspek motorik atau tingkah laku motorik Sikap dan tingkah laku penderita tidak dapat lepas dari keseluruhan ekpresi penderita. Sikap adalah sesuatu yang statis sedangkan tingkah laku adalah corak gerak-gerik terutama kaki dan tangan. Sikap yang diperlihatkan penderita diantaranya : 1) Indifferent adalah sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan (tendensi) tertentu, jadi banyak bersifat netral. 2) Apatik adalah sikap acuh tak acuh, sikap merasa bodoh dan tidak menghiraukan apapun yang terjadi disekelilingnya. 3) Kooperatif adalah sikap ingin bersahabat, ingin turuti petunjuk atau perintah, dan ingin bekerja sama dengan semua orang. 4) Negativisme adalah sikap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan tanpa alasan yang obyektif. 5) Dependen adalah sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan pada pemeriksa atau individu yang memegang kekuasaan. 6) Infantil adalah sikap kekanak-kanakan. 7) Rigid adalah sikap kaku dan tidak fleksibel kadang-kadang sudah dekat dengan sikap negativistik. 8) Curiga adalah sikap yang tidak percaya seolah-olah meragukan maksud baik dari pemeriksa atau orang lain. Baik ucapan maupun gerakannya. 9) Berubah-ubah adalah sikap yang tidak stabil selalu berganti-ganti sikap. Hal ini sering menunjukan kegelisahan yang bersangkutan. 10) Tegang adalah sikap yang tidak tenang dan kadang-kadang dekat dengan sikap yang gelisah. 11) Pasif adalah sikap tanpa inisiatif dan keinginan bertindak.

12) Katalepsi adalah sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk jangka waktu yang lama, seringkali aneh tak masuk akal dan tak ada tujuannya. Disebut juga fleksibilitas cerea. 13) Aktif adalah sikap penuh inisiatif dan keinginan bertindak. 14) Bermusuhan adalah sikap seperti ingin menyerang atau marah saja. Sedangkan tingkah laku diantaranya adalah : 1) Hiperaktif adalah sangat besar dorongan bergeraknya, disebut juga over active. 2) Hipoaktif adalah dorongan bergerak yang amat kurang, walaupun tidak menghilang sama sekali. 3) Stupor adalah segala pergerakan berhenti, penderita tinggal diam seperti patung. 4) Gelisah adalah gerakan yang menyatakan adanya ketegangan jiwa yang memuncak. Penderita tidak dapat duduk diam dan harus berdiri danm berjalan kesana kemari. 5) Berkoordinasi adalah gerakan yang harmonik sesuai dengan fleksibel secara luwes. 6) Tak berkoordinasi adalah gerakan yang tidak harmonis kaku dan kadang-kadang kacau. 7) Stereotipi adalah gerakan yang bertahan dalam satu atau dua macam tipe gerakan yang terus menerus diulang untuk waktu yang lama tanpa tujuan yang jelas. 8) Manineren adalah gerakan yang bermacam-macam, tetapi semuanya aneh dan karena keanehannya itu seringkali menarik perhatian disekelilingnya. 9) Agresif adalah nafsu yang selalu beraksi dengan cara kekuatan. Nafsu dapat terlihat dari roman muka dan sikapnya. 10) Perservasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kalimatkalimat yang sama. 11) Verbigenasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kata-kata yang sama.

3. Gangguan Persepsi Persepsi adalah hasil interaksi antara rangsang sensorik yang tertuju pada individu itu dengan faktor-faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsang itu secara intra-psikik. Faktor-faktor pengaruh ini dapat bersifat biologik, sosial, dan psikologik. a. Ilusi Ilusi adalah suatu interpretasi yang salah dari suatu rangsang panca indera. Misalkan seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat menginterpretasikan suara bergerisiknya daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terdapat pada: a. Keadaan afektif yang luar biasa b. Keinginan yang luar biasa c. Dorongan dan impuls-impuls yang mendesak Ada 5 jenis ilusi: a. Visual b. Akustik c. Olfaktorik d. Gustatorik e. Taktil b. Halusinasi Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor panca indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek. Jenis jenis halusinasi yaitu : a. Pendengaran (akustik) b. Penglihatan (visual) c. Pembau (olfaktorik) d. Pengecap (gustatorik) e. Perabaan (taktil) f. Haptik g. Kinestetik

4.

Gangguan pikiran Proses berpikir ialah suatu proses intrapsikik yang meliputi pengolahan dari berbagai pikiran dah paham, dengan jalan

membayangkan, menghayalkan, memahami, membandingkan, dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran dan paham baru. Dalam memperhatikan proses berpikir seseorang, kita perhatikan: a. Bentuk pikiran Rangsang berpikir berasal dari berbagai sumber termasuk dari alam tak sadar dan alam perasaan tetapi dikoreksi oleh akal sehat, logika, dan realitas. Pikiran tersebut dinamakan rasional (realitas). Pada keadaan melamun (day dreaming), berpikir diarahkan tidak hanya oleh pertimbangan realistik tetapi sebagian besar oleh keinginan egosentrik dan kebutuhan nafsu. Pada gangguan jiwa terutama skizofrenia, berpikir dapat diarahkan oleh faktor-faktor di luar kesadaran (bawah sadar) dan menjadi suatu bentuk autistik (dereistik). Berpikir autistik bersifat kompleks dengan dorongan dan motivasi afektif dan konatif lainnya, mendapat kebebasan dan berjalan tanpa menghiraukan kesadaran dan realitas. Akibatnya, hubungan paham atau pikiran tidak logis lagi. b. Isi pikiran Isi pikir memperlihatkan variasi yang cukup luas dalam keadaan normal. Dalam keadaan terentu dapat pula suatu pola sentral dalam pikiran manusia karena kompleksnya pikiran tersebut dianggap sangat penting bagi dirinya, sehingga nampaknya egosentrik terlihat jelas. Apabila sifat egosentrik ini melampaui batas normal maka timbulah gangguan isi pikiran. Gangguan isi pikiran diantaranya : a. Over valued ideas Perhatian seluruhnya ditujukan kearah suatu topkc atau masalah dengan menekankan segala perasaannya terhadap soal-soal tersebut. b. Waham (delusi)

Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas). Waham mempunyai 5 sifat tertentu (syarat): 1. Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris) 2. Selalu bertentangan dengan realitas. 3. Selalu bertentangan dengan logika. 4. Penderita percaya 100% kepada kebenaran pikirannya. 5. Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang logis dan rasional. Jenis jenis waham : 1. Waham kebesaran 2. Waham berdosa 3. Waham dikejar 4. Waham curiga 5. Waham cemburu 6. Waham rendah diri 7. Waham hipokondri 8. Waham magik-mistik 9. Waham sistematik c. Obsesi Isi pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus

mengganggu penderitanya, terus menerus berulang kembali yang mendesak ke taraf kedaran individu, dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri. Contoh : Saya harus pergi ke kuburan orang tua. d. Fobia Fobia adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang bersifat irrasional, yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi tetap menguasai jalan pikirannya.

c. Progresi pikiran Kelancaran dan aktifitas pikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari kecuali dengan menilai dari perkataan yang keluar dalam pembicaraan seseorang. Berbagai gangguan progresi pikir diantaranya : 1. Flight of ideas 2. Retardasi 3. Verbigerasi 4. Sirkumstansial 5. Inkoherensi 6. Blocking

5.

Gangguan afek Gangguan afek berarti adanya suatu corak perasaan yang sifatnya agak menetap (konstan) dan biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Keadaan afek ini seolah-olah menguasai seluruh bidang perasaan individu tersebut walaupun masih dapat dipacu untuk beraksi secara lain pula. Dalam keadaan normal,keadaan afektif ini tidak memperlihatkan kelainan-kelainan yang mencolok. Macam-macam gangguan dari afektif diantaranya : 1) Hypertermia disebut juga afek yang meninggi dalam artian individu memperlihatkan suatu afektif yang gembira luar biasa. 2) Hypothymia disebut juga dengan afektif yang merendah ini berarti bahwa penderita memperlihatkan hambatan di segala bidang aktifitasnya. 3) Poikilothymia disebut juga keadaan afektif yang berubah-ubah dan jarang ditemui. 4) Parathymia adalah keadaan afektifnya yang tidak sesuai dengan lingkungan yang sebenarnya. 5) Tension adalah selalu ada perasaan tertekan

6) Anxiety adalah perasaaan takut terus menerus terhadap bahaya yag seolah-olah terus mengancam yag sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita saja. 7) Paniek adalah suatu cemas yang luar biasa dan menimbulkan disorganisasi dari fungsi ego. 8) Ambivalensi adalah dua perasaan yang bertentangan yang berada pada suatu saat pada individu. 9) Depersonalisasi adalah gangguan afek dengan gejala utamanya perasaan berada diluar realitas dan kehilangan keyakinan akan identitas diri sendiri.

6. Gangguan kesadaran Kesadaran merupakan kemampuan individu untuk mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca-inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran seseorang baik, maka akan didapatkan orientasi yang baik mengenai orang, waktu, tempat, dan situasi. Selain itu, seseorang dengan kesadaran baik (normal) dapat mencerna informasi berupa pertanyaan dan dapat melakukan pertimbangan. Pada tiap kesadaran dapat dinilai pula luasnya kesadaran dan terangnya kesadaran. Dalam Psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat penting untuk diagnosis dan prognosis dari suatu gangguan jiwa. Gejala sikotik dengan kesadaran normal mempunyai arti yang berbeda jauh dibandingkan dengan gejala-gejala sikotik dengan kesadaran terganggu. Secara klinis gangguan kesadaran diantaranya : a. Disorientasi , yaitu gangguan kesadaran berkaitan dengan orang waktu tempat dan situasi. b. Kesadaran berkabut , yaitu gangguan dengan kesadaran yang tidak lengkap, individu tidak mampu berfikir jernih dan berespon secara memadai terhadap situasi disekitarnya. Gejala ini sering terdapat pada

penderita-penderita penyakit infeksi dan keadaan-keadaan lain yang mengganggu oksigenasi dan metabolisme serebral. c. Stupor, yaitu keadaan dimana penderita akinetik (tidak bergerak dan diam seperti patung) dan mutistik tetapi kesadaran relatif masih ada. Masih ada gerakan mata dan respirasi tetapi gerakan mata pada umumnya nampak tanpa tujuan. Sesudah keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk mengingat kejadian-kejadian meskipun dapat terjadi juga amnesia total. Stupor perlu dibedakan dengan rasa mengantuk, kehilangan kesadaran seperti pada koma dan paralise saraf motorik. d. Delerium, yaitu merupakan suatu simtom komplek yang disebut sindrome otak akut. Sindrome ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai dengan kesadaran menurun atau berkabut, bingung, gelisah, disorientasi, ilusi, dan halusinasi serta cemas dan takut. Kejadian ini biasanya berhubungan dengan infeksi disertai panas, keadaan toksik, gangguan metabolisme (uremia, pellagra, dan anemia pernisiosa), dekompensasi kordis, dan trauma kapitis. e. Koma, yaitu derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Meskipun sekuat apapun rangsangan yang diberikan. f. Dream like state, yaitu gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti

melakukan aktifitas normal. g. Twillight state, yaitu kesadaran menurun tetapi orientasi terhadap sekitarnya masih baik dan tidak ada bicara yang kacau kontak dengan sekitarnya masih ada, kadang-kadang dalam keadaan marah luar biasa dan dalam keadaan marah ini dapat dilakukan penganiayaan dan pembunuhan. Penderita sering bernafsu untuk mengembara, jika kesadaran ini lebih menurun lagiakan timbul disorientasi dan bicara kacau.

7. Gangguan orientasi Orientasi adalah suatu proses seseorang dapat menangkap atau mengerti keadaan disektarnya, dan ia dapat melokalisir dirinya dalam hubungan dengan sekitarnya tersebut. Jika seseorang tahu posisinya dalam hubungan dengan waktu, sadar akan keadaan pribadinya, sadar situasi lingkungannya dan mengerti hubungannya mengapa orang lain berada disitu maka orang tersebut berorientasi baik. Gangguan orientasi dapat timbul pada tiap gangguan mental dimana didapatkan gangguan persepsi dan perhatian. Gangguan orientasi banyak didapatkan pada keadaan-keadaan sindroma otak organik akut tetapi jarang didapatkan pada keadaan afek yang luar biasa, dan konflik-konflik yang akut. Bermacam-macam orientasi yaitu; a) Orientasi orang (personal), yaitu kemampuan individu untuk mengemukakakan identitas diri sendiri dan orang lain disekitarnya. b) Orientasi waktu (temporal), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang hubungan masa, waktu, hari, tanggal, bulan, musim, dan tahun sekarang. c) Orientasi tempat (spasial), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang batasan ruang, atau lokasi yang ditempati dan hubungannya dengan ruang lain atau lokasi lain. d) Orientasi situasi, yaitu kemampuan individu untuk menafsirkan apakah sebaiknya seseorang atau beberapa orang berada di suatu tempat atau di situasi tertentu dan masing-masing kepentingan atau tugasnya seseorang berada di situ.

8. Gangguan memori atau ingatan Memori adalah daya kemampuan individu untuk memproduksi hal tertentu yang telah terjadi dimasa lampau, jadi dalam memori atau daya ingat terdapat tiga prose ; a) Penerimaan dan pencatatan dari kesan mental b) Penyimpangan dari kesan yang telah didapat c) Penggalian kembali dari kesan tersebut.

Jika daya ingatan individu terganggu maka beberapa hal yang harus dipertimbangkan ; a) Apakah terdapat suatu kemungkinan yang diakibatkan oleh sebab organobiologik sehingga terjadi kerusakan pada substansia otak yang sifatnya permanen misalnya pada demensia. b) Apakah terdapat suatu kemunduran yang berarti kehilangan daya ingatan yang penyebabnya lebih kompleks yang biasanya oleh

kombinasi sebab organobiologik dan psikososial. Kehilangan daya ingatan disini sifatnya sementara misalnya pada amnesia. c) Apakah terdapat suatu kemunduran daya ingatan (lupa) terhadap salah satu atau beberapa peristiwa sajak. Hal ini pada umumnya karena pengaruh emosi atau pengaruh psikologik yang kuat, yang diduga terjadi di alam tak sadar. Seringkali didahului peristiwa yang menakutkan atau memalukan. Macam-macam gangguan memori (daya ingat) ; a) Hipermensia, yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal. Hipermensia kadang-kadang terlihat pada keadaan manik, paranoid dan katatonik. Kemampuan mengingat menjadi berlebih-lebihan, dan kebanyakan terbatas pada periode-periode khusus atau kejadiankejadian khusus yang dihubungkan dengan reasi emosional yang sangat kuat. b) Amnesia, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik maupun sikogenik. Amnesia organik disebabkan karena gangguan pada proses pencatatan dan penyimpanan.

Sedangkan amnesia psikogenik disebabkan karena pada proses mengingat kembali (recall). Jenis-jenis amnesia ; i. Amnesia anterograt ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwaperistiwa yang terjadi sesudah kejadian yang menumbulkan amnesia tersebut, sampai dengan periode waktu tertentu.

ii.

Amnesia retrograt ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwaperistiwa yang terjadi sebelum kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut dari periode waktu tertentu.

c) Paramnesia disebut juga peringatan salah, yaitu keadaan dimana penderita benar-benar mengetahui apa yang dialami sekarang telah dialaminya pula pada waktu dahulu tetapi hal itu tidak benar. Jenisjenis paramnesia yaitu ; i. Konfabulasi ; yaitu, cerita tentang soal-soal dan kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak terjadi. Ada dua jenis konfabulasi yaitu konfabulasi spontan dan konfabulasi untuk menutupi kebodohan-kebodohan. ii. De javu ; yaitu adanya perasaan bahwa yang dilihat sekarang ini pernah dilihat dan dikenal sebelumnya. Padahal sebelumnya belum pernah melihat atau mengenalnya. iii. Jamais fu ; yaitu adanya perasaan yang salah atau palsu bahwa penderita tidak mengenal situasi atau personal yang sebenarnya hal ini pernah dialami atau dikenalnya pada waktu yang lampau. Sering didapatkan pada skizofrenia, psikoneurosa, kerusakan pada lobus temporalis, dan epilepsi iv. Demensia ; yaitu gangguan atau degenerasi dari neuron-neuron pada koteks serebri yang berlangsung lama yang berakibat hilangnya efisiensi intelektual yang bersifat permanen dan irrevesibel. Etiologi dari demensia yaitu ; a) Perubahan atrofi otak dengan akibat senelis b) Gangguan vaskuler otak termasuk demensia vasculer dan hipertensi ensefalopati. c) Gangguan radang otak terutama lues dan ensefalitis epidemika. d) Penyakit degenerasi otak misalnya Alzaimers diseasea, pickss diseasea , dan hurtingtons chorea e) Penyakit-penyakit defisiensi misanya; korsa koffs psikosis, wernickes encephalopati, pellagra, anemia perniciosa dan defesiensi vitamin B-12.

f) Neoplasma g) Trauma (fisik)

9. Gangguan intelegensia Intelegensia sering disebut sebagai taraf kecerdasan individu suatu faktor yang penting dalam intelegensia ialah kemampuan individu untuk mengambil manfaat dari suatu masalah dan pengalaman terdahulu untuk menghadapi masalah dikemudian hari. Proses mengambil manfaat dari pengalaman ini, biasanya merupakan salah satu aspek penting dari proses belajar manusia. Oleh karena itu maka taraf intelegensia merupakan suatu indikasi dari kemampuan belajar manusia baik pada pengalaman praktik maupun dari hasil pendidikan di sekolah. Persoalan intelegensia merupakan masalah yang sangat komplek dan masih belum diakui secara universal kepentingan serta kedudukannya pada pemeriksaan psikiatri, yang penting ialah dugaan intelegensia individu yaitu apakah bertaraf superior normal atau subnormal.

BAB III PEMBAHASAN

Psikopatologi Gangguan Jiwa Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistic atau dapat dikatakan juga secara somatopsikososial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patolo gik dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umur dan seks, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya. Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin pada badan (somatogenik), lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan jiwa. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa diantaranya : 1. Faktor keturunan Pada mongoloisme atau sindroma Down terdapat trisoma pada pasangan Kromosoma No. 21. Sindroma Turner ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima sex yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan terikat pada sex (sex linked), artinya bahwa efek genetik itu hanya terdapat pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai dua kromosoma X : bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma X dan satu kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka akan terganggu.

Menurut Cloninger, gangguan jiwa terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di dalamnya saudara kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter. Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %, sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki

kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa. 2. Faktor Biologi Orang yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya orang tersebut mengalami pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada orang yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal. Menurut Candel, pada orang yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernicks dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad). Adanya Hiperaktivitas dopamin pada klien dengan gangguan jiwa seringkali menimbulkan gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian, neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada pasien gangguan jiwa memegang peranan dalam proses learning, memory reiforcement, Siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme. Neurotransmitter lain berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada proses pergerakan yaitu GABA.(Gamma Amino Butiric Acid).

Menurut Singgih gangguan mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadangkadang seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter (Rudimentary Brain). Contoh gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan kelenjar endokrin seperti thyroid, keracunan CO (carbon Monoxide) serta perubahan-perubahan karena degenerasi yang mempengaruhi sistem persyarafan pusat. Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada timbulnya gejala-gejala gangguan jiwa, misalnya: a. Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan psikomotorik. b. Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor c. Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan

kewaspadaan, distractibility, gangguan memori (Short time). 3. Faktor sosio kultural Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan warna gejala-gejala. Disamping mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut : a. Cara-cara membesarkan anak Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan. Deprivasi

maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal. Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata berhubungan dengan retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental. Deprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan tempat-tempat yang lemah pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkembangan yang berhenti. Untuk perkembangan psikologik rupanya ada masa-masa gawat. Dalam masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengannya serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal.

b. Sistem Nilai Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari. c. Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada Iklan-iklan diradio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang

kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan yang merugikan masyarakat. d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat,

demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal. Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara dengan super-industrialisasi, ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal kesementaraan (transience), kebaruan (novelty) dan keanekaragaman (diversity). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya

kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya dalam masa depan, maka dinamakannya shok masa depan (future shock). Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan asing dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan shock kebudayaan (culture shock). Seperti seorang inidvidu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana sosial yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang dihadapinya. e. Perpindahan kesatuan keluarga Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan). Hal ini cukup mengganggu.

f. Masalah golongan minoritas Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan akan yang merugikan orang banyak. 4. Perkembangan Psikologik yang salah a. Ketidak matangan atau fiksasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya; b. Tempat-tempat lemah yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau c. Disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. 5. Pola keluarga yang patogenik Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan yang penting dalam pembentukan kepriabadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri. Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak bereaksi secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah tetapi kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering terdapat dalam latar belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, perlindungan berlebihan, manja berlebihan, tuntutan

perfeksionistik, standar moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orangtua yang salah, ketidak-sesuaikan perkawinan dan rumah tangganya berantakan, tuntutan yang bertentangan. yang

6. Masa Perkembangan Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap,mkebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa, yaitu : a. Masa bayi b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun) c. Masa Anak sekolah d. Masa Remaja Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian, sebagai masa badai dan stres. Dalam masa ini inidvidu dihadapi dengan pertumbuhan yang cepat, perubahan-perubahan badaniah dan pematangan seksual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya masalah

pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa tanggung jawab yang lebih besar pula. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri. e. Masa Dewasa muda f. Masa Dewasa Tua g. Masa Tua 7. Cacat Kongenital Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi

perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu. Kromosom dan genes yang defektif serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi

biologik atau psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stres. 8. Penyalahgunaan obat-obatan dan zat psikotropika Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk

menghadapi strsessor melalui obat-obatan atau zat yang memiliki sifat adiksi (efek ketergantungan) seperti Cocaine, amphetamine menyebabkan gangguan persepsi, gangguan proses berfikir, gangguan motorik.

BAB III KESIMPULAN

1. Gangguan jiwa adalah gangguan fungsi luhur otak (kognitif, afektif dan psikomotor) yang mengakibatkan distress atau rasa tidak nyaman bagi dirinya sendiri atau orang lain serta menimbulkan disabilitas atau hendaya fungsi sosial dan peran 2. Gangguan jiwa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang ; Pandangan dari sudut psikopatologi, pandanan dari sudut kebudayaan, pandangan dari sudut keseimbangan linkungan, pandangan dari sudut kaidah keagamaan 3. Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari kelainan atau gangguan dari berbagai aspek kepribadian yang meliputi : aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau perbuatan, kehidupan afektif dan proses pikir. 4. Klasifikasi psikopatologi meliputi : a) Gangguan kepribadian b) Gangguan aspek motorik atau tingkah laku motorik c) Gangguan persepsi d) Gangguan pikiran e) Gangguan afek f) Gangguan kesadaran g) Gangguan orientasi h) Gangguan memori atau ingatan i) Gangguan intelegensia 5. Gangguan jiwa dapat terjadi akibat dari a. Keturunan b. Biologi c. Sosiokultural d. Perkembangan psikologik yang salah e. Pola keluarga yang patogenik f. Masa perkembangan g. Cacat congenital h. Penyalahgunaan obat-obatan dan zat psikotropik

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F.2009.Penyebab umum gangguan jiwa. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi II.Airlangga University Press.Surabaya. Sadock, B.J.,A.Virginia.2010. Teori Kepribadian dan Psikopatologi.Sinopsis Psikiatri.Ilmu Pengetahuan perilaku Psikiatri Klinis.Jilid I.Binarupa Aksara Publisher.Jakarta. Setyonegoro, Kusumanto. 2005. Kesehatan Jiwa di Kehidupan Modern. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Kalbe Farma. 5. Tim Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Psikiatri II Symptomatology .Semarang: Fakulatas Kedokteran Universitas Dipenogoro Semarang.

Anda mungkin juga menyukai