Anda di halaman 1dari 16

Laporan SGD Rehabilitative Nenekku Sudah Banyak Kehilangan Gigi

Disusun Oleh: SGD 2 1. Ajeng Putri Pertiwi 2. Faizal Reza 3. Fania Mahardini 4. Lita Paramita 5. M. Ridhatul Aslam 6. Mabrorotin B. 7. Risky Hanugrahani Putri K. 8. Rizka Amalia S. 9. Rr. Monika Mahardian 10. Yodia Prisma Anggita 11.208.0001 11.210.0130 11.210.0131 11.210.0146 11.210.0147 11.210.0148 11.210.0162 11.210.0163 11.210.0164 11.210.0173

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung Semarang 2013

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT, Rob seluruh alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan laporan SGD LBM 1 blok Rehabilitative. Laporan SGD LBM 1 blok rehabilitative ini disusun berdasarkan apa yang telah kami bahas pada SGD yang telah kita laksanakan pada hari senin dan kamis berdasarkan sumber belajar yang kami cari pada step belajar mandiri. Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini. Karenanya saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. amin

Semarang, 2 April 2013

penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................. 2 Daftar isi.......................................................................................................... 3 Bab I pendahuluan A. Skenario............................................................................................... 4 B. Latar belakang masalah....................................................................... 4 Bab II pembahasan.......................................................................................... 5 Bab III penutup A. Peta konsep........................................................................................ 14 B. Kesimpulan........................................................................................ 15 Daftar pustaka................................................................................................ 16

BAB I PENDAHULUAN
A. Skenario

Seorang lansia wanita berusia 65 tahun dengan pipi terlihat sudah kempot dan rahang bawah terlihat lebih maju ke depan datang ke RSGMP. Dia ingin dibuatkan gigi tiruan supaya bicaranya lebih jelas dan kelihatan lebih muda. Setelah dilakukan pemeriksaan dirongga mulut masih tersisa akar gigi 12, 11, 23 dengan tinggi tulang alveolar masih cukup dan

vestibulum bagian anterior rahang bawah agak dangkal. Lansia ini dalam berkomunikasi mudah dan kooperatif. Pasien mempunyai riwayat penyakit DM. Dokter gigi menjelaskan tentang rencana perawatan yang harus dijalani sebelum dibuatkan gigi tiruan dan menyarankan untuk cek gula darah sebelum dilakukan pencabutan.

B. Latar Belakang Permasalahan 1. Definisi GTL 2. Tujuan pembuatan GTL 3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemakaian gigi tiruan? 4. Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi palsu? 5. Bagaimana prosedure pembuatan GTL? 6. Apa yang harus diperhatikan pada pasien dengan penyakit DM dalam pembuatan gigi palsu? 7. Apa rencana perawatan yang sebaiknya dilakukan sebelum dibuatkan gigi tiruan? 8. Apa akibat dari seseorang yang kehilangan semua gigi? 9. Mengapa pasien memiliki rahang bawah yang lebih maju daripada rahang atas? 10. Faktor apa saja yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi dari GTL? 11. Perawatan apa yang harus dilakukan pasca pembuatan GTL?

BAB II PEMBAHASAN
Gigi Tiruan Lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan gigi asli baik rahang atas maupun rahang bawah yang didukung oleh jaringan keras ataupun lunak yang ada didalam rongga mulut. Tujuan pembuatan GTL antara lain: 1. Mengembalikan atau memperbaiki fungsi pengunyahan berbicara dan estetis 2. Memperbaiki gangguan yang disebabkan edentulous 3. Memperbaiki dimensi wajah dan kontur yang terganggu dengan memperhatikan segi estetis 4. Meningkatkan psikis pasien karena memakai GTL dapat bertujuan mengembalikan kepercayaan diri pasien 5. Memperbaiki kelainan pada pasien, pasien yang tidak mempunyai gigi biasanya mengalami atropi procesus, karena penyusutan alveolaris (residual ridge) yang biasanya berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan Akibat dari seseorang yang kehilangan semua gigi 1. Fungsi bicara, pengunyahan, estetik berkurang 2. dimensi vertikal berubah karena otot-otot pipi akan turun dan membentuk suatu comissure 3. Ditemukan rahang bawah yang lebih maju karena pada pasien yang kehilangan semua giginya, akan berusaha untuk mencari kontak sehingga mandibula kedepan. Terjadi kontak antara permukaan tulang. Lama permukaan tulang akan mempengaruhi respon tulang tersebut, mukosa akan mengalami penipisan karena penuaan lama kelamaan akan mengalami resorbsi tulang alveolar dan menyebabkan tulang alveolar lebih maju. Pada rahang atas resorbsi hanya terjadi pada korteknya saja

(permukaannya saja) sedangkan pada rahang bawah resorbsi lebih banyak hingga kedalamnya 4. Gangguan TMJ Gigi Tiruan Lengkap diindikasi pada beberapa kondisi, antara lain: 1. Individu seluruh giginya telah tanggal atau dicabut 2. Kondisi umum pasien sehat jika pasien mengalami xerostomia maka retensinya akan kurang 3. Individu yg masih mempunyai gigi yang harus dicabut karena kerusakan dan tidak mungkin diperbaiki 4. Persetujuan dari pasien mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh 5. Mempunyai retensi yang cukup 6. Tulang alveolar masih cukup untuk mendukung GTL 7. Bila dibuatkan GTS maka gigi yang masih tertinggal akan mengganggu Sedangkan kontraindikasi dari Gigi Tiruan Lengkap antara lain: 1. Pasien yang tidak kooperatif 2. OH buruk 3. Riwayat alergi bahan 4. Tidak ada perawatan alternatif lainnya 5. Lansia mempunyai mental semakin tua semakin terjadi perubahan psikologis jadi mentalnya harus diperhatikan. Jika keadaan mentalnya berkurang makan kesehatan rongga mulut menurun dan sulit menjaga GTL sehingga menyebabkan candidiasis 6. Pasien dengan usia lanjut harus memperhatikan sifat dan kondisi pasien tersebut, memperhatikan psikis dan kondisi mulut pasien (keadaan alveolar dll)

Prosedure pembuatan GTL 1. Pembuatan model study dan model kerja: pembuatan sendok cetak sendiri, dilihat rahang atas pasien diharuskan mengucapkan huruf A karena menentukan perbatasan palatum durum dan molle , jika saat mengucapkan huruf A masih salah maka ditandai pada daerah yang masih salah. Pada palatum molle terdapat otot-otot sehingga jika melebihi perbatasan tesebut maka akan ada udara yang masuk dan terlepas. 2. Pembuatan model malam: dibuat dengan bite plane anterior sejajar dengan garis mata sedangkan posterior sejajar dengan garis cuping hidung.

Kemudian dioklusikan. Untuk menentukan dimensi vertikal caranya dengan membuat garis camfer 4 mm dari meatus acusticus ekternus sampai spina nasalis anterior, pasien dipasang biterim rahang atas dan rahang bawah, kemudian dimensi vertikalnya diukur dari jarak pupil sampai ke sudut mulut harus sama dengan jarak spina nasalis anterior hingga dagu. Jika sama maka dimensi vertikalnya sudah sesuai. Cara mengecek dari pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf M dan S 3. Pemasangan diartikulator 4. Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap, dimulai dari anterior rahang atas, anterior rahang bawah dan gigi posterior atas gigi M1 bawah dan gigi posterior bawah lainnya (buku gigi geligi tiruan lengkap lepas drg:itjiningsih). Pada saat menusun gigi harus memperhatikan inlinasi, dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang, permukaan oklusal pada anterior (garis datar horizontal) dan posterior (garis obliq) melebar 6 dari midline, hubungan dengan gigi antagonisnya 5. Wax contouring (pembuatan malam menyerupai gigi asli) 6. Penananan ke kuvet 7. Boiling out 8. Packing akrilik 9. Finishing dan poleshing berbeda,

Dalam pembuatan gigi tiruan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi palsu agar tujuan dari pembuatan gigi tiruan tersebut terpenuhi 1. Dalam pembuatan gigi tiruan perlu memperhatikan sayarat dan faktor resiko misalnya pada pasien lansia dan menderita DM maka dirongga mulutnya akan terjadi xerostomia, periodontitis, perubahan mukosa, sel epitel mulut mengalami penipisan dan mengalami keratinisasi, dan suplai darah akan berkurang. Hal ini menyebabkan jamur mudah menginfeksi dikarenakan self cleansing yang kurang sehingga menyebabkan

candidiasis. Selain itu karena perubahan muka menyebabkan denture stomatitis. 2. Anemia dapat menyebabkan resorbsi yang cepat, pasien mengalami suplay darah yang berkurang hal ini menyebabkan difusi kalsium berkurang sehingga kerja sel osteoblas terhambat, hal ini akan mengakibatkan

resorbsi terus menerus karena osteoclast bekerja tanpa hambatan osteoblas 3. Osteoartritis atau degenerasi sendi, pada TMJ discus articularis terganggu sehingga pergerakan TMJ terganggu 4. Jenis kelamin, pada wanita bentuk giginya relatif lebih banyak lengkungannya, sedangkan pada laki-laki lebih kasar dan persegi. Perempuan mengalami proses resorbsi yang lebih besar daripada laki-laki. Dalam penelitian di US ditemukan bahwa pada usia > 50 tahun sekitar 40% wanita memiliki masa tulang yang rendah. Karena pada perempuan terjadi penurunan estrogen pada masa menopause dan memiliki ukuran tulang yang lebih kecil. Pada perempuan kehilangan tulang terjadi pada dekade keempat pada masas kehidupan 5. Usia, proses penuaan mempengaruhi toleransi jaringan, ukuran pulpa dan mahkota secara klinis. Seiring pertambahan usia orang maka kualitas tulang akan menurun karena berkurangnya kerja osteoblast, penurunan produksi estrogen dan terjadinya reduksi kalsium pada saluran pencernaan.

Menyerang pada perempuan setelah menopause karena terjadi penurunan estrogen dan menyebabkan berkurangnya tulang yang progresif 6. Pencabutan terakhir gigi: lama pencabutan terakhir akan mempengaruhi hasil gigi tiruan, waktu idelanya adalah setelah luka pencabutan sembuh, waktu standartnya tidak ditentukan tergantung dari kondisi pasien, jenis pencabutan, kesehatan gigi dan ada atau tidaknya infeksi 7. Pemilihan bahan 8. Kondisi edentulous: batas mukosa, alveolarisnya 9. Kompilkasi DM, pada penderita DM sering dijumpai edema mukosa yang disebabkan karena suplay darah berkurang sehingga mukosa mudah teriritasi dan mengakibatkan terjadi hiperplasi, pencetakan pada pasien tersebut menyebabkan hasil basisnya kurang bagus sehingga retensi dan stabilisasi kurang Selain hal-hal diatas, penyakit sistemik juga perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan. Karena beberapa penyakit sistemik mempunyai manifestasi dirongga mulut yang bisa berpengaruh pada pembuatan dan penggunaan GTL. Penyakit sistemik yang perlu diperhatikan antara lain: 1. kardiovaskuler 2. depresi mental : biasanya menggunakan obat- obat yang mempunyai efek samping pengeringan mukosa, mengakibatkan pengurangan retensi pada GTL (Gunadi dkk) 3. perubahan mental, perubahan fisiologis (edema), pengaruh nutrisi: menderita penyakit periodontal, Oh jelek dan butuh vit-C (spesialist care dentistry) 4. Endocarditis: bakteri masuk melalui gigi yang mengalami infeksi, menyebar melalui pembuluh darah dan menybebar 5. Diabetes Melitus: pasien lansia dan menderita DM maka dirongga mulutnya akan terjadi xerostomia, periodontitis, perubahan mukosa, sel epitel mulut mengalami penipisan dan mengalami keratinisasi, dan suplai darah akan berkurang. Hal ini menyebabkan jamur mudah menginfeksi

dikarenakan

self

cleansing

yang

kurang

sehingga

menyebabkan

candidiasis. Selain itu karena perubahan muka menyebabkan denture stomatitis. 6. pada penderita xerostomia akan menyebabkan retensi dan stabilisasi pada GTL. Proteksi mekanis pada gigi tiruan atau jaringan lunak akan mengganggu retensi. Pada pseien xerostomia dianjurkan untuk menyimpan gigi tiruan pada reservoil untuk menyimpan sediaan saliva buatan 7. hiperplasia: akibat respon fibroepitelia terhadap pemakaian gigi tiruan, sayap yang terlalu lebar. Pertumbuhan fibrotik (basker tahun 96) sebelum pasien dibuatkan gigi tiruan terlebih dahulu dilakukan rencana perawatan pada pasien atau yang disebut perawatan pra insersi. Perawatan yang dilakukan antara lain: 1. Preparasi mulut: perawatan periodontal, pasien dilakukan proses perubahan contur dari struktur jaringan misalnya a. menjaga OH agar menjadi baik, sehingga memperkecil resiko candidiasis b. Pasien diinstruksikan untuk tidak merokok karena pada perokok mukosa didalam rongga mulut mudah teriritasi, terdapat perbedaan buffering saliva pada perokok dan bukan perokok, toxic pada rokok bisa menyebabkan iritasi jaringan lunak rongga mulut dan mukosa, sehingga memeperlama penyembuhan mukosa c. Diet gula d. Pembuatan retensi yang baik karena pada pasien Diabetes Melitus suplay darah berkurang sehingga mukosa mudah teriritasi. e. Xerostomia : distimulus dengan permen karet atau saliva buatan yang tidak mengandung glukosa f. Pencabutan sisa akar 12, 11, 23 2. Tindakan bedah praprostetik a. Vestibuloplasti karena mempengaruhi retensi dan stabilisasi. Pemeriksaan dengan kaca mulut. Apabila kaca mulut terbenang

10

>1/2 diameter kaca mulut berarti dalam dan apabila kaca mulut yang terbenam kurang dari maka termasuk dangkal.

Pemeriksaan dilakukan pada regio posterior dan anterior dimulai dari fornix sampai puncak ridge. Vestibulum yang lbh dalam lebih retentif daripada yang dangkal Dalam gigi tiruan dikenal istilah retensi dan stabilisasi. Retensi merupakan daya tahan gigi tiruan terhadap gaya yang menyebabkan pergerakan ke arah yang berlawanan dengan arah pemasangannya. Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tahan terhadap gaya gravitasi, sifat adhesi makanan, dan gaya-gaya yang erhubungan dengan pembukaan rahang, sehingga akan menghasilkan gigi tiruan tetap pada posisinya didalam rongga mulut. Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil dan konstan pada posisinya saat digunakan. Stabilias mengacu pada suatu tahanan untuk melawan pergerakan horizontal dan tekanan yang cendrung akan mengubah kedudukan basis gigi tiruan dan pondasi pendukungnya pada arah horizontal atau rotasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi dari GTL. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi GTL di rongga mulut adalah: a. Adesi: gaya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul yang berbeda. Pada GTL terjadi pada saliva terhadap basis gigi tiruan dan mukosa b. Kohesi: gaya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul yang sama. Hal ini terjadi pada lapisan tipis saliva diantara basis gigi tiruan mukosa (ui.ac.id) c. Tegangan permukaan interfacial: merupakan tahanan terhadap pemisahan yang dihasilkan oleh lapisan yang dapat menyebabkan naik turunnya permukaan cairan saat berkontak dengan benda padat

11

d. Tekanan atmosfir: untuk memanfaatkan tekanan atmosfir secara efektif, gigi tiruan harus memiliki penutup yang baik diseluruh tepinya. Untuk memastikan penutup ini, batas gigi tiruan diperluas sampai batas antara jaringan bergerak dan tidak bergerak, namun tidak boleh sampai melukai e. Otot-otot fasial dan rongga mulut: otor bibir lidah dan pipi yang berinteraksi baik dengan GTLnya f. Stabilisasi: Kualitas cetakan akhir, kontur permukaan yang halus, susunan elemen gigi tiruan yang baik dan benar (ui.ac.id) Setelah dilakukan pembuatan gigi tiruan, dilanjutkan perawatan pasca pembuatan GTL berupa: a. Instruksi pemeliharaan protesa i. Memakai protesa siang dan malam selama 2-3 hari pertama hanya dilepas saat pembersihan. Hal ini berfungsi untuk menyesuaikan gigi tiruan dengan mukosa ii. Membaca dan berbicara keras 20 menit tiap hari untuk menyesuaikan dengan protesa iii. Perendaman selama dilepas b. Instruksi kepada psien iv. Menjaga OH v. Melepas GTL ketika tidur dan direndam dengan menggunakan air vi. Sering minum untuk membersihkan dan membasahi rongga mulutnya vii. Pada waktu malam hari dilepas untuk mengistirahatkan jaringan otot-otot viii. Perendaman pada larutan disinfektan untuk membersihkan larutan hipoklorit selama 20 menit, clorhexidine 0,1 % selama 5 menit

12

ix. Pasien kontrol 4 hari setelah dibuatkan protesa, jika pasiennya sudah menua dan mudah luka maka kontol 1-2 hari setelah dibuatkan protesa x. Menyikat denture dengan sikat gigi dan pembersih khusus dengan hipoklorit dan pembersih yang mengandung alkali perkarbonat, bubuk dan pasta yang mengandung bahan abrasif ringan xi. Mukosa pendukung dibersihkan dengan sikat gigi yang halus selama 2-3 menit tiap pagi dan malam hari

13

BAB III PENUTUP


A. Peta konsep

Indikasi

Pasien lansia

DM

Kontraindikasi

Rencana perawatan

Fx yang harus diperhatikan

Preprostetik

Durate

Posprostetik

Vestibuloplasti

Prosedure pembuatan GTL

Edukasi

Hal yang harus diperhatikan Dimensi vertikal

Bahan

Edentulous

Retensi dan Stabilisasi

14

B. Kesimpulan

Gigi Tiruan Lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan gigi asli baik rahang atas maupun rahang bawah yang didukung oleh jaringan keras ataupun lunak yang ada didalam rongga mulut. Dalam pembuatan GTL ada indikasi dan kontraindikasi yang perlu diperhatikan agar hasil tujuan dari pembuatan GTL tercapai. Selain itu faktorfaktor penting seperti usia, jenis kelamin, bahan yang digunakan, penyakit sistemik, dan keadaan edentulous juga harus diperhatikan. Hal yang penting pada prosedure pembuatan GTL adalah menentukan dimensi vertikal, karena dimensi vertikal akan membentuk profil wajah dan menentukan nyaman atau tidaknya gigi tiruan tersebut digunakan.. Agar GTL nyaman digunakan, tidak mudah lepas saat makan, minum dan berbicara maka harus diperhatikan retensi dan stabilisasinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi antara lain adhesi, kohesi, tegangan permukaan interfasial, tekanan atmosfer, otot-otot fasial dan rongga mulut dan lain-lain.

15

DAFTAR PUSTAKA 1. Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full
Denture, FKG Unpad, Bandung 2. Itjiningsih, W.H.,1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III, ECG, Jakarta. 3. www.ui.ac.id drg.asnul arfani sp.prost 4. www.usu.ac.id

16

Anda mungkin juga menyukai