Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

Keganasan paru merupakan penyakit yang makin sering ditemui di dunia terutama di negara berkembang dan memiliki angka mortalitas yang tinggi meskipun banyak kemajuan dalam diagnosis dan penatalaksanaan yang telah dicapai. Keganasan paru merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada laki-laki maupun perempuan.Sekitar satu pertiga kasus kematian akibat kanker disebabkan oleh kanker paru. Di Eropa, kanker paru merupakan penyebab kematian yang mencakup 20% dari seluruh kasus kematian akibat kanker. Pada pria, jumlah kasus kanker paru menduduki tempat pertama atau sekitar dua kali lipat jumlah kasus kanker prostat, sedangkan pada wanita jumlah kasus kanker paru berada di bawah kanker payudara dimana jumlah kasus kanker payudara lebih tinggi 2,5 kali lipat. Keganasan paru ini sangat berbahaya apabila terlambat didiagnosis. Sebagian besar pasien dengan keganasan paru terutama jenis Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) tidak dapat bertahan lebih dari 5 tahun dari saat diagnosis ditegakkan. Five Years Survival Rate keganasan paru ini selama beberapa dekade terakhir ini tidak lebih dari 15% sehingga deteksi dini merupakan jalan terbaik untuk meningkatkan prognosis. Walaupun demikian, masalah utama yang dihadapi oleh para klinisi saat ini ialah kurangnya uji klinis yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis awal dan skreening pada populasi asimptomatik melalui prosedur diagnostik non-invasif.

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru. Sebagian besar karsinoma paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi karsinoma paru bisa juga berasal dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru. Karsinoma paru merupakan karsinoma yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita.

B. ETIOLOGI Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tapi ada tiga faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit ini : merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini merokok berperan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus. Sebagian besar keganasan paru sekarang terbukti berhubungan dengan kebiasaan merokok ,baik terbukti secara epidemiologis atau secara identifikasi karsinogen yang ada di dalam asap rokok dan efek dari karsinogen ini pada ekspresi onkogen pada kanker paru.. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90 % kasus karsinoma paru pada pria dan sekitar 70 % kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang di hisap semakin besar resiko untuk menderita karsinoma paru, hanya sebagian kecil karsinoma paru (sekitar 10-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Pekerjaan yang terpapar dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, eter, gas mustard, dan pancaran oven arang bisa menyebabkan karsinoma paru meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab karsinoma paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang karsinoma paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut akibat penyakit paru lainnya seperti tuberkulosis dan fibrosis.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sebagian besar keganasan dinamakan berdasarkan tempat asal di mana proses keganasan tersebut dimulai. Keganasan paru berawal dari paru. Paru merupakan dua organ sponge-like dalam rongga dada. Fungsi paru-paru ialah untuk pertukaran udara, mengambil oksigen dan membebaskan karbon dioksida. Paru kanan memiliki tiga lobus, paru kiri memiliki dua lobus. Lapisan yang menyelubungi paru disebut pleaura yang berfungsi melindungi paru dan memungkinkan pergerakannya selama proses pernafasan berlangsung. Saluran yang membawa udara masuk ke dalam paru ialah trakea yang kemudian menjadi beberapa bronkus dan bronkiolus. Pada cabang ujung dijumpai sakus udara kecil yang disebut alveoli. Sebagian besar keganasan paru bermula dari lapisan pada bronkus namun juga dapat bermula dari trakea, bronkiolus bahkan alveoli.

D. PATOFISIOLOGI Hampir semua keganasan baru berasal dari pluripotent bronchial epithelial stem cell, normalnya, sel berdiferensiasi menjadi sel yang berlapis, sel kolumnar goblet bersilia, sel neuroendokrin dan pneumosit yang melapisi alveoli. Namun pemajanan kronis dari zat inhalasi atau karsinogen dapat menyebabkan perkembangan stem cell yang mengarah pada serangkaian perubahan hiperplastik, metaplastik atau neoplastik yang menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan sel ganas. Keganasan paru jenis NSCLC meliputi karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan large cell carcinoma. Pada karsinoma sel skuamosa yang meliputi 29% kasus keganasan paru,
3

sel skuamosa epitel mengalami gangguan pertumbuhan. Jenis NSCLC biasanya muncul dari sentral dan tumbuh lebih lambat dan sering kali menetap dalam rongga torak. Bila tidak segera mendapat terapi, tumor sel skuamosa ini akan mengadakan invasi dan menyumbat lumen bronkial.

E. KLASIFIKASI

Berdasarkan biologi, terapi dan prognosis, keganasan paru dibagi menjadi dua kelas yaitu : 1. Small cell lung cancer (SCLC). Jenis ini mencakup 15-20% dari seluruh keganasan paru. Nama lain dari SCLC ialah kanker sel oat, small cell undifferentiated carcinoma dan poorly differentiated neuroendocrine carcinoma. 2. Non small cell lung cancer (NSCLC) yang merupakan tipe keganasan paru paling sering ditemukan, berkisar 80-85% kasus. Ada tiga subtipe dari NSLC ; 1. karsinoma sel skuamosa adenokarsinoma karsinoma sel besar (Large Cell Carcinoma)

WHO(1999) membuat klasifikasi histologis untuk karsinoma paru dan pleura sebagai berikut : Tumor epitelial : a. b. c. Jinak : papiloma, adenoma Lesi prainvasif : displasia skuamosa / karsinoma in situ, hiperplasia adenomatosa atipik, hiperplasia sel neuroendokrin paru difus Ganas : Karsinoma sel skuamosa : papiler, sel jernih, basaloid Small cell carcinoma : combined small cell carcinoma Adenokarsinoma (i) Asinar (iii) Papiler (iv) Bronkoalveolar : nonmusinosa, musinosa, musinosa campuran (v) Karsinoma padat dengan formasi musin (vi) Adenokarsinoma dengan subtipe campuran 2. 3. 4. 5. 6. Karsinoma sel besar Karsinoma adenoskuamosa Karsinoma dengan sarkomatoid pleomorfik atau unsur sarkomatosa Tumor karsinoid

Lain-lain : tumor jaringan lunak Tumor mesotelial Penyakit limfoproliferatif Tumor sekunder Unclassified tumors
5

10. Lesi seperti tumor F. DIAGNOSIS Tujuan pemeriksaan diagnosis adalah untuk menentukan jenis histopatologi kanker, lokasi tumor serta penderajatannya yang selanjutnya diperlukan untuk menentukan kebijakan pengobatan. I.Deteksi dini Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijumpai pada penyakit paru lain.Penemuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stage II dan III. Di Indonesia, kasus kanker paru sering terdiagnosis ketika penyakit ini telah berada pada stage lanjut. Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subjek dengan resiko tinggi yaitu ; -Laki-laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok -Paparan industri tertentu dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak nafas, nyeri dada dan berat badan menurun Golongan lain yang harus diwaspadai adalah perempuan perokok pasif dengan salah satu gejala di atas dan seseorang dengan gejala klinik : batuk darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru juga perlu menjadi faktor pertimbangan. II. Prosedur diagnostik A. Anamnesis dan Manifestasi Klinis Gambaran klinik penyakit kaker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subjektif dan temuan objektif. Dari anamnesis didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, faktor-faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa ; -Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) -Batuk darah -Sesak nafas -Suara serak
6

-Sakit dada -Sulit/ sakit menelan -Benjolan di pangkal leher -Sembab muka dan leher , kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat. Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti ; -Berat badan berkurang -Nafsu makan hilang -Demam hilang timbul -Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia Alur Deteksi Dini Kanker Paru

B. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti.Hasil yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran
7

kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang informatif.Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran kelenjar getah bening (KGB) atau tumor di luar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intraorbital dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang. G. PEMERIKSAAN RADIOLOGI Pemeriksaan radiologi untuk mencari adanya tumor ganas dapat dilakukan antara lain dengan bronkoskopi invasif dan CT Scan thoraks. Tetapi, pemeriksaan radiologi seperti foto thoraks PA, lateral, dan fluoroskopi masih mempunyai nilai yang diagnostik yang tinggi meskipun kadang-kadang dalam ukuran yang kecil tumor itu tidak terlihat . Meskipun begitu, kelainan lain akan sangat dicurigai sebagai akibat tumor ganas, misalnya kelainan emfisema setempat, atelektasis, peradangan sebagai komplikasi tumor atau akibat bronkus terjepit, dan pembesaran kelenjar hilus yang unilateral. Efusi pleura yang progresif dan elevasi diafragma juga perlu dipertimbangkan sebagai akibat tumor ganas. I.Foto toraks Pada pemeriksaan foto toraks PA/Lateral,kelainan dapat dilihat bila masa tumor berukuran lebih dari 1cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler disertai tanda indentasi pleura, tumor satelit dan lain-lain. Pada foto toraks juga dapat ditemukan invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner. Kewaspadaan terhadap kemungkinan kanker paru pada seseorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan harus diingatkan.Seorang penderita yang tergolong dalam risiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru harus disertai follow up yang teliti. Pemberian OAT yang tidak menunjukkan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menimbulkan pemikiran kemungkinan kanker paru dan melakukan pemeriksaan penunjang lain sehingga kanker paru dapat disingkirkan. Pengobatan pneumonia yang tidak berhasil

setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan kemungkinan tumor di balik pneumonia tersebut. Beberapa gambaran pada rontgen toraks yang mungkin didapatkan. 1. Atelektasis Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang disebabkan sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris, atau hemitoraks. Gambaran atelektasis secara radiologis tidak berbeda dengan atelektasis yang disebabkan oleh penyumbatan bronkus lainnya. 2. Massa hilus Pembesaran hilus unilateral merupakan manifestasi dini secara radiologi karsinoma paru. Hal ini terjadi akibat tumor primer pada hilus tersebut atau pembesaran hilus. Pembesaran hilus oleh karena metastasis dari luar paru dapat menyebabkan kelenjar menjadi lebih besar 3. dan menyebar di sisi kiri dan kanan. Karsinoma paru sentral manifestasinya bertambahnya opasitas pada region hilus. Nodul soliter pada paru Bercak kalsifikasi dalam nodul sering dinyatakan sebagai proses jinak. Bila ada kalsifikasi maka kita perlu lakukan CT Scan toraks untuk memastikan adanya nodul di dalamnya. Bayangan nodul pada paru berukuran beberapa milimeter sampai 4 cm atau lebih dan tidak mengandung kalsifikasi harus diutamakan pada kecurigaan sebagai karsinoma bronkogen terutama usia diatas 40 tahun. 5. Pneumonitis yang tidak sembuh Peradangan paru sering disebabkan aerasi yang tidak sempurna akibat sumbatan sebagian bronkus dan pengobatan dengan antibiotik umumnya tidak memberi hasil sempurna atau berulang kembali peradangannya. Sering setelah peradangan berkurang terlihat gambaran massa yang sangat dicurigai sebagai keganasan. 6. Efusi pleura Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah (progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru perlu dipertimbangkan sebagai keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura. Biasanya cairan pleura itu terdiri atas cairan darah. 7. Elevasi diafragma Letak tinggi diafragma sesisi dengan bayangan masa tumor yang diakibatkan kelumpuhan nervus frenikus dapat diperlihatkan pada pemeriksaan fluoroskopi dimana pergerakan diafragma berkurang atau tak ada sama sekali.
9

8.

Perselubungan dengan destruksi tulang sekitarnya Suatu perselubungan padat terutama di puncak paru dengan gambaran destruksi tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya merupakan tumor ganas primer pada paru (sulcus superior) lanjut yang dikenal sebagai tumor Pancoast yang secara klinis disertai dengan sindrom Horner.

9.

Metastasis paru Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi anak sebar tumor ganas asal tempat lain. Penyebaran dapat bersifat hematogen dan limfogen. a. Metastasis hematogen Tumor ganas anak yang sering bermetastasi ke paru adalah tumor Wilms, neuroblastoma, sarkoma osteogenik, sarkoma Ewing; sedangkan tumor ganas dewasa adalah karsinoma payudara, tumor ganas saluran cerna, ginjal, dan testis. Gambaran radiologis dapat bersifat tunggal (soliter) atau ganda (multipel) dengan bayangan bulat berukuran beberapa milimeter hingga sentimeter, batas tegas. Bayangan tersebut dapat mengandung bercak kalsifikasi, misalnya pada anak sebar sarkoma osteogenik dan kavitas dapat terbentuk meskipun jarang (5%) yang disebabkan nekrosis iskemik. b. Metastasis limfogen Anak sebar limfogen sering menyebabkan pembesaran kelenjar mediastinum yang dapat meningkatkan penekanan pada trakea, esofagus, dan vena kava superior dengan bermacam keluhannya. Anak sebar juga bisa menetap di saluran limfe peribronkial atau perivaskuler yang secara radiologis memberi gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus seperti rambut. Contoh keganasannya yaitu karsinoma tiroid dan kelenjar air liur dapat menetap di paru selama bertahun-tahun dengan keadaan umum yang baik.

Beberapa gambaran radiologi karsinoma paru :

10

Gambar 1. NSCLC dengan bronkoskopi. Sebuah lesi sentral besar didiagnosis NSCLC.

Gambar 2. NSCLC lobus paru kiri bawah dengan efusi pleura kiri.

Gambar 3. NSCLC dengan kolaps paru kiri atas e.c. karsinoma bronkogenik endobronkial.

11

Gambar 4. NSCLC. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan kavitas.

Gambar 5. SCLC.

Gambar 6. SCLC dengan massa mediastinal / hilar kanan.

12

Gambar 7. SCLC dengan pneumonitis obstruktif dan atelektasis lobus paru kanan atas.

Gambar 8. Tumor Pancoast dengan asimetrisitas sulcus superior.

II. CT-Scan toraks Teknik ini dapat menetukan kelainan di paru secara lebih daripada foto toraks. CT scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1cm secara lebih tepat, tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intrabronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga dapat dideteksi lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3). Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner. Pemeriksaan CT-Scan toraks sebaiknya diminta hingga suprarenal untuk dapat mendeteksi ada atau tidak pembesaran KGB adrenal.

13

III. Pemeriksaan radiologik lain Kekurangan foto toraks maupun CT-Scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis di luar rongga toraks (metastasis). Untuk maksud itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala jaringan otak, bone scan dan atau bone survey dapat mendeteksi metastasis di seluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen melihat ada tidakna metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut. Positron emission tomography (PET) belum menjadi prosedur diagnostik yang rutin dan tidak diindikasikan untuk mengevaluasi tumor primer kecuali pada kasus nodul soliter. PET lebih berperan untuk menentukan keganasan pada KGB mediastinum sebagai konfirmasi pembacaan CT-Scan toraks terutama jika ukuran KGB <1cm. Indikasi PET lain adalah downstaging, rekurensi dan evaluasi pengobatan. Pada kasus nodul soliter, PET memberikan informasi lebih baik daripada CT-Scan karena PET dapat menduga keganasan dengan melihat peningkatan metabolisme pada sel ganas. Tumor ukuran >1cm melihat peningkatan metabolisme pada sel ganas. Tumor ukuran >1cm indikasi operasi bila PET (+) , jika PET (-) pasien cukup di follow up. Hasil itu akan menjadi pertimbangan apakah harus dilakukan operasi atau tidak. Pada pusat pelayanan yang mempunyai sarana mediastinoskopi, KGB yang terdeteksi pada CT-Scan dan PET tetapi ukuran kecil dikonfirmasi dengan hasil mediastinoskopi. Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut. i. ii. iv. v. vi. CT negatif + PET negatif , kasus operabel CT negatif + PET positif, dilakukan biopsi, hasil positif, kasus non-operabel CT positif + PET negatif, kasus operabel CT positif + PET positif, dilakukan biopsi, hasil positif, kasus non-operabel. Bronkoskopi Biopsi aspirasi jarum Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) Tranthorasic Needle Aspiration (TTNA) Biopsi Transtorakal (Transthorasic Biopsy ,TTB)

PEMERIKSAAN KHUSUS LAIN

iii. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)

vii. Aspirasi jarum Halus (AJH) viii. Torakoskopi medik ix. Sitologi sputum
14

PEMERIKSAAN INVASIF LAIN. Pada kasus-kasus rumit terkadang tindakan invasif seperti torakoskop, mediastinoskopi, atau torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis atau patologis tidak dapat ditegakkan. Dengan perkembangan sarana, PET berkembang menjadi PET-Scan (PET +CT-Scan) yang lebih sensitif dan spesifik menilai KGB. Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat ditentukan - jenis histologis - derajat (stage) - tampilan ( tingkat tampil, performance status) PEMERIKSAAN LAIN. a. Petanda tumor Petanda tumor seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainnya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan. b. Pemeriksaan biologi molekular H. HISTOPATOLOGI 1. SCLC Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip bentuk biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul disekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar pembuluh darah.

2.

NSCLC
15

Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge intra selular. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma in situ. 3. Adenokarsinoma Khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan kearah pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (carcinoma embryonic antigen) karsinoma ini bias dibedakan dari mesotelioma. 4. Karsinoma bronkoalveolar Merupakan sub tipe adenokarsinoma, sel karsinoma bentuk ini mengikuti permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru. 5. Karsinoma sel besar Suatu sub tipe dengan gambaran histologis yang dibuat secara eksklusion. Karsinoma sel besar termasuk NSCLC tetapi tanpa gambaran deferensiasi skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik tak berdiferensiasi, biasanya disertai dengan infiltrasi sel netrofil.

Histologi kanker paru

16

Kiri atas; Adenokarsinoma ditandai dengan diferensiasi heterogen dalam tumor yang sama. Kanan atas; karsinoma sel skuamosa ditandai dengan adanya diferensiasi sitotokeratin dengan jembatan keratinisasi dan interselular. Kiri bawah; karsinoma sel besar ditandai dengan lembaran dan sarang dengan nekrosis luas, inti besar dengan nukleolus terkemuka, dan tanpa tanda-tanda definitif diferensiasi skuamosa atau glandular. Kanan bawah; karsinoma sel kecil yang ditandai dengan bentuk inti bulat hinggalah fusiform, nuclear molding, tidak ada anak inti, dan sitoplasma sedikit. I. STAGING Penggolongan (stadium) karsinoma dilakukan berdasarkan : 1. 2. 3. Ukuran tumor Penyebaran kelenjar getah bening didekatnya Penyebaran ke organ lain Pada tahun 2009, International Union Against Cancer dan American Joint Committee on Cancer menyusun sistem klasifikasi TNM terbaru yang mencakup baik NSCLC, SCLC, dan karsinoid bronkopulmoner sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini. Prior System New System Tumor Designation Size 2 cm > 2 but 3 cm > 3 but 5 cm > 5 but 7 cm > 7 cm T1 T1 T2 T2 T2 T1aa T1ba T2aa T2ba T3a 77d 71d 58d 49d 35d (Sixth (Seventh Edition) Edition) Rate (%) Survival Five-Year

Pleural or pericardial invasion Visceral pleura Parietal pleura

T2 T3 T3
17

T2ab or T2bC T3 T3

NAe NAe NAe

Mediastinal pleura Parietal pericardium Central airway invasion Tumor extending into mainstem bronchus > 2 cm from carina Tumor extending into mainstem bronchus 2 cm from carina Tumor extending to carina Lung atelectasis Tumor causing atelectasis of less than entire lung Tumor causing atelectasis of entire lung Soft tissue invasion Chest wall and superior sulcus Diaphragm Mediastinum Heart or great vessels Trachea Esophagus Osseous invasion Rib Vertebral body Nerve invasion Phrenic nerve

T3

T3

NAe

T2

T2ab or T2bC

NAe

T3

T3

NAe

T4

T4

NAe

T2

T2ab or T2bC

NAe

T3

T3

NAe

T3 T3 T4 T4 T4 T4

T3 T3 T4 T4 T4 T4

NAe NAe NAe NAe NAe NAe

T3 T4

T3 T4

NAe NAe

T3 T4

T3 T4

NAe NAe

18

Recurrent laryngeal nerve Satellite nodules Same lobe Same lung, different lobe 56g Lymph node designation No lymphadenopathy Ipsilateral, peripheral, or hilar interlobar zone involvement Ipsilateral upper, 6g aorticopulmonary, lower, or subcarinal zone involvement Supraclavicular or contralateral upper, lower, aorticopulmonary, hilarinterlobar, or 3h 2h N3 N3 N2 N2 N0 N1 N0 38g N1 22g T4 M1 T3 T4 28f 22f

peripheral zone involvement Metastatic disease designation Contralateral lung metastases Pleural dissemination or pericardial M1 M1b M1 T4 M1a M1a 1h

Distant metastases NoteCells in bold indicate a change in the designation from the sixth edition. NA indicates not applicable.
a

T designation is listed for tumors completely surrounded by lung. Designation can increase depending on presence and extent of invasion. T2a designation if tumor measures 5 cm in long-axis diameter. Survival based on patients staged pathologically with complete resection of tumor

b c

T2b designation if tumor measures > 5 cm but 7 cm in long-axis diameter.

19

(R0) and no nodal or extranodal metastatic disease (N0M0).


e

Individual survival statistics not calculated due to limited information. As a group, 5-year survival rate in patients pathologically staged with a T3 and T4 designation (excluding those with tumors > 7 cm or satellite nodules), any R, any N, and M0 was 31% and 22%, respectively.

Survival based on patients staged pathologically with complete or incomplete resection of tumor (any R), any nodal disease (any N), and M0. Survival based on patients staged pathologically with any tumor designation (any T) and M0. Survival based on patients staged clinically with any T and any N. Edition.

Tabel 1. Seventh Edition of the TNM Classification of Lung Cancer Compared With the Sixth

Sistem staging juga mengalami revisi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2. Stage Seventh Edition T1a T1b T2a T2b T3 (> 7 cm) T3 (invasion) T3 (satellite in Stage in Sixth Edition T1 T1 T2 T2 T2 T3 T4 N0 IA IA IB II A II B (I B) II B III B (III A) N1 II A II A II A (II B) II B III A (II B) III A III A (III B) N2 III A III A III A III A III A III A III A (III B) N3 III B III B III B III B III B III B III B

nodule, same lobe) T4 (invasion) T4 (ipsilateral nodule,


20

T4 M1

III A (III B) III A (IV)

III A (III B) III A (IV)

III B III B (IV)

III B III B (IV)

different lobe) M1a (pleural or pericardial dissemination ) M1a M1 IV IV IV IV T4 IV (III B) IV (III B) IV (III B) IV (III B)

(contralateral lung nodules) M1b (distant metastatic disease) NoteCells in bold indicate a change in the stage from the sixth edition. Adjacent stage in parentheses represents staging from the sixth edition. Tabel 2. Revisions to Stage Groupings in the Seventh Edition of the TNM Classification for Lung Tumors Compared With the Sixth Edition. M1 IV IV IV IV

H. PENATALAKSANAAN Pengobatan untuk kanker paru-paru dapat melibatkan operasi pengangkatan kemoterapi, kanker, atau terapi radiasi, serta kombinasi dari perawatan ini. Keputusan tentang perawatan akan disesuaikan untuk individu tertentu serta harus mempertimbangkan lokasi dan luasnya tumor serta status kesehatan keseluruhan dari pasien. Seperti kanker lainnya, terapi mungkin bersifat kuratif (penghapusan atau pemberantasan kanker) atau paliatif (langkah-langkah yang tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi dapat mengurangi rasa sakit dan penderitaan). Lebih dari satu jenis terapi mungkin dilaksanakan. Dalam hal ini, terapi yang ditambahkan untuk meningkatkan efek terapi utama disebut sebagai terapi adjuvant. Contoh terapi adjuvant adalah kemoterapi atau

21

radioterapi diberikan setelah operasi pengangkatan tumor dalam upaya untuk membunuh sel tumor apapun yang tetap setelah operasi. i.Intervensi Bedah: Operasi pengangkatan tumor umumnya dilakukan untuk tahap-terbatas (tahap I atau kadang-kadang tahap II) NSCLC dan merupakan pilihan perawatan untuk kanker yang belum menyebar di luar paru-paru. Sekitar 10% -35% kanker paru-paru bisa diangkat dengan operasi, tetapi penghapusan tidak selalu menghasilkan penyembuhan, karena tumor sudah mungkin telah menyebar dan dapat terjadi kembali di lain waktu.Penting untuk dicatat bahwa meskipun tumor mungkin secara anatomi cocok untuk reseksi, operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika orang yang memiliki kondisi serius lainnya (seperti jantung berat atau penyakit paru-paru) yang akan membatasi kemampuan mereka untuk bertahan hidup saat operasi. Operasi jarang dilakukan pada SCLC dibandingkan dengan NSCLC karena tumor ini jarang terlokalisasi pada satu daerah yang bisa diangkat tumornya. Prosedur bedah yang dipilih tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Ahli bedah harus membuka dinding dada dan mungkin melakukan wedge resection paru-paru (pemindahan sebagian dari salah satu lobus), lobektomi (penghapusan satu lobus), atau pneumonectomy (pengangkatan seluruh paru-paru). Kadang-kadang kelenjar getah bening di daerah paru-paru juga akan dihapus (limfadenektomi). Pembedahan untuk kanker paru-paru adalah prosedur pembedahan besar yang memerlukan anestesi umum, rawat inap, dan tindak lanjut perawatan untuk minggu ke bulan. Mengikuti prosedur operasi, pasien dapat mengalami kesulitan bernapas, sesak napas, nyeri, dan kelemahan. Risiko operasi termasuk komplikasi akibat perdarahan, infeksi, dan komplikasi dari anestesi umum. Syarat untuk reseksi paru Risiko ringan untuk pneumonektomi, KVP paru kontralateral baik dan VEP1 >60% Risiko sedang untuk pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral 35% dan VEP1 >60% ii.Radiasi: Terapi radiasi dapat digunakan sebagai pengobatan untuk NSCLC dan SCLC. Terapi radiasi menggunakan energi tinggi sinar-X atau jenis radiasi untuk membunuh sel kanker yang bermitosis. Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi kuratif, terapi paliatif (menggunakan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan dengan terapi kuratif), atau

22

sebagai terapi adjuvant pada kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi. Radiasi ini baik disampaikan secara eksternal, dengan menggunakan mesin yang mengarahkan radiasi terhadap kanker, atau internal melalui penempatan zat radioaktif di dalam sealed container pada area tubuh di mana tumor terlokalisir. Brachytherapy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan pelet kecil bahan radioaktif ditempatkan langsung menjadi kanker atau ke saluran napas di samping kanker. Hal ini biasanya dilakukan melalui bronkoskop.Terapi radiasi dapat diberikan jika seseorang menolak operasi, jika tumor telah menyebar ke daerah seperti kelenjar getah bening atau trakea yang membuat operasi pengangkatan tidak mungkin, atau jika seseorang memiliki kondisi lain yang membuat mereka terlalu sakit untuk menjalani operasi besar. Terapi radiasi umumnya hanya mengecilkan tumor atau batas pertumbuhannya ketika diberikan sebagai terapi tunggal, namun dalam 10% -15% dari orang , mengarah pada remisi jangka panjang dan paliatif pada kanker. Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000-6000 cGy dengan cara pemberian 200cGy/x ,5 hari perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah
1. Hb> 10g% 2. Trombosit 100,000/dl 3. Leuokosit >3000 /dl

Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :


1. Tampilan <70 2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan 3. Fungsi paru buruk.

Terapi

radiasi

yang

digabungkan

dengan

kemoterapi

lebih

lanjut

dapat

memperpanjang kelangsungan hidup ketika kemoterapi diberikan. Terapi radiasi eksternal umumnya dapat dilakukan secara rawat jalan, sedangkan terapi radiasi internal memerlukan rawat inap singkat. Seseorang yang memiliki penyakit paru-paru yang parah di samping

23

kanker paru-paru mungkin tidak dapat menerima radioterapi ke paru-paru karena radiasi lebih lanjut dapat menurunkan fungsi paru-paru. Sejenis terapi radiasi eksternal disebut "gamma knife" kadang-kadang digunakan untuk mengobati metastase otak tunggal. Dalam prosedur ini, beberapa gelombang radiasi yang datang dari arah yang berbeda difokuskan pada tumor selama beberapa menit hingga jam dan posisi kepala diletakkan pada posisi kaku. Hal ini akan mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh jaringan bersifat kanker.Untuk terapi radiasi eksternal, proses yang disebut simulasi diperlukan sebelum perawatan. Menggunakan CT scan, komputer, dan pengukuran yang tepat, simulasi memetakan lokasi yang tepat di mana radiasi akan disampaikan, disebut bidang pengobatan atau pelabuhan. Proses ini biasanya memakan waktu 30 menit sampai dua jam. Perlakuan radiasi eksternal itu sendiri umumnya dilakukan empat atau lima hari seminggu selama beberapa minggu. Terapi radiasi tidak membawa risiko operasi besar, tetapi dapat memiliki efek samping yang tidak menyenangkan, termasuk kelelahan dan kekurangan energi. Ia dapat mengurangi jumlah sel darah putih ( orang lebih rentan terhadap infeksi) dan tingkat trombosit darah rendah (pembekuan darah membuat lebih sulit dan mengakibatkan perdarahan yang berlebihan) juga dapat terjadi dengan terapi radiasi. Jika organ-organ pencernaan berada di lapangan terkena radiasi, pasien mungkin mengalami mual, muntah, atau diare. Terapi radiasi ini juga dapat mengiritasi kulit di area yang diobati ,tapi iritasi ini umumnya membaik dengan waktu setelah perawatan telah berakhir.

iii.Kemoterapi: Baik NSCLC maupun SCLC dapat diobati dengan kemoterapi. Kemoterapi mengacu pada pemberian obat yang menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan membunuh mereka atau mencegah mereka dari membagi. Kemoterapi dapat diberikan sendiri, sebagai adjuvant untuk terapi bedah, atau dalam kombinasi dengan radioterapi. Sementara sejumlah obat kemoterapi telah dikembangkan, kelas obat yang dikenal sebagai obat berbasis platinum telah menjadi paling efektif dalam pengobatan kanker paru-paru. Kemoterapi adalah pengobatan pilihan untuk kebanyakan SCLC, karena tumor ini umumnya

24

meluas dalam tubuh ketika mereka didiagnosis. Hanya setengah dari orang yang telah menderita SCLC dapat bertahan selama empat bulan tanpa kemoterapi. Dengan kemoterapi, waktu kelangsungan hidup mereka meningkat hingga empat sampai lima kali lipat. Kemoterapi saja tidak terlalu efektif dalam mengobati NSCLC, tapi ketika NSCLC telah menyebar, dapat memperpanjang kelangsungan hidup dalam banyak kasus. Kemoterapi dapat diberikan sebagai pil, sebagai infus intravena, atau kombinasi keduanya. Perawatan Kemoterapi biasanya diberikan dalam rawat jalan. Kombinasi obat diberikan dalam serial perawatan atau siklus, dengan periode minggu ke bulan, dengan istirahat di antara siklus. Sayangnya, obat yang digunakan dalam kemoterapi juga membunuh sel-sel normal yang membagi di dalam tubuh, mengakibatkan efek samping yang tidak menyenangkan. Kerusakan sel darah dapat mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan kesulitan dengan pembekuan darah (perdarahan atau mudah memar). Efek samping lain termasuk kelelahan, penurunan berat badan, rambut rontok, mual, muntah, diare, dan luka mulut. Efek samping dari kemoterapi bervariasi menurut dosis dan kombinasi obat yang dipakai dan juga dapat bervariasi dari individu ke individu. Obat-obatan telah dikembangkan yang dapat mengobati atau mencegah banyak efek samping kemoterapi. Efek samping biasanya menghilang selama tahap pemulihan pengobatan atau setelah selesai. Syarat utama kemoterapi: Harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) Harus lebih dari 60 menurut skala Karnosfky Atau 2 menurut skala WHO

Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah: Platinum based therapy (sisplastin atau karboplastin) Respons objektif satu obat antikanker 15% Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 3 siklus pada penilaian terjadi progresif tumor. Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi. Tampilan 70-80
25

Hb 10g% ;tidak perlu ditransfusi segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia

Granulosit 1500/mm Trombosit 100.000/mm Fungsi hati baik Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70ml/menit)

iv.Prophylactic brain radiation: SCLC sering menyebar ke otak. Kadang-kadang orang dengan SCLC yang merespons baik terhadap pengobatan dilakukan dengan terapi radiasi pada kepala untuk mengobati penyebaran paling awal ke otak (micrometastasis) yang belum terdeteksi dengan CT atau MRI scan dan belum menghasilkan gejala. Terapi radiasi otak dapat menyebabkan masalah memori jangka pendek, kelelahan, mual, dan efek samping lainnya. v.Pengobatan kekambuhan: Kanker paru-paru yang muncul kembali setelah perawatan dengan operasi, kemoterapi, dan / atau terapi radiasi ini disebut sebagai berulang atau kambuh. Jika kanker berulang terbatas pada satu situs di paru-paru, mungkin diobati dengan operasi. Tumor berulang umumnya tidak merespon terhadap obat kemoterapi yang sebelumnya diberikan. Karena obat berbasis platinum umumnya digunakan dalam kemoterapi awal kanker paruparu, agen ini tidak berguna dalam banyak kasus kekambuhan. Kemoterapi lini kedua digunakan untuk mengobati kanker berulang yang sebelumnya telah diobati dengan kemoterapi, dan sejumlah lini kedua rejimen kemoterapi yang telah terbukti efektif dalam memperpanjang kelangsungan hidup. Orang dengan kanker paru-paru berulang yang cukup baik untuk mentoleransi terapi juga adalah kandidat yang baik untuk terapi eksperimental, termasuk uji klinis. vi.Terapi Target: Erlotinib (Tarceva) dan gefitinib (Iressa) adalah obat yang disebut targeted therapy, yang dapat digunakan pada pasien tertentu dengan NSCLC yang tidak lagi merespon kemoterapi. Terapi obat yang ditargetkan lebih spesifik menargetkan sel-sel kanker, sehingga lebih sedikit kerusakan sel normal dari agen kemoterapi umum.

26

Erlotinib dan gefitinib menarget protein yang disebut reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) yang penting dalam memicu pembagian sel. Protein ini ditemukan meningkat pada tingkat abnormal, pada permukaan beberapa jenis sel kanker, termasuk banyak kasus kanker NSCLC. Upaya lain dalam targeted therapy termasuk obat yang dikenal sebagai obat Antiangiogenesis, yang menghambat perkembangan pembuluh darah baru dalam kanker. Tanpa pembuluh darah yang cukup untuk suplai darah membawa oksigen, sel-sel kanker akan mati. Bevacizumab, obat antiangiogenic (Avastin) juga telah ditemukan untuk memperpanjang kelangsungan hidup pada kanker paru-paru lanjut apabila ditambahkan ke rejimen kemoterapi standar. Bevacizumab diberikan secara infus setiap dua sampai tiga minggu. Namun, karena obat ini dapat menyebabkan perdarahan, tidak cocok untuk digunakan pada pasien yang batuk darah, jika kanker paru-paru telah menyebar ke otak, atau pada orang yang menerima terapi antikoagulasi ("blood thinner" medications). Bevacizumab juga tidak digunakan dalam kasus kanker sel skuamosa karena dapat menyebabkan perdarahan dari jenis kanker paru-paru. Cetuximab adalah suatu antibodi yang mengikat ke reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR). Pada pasien dengan NSCLC tumor yang telah ditunjukkan untuk menyatakan EGFR dengan analisa imunohistokimia, penambahan cetuximab dapat dipertimbangkan untuk beberapa pasien. vii.Terapi Photodynamic (PDT): Salah satu terapi baru yang digunakan untuk berbagai jenis dan tahap kanker paruparu (serta beberapa kanker lainnya) adalah terapi photodynamic. Dalam pengobatan photodynamic, agen photosynthesizing (seperti porfirin, suatu zat alami dalam tubuh) disuntikkan ke dalam aliran darah beberapa jam sebelum operasi. Selama waktu ini, agen diambil dalam sel yang tumbuh dengan cepat seperti sel-sel kanker. Prosedur dimana dokter menggunakan panjang gelombang cahaya tertentu melalui handheld langsung ke lokasi dari kanker dan jaringan sekitarnya. Energi dari cahaya mengaktifkan agen photosensitizing, menyebabkan produksi dari racun yang menghancurkan sel-sel tumor. PDT memiliki kelebihan yang justru dapat menargetkan lokasi kanker, kurang invasif daripada operasi, dan dapat diulang di tempat yang sama jika diperlukan. Kelemahan dari PDT adalah hanya berguna dalam mengobati kanker yang dapat dicapai dengan sumber cahaya dan tidak cocok untuk pengobatan kanker luas. US Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui
27

agen photosensitizing disebut natrium porfimer (Photofrin) untuk penggunaan di PDT untuk mengobati atau meringankan gejala terserang kanker dan NSCLC. Penelitian lebih lanjut sedang berlangsung untuk menentukan efektivitas PDT di jenis-jenis kanker paru-paru. viii.Radiofrequency ablasi (RFA): Ablasi frekuensi radio sedang dipelajari sebagai alternatif untuk operasi, terutama dalam kasus kanker paru-paru tahap awal. Dalam jenis ini pengobatan, jarum dimasukkan melalui kulit kemudian ke arah kanker, biasanya di bawah panduan oleh CT scan. Frekuensi radio (listrik) energi ini kemudian ditransmisikan ke ujung jarum mana menghasilkan panas dalam jaringan, membunuh jaringan kanker dan menutup pembuluh darah kecil yang dimasuki sel kanker. RFA biasanya tidak menyakitkan dan telah disetujui oleh US Food and Drug Administration untuk pengobatan kanker tertentu, termasuk kanker paru-paru. Penelitian telah menunjukkan bahwa perawatan ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup yang sama dengan operasi ketika digunakan untuk mengobati tahap awal kanker paruparu tetapi tanpa risiko operasi besar. ix.Terapi Eksperimental: Karena tidak ada terapi saat ini tersedia yang benar-benar efektif dalam mengobati kanker paru-paru, pasien dapat ditawarkan sejumlah terapi baru yang masih dalam tahap percobaan, yang berarti bahwa dokter belum memiliki informasi yang cukup untuk memutuskan apakah terapi ini harus diterima menjadi bentuk-bentuk pengobatan untuk kanker paru-paru. Obat-obatan baru atau kombinasi baru obat yang diuji dalam uji klinis, yang merupakan studi yang mengevaluasi efektivitas obat baru dibandingkan dengan yang sudah digunakan secara luas. Immunotherapies sedang diteliti melibatkan penggunaan terapi vaksin-terkait atau terapi lain yang mencoba untuk memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker.

I. PENCEGAHAN KANKER PARU Berhenti merokok dan menghilangkan asap rokok adalah ukuran yang paling penting yang dapat mencegah kanker paru-paru. Banyak produk, seperti permen karet nikotin, semprotan nikotin, atau inhaler nikotin, dapat membantu orang yang mencoba untuk berhenti merokok. Meminimalkan paparan merokok pasif juga merupakan tindakan pencegahan yang efektif. Menggunakan test kit radon rumah dapat mengidentifikasi dan memungkinkan koreksi tingkat radon meningkat di rumah. Metode yang memungkinkan deteksi dini kanker,
28

seperti CT scan, mungkin juga nilai dalam identifikasi kanker kecil yang dapat disembuhkan dengan reseksi bedah dan mencegah dari menjadi meluas dan tidak dapat disembuhkan apabila kanker sudah bermetastasis. J. PROGNOSIS Prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru adalah buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun telah diperkenalkan berbagai agen-agen kemoterapi yang baru. Dengan demikian, penekanan harus diberikan pada pencegahan. Tenaga-tenaga kesehatan harus menganjurkan masyrakat untuk tidak merokok atau hidup dalam lingkungan yang tercemar polusi industri. Tindakantindakan protektif harus dilakukan bagi mereka yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik lainnya. Berikut ini gambaran prognosis dengan menggunakan klasifikasi TNM terbaru : Median Factor (mo) TNM stage IA IB IIA IIB IIIA Cell type Bronchoalveolar carcinoma Adenocarcinoma Squamous cell carcinoma Large cell carcinoma Adenosquamous carcinoma Sex Female 66
29

Survival

Five-Year Survival Rate (%) 66 56 43 35 23

95 75 44 29 19

83 45 44 34 26

61 44 43 41 29

52

Male Age (y) < 70 70 Cell Lung Carcinoma.

40

41

49 38

46 38

Tabel 3. Prognostic Factors of Survival in Pathologically Staged Patients With NonSmall

BAB III KESIMPULAN

Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru yang dapat berasal dari sel-sel di dalam paru maupun dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru. Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tetapi merokok agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.

30

Pembagian praktis karsinoma paru yaitu small cell lung cancer (SCLC) dan non small cell lung cancer (NSCLC). Gejala klinis dari karsinoma paru seperti batuk yang menetap, dahak bisa mengandung darah, demam, nyeri dada, sesak nafas, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan kelemahan. Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan antara lain bronkografi invasif, CT Scan, serta pemeriksaan radiologik konvensional (toraks PA, lateral, fluoroskopi). Diagnosis dari karsinoma paru dilakukan berdasarkan penggolongan (stadium) TNM karsinoma terbaru dari International Union Against Cancer dan American Joint Committee on Cancer. Terapi yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan kemoterapi dengan prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru adalah buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.

DAFTAR PUSTAKA

Unaiyah A.Pendekatan Diagnostik Kanker Paru.Dalam: Alwi I, Setiati S, Kasjmir YI, Bawazier LA, Syam AF, Mansjoer, penyunting. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2002.Jakarta :Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2002.h.91-8

31

Kanker Paru:Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil.Dalam :Pedoman Nasional Untuk Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia 2005 :Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dan Perhimpunan Onkologi Indonesia.2005.h.1-24.

Minshall EM, Hamid Q. Molecular Pathology of Non Small Cell Carcinoma.Dalam: Wardlaw AJ, Hamid Q. , penyunting. Textbook of Respiratory Cell and Molecular Biology. London : Martin Dunitz.2002.h.329-37

Behera D, Aggrawal AN, Sharma SC, Gupta D, Jindai SK. Ifosfamide Containing Regimen for Non Small Cell Lung Cancer.2004;59:45-49

Kadono K, Satoh H, Homma T, Ohtsuka M, Sekizawa. Radiotherapy for Elderly Non Small Cell Lung Cancer Patients.Oncology Reports 2002;9:1273-6

Houlihan NG. Advance Non Small Cell Lung Cancer: Implementing Treatment advances in Clinical Practice : A Continuing Education Monograph for Oncology Nurses.Pitssburgh : Oncology Education Services 2005

Pathak EB. Buthani M, Mohan A, Guleria R, Bal S, Kochupillai V. Non Small Cell Lung Cancer(NSCLC) : Current Status and Future Propects. Indian J Chest Dis Allied Sci 2004; 46:191-203.

Amin, Z. (2007). Kanker Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.

Rasad. S. (2006). Radiologi Diagnostik FK UI Edisi Kedua. Jakarta : Gaya Baru.

32

Anda mungkin juga menyukai

  • Visum
    Visum
    Dokumen20 halaman
    Visum
    Bellinda Nadya Putri
    Belum ada peringkat
  • Katarak Senilis
    Katarak Senilis
    Dokumen18 halaman
    Katarak Senilis
    Bellinda Nadya Putri
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen18 halaman
    Case Report
    Bellinda Nadya Putri
    Belum ada peringkat
  • FUO
    FUO
    Dokumen17 halaman
    FUO
    Bellinda Nadya Putri
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat