Anda di halaman 1dari 6

LAYAR TERKEMBANG ATAU SURUT KE BELAKANG (14 Tahun KAPMI Mengabdi Untuk Indonesia)

Oleh: Inggar Saputra1 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyerukan kepada kebaikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah kepada yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (QS 3: 104) Tak terasa sudah 14 tahun Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia ((Indonesian Muslim Students United for Action ) mempersembahkan pengabdian untuk Indonesia. Dalam rentang waktu itu, telah banyak yang dilakukan organisasi yang membersamai Aktivis Dakwah Sekolah (biasa disingkat ADS) ini. Mulai dari gerakan demonstrasi jalanan, seminar, workshop, advokasi masalah pelajar dan Malam Bina Iman Taqwa (Mabit). Semua berujung bagaimana pengokohan dan eksistensi ADS dalam memperkuat basis spiritual, emosional dan intelektual. Umur 14 tahun adalah umur kematangan seorang remaja. Bagaikan sorang remaja, KAPMI sedang mengalami proses pertumbuhan dan pematangan kemampuan diri. Sebuah masa dimana proses pencarian jati diri terus bermetamorfosa. Jika dulu, KAPMI masih menjadi gerakan yang dianggap kecil dan ekslusif, sudah waktunya mengubah diri sebagai gerakan besar yang memberikan perubahan yang progresif untuk dakwah Islam dan Indonesia. Apalagi, jamak diketahui belum banyak organisasi pelajar, beranggotakan pelajar dan pengurus organisasi pelajar yang besar di Republik Indonesia. Kelahiran KAPMI yang berdiri sejak 4 April 1999 bertepatan pada 9 Dzulhijjah 1419 H di ruang serba guna SMA Al Azhar, Sisingamaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan memang unik. Ketika itu, KAPMI dilahirkan kumpulan pelajar Rohani Islam yang terpanggil melakukan perubahan. Mereka menilai krisis ekonomi menyebabkan pembangunan bangsa mengalami penurunan dan hambatan. Barometernya adalah penduduk miskin yang bertambah dan putus sekolah karena tak ada biaya. Ketika itu, Indonesia juga mengalami krisis moral yang parah dimana pelajar terjebak pergaulan malam, dunia prostitusi dan pergaulan bebas. Dalam gejolak bangsa yang parah itu, dibentuk Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) DPW DKI Jakarta yang merupakan peleburan dari 7 organisasi gabungan Rohis yakni Forum Komunikasi Pelajar Muslim Indonesia (Forkopmi) Jakarta Pusat, Komunikasi Pelajar Muslim Indonesia (KOPMI) Jakarta Utara, Forum Keluarga Besar Rohis (FKRB) Jakarta Selatan, Forum Ukhuwah Pelajar Indonesia (FUPI) Jakarta Selatan, Forum Ukhuwah Pelajar Muslim

Ketua Kesatuan Aksi PelajarMuslim Indonesia Daerah Jakarta Timur 2005-2006

Indonesia (FUPMI) Jakarta Timur, Forum Aktivis Rohis (FAKSAROH) Jakarta Barat dan Silaturahim Keluarga Besar Rohis (SABAR) Jakarta Barat 2. Sejak awal mereka menegaskan dirinya sebagai manifesto gerakan politik dakwah pelajar. Bentuk kesatuan aksi dipilih karena organisasi ini berusaha menyatukan gabungan Rohis yang marak di sekolah masa itu. Seperti pendahulunya (IRM, IPNU dan PII), KAPMI menyentuh ranah sekolah. Bedanya KAPMI dominan di sekolah sekuler/umum bukan berbasiskan agama. Belakangan baru banyak aktivis sekolah agama masuk KAPMI. Satu yang unik, KAPMI melebarkan sayapnya ke berbagai sekolah umum. Tidak berusaha membatasi sekolah agama yang umumnya bernaung pada sebuah ormas. Sehingga tak jarang, arus pemikiran aktivisnya beragam sebab berbeda latar belakang 3 Dalam konteks itu, gerakan pelajar seperti KAPMI memang sudah waktunya mengelola, mencerna dan membangun karakternya. Pembangunan basis struktural dalam levelitas kehidupan organisasi dan basis kultural pada kalangan pelajar umum menjadi tantangan dakwah yang besar. Hemat penulis, KAPMI dihadapkan pada tiga tantangan besar sehingga mampu mencapai visinya yakni menjadi wadah pelajar muslim yang turut mempelopori kepemimpinan dan advokasi gerakan pelajar

Dakwah Pelajar Sebelum membahas lebih panjang mengenai gerakan pelajar, kita perlu mendalami diskursus awal mengapa dakwah pelajar memegang peranan strategis dalam percaturan dakwah di era mihwar dauly. Marsahid Agung Sasongko dalam salah satu artikelnya Fenomena dakwah sekolah di tengah arus Ghazwul Fikri menjelaskan dakwah pada kalangan pelajar SMA/SMU/SMK dan sederajat memiliki kedudukan penting karena disebabkan tiga hal. 4 Pertama, jumlah pelajar di Indonesia sangat besar yakni mencapai sekitar 10-15% dari jumlah penduduk Indonesia. Angka ini dipandang mampu mengalahkan jumlah mahasiswa di Indonesia.Dari jumlah itu, hanya 10-20% yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.Ini berdampak, ketika mereka tidak mendapatkan sentuhan Islam yang hakiki, maka ketika menceburkan diri dalam dunia kerja atau masyarakat, maka banyak tak mampu mengamalkan dan mengajarkan nilai islam. Padahal, dalam konteks mahasiswa sekalipun, tidak semua mahasiswa berhasil mendapatkan sentuhan dakwah kampus. Kedua, dalam pandangan ilmu psikologi, pelajar dikenal sebagai sosok yang memiliki sifat dasar baik dan bernilai positif. Adanya rasa ingin tahu yang besar, kreatif, agresif, progresif dan mudah meniru akan mampu bersinergis dengan kekuatan nilai dakwah Islam yang dinamis dan universal. Namun, pelajar juga dikenal sosok yang labil, sebab masa SMA/SMU/SMK dan sejenisnya merupakan masa penting dalam proses pencarian jati diri sehingga memerlukan pembinaan intensif dakwah sekolah.
2

http://kapmijakarta.blogsome.com/2007/05/08/sejarah-2 diunduh pada 5 April 2013 jam 01.21 3 Inggar Saputra, Potret Gerakan Dakwah Pelajar 4 http://kapmi.tripod.com/artikel/dakwah_sekolah.html diunduh pada 4 April 2013 jam 22.32

Ketiga, jenjang pendidikan sekolah menengah atas maupun kejuruan dan sederajat hampir tersebar di seluruh Indonesia mulai dari kota besar sampai tingkatan desa. Penyebarannya bahkan mengalahkan dunia perguruan tinggi yang umumnya hanya mampu menjangkau kota besar. Dapat dibayangkan jika aktivitas pembinaan dapat dilakukan sampai tingkatan terkecil seperti itu, maka dakwah Islam akan bersemi indah di hati pelajar Indonesia. Keempat, waktu para pelajar Indonesia umumnya dihabiskan di luar rumah. Mereka biasa menjalani kehidupan sekolah selama 7 jam/hari, sisanya dihabiskan untuk kepentingan bimbingan belajar/kursus ataupun ekstrakurikuler. Waktu di luar rumah itu dapat menjadi potensi besar untuk mengenalkan dakwah Islam melalui sekolah, sehingga dilahirkan kader dakwah sekolah yang matang secara emosional, cerdas secara pemikiran (intelektual-ed) dan memiliki kemampuan olah rohani (spritiual-ed) yang baik. Reformulasi Gerakan Pelajar 1. Peta Indonesia : Organisasi ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia 2. Jabat Tangan: organisasi ini didirikan atas ukhuwah yang tinggi 3. Buku : organisasi ini diamanahkan kepada orang yang memiliki IMTAQ dan IPTEK 4. Lingkaran berjaring : Organisasi ini mempersatukan pelajar Indonesia 5. Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia : Nama Organisasi 6. Warna hijau: kedamaian antar pelajar 7. Warna putih: kesucian hati5 Visi6 Menjadi wadah pelajar muslim yang turut mempelopori kepemimpinan dan advokasi gerakan pelajar Misi a. Membantu mengawasi sistem pendidikan Indonesia b. Memperjuangkan kepentingan dan hak pelajar c. Mengokohkan ikatan hati antar pelajar muslim se-Indonesia d. Mewujudkan citra baik pelajar yang bermoral dan berakhlak e. Mengembangkan jiwa kepemimpinan yang memiliki kualitas IMTAQ dan IPTEK yang baik Ada dua hal penting yang dapat ditarik dari visi KAPMI : Pertama, pelopor kepemimpinan. Sebuah kata yang melukiskan harapan pemimpin Indonesia akan lahir dari organisasi bernama KAPMI. Bukan mimpi sembarangan karena sistem DM 1 KAPMI berjalan dengan seleksi yang ketat. Ini penting dalam menilai

http://kapmi-jaksel.blogspot.com/2009/12/lambang-kapmi.html diunduh pada 4 April 2013 jam 23.51 6 http://kapmijakarta.blogsome.com/2007/05/08/visi-misi diunduh pada 4 April 2013 jam 01.23

sehebat apa kompetensi yang dihasilkan. selain tentunya untuk menjaga kemurnian gerakan dari intervensi gerakan lain atau tekanan pihak luar. Kedua peran advokasi di mana masalah di kalangan pelajar berusaha dikritisi dan dicarikan solusi yang tepat. Di era awal berdirinya masalah pelarangan jilbab sangat kental mewarnai wajah sekolah di Jakarta. Penolakan terhadap jilbaber meluas di berbagai sekolah sehingga KAPMI menjadikan ini sebagai isu utama. Masalah dunia Islam juga tak terlepas darp perhatian. Aksi pelarangan Jilbab di Prancis menjadi catatan aksi terbesar KAPMI. Tak ketinggalan rasanya menyebut aksi unik di depan gedung DPR /MPR. Perayaan upacara bendera sebagai teatrikal menjadi pilihan dalam menyuarakan dan memperjuangkan dukungan terhadap RUU pornografi. Aksi ini memang marak terjadi pada rentang waktu 2004- 2006. Aksi serentak di berbagai stasiun televisi pernah digelar ketika tayangan pornografi dan kekerasan marak tahun 2005. Dalam rentang waktu itu juga banyak terjadi aksi kemanusiaan dan kepedulian pada dunia Islam. Serangan Israel ke Lebanon memancing KAPMI untuk menggelar aksi massal pelajar se-Jakarta dalam menolak invasi AS tersebut. Isu UN juga selalu menjadi andalan bagi perjalanan panjang KAPMI. UN yang kontroversial memang terus menuai kritik. Mulai dari kasus pembocoran soal, rendahnya jumlah kelulusan siswa dan yang terbaru pemberlakuan paket C bagi mereka yang tidak lulus UN. Lebih ironis jika melihat kesenjangan teoritis dan realitas. Pendidikan gratis (seperti disebutkan konstitusi) masih menjadi mimpi. Dana BOS sering bocor dan peungli masih banyak terjadi di berbagai sekolah. Tuntutan aksi layak terjadi bila melihat realitas yang terjadi. Fenomena aksi inilah yang dirasakan terus merosot dan membuat langkah KAPMI menjadi semakin mundur. Kepentingan politis secara tidak langsung terus bermain dan mencoba membekukan KAPMI. Padahal aksi (dalam berbagai variasi baik aksi damai, aksi tetarikal dll) masih dibutuhkan. Di sini pelu kejelian teman - teman KAPMI melihat isu sosial dan pelajar kemudian berusaha menyikapinya. Sempat ada beberapa keraguan terhadap KAPMI. Pertama KAPMI dipandang merusak sistem dakwah pelajar. Argumentasi yang digunakan adalah banyak aktivis KAPMI yang lebih sibuk memikirkan KAPMI dibandingkan dakwah sekolah. Penulis pikir pendapat ini sungguh kurang tepat. Ada beberapa variabel dalam menolak pendapat ini. Pertama, mengapa banyak aktivis dakwah memilih KAPMI merupakan satu hal yang wajar. Sistem kaderisasi KAPMI yang menyeimbangkan ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah sangat berjalan baik. Jika melihat Daurah Marahalah akan terlihat bagaimana ukhuwah kader akan berusaha dipupuk para senior mereka. Ini menyebabkan ketika sudah menjadi pengurus KAPMI mereka menjadi loyal. Konsep ini yang belum berhasil dimainkan kaderisasi sekolah. Kedua, kehadiran KAPMI untuk menunjang dakwah sekolah. Jika tampak ada perebutan kader, bukan sebuah hal yang perlu dibesar-besarkan. Sebagai organisasi tarbiyah, maka banyak kader yang masuk kepengurusan sudah dalam keadaan tarbiyah. Maka sungguh ketika mereka masuk kepengurusan loyalitas terhadap KAPMI sangat tinggi. Tapi tidak dibenarkan kader yang melupakan sekolah. Patron yang tepat adalah setelah selesai masa kepengurusan, loyalitas harus diberikan kepada dakwah sekolah. Jika refleksi visi sangat global mari kita lihat di tataran misi. Pertama, membantu mengawasi system pendidikan di Indonesia. Pendidikan Indonesia masih jauh panggang dari api. Harapan masyarakat akan membaiknya dunia

pendidikan belum kunjung terwujud. Pendidikan gratis masih impian belaka. Belum adanya itikadi baik pemerintah menjadi salah satu persoalan utama. Lemahnya pengawasan di tingkat elit juga menyebabkan kebocoran anggaran. Banyak anak putus sekolah menambauh lengkap derita pendidikan Indonesia. Bagai kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Konteks sistem juga masih berjalan amat kurang berjalan. Lihat saja pada masalah UN, di mana para lulusan terus mengalami peningkatan nilai. Itukah sebuah solusi yang baik?. Saya piir tidak karena pemberlakuan UN sudah bukan seharusnya lagi diatur Pemerintah RI. Kebijakan sebaiknya diserahkan ke daerah yang bersangkutan. Tidak adil menyamakan nilai UN di Jakarta dengan Papua misalnya. Perbedaan kualitas kedua provinsi ini terlalu jauh. Di sisi inilah diperlukan peran KAPMI dalam memaksakan perubahan kebijakan. Kedua, memperjuangkan kepentingan dan hak pelajar. Relajar berhak mendapatkan perlindungan keamanan. Tapi apa yang terjadi? Kekerasan marak dilakukan di sekolah baik guru maupun sesama siswa. Kasus aliran sesat menambah daftar panjang sulitnya mengurusi dakwah pelajar. Pemakaian narkoba, seks bebas dan budaya hedonisme sebagai isu lama belu juga tuntas. Untuk mengurangi dampak ini diperlukan kerjasama KAPMI dengan berbagai instansi seperti Menpora, BNN, PAHAM, MER C, BSMI, Depdiknas dan lainnya. Advokasi yang baik akan menentukan sejauhmana para pelajar menilai dan menyaksikan KAPMI itu ada. Rohis juga harus dimanfaatkan sebagai sarana membendung pengaruh hedonisme seperti Pentas Seni. Ketiga, mengokohkan ikatan hati antar pelajar muslim se-Indonesia. Pertanyaan pertama layak diajukan kepada pribadi masing masing pengurus KAPMI. Sudahkah ia mengenala lebih dalam saudaranya? Di mana dirinya saat ada saudaranya yang sakit? Jika ada rapat mungkin tahukah dia ada saudaranya kesulitan dana untuk ongkos pulang?. Kebutuhan ukhuwah sangat diperlukan karena kerja kita adalah kerja dakwah bukan kerja proker. Dalam kapasitas yang lebih luas KAPMI harus mengembangkan sayap organisasinya. Alhamdulilah kehadiran KAPMI Banten, Indramayu, Cirebon dan Aceh sudah berhasil dijalankan. Tinggal bagaimana silaturahmi terus terjalin. Bagaimanapun KAPMI DKI Jakarta memainkan peranan strategis sebagai pusat koordinasi KAPMI berbagai daerah. Keempat, mewujudkan citra baik pelajar yang bermoral dan berakhlak. Indikator yng pas untuk moral dan akhlask sangat sulit. Tapi paling tidak syiar yang dimainkan KAPMI mampu menjawabnya. Ketika akan membuat proker syair perlu dipertimbangkan acara apa yang efektif agar misi di atas tercapai. Pada masa sebelumnya ada mabit akbar pelajar, program pelajar masa depan dan seminar keputrian. Jika melihat keadaan sekarang apakah itu masih relevan. Itu yang harus dinilai dan dipertimbangkan sebagai acuan. Kelima, mengembangkan jiwa kepemimpinan yang memilki kualitas imtaq dan iptek yang baik. Kepemimpinan selalu menjadi pembahsan yang menarik. Sepertinya negeri ini kian madul dalam melahirkan pemimpin yang baik. Jabatan presdien diperebutkan para pemimpin tanpa memandang kesulitan dan kebutuhan rakyat. Untuk itu seorang kader KAPMI harus dilatih untuk memperjuangkan masalah pelajar. Kompetensi ini yang akan mengantarkan mereka siap jika nanti terjun sebagaui pemimpin di masyarakat. Kualitas IMTAQ dan IPTEK juga harus ditingkatkan agar mampu menjadi insan yang siap bersaing di masa depan. KAPMI bisa memanfaatkan ini sebagai peluang menghasikan karya nyata. Misalnya membuat pelatihan kepemimpinan pelajar atau seminar IT.

Menghitung Nafas KAPMI Penulis cukup terkejut ketika membaca bagaimana perkembangan KAPMI yang cukup menyedihkan. Sejak tahun 1998, KAPMI hanya mampu berdiri pada beberapa daerah seperti Banten (Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kota Cilegon, Tangerang Selatan), Jakarta (Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat), Aceh (Pidie), dan Indramayu (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Islam Indramayu???). Kondisi ini, dapat dikatakan menyedihkan sebab selayaknya KAPMI bersifat nasional. Ini mengingat organisasi ini sangat dibutuhkan banyak pelajar Indonesia. Mereka yang umumnya sekolah umum bermimpi menghadirkan gerakan aksi pelajar ini di sekolahnya untuk mengimbangi derasnya arus perang pemikiran, anarkisme, radikalisme dan nilai permissive yang menjangkiti dunia putih abu-abu ini belakangan ini. Tapi, perhatian penulis berbalik arah belakangan ini ketika beragam pertanyaan berdatangan dari sejumlah kawan di Bandung, Jember, Banjarmasin dan beberapa daerah lainnya. Mereka menanyakan teknis menelurkan KAPMI di daerahnya. Hal ini membuktikan, betapa antusiasme yang lahir sangat besar untuk membentuk KAPMI di berbagai daerah seluruh Indonesia. Kondisi ini tentu harus disikapi secara bijaksana dan arif baik menyangkut kesiapan Sumber Daya Manusia (potensi kader) maupun keperluan teknis sehingga aktivitas lokal dan nasional dapat berjalan pasca deklarasi di berbagai daerah. Selain pengakuan dan ekspansi gerakan secara nasional, KAPMI sudah sepantasnya mengimbangi dakwah tarbiyah dengan masuk ke dalam struktur negara. Adanya Komite Nasional Pemuda Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Pemuda dan Olahraga merupakan ranah strategis melebarkan sayap. Tak ada waktu lagi menunggu bola untuk diakui secara sah dalam kehidupan bernegara. Apalagi banyak peluang jaringan, finansial, kekuatan hukum dan penanaman nilai ke-KAPMI-an yang terdifusi dengan sempurna jika KAPMI mampu bergabung dalam struktur organisasi tersebut. Selain itu, para kader KAPMI tentunya akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan dinamika kehidupan berorganisasi yang baik sehingga layak berdiri sejajar dengan organisasi pelajar dalam lingkup nasional lainnya. Selain persoalan ekspansi gerakan yang akan berkorelasi dengan eksistensi KAPMI ke depan, masih ada tiga persoalan strategis terkait masa depan KAPMI. Faktor pertama, dialog yang kurang dengan kalangan alumni (entah disadari atau tidak). Organisasi ini seakan berjalan sendiri dan hanya mengontak sang alumni jika butuh saja. Persepsi keliru yang harus diluruskan karena bantuan tidak hanya material tapi juga pemikiran, partisipasi sebagai pengisi acara dan dukungan moril. Faktor kedua adalah kurang jeli menangkap isu. Sempat terbetik pertanyaan besar di mana KAPMI saat terjadi banyak kasus bulliying di sekolah beberapa waktu lalu. Tapi mengapa justru KAPMI hadir di aksi banjir pada medio 2007 lalu. Terlalu politiskah? Satu yang jelas pengurus KAPMI punya hak menentukan identitas dan independensi untuk mengarahkan masa depan organisasi. Faktor ketiga, sosialisasi komisariat yang makin redup. Polemik yang panjang ini harus diakhiri. Koordinasi struktur diperlukan dalam memfasilitasi peran dan fungsi KAPMI di kalangan pelajar Jakarta. Sosialisasi dapat memanfaatkan momen tertentu, kunjungan ke sekolah, penggunaan jalur alumni KAPMI dan murrobi serta berbagai media syiar. Jakarta, 6 April 2013

Anda mungkin juga menyukai