Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH KIMIA ORGANIK

ALKOHOL DAN SINTESISNYA SERTA SENYAWA YANG BERHUBUNGAN


Oleh KELOMPOK VI : CICI NOVITA SARI YUDHI MULAWALPEN KHERLIYANDA FEBRIANI MUTIARA MENDOPA 110405022 110405025 110405026 110405027

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam kesempatan ini kami selaku penulis turut juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu saya dalam penyusunan Laporan ini. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain adalah Dosen Pembimbing mata kuliah Kimia Organik, Dra. Siwarni. MZ, MS. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual. Rekanrekan mahasiswa seangkatan yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari yang diharapkan. Adapun kritik dan saran yang bersifat positif, akan penulis terima dengan senang hati. Praktikan berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membacanya. Medan, 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Alkohol adalah turunan hidroksil dari alkana R H, maupun sebagai turunan alkil dari air. Terdapat di alam terutama dalam bentuk ester. Merupakan senyawa yang banyak penggunaannya, terutama sebagai pelarut senyawa organik, disamping itu pembuat senyawa-senyawa organik yang lain. Berdasarkan cara pembuatan maupun reaksireaksinya, alkohol merupakan senyawa hidroksida turunan dari alkana atau air (Besari, 1998). Alkohol merupakan kelompok senyawa organik yang cukup populer dan rumus molekulnya secara umum dapat dituliskan sebagai R-OH, dengan R- adalah gugus alkil dan gugus hidroksil OH sebagai gugus fungsi. Fenol mempunyai struktur yang hampir mirip dengan alkohol tetapi gugus fungsinya melekat langsung pada cincin aromatik. Dan dengan Ar- (sebagai aril) maka rumus umum fenol dituliskan Ar-OH (Fessenden, 1997). Oleh karena itu, perlu kiranya mempelajari sifat-sifat dari alkohol tersebut. Selain itu, hal yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah untuk membahas reaksi pembentukan alkohol, reagensia yang terlibat, mengetahui perbedaan alkohol dan senyawa lain serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal lain yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah sebagai bahan pertanggungjawaban penulis atas tugas yang diberikan. 1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah praktikan untuk mengetahui sifat-sifat alkohol, alkil halida, reagensia yang terlibat dalam sintesis alkohol, perbedaan alkohol dan senyawa lainnya serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, untuk melengkapi tugas yang telah diberikan.

1.3 Manfaat Percobaan Manfaat dari makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat mengetahui sifat-sifat alkohol, alkil halida, reagensia yang terlibat dalam sintesis alkohol, perbedaan alkohol dan senyawa lainnya serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar penulis dapat mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan. 1.4 Perumusan Masalah Masalah yang dirumuskan pada makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa saja sifat-sifat alkohol. 2. Bagaimana alkil halida dan reagensia lainnya dalam sintesis alkohol. 3. Apa perbedaan alkohol dan senyawa lainnya. 4. Apa saja klasifikasi dan aplikasi alkohol dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sifat Fisik dan Kimia Alkohol 2.1.1. Sifat Fisik Alkohol a. b. c. d. e. Alkohol monohidroksi suku rendah (jumlah atom karbon 1-4 ) berupa cairan tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan. Kelarutan alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya makin panjang. Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya. Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat yang tidak berwarna. Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan kesan panas dalam mulut. 2.1.2. Sifat Kimia Alkohol a. Oksidasi alkohol primer Oksidasi alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu aldehida dan air. b. Oksidasi alkohol sekunder Oksidasi alkohol sekunder dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu keton dan air. c. Oksidasi alkohol tersier Oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran asam karboksilat, keton, karbondiokaida dan air. d. Reaksi dengan natrium Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan suatu alkoksida. Hasil samping berupa gas hidrogen.

e. Reaksi dengan asam halida Alkohol bereaksi dengan asam halida menghasilkan alkil halida dan air. f. Esterifikasi Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester dan produk samping berupa air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan g. Dehidrasi alkohol Dehidrasi alkohol dengan suatu asam sulfat akan menghasilkan alkena dan air. 2.2. Reaksi Substitusi Dan Eliminasi 2.2.1. Perbedaan Antara Mekanisme Eliminasi E1 Dan E2 E1 - membentuk karbokation - karbokation memberi proton pada basa lalu terbentuk alkena - basa merebut proton dari atom C (beta, C yang berdampingan dengan C+) E2 - nukleofil langsung mengambil proton dari atom C (beta) pada atom C gugus pergi - tidak terjadi pembentukan karbokation - pembentukan secara serempak 2.2.2. Perbandingan E1 dan E2 E1 terjadi pada: - konsentrasi basa rendah - dengan pelarut basa - dengan substrat tersier dan beresonansi (alkil halida) E2 terjadi pada: - pada basa kuat dengan konsentrasi tinggi Alkil halida+basa kuat+panas -> E2 Alkil halida+asam kuat+panas -> E1 Alkohol+asam kuat+panas -> E1

2.2.3. Mekanisme substitusi SN1 dan SN2 a. Mekanisme SN1 Substitusi berlangsung dengan pembentukan karbokation lalu gugus pergi lepas. b. Mekanisme SN2 Substitusi berlangsung dengan serentak, dibutuhkan kenukleofilan yang kuat untuk mendorong gugus pergi lepas dari ikatan C induk. 2.3. Faktor Faktor Yang Mengatur Reaksi Eliminasi Dan Substitusi a. Kebasaan Kemampuan pereaksi dalam menerima proton dalam reaksi asam-basa (penting untuk eliminasi). Semakin kuat basa reaksi eliminasi lebih disukai. Urutan sifat kebasaan dari rendah ke kuat I- Br- Cl- ROH. H2O. CN- OH- ORb. Kenukleofilan Ukuran kemampuan pereaksi dalam memberikan elektron. Penting untuk substitusi. Makin kuat nukleofil substitusi lebih terjadi. Urutan kenukleofilan dari rendah ke kuat H2O. ROH. Cl- Br- OH- OR- I- CNCatatan penting: -Alkil halida primer: SN 2 lebih utama, E2 reaksi lambat -Alkil halida sekunder: bisa semua reaksi; SN2 dan E2 (utama); SN1 dam E1 (sampingan) -Alkil halida tersier: E2 utama, dengan basa kuat OH- dan OR- Sedangkan SN1 dan E1 sampingan, dengam basa lemaj H2O dan ROH) -Halida Alilik dan Benzilik: SN1 (dengan nukleofil lemah) dan SN2 (dengan nukleofil agak kuat) c. Sifat Pelarut

Pengaruh pelarut adalah pada kemampuan mensolvasi ion-ion, karbokation, nukleofil atau basa, dan gugus-gugus pergi. Dilihat dari tetapan dielektrik. Pelarut polar -> SN1 Pelarut kurang polar -> SN2 dan E2 Semakin tinggi tetapan dielektrik semakin tinggi kepolaran semakin SN1 disukai. d. Temperatur Relatif mendukung reaksi eliminasi pada suhu tinggi. Reaksi eliminasi berlangsung cepat pada suhu tinggi. e. Pengaruh struktur+nukleofil - alkil halida primer+nukleofil kuat -> reaksi yang mungkin terjadi SN2 - alkil halida sekunder+nukleofil kuat -> reaksi yang mungkin terjadi SN2 - alkil halida sekunder+nukleofil lemah SN1 (utama) dan E1 (sampingan) f. Pengaruh struktur+kebasaan - alkil halida sekunder+basa kuat -> reaksi yang mungkin terjadi E2 - alkil halida tersier+basa kuat -> reaksi yang mungkin terjadi E2 - alkil halida tersier+basa lemah -> reaksi yang mungkin terjadi SN1. 2.4. Alkil Halida Dan Reagensia Lain Dalam Sintesis Alkohol 2.4.1. Alkil Halida Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya diganti dengan halogen. Tiap-tiap hidrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat diganti. Senyawa terfluorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorokarbon, cukup menarik karena kestabilannya pada suhu tinggi. Alkil halida juga terjadi di alam, meskpiun lebih banyak terjadi dalam organisme air laut daripada organisme air tawar. Halometana sederhana seperti CHCl3, CCl4, CBr4, CH3I, dan CH3Cl adalah unsur pokok alga Hawai Aspagopsi taxiformis. Bahkan ada senyawa alkil halida yang diisolasi dari organisme laut yang memperlihatkan aktivitas biologis yang menarik. Sebagai contoh adalah plocamen B, suatu turunan

triklorosikloheksana yang diisolasi dari alga merah Plocamium violaceum, berpotensi seperti DDT dalam aktivitas insentisidalnya melawan larva nyamuk.

Kimiawan sering menggunakan RX sebagai notasi umum untuk organik halida, R menyimbolkan suatu gugus alkil dan X untuk suatu halogen. Konfigurasi electron dalam keadaan dasar halogen adalah sebagai berikut: F : 1s22s22p5 Cl : 1s22s22p63s23p5 Br : 1s22s22p63s23p63d104s24p5 I : 1s22s22p63s23p63d104s24p64d105s25p5 Perlu dicatat bahwa halogen adalah atom-atom berelektrogenatif tinggi dan hanya kekurangan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Oleh itu halogen dapat membentuk ikatan kovalen tunggal atau ionik yang stabil. Ikatan antara gugus metil dengan fluor, klor, brom, dan ioda terbentuk oleh tumpang tindih orbital sp3 dari karbon dengan orbital sp3 dari fluor, klor, brom, dan iod. Kekuatan ikatan C-X menurun dari metil fluorida ke metil iodida. Hal ini mencerminkan prinsip umum bahwa tumpang tindih orbital-orbital lebih efisien antara orbital-orbital yang mempunyai bilangan kuantum utama yang sama, dan efisiensinya menurun dengan meningkatnya perbedaan bilangan kuantum utama. Perlu pula dicatat bahwa halogen adalah lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga ikatan C-X bersifat polar di mana karbon mengemban muatan posisif partial (+) dan halogen muatan negatif partial (-).

Dengan demikian kerapatan elektron pada halogen lebih tinggi daripada karbon. 2.4.1.1. Tata Nama Alkil Halida Halida sederhana umumnya dinamai sebagai turunan hidrogen halida. Sistem IUPAC menamai halida sebagai halo turunan hidrokarbon. Dalam nama umum, awalan n-, sek- (s-), dan ter- (t-) secara berturut-turut menunjukkan normal, sekunder, dan tersier.

Dengan sistem IUPAC, penamaan semua senyawa yang hanya mengandung fungsi univalensi dapat dinyatakan dengan awalan fungsi itu sendiri diikuti dengan nama hidrokarbon induk; prinsip penomoran sekecil mungkin harus dipatuhi.

Sering terjadi dalam penamaan umum, hidrokarbon dipandang sebagai gugus.

Istilah geminal (gem-) (latin geminus, kembar) dan vicinal (vic-) (latin vicinus, tetangga) kadang digunakan untuk memperlihatkan posisi relatif substitutein sebagai geminal untuk posisi 1,1 dan vicinal untuk posisi1,2. 2.3.1.2. Sifat Fisik Alkil Halida Sifat fisik beberapa alkil halida disajikan dalam Tabel 6.1 berikut. Kebanyakan alkil halida adalah cair; bromida, iodida, dan polihalida umumnya mempunyaikerapatan >1. Alkil halida tidak larut dalam air, tetapi dapat saling melarutkan dengan hidrokarbon cair.

2.4.1.3. Reaksi Alkil Halida Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Mereka dengan mudah diubah ke dalam berbagai jenis senyawa lain, dan dapat diperoleh melalui banyak cara. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu reaksi substitusi dan reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi, halogen (X) diganti dengan beberapa gugus lain (Z). Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu alkena. Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada pereaksi yang digunakan.

Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu alkena. Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada pereaksi yang digunakan.

2.4.2. Sintesis/Pembuatan Alkohol Ada 2 reaksi yang dapat dipakai untuk membuat/mensintesis alkohol dari gugus karbonil: reaksi adisi Grignard dan reaksi reduksi. Kita akan lihat satu per satu. Reaksi adisi Grignard Reagen grignard dibuat dengan cara mencampurkan logam magnesium dengan alkil halida (atau haloalkana). Atom magnesium akan menempati posisi diantara gugus alkil dan atom halogen (X) dengan rumus umum: R-X + Mg R-Mg-X Pada contoh di bawah ini, digunakan bromin sebagai reagen grignard karena bromin merupakan atom halogen yang biasa dipakai dalam pembuatan reagen grignard.

Mekanisme dari reagen Grignard yang bereaksi dengan sebuah karbonil Sintesis dari formaldehida

Sintesis alkohol dari formaldehida dan reagen Grignard Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari formaldehida dan reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol primer.

Sintesis dari aldehida

Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari aldehida dan reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol sekunder. Sintesis dari keton

Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari keton dan reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol tersier. Sintesis dari ester

Sintesis alkohol dari ester dengan reduksi Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari ester dengan reaksi reduksi. Ester dapat terhidrolisa menjadi alkohol dan asam karboksilat. Sintesis dari asam karboksilat

Sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi reduksi Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi reduksi.

2.5. Klasifikasi Dan Aplikasi Alkohol Alkohol diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu: 1. Alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus OH yang terikat pada atom C primer. Misal, methanol, etanol, n-propanol, n-butanol, dll. CH3CH2CH2OH n-propanol 2. Alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus OH yang terikat pada atom C sekunder. Misal 2-propanol (isopropyl alkohol). CH3CHOH CH3 2-propanol 3. Alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus OH yang terikat pada atom C tersier. Misal 2-metil-2-propanol (ters-butil alkohol). CH3 CH3COH CH3 2-metil-2-propanol (ters-butil alkohol) Perbedaan masing-masing alkohol tersebut dapat ditunjukan dengan beberapa pereaksi Lucas dan Kromat Anhidrat. Suatu senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang sama dengan alkohol seperti fenol, dimana gugus fungsi tersebut melekat pada suatu cincin aromatik (Ar-O = Ph-OH = C6H5 OH) dalam banyak hal mempunyai keasaman sifat yang besar, terutama sifat fisiknya. (Anonim, 2012). Pada alkohol juga ada yang bersifat optis aktif yaitu dapat memutar atom atom karbon asimetris (C kiral) yaitu keempat gugus yang terikat berbeda satu sama lain. Hal ini akan menyebabkan adanya isomer optic dengan jumlah isomer adalah 2n2 dengan n adalah jumlah atom yang asimetris (C*). Contoh alkohol yang bersifat optis aktif adalah 2-butanol yang mempunyai 2 isomer optic yang satu sama lain adalah bayangan cermin. Pembuatan alkohol secara alami yangumum adalah pembuatan methanol yang dapat disuling dari kayu dan etanol dari hasil fermentasi dari disakarida (gula tebu) dengan ragi. (parappung, 1987)

Penamaan alkohol dapat dilakuka dengan dua cara yaitu: nama trivial diberi nama alkil alkohol (alkohol sebagai nama pokok dan rantai karbonnya sebagai gugus (subtituen). Cara kedua berdasarkan nama sistermik, nama sistemik diberi akhiran OL digunakan dimana gugus OH diberi nomor terkecil dari ujung rantai karbon dia terikat. Semua nama alkohol adalah merupakan turunan methanol yang disebut karbinol.(Rasyid, 1989) Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan alkil halide padanannya tidak larut. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan hydrogen antara alkohol dengan air. (Fessenden, 1994) Bagian hidrokarbon suatu alkohol besifat hidrofob, yakni menolak moekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rndh kelarutannya dalam air. Bila rantai karbon cukup panjang, sifat hidrofob ini akan mengalahkan sifat hidrofil gugus hidroksil. (Fessenden, 1994) Tidak seperti alkil halida, alkohol tak menjalani subsitusi dalam larutan netral atau basa. Mengapa tidak? Alasannya ialah pada umumnya suatu gugus pergi haruslah basa yang cukup lemah. Kita ketahui bahwa Cl -, Br-, dan I- merupakan gugus pergi yang baik dan mudah digantikan dari dalam alkil halida. Ion-ion ini adalah basa yang sangat lemah. Namun -OH, yang akan menjadi gugus pergi dari suati alkohol dalam larutan netral atau basa adalah basa kuat dan kaenya merupaka gugus pergi yang sangat buruk. (Fessenden, 1994)

BAB III
PEMBAHASAN 1. Hal-hal yang membedakan etanol dengan alkohol yang lain dimana etanol relatif aman digunakan untu melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air, hal ini disebabkan karena etanol memiliki sifat kepolaran yang tinggi. Selain itu, etanol dapat larut dalam air dibandingkan butanol karena memiliki karbon C yang lebih pendek dan dapat bereaksi dengan alkali seperti NaOH dibandingkan propanol dan butanol serta alkohol lain yang memiliki rantai C lebih panjang atau rangkap. 2. Telah diketahui bahwa alkohol sekunder dan alkohol tersier terkadang mengalami penataan ulang bila diolah dengan HX, Kebanyakan alkohol primer tidak, Maka di simpulkan bahwa alkohol sekunder dan tersier bereaksi dengan hidrogen halida dengan jalan SN1 (lewat karbokation), sedangkan alkohol primer bereaksi lewat jalan SN2 (pergeseran dari belakang). Reaksi substitusi alkil halida dengan nukleofilik dapat terjadi oleh suatu jalir mekanisme SN1 atau jalur SN2 . Metil halida, alkil halida primer dan sekunder terutama bereaksi dengan jalur SN2, Laju reaksi SN2 meningkat dengan bertambahnya nukleofilitas sepesis penyerang. Nukleofil yang lazim baiknya adalah OH-, -OR, dan-CN. Rintangan yang meninkat disekitar karbon terhalogenkan mengurangi laju reaksi SN2. Alkil halida tersier terlalu terintangi untuk menjalani reaksi dengan jalur SN2, namun dapat menjalani reaksi dengan suatu jalur SN1 dengan suatu nuleofil seperti H2O atau ROH. Metil halida dan alil halida primer samasekali tidak mengalami reaksi SN1;alkil halida sekunder bereaksi lambat dengan jalur ini. 3. Perbedaan etanol dan fenol: 1. Hidrogen pada fenol bersifat asam dari pada etanol 2. Gugus OH pada fenol terikat dengan cincin aromatik sedangkan pada alkoholterikat pada atom karbon terbuka. Gugus OH pada aromatik sulit disubtitusi pada etanol bisa disubtitusi. 3.Gugus OH pada aromatik (fenol) sulit tersubtitusi dibandingkan gugus OH pada etanol.

4.Pada uji kelarutan dalam air etanol larut dalam air sedangkan pada fenol tidak larut dalam air. 4. Adapun dampak penggunaan etanol secara berlebihan antara lain akan menimbulkan kerusakan hati, jantung, pangkreas dan peradangan lambung, otot syaraf, mengganggu metabolisme tubuh, membuat cacat kelamin pada pria, impoten serta gangguan seks lainnya. Selain itu dampaknya dapat menyebabkan mabuk, membuat korban sakit kepala, mual, muntah serta nyeri pada bagian tubuh tertentu, berat badan naik, tekanan darah tinggi, imunitas menurun, kanker, gangguan pernapasan. Dampak psikologisnya menyebabkan gangguan daya ingat, orientasi, gangguan bahasa, perubahan kepribadian, psikosis, psikiatrik, neurologis, reaksi yang katastropik, sidroma sundowner, dan sindrom otak organik. 5. Reaksi substitusi nuleofilik adalah reaksi antara suatu alkil halida dan ion hidroksida, bila alkil halida primer dipanasi dengan natrium hidroksida dalam air, terjadi reaksi SN2. Sutu reaksi grignard memberikan suatu cara yang sangat baik untuk membuat alkohol yaitu: Dengan formaldehida menghasilkan suatu alkohol primer, dengan aldehida lain menghasilkan sutu alkohol sekunder, dengan keton menghasilkann suatu alkohol tersier. Misalnya sutu regensia yang menghasilkan alkohol primer yaitu etilena oksida, reaksi antara regensia gringnard dan suatu suatu ester menghasilkan suatu alkohol tersier. Selain itu alkohol dapat dibuat dari senyawa karbonil dengan reaksi reduksi, dimana atom ayom hidrogen ditambahkan kepada gugus karbonilnya. Misalnya reduksi suatu keton dengan hidrogensasi katalitik atau dengan suatu hidrida logam menghasilkan suatu alkohol sekunder. Bila suatu alkena diolah dengan air dan suatu asam kuat, yang berperan sebagai katalis, unsur-unsur air mengadisi ikatan rangkap dalam suatu reaksi hidrasi. Produknya adalah alkohol.kemudian reaksi alin yang digunakan untuk mensitesis alkohol yaitu etanol dari peragian. Etanol yang digunakan dalam minuman diperoleh dari peragiaan karbohidrat yang berkatalis enzim. Satu tipe enzim mengubah karbohidrat ke glukosa, kemudian ke etanol, tipe yang Lain menghasilkan cuka, dengan etanol sebagai zat perantara.

6. Adapun cara membuat normal butanol dengan menggunakan reagensia etil bromida melalui reaksi grignard. Adapun reaksi cara membuat normal butanol dari reagensia Etil Bromida : CH3CH2Br Reagensia
CH2-O-CH2 HBr+

CH3 CH2 CH2 CH2OH Grignard

7. Adapun perbedaan halogenasi dan chlorinasi adalah Reaksi Halogenasi merupakan suatu reaksi yang melibatkan gugus atau atom dari golongan halogen, yaitu golongan VII A, F, Cl, Br, I-. Sedangkan reaksi klorinasi merupakan suatu reaksi yang hanya melibatkan Cl- atau elektrofil klorin dalam reaksi tersebut. Regensia yang digunakan untuk mengubah alkohol menjadi alkil halida, regensia halogenasi lain disamping hidrogen halida, dapat digunakan untuk mengubah alkohol menjadi alkil halida. Hanya ada dua regensia yaitu Tionil klorida (SOCl2) dan Fosforus tribromida (PBr3) Kedua regensia ini menjalani reaksi dengan alkohol untuk membentuk ester anorganik, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara alkohol dan asam mineral (seperti HNO3 atau H2SO4). 8. Perbedaan antara Hidrogen Alilik, Hidrogen Vinilik dan Hidrogen Benzilik Hidrogen Alilik : sebuah hidrogen yang berikatan-rangkap Hidrogen vinilik : sebuah hidrogen yang berikatan-rangkap Hidrogen Benzilik : sebuah hidrogen yang berikatan pada sebuah cincin benzen 9. Perbedaan antara Dehidrohalogenasi dan Eliminasi Dehidrohalogenasi merupakan suatu reaksi kimia yang menghasilkan hidrogen atau air dengan melibatkan unsur-unsur halogen didalamnya, sedangkan reaksi eliminasi belum tentu terjadi hidrolisis, karena reaksi eliminasi umumnya bersifat oksidasi sehingga terjadi peningkatan pada bilangan oksidasi sehingga menghasilkan ikatan rangkap. 10. Cara membuat senyawa dibawah ini melalui 2-bromopropana, magnesium dan lainnya: a. 2, 3 dimetil- 2 butanol
Et2O

berdekatan berikatan

pada sebuah karbon yang pada sebuah karbon yang

C3H7Br + Mg C3H7MgBr + (CH3)2CHO b. 3 metil, 2 butanol C5H7Br + Mg


Et2O

C3H7MgBr
Et2O H3O+

C5H13CHO

C3H7MgBr
Et2O H3O+

C3H7MgBr + (CH2)2CHO

C4H11CHO

11. Senyawa yang paling larut diantara : a. Normal butil alkohol, isobutil alkohol, t-butil alkohol Senyawa yang paling larut adalah Normal butil alkohol. Hal ini karena kelarutan berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai hidrokarbon dalam alkohol. Meskipun n-butanol hanya sedikit larut, t-butil alkohol (CH3)3COH dapat larut dalam air. Hal itu disebabkan oleh kurang hidrofobnya gugus t-butil dibandingkan dengan gugus n-butil. Bertambah banyaknya gugus OH juga menaikkan hidrofilitas dan kelarutan . b. Dietil eter, tetrahidrofuran Senyawa yang lebih cepat larut adalah tetrahidrofuran hal ini disebabkan karena tetrahidrofuran mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan dietil eter. Tetrahidrofuran mempunyai titik didih 67 oC sedangkan dietil eter 35 oC. c. 1-bromooktana, 1-oktena, 1-oktanol Senyawa yang paling larut antara 1-bromooktana, 1-oktena, 1-oktanol adalah 1oktanol > 1-bromooktana > 1-oktena. Sebab pada senyawa hidrokarbon, jika suatu senyawa memiliki ikatan rangkap, maka senyawa tersebut akan sukar larut dibandingkan dengan ikatan tunggal. Sehingga senyawa 1-bromooktana lebih mudah larut daripada 1-oktena. Sedangkan pada alkohol, memiliki titik didih lebih besar dibandingkan senyawa hidrokarbon sehingga gugus alkohol lebih mudah larut dibandingkan senyawa hidrokarbon. d. Pentana, 1-pentanol, 3-pentanol, 1,5-pentanadiol Senyawa yang paling larut ialah 1-pentanadiol. Hal ini karena gugus alkohol mempunyai kelarutan lebih besar dari turunan senyawa hidrokarbon yaitu pentana. Sedangkan jika dibandingkan dengan senyawa alkohol lainnya 1,5-pentanadiol lebih

larut disebabkan karena 1-pentanadiol mempunyai lebih banyak gugus OH dibandingkan 1-pentanol dan 3-pentanol. Semakin banyak jumlah gugus OH dan percabangan pada alkohol semakin besar kelarutannya pada air. 12. Cara membedakan Reagensia Propanol, dimetil alkohol dan Isobutanol adalah untuk membedakan reagensia yang tersedia kita dapat melihat melalui sifat sifat fisika maupun kimia yang dimilkinya. Selain itu juga dapat ditentukan melalui rumus kimia yang dimilikinya melalui keterangan yang tersedia di wadah bahan seperti propanol mempunyai rumus kimia (C3H7OH), dimetil alkohol (CH3)2OH, isobutanol (C4H9OH).

BAB IV KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Alkohol adalah turunan hidroksil dari alkana R H, maupun sebagai turunan alkil dari air. Terdapat di alam terutama dalam bentuk ester. Merupakan senyawa yang banyak penggunaannya, terutama sebagai pelarut senyawa organik, disamping itu pembuat senyawa-senyawa organik yang lain. Berdasarkan cara pembuatan maupun reaksireaksinya, alkohol merupakan senyawa hidroksida turunan dari alkana atau air Zat antara karbokation biasanya menghasilkan campuran produk-produk subtitusi suatu alkena dan juga produk penataan ulang. 2. Alkohol mengalami reaksi substitusi oleh adanya HX alkohol sekunder dan tersier bereaksi dengan hidrogen halida dengan jalan SN1 (lewat karbokation), sedangkan alkohol primer bereaksi lewat jalan SN2 (pergeseran dari belakang). 3. Urutan kesetabilan karbokation adalah tersier > skunder > primer > CH3 4. Suatu reaksi SN2 adalah reaksi serempak yang mengakibatkan konfigurasi invers 5. Alkohol besifat polar, dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya , alkohol dapat dibuat melalaui reaksi SN2 dari suatu alkil halida primer dengan OH -. Alkohol mengalami reaksi subtitusi oleh adanya alkohol primer,alkohol skunder,dan tersier. 6. Etanol merupakan senyawa alkohol primer dengan tingkat kepolaran yang tinggi sehingga dapat melarutkan zat-zat yang tidak larut dalam air. 7. Etanol berdampak buruk bila digunakan secara berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA
rr Anonim. 2012. Ringkasan SN1, SN2, E1, E2 dan Reaksi Bersaingan. http://chemistry is my life.org. Diakses 22 Maret 2013 Ami, Sulpahmi. 2012. Makalah Kimia Organik.http://makalah-kimia-organik-.amie. blogspot.com. Diakses 22 Maret 2013 Fressenden dan Fressenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Pine, Stanley, dkk. 1988. Kimia Organik. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai