Anda di halaman 1dari 56

BAHAN AJAR

ELEKTRONIKA LANJUT

OLEH Citron s. Payu, S.Pd

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2006

BAB I TINJAUAN MATA KULIAH

1.1 Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliaah ini merupakan mata kuliah lanjutan dari mata kuliah Elektronika dasar. Bahan kajiannya mencakup Penguat gandengan RC, penguat gandengan DC, dasar penguat operasional, dan penguat daya. Materi yang akan disajikan pada mata kuliah ini banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengenai komponen-komonen barang elektronika. 1.2 Tujuan Intruksional Dengan mempelajari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mengetahui serta mampu menguasai komponen dan rangkaian elektronika yaitu Penguat gandengan RC, penguat gandengan DC, dasar penguat operasional, dan penguat daya. 1.3 Materi I. Penguat Gandengan RC II. Penguat Gandengan DC III. Dasar Penguat Operasional IV. Penguat Daya. V. Osilator 1.4 Petunjuk Bagi Mahasiswa Dalam Mempelajari Bahan Ajar 1. Sebelum mengikuti perkuliahan, mahasiswa hendaknya membaca buku literatur yang relevan dengan materi yang akan dibahas pada setiap pertemuan. 2. Ikuti semua materi yang dijelaskan oleh dosen agar dapat dipahami dan dimengerti 3. Cari dan diskusikan dengan kelompok belajar materi yang relevan dengan materi yang diajarkan 4. Mintalah petunjuk dan penjelasan dari dosen apabila ada hal-hal yang belum dimengert atau menemui masalah yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. 5. Kerjakan tugas mandiri yang diberikan pada akhir perkuliahan

BAB II PENGUAT GANDENGAN RC

2.1 Pendahuluan 2.1.1 Deskripsi Singkat Pada Bab ini menguraikan tentang penguat kapasitor, daerah frekuensi tinggi untuk penguat satu tahap, tanggapan amplitudo penguat Common-Emitor, tanggapan amplitudo penguat JFET satu tahap, dan rangkaian penguat dua tahap dengan gandengan RC. 2.1.2 Tujuan Intruksional Khusus Setelah mempelajari mata kuliah iin mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengaruh kapasitor C1, C2, dan CE pada penguatan di daerah frekuensi rendah dan frekuensi tinggi 2.2 Penyajian

Sebelum kita membahas tentang rangkaian penguat gandengan RC, terlebih dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan rangkaian RC. Rangkaian RC adalah rangkaian yang didalamnya terdiri dari suatu reisitor R dan kapasitor C Gandengan yang menggunakan kapasitor disebut gandengan RC. Disamping gandengan RC orang juga menggunakan gandengan langsung atau gandengan dc, dan gandengan transformator. Pada materi ini hanya akan membahas tentang gandengan RC. Contoh penguat dengan gandengan RC adalah penguat emitor ditanahkan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Penguat Gandengan RC Pada gambar diatas, Ccj menyatakan kapasitansi didalam transistor yang timbul pada sambungan antara basis dan kolektor, oleh karena adanya daerah pengosongan pada sambungan p-n ini. Kapasitansi C je menyatakan kapasitansi yang timbul pada sambungan p-n antara basis dan emitor. Oleh karena pengaruh kapasitansi yang ada di dalam penguat, nilai penguatan tegangan Gv berubah dengan frekuensi. Grafik yang melikiskan bagaimana penguatan tegangan (biasanya dalam dB) berubah dengan frekuensi (biasanya dalam skala log) disebut tanggapan amplitudo. Dibawah ini adalah contoh dari tanggapan amplitudo suatu penguat.

Gambar 2.1 Tanggapan amplitudo suatu penguat

Pada gambar diatas, frekuensi f 1 disebut frekuensi potong bawah, dan frekuensi f2 disebut frekuensi potong atas. Daerah frekuensi di sekitar f 1 dan di bawahnya disebut frekuensi rendah, sedang antara f 1 dan f2 tanggapan amplitudo tak berubah dengan frekuensi. Daerah frekuensi ini disebut daerah frekuensi tengah. Daerah frekuensi di sekitar dan di atas f2 disebut daerah frekuensi tinggi. Pada daerah frekuensi rendah, penguat berlaku sebagai tapis lolos tinggi dengan f1 adalah kutub daripada fungsi alih Gy(). Pada daerah frekuensi tinggi, yaitu di sekitar f2 dan diatasnya penguat berlaku sebagi suatu tapis lolos rendah. Pada frekuensi tinggi X =
1 untuk kapasitansi ini mempunyai nilai yang cukup C

rendah sehingga harus di perhitungkan peranannya dalam mengurangi arus isyarat yang masuk kedalam basis yang akan diperkuat menjadi arus kolektor. Pada daerah frekuensi tinggi kapasitansi seri seperti C1, C2, dan CE boleh dianggap terhubung singkat. Pada daerah frekuensi tengah kapasitansi seri seperti C 1, C2, dan CE mempunyai reaktansi X =
1

cukup kecil sehingga dapat dianggap terhubung

singkat. Sedang kapasitansi paralel seperti C je dan Cjc mempunyai nilai amat kecil, menghasilkan reaktansi amat tinggi sehingga dapat dianggap terbuka atau tidak terpasang. Akibatnya pada daerah frekuensi tengah tidak ada komponen reaktif, sehingga tanggapan amplitudo menjadi tidak bergantung pada frekuensi (datar). 2.2.1 Daerah Frekuensi Rendah untuk Penguat Satu Tahap. Tanggapan amplitudo pada daerah frekuensi rendah dipengaruhi oleh kapasitansi yang seri dengan arus isyarat, yaitu kapasitor penggandeng C 1 dan C2 serta kapasitor pintas emitor CE.. Pengaruh kapasitor penggandeng C1 dan C2 berkaitan dengan pengaruh kapasitor pintas emitor CE.. A. Pengaruh Kapasitor Penggandeng. Pada bagian ini pengaruh kapasitor pintas emitor CE. tidak diperhatikan. Kita anggap CE. mempunyai nilai sangat besar, sehingga nilai reaktansi
Xc E = 1 C E

amat kecil, atau CE. dapat dianggap terhubung singkat.

Dibawah ini adalah gambar rangkaian penguat dan rangkaian setaranya.

(a)

(b)

Gambar 2.3 Rangkaian penguat (a) dan rangkaian setaranya (b) B. Pengaruh Kapasitor Pintas Emitor. Kita anggap sekarang pengaruh kapasitor penggandeng kita abaikan (kita anggap terhubung singkat), dan hanya memperhatikan pengaruh kapasitor pintas emitor. Hal ini dapat berarti bahwa frekuensi patah oleh kutub pada fungsi alih oleh kapasitor penggandeng adalah jauh di bawah frekuensi patah oleh kapasitor pintas emitor CE. Untuk keadaan ini rangkaian setara penguat dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.4 Rangkaian setara penguat 2.2.2 Daerah Frekuensi Tinggi untuk Penguat Satu Tahap A. Kapasitansi Sambungan p-n Pada daerah frekuensi tinggi reaktansi kapasitansi sambungan antara basis dan kolektor serta antara basis dan emitor mempunyai nilai yang tak terlalu tinggi, sehingga menyimpangkan arus isyarat dari basis. Ini mengakibatkan tegangan isyarat keluaran menjadi berkurang untuk frekuensi yang makin tinggi. Kapasitansi sambungan p-nantara basis dan kolektor, yang kita sebut C jc, terjadi oleh karena adanya lapisan pengosongan pada sambungan p-n itu dimana tak ada pembawa muatan bebas Didalam daerah pengosongan terdapat medan listrik, sehingga daerah ini berupa kapasitor yang berisi muatan. Oleh karena
6

sambungan p-n berada pada tegangan mundur, maka daerah pengosongannya lebar, sehingga kapasitansinya kecil. Sebetulnya nilai kapasitansi C jc bergantung pada beda potensial antara basis kolektor. Sambungan p-n antara basis dan emitor berada dalam keadaan tegangan panjar maju, sehingga daerah pengosongannya lebih sempit, dan kapasitansi sambungan, yaitu Cje, lebih besar daripada Cjc. Pada frekuensi tinggi kapasitansi sambungan C je berpengaruh pada keadaan tegangan mundur waktu hambatan dioda besar. Pada frekuensi tinggi X =
1 C je

sehingga dalam keadaan tegangan panjar mundur terjadi bocoran melalui

Cje. Dioda pada tegangan mundur dapat dinyatakan sebagai kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat diatur dengan tegang panjar. Dioda yang khusus untuk maksud ini disebut dioda varaktor atau dioda varikap. Antara basis dan emitor ada kapasitansi lain lagi yang terjadi, yaitu yang disebut kapasitansi difusi (Cd). Kapasitansi difusi ini terjadi oleh karena basis ada dalam keadaan tegangan maju terhadap emitor, sehingga banyak pembawa muatan bebas dari emitor yang ada dalam basis dalam perjalanan ke kolektor. Sebagian dari pembawa muatan ini terkumpul pada bagian basis, membentuk muatan tersimpan. Muatan simpanan ini akan akan menarik arus dari rangkaian tegangan panjar basis, sehingga dalam basis akan terkumpul dua macam muatan yang berlawanan. Secara efektif terbentuklah suatu suatu kapasitansi yang disebut kapasitansi difusi (Cd). Secara efektif kapasitansi difusi ini paralel dengan kapasitansi sambungan emitor (C je)dan membentuk kapasitansi total Cje + Cd yang kita sebut C1. Jadi C1 = Cje + Cd. Antara basis dan kolektor tak terjadi kapasitansi difusi oleh karena sambungan p-n ini tidak berada dalam tegangan maju. Adanya muatan simpanan ini berpengaruh besar pada penggunaan transistor sebagai saklar yaitu mempengaruhi barapa cepat tegangan keluaran dapat berubah. Ini berarti adanya muatan simpanan ini juga membatasi operasi rangkaian logika mengguanakan transistor dwikutub yaitu TTL atau transistor transistor logik. C. Rangkaian Setara Hibrida yang

Agar dapat melakukan perhitungan pada rangkaian elektronik yang mengandung transistor, orang menggunkan rangkaian setara untuk transistor. Rangkaian setara yang dibahas disini adalah rangkaian setara isyarat kecil, yang berlaku untuk isyarat dengan perubahan yang jauh lebih kecil daripada nilai arus dan tegangan pada keadaan q sehingga dapat digunakan hambatan isyarat kecil pada keadaan q. Ada beberapa macam rangkaian setara isyarat kecil untuk transistor, yaitu rangkaian setara T, Z, Y, dan rangkaian setara parameter (-h), dan rangkaian setara hibrida (- ). Dalam rangkaian setara isyarat kecil, suatu baterei atau catu daya dc dapat digantikan dengan hambatan dalamnya, atau dipandang sebagai terhubung singkat, oleh karenanya hambatan dalamnya sangat kecil. Untuk frekuensi tinggi rangkaian setara parameter h tidak digunakan orang karena parameternya re, rb dan rc tak mudah dari siri statik transistor. Ini terutama disebabkan dalam rangkaian parameter h kita tidak dapat memasang kapasitansi Cjc dan C1, oleh karena kapasitansi ini menghubungkan kolektor dan emitor dengan bagian tengah basis. Untuk frekuensi tinggi orang menggunakan rangkaian setara hibrida - untuk transistor dwikutub. Rangkaian setara ini merupakan modifikasi rangkaian setara T. Rangkaian setara T untuk transistor pada penguat basis dan emitor yang ditanahkan adalah sebagai berikut.

Gambar 2.5 Rangkaian setara untuk basis yang ditanahkan, (a) untuk daerah frekuensi tengah; (b) untuk daerah frekuensi tinggi

Untuk penguat emitor yang ditanahkan masukkan dihubungkan dengan rb, dan sumber arus harus dinyatakan terhadap arus masukan, ib, seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.65 Rangkaian setara untuk basis yang ditanahkan, (a) untuk daerah frekuensi tengah; (b) untuk daerah frekuensi tinggi Pada rangkaian setara T ,re merupakan hambatan isyarat kecil untuk sambungan p-n antara emitor dan basis yang mendapat tegangan maju, sehingga re mempunyai nilai re = I (q )(mA) . Parameter rb adalah hambatan melintang E dalam basis, dengan titik b kira-kira ditengah basis dan rb mempunyai nilai rb 300 . Parameter rc adalah hambatan isyarat kecil untuk sambungan p-n antara basis dan kolektor yang Mendapatkan tegangan panjar mundur, sehingga mempunyai nilai rc 1 M .
25

Besaran ie merupakan suatu sumber arus tetap, dengan sebagai penguatan arus, = antara 0,99 0,998. Pada penguat emitor ditanahkan isyarat masuk melalui basis dan emitor dihubungkan dengan tanah, sedangkan keluaran diambil dari kolektor. Penguat emitor ditanhkan mempunyai impedansi masukan
1 kali lebih besar dari pada 1

ic . Untuk transistor basis ditanahkan, mempunyai nilai ie

penguat basis ditanhkan, dan impedansi keluaran transistor (1- ) lebih kecil dari pada penguat basis ditanahkan. Impedansi masukan yang tak terlelu besar dan impedansi keluaran yang tak terlalu kecil membuat penguat emitor ditanahkan sangat baik digandengkan dalam beberapa tahap tanpa banyak ketaksesuaian impedansi pada alih tegangan dari satu tahap ketahap berikutnya. Frekuensi Potong dan f Untuk dapat menentukan frekuensi potong atas pada tanggapan amplitudo penguat, kita perlu tahu C 1 dan Cjc. Kapasitansi Cjc biasanya ada disebutkan pada lembaran data transistor. Namun tidak demikian halnya dengan kapasitansi C 1. Lembaran data transistor biasanya menyebutkan suatu frekuensi yang disebut f, yaitu frekuensi untuk mana = 1. Oleh karena pengaruh C 1 dan Cjc penguatan arus akan berubah dengan frekuensi. Dibawah ini adalah gambar dari tanggapan frekuensi (d ) o 0 f f f(log) Gambar tanggapan frekuensi

10

Frekuensi patah f disebut frekuensi potong dan f adalah nilai frekuensi dimana = 0 db atau = 1; f disebut frekuensi transisi. Dari nilai f dan Cjc yang dibaca dari lembaran data transistor kita dapat menghitung C1. Hubungan antara f dan C1 dapat diperoleh dengan pemikiran sebagai berikut. Untuk mendapatkan bagaimana berubah dengan frekuensi keluaran pada rangkaian serta hibrida - kita hubungkan singkat. 2.2.3 Tanggapan Amplitudo Penguat Common-Emitor. Untuk seluruh daerah frekuensi cukup kita perhatikan adanya satu frekuensi potong bawah f1 dan satu frekuensi potong atas f 2. Frekuensi potong bawah f1 disebabkan oleh kapasitor pintas emitor, dan frekuensi potong atas f 2 disebabkan oleh kapasitansi antara basis emitor C1 serta kapasitansi basis kolektor Cjc. 2.2.4 Tanggapan Amplitudo Penguat JFET Satu Tahap
JFET terbuat dari bahan semikonduktor p dan n . transistor mempunyai tiga

buah kaki yaitu penguras (drain-D), pintu (gate-G) dan sumber (source-S). Arus penguras (D) melalui satu macam bahan semikonduktor jenis-n. Daerah yang dilengkapi dengan pintu disebut saluran. JFET yang ditunjukkan mempunyai saluran-n. Pada saluran-n pembawa muatan yang bergerak adalah elektron bebas, sehingga penguras haruslah dihubungkan dengan kutub positif baterai, setelah memlalui suatu hambatan. Dibawah ini adalah gambar dari struktur transistor JFET D saluran G p p

n S

11

Pembawa muatan bebas (elektron) berasal dari sumber mengalir kepenguras. Maka untuk saluran-n arah arus listrik (yaitu arah gerak muatan positif) adalah dari pengurus (D) ke sumber (S).
JFET bekerja atas dasar pengaturan lebar saluran oleh daerah pengosongan

yang terjadi pada sambungan p-n antara gerbang dan saluran. Berikut ini adalah contoh dari lambang JFET saluran n dan JFET saluran p

D penguras G
pintu

D G

sumber

(a) JFET saluran n

(b) JFET saluran -p

Daerah pengosongan adalah daerah disekitar sambungan p-n dimana tak ada pembawa muatan bebas. Daerah pengosongan terjadi oleh karena elektron dari bahan-n menyebrang sambungan p-n, dan masuk kedalam daerah p dan lubang dari daerah p berdifusi masuk kedalam daerah n. Karena itu sebelah-n menjadi bermuatan positif dan sebelah p menjadi bermuatan negatif, sehingga pada sambungan p-n terbentuk medan listrik dan juga beda potensial. Adanya medan listrik ini menahan kelanjutan peristiwa difusi, sehingga disebelah menyebelah sambungan terjadi daerah pengosongan dimana tak ada pembawa muatan bebas. Lebar daerah pengosongan dapat diatur oleh besar tegangan mundur yang dipasang pada sambungan. Makin besar tegangan mundur, makin tebal daerah pengosongan yang terjadi. Rangkaian penguat JFET biasanya dapat digambarkan seperti pada gambar berikut.

12

Gambar rangkaian penguat JFET Kapasitor C1, C2 dan Cs terhubung seri dengan arus isyarat. Ketiga kapasitor ini berpengaruh pada daerah frekuensi rendah. Seperti halnya transistor dwikutub, pada transitor FET juga ada kapasitansi yang paralel dengan isyarat, yaitu kapasitansi antara pintu dan penguras (Cgd) serta antara pintu dan sumber (Cgs). Kedua kapasitansi ini akan berpengaruh pada daerah frekuensi tinggi. A. Daerah Frekuensi Tinggi Untuk daerah frekuensi tinggi reaktansi Xc =
1 C

kapasitansi seri

mempunyai nilai amat kecil dibandingkan dengan hambatan yang berhubungan dengan kapasitansi ini, sehingga dapat dianggap terhubung singkat. Sebaliknya terjadi dengan kapasitansi paralel seperti. Cdg dan Cgs. B. Daerah Frekuensi Tengah Pada frekuensi tengah, reaktansi X c =
1 C

masih mempunyai reaktansi

terlalu besar, oleh karena Cdg dan Cgs. Memunyai nilai dalam orde pF. C. Daerah Frekuensi Rendah Untuk daerah frekuensi rendah ada tiga buah kapasitor yang berpengaruh, yaitu kapasitor gandengan C1, C2, dan kapasitor pintas emitor Cs. Kapasitor penggandeng Yaitu : Rsh = RD // RL // r d
13

berhadapan dengan hambatan yang amat tinggi dan kapasitor

penggandeng berhadapan dengan hambatan yang cukup tinggi.

Pada frekuensi tengah, reaktansi X c =

1 masih mempunyai reaktansi C

yang terlalu besar. Oleh karena Cgd dan Cgs mempunyai nilai dalam orde pF. Akibat kedua kapasitor ini dapat dibuat memberikan frekuensi patah tanggapan amplitudo pada nilai frekuensi amat rendah. Seperti halnya pada transistor dwikutub, kapasitor Cs harus mempunyai nilai besar agar frekuensi patah pada tanggapan amplitudo yang disebabkan oleh Cs menjadi cukup rendah. A. Daerah Frekuensi Atas. Pada daerah frekuensi tinggi, kapasitansi yang berpengaruh adalah kapasitansi paralel, yaitu kapasitansi antara pintu dan penguras C gd dan antara pintu dan sumber Cgs. Kapasitansi sering juga disebut C iss dan kapasitansi Cgd disebut Crss. 2.2.5 Rangkaian Penguat Dua Tahap dengan Gandengan RC Suatu penguat transistor dwikutub dua tahap dengan gandengan RC seperti pada gambar berikut.

Gambar Transistor penguat dwikutub dua tahap. Frekuensi Tengah Pada daerah frekuensi tengah kapasitansi yang seri dengan arus isyarat, yaitu C1, C2, C3, CE1 dan CE2 dapat dianggap terhubung singkat, dan kapasitansi yang
14

paralel dengan arus isyarat seperti kapasitansi antara basis kolektor C jc , dan kapasitansi antara basis emitor Cd + Cjc dapat dianggap terbuka.

15

EVALUASI 1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan rangkaian RC ! 2. Bagaimanakah pengaruh Kapasitor penggandeng untuk daerah frekuensi rendah yang digunakan sebagai penguat satu tahap? 3. Bagaimanakah pengaruh Kapasitor Pintas Emitor untuk daerah frekuensi rendah yang digunakan sebagai penguat satu tahap? 4. Mengapa tegangan isyarat keluaran untuk kapasitansi p-n berkurang untuk frekuensi yang semakin tinggi? Jelaskan ! 5. Apa yang dimaksud dengan kapasitansi difusi? 6. Gambarkan rangkaian JFET beserta bagian-bagiannya! 7. Sebutkan dan jelaskan kapasitor yang berpengaruh pada daerah frekuensi rendah!

Daftar Pustaka Sutrisno, 1985.Elektronika 2 Teori dan Penerapannya.ITB, Bandung Malvino, 1992, Prinsip-Prinsip Elektronik (edisi Terjemahan),Erlangga:Jakarta

16

BAB III PENGUAT GANDENGAN DC


3.1 Pendahuluan 3.1.1 Deskripsi Singkat Pada Bab ini menguraikan tentang penguat dengan dua transistor, tegangan panjar balkan, pelepas gandengan, hubungan Darlington, hubungan NPN-PNP dan PNP-NPN, penguat diferensial dan penguat kashoda. 3.1.2 Tujuan Intruksional Khusus Setelah mempelajari mata kuliah iin mahasiswa diharapkan mampu : 8. Menjelaskan penguat dengan dua transistor 9. Menjelaskan Tegangan panjar balikan 10. Menjelaskan pelepas gandengan 11. Menjelaskan hubungan Darlington 12. Menjelaskan hubungan NPN-PNP dan PNP-NPN 13. Menjelaskan penguat diferensial 14. Menjelaskan penguat kashoda 3.2 Penyajian 3.2.1 Hubungan npn-pnp dan pnp-npn Suatu bentuk gandengan langsung antara dua transistor yang sering dijumpai adalah seperti pada gambar 1.

Gambar 3.1. Penguat gandengan npn-pnp

17

Penguat di atas tidak lain penguat gandengan langsung biasa seperti pada gambar 1. Perbedaannya hanya terletak pada transistor Q2 yaitu transistor pnp. Dioda D1 dan D2 adalah untuk penyedot arus ICO, agar tak menyebrang sambungan basis kolektor, yang akan menyebabkan titik kerja mudah berubah dengan suhu. Kombinasi pnp-npn seringkali digunakan sebagai satu transistor ini dilukiskan pada gambar 2 berikut:

Gambar 3.2. a) Kombinasi npn-pnp berfungsi sebagai npn; b) Kombinasi pnp-npn berfungsi sebagai pnp. Sifat transistor gabungan ditentukan oleh macam transistor pertamanya. Misalkan transistor pertama npn, maka kombinasi akan bersifat sebagai transistor npn pula. 3.2.2 Penguat diferensial Satu bentuk penguat gandengan langsung yang banyak digunakan dapat dilihat pada gambar 3 yaitu suatu bentuk penguat diferensial. Penguat ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Selisih tegangan isyarat antara kedua keluaran ini sebanding dengan selisih kedua isyarat pada masukan, jika penguatan tegangan kedua penguat sama. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut: V01 V01 V02 Atau Vod = A1V1 dan V02 = A2 Vi2. Jika A1 = A2 = A = A(Vi1-V12) = A Vid dengan Vod = V01 V02 dan Vid = Vi1-V12

Penguatan A juga disebut penguatan diferensial. Oleh karena itu ada dua masukan dan dua keluaran, penguat diferensial seperti itu dikatakan mempunyai masukan berujung dua dan keluaran berujung dua. Penguat diferensial tersebut dikenal dengan nama penguat diferensial masukan berimbang dan keluaran berimbang.

18

Gambar. 3.3 a Penguat diferensial Gambar 3.3 b. Tegangan pada titik A tak langsung pada isyarat masukan diferensial Marilah kita tinjau perilaku penguat di atas untuk isyarat masukan diferensial Vid = Vi1-V12. Agar lebih mudah dimengerti Vi2 dibuat tetap besarnya, misalnya sama dengan nol. Rangkaian menjadi seperti gambar 4a. Jika Vid diperbesar, arus IE1 akan diperbesar pula. Akibatnya tegangan titik A akan naik, VBE(Q2) akan berkurang sehingga IE2 akan berkurang. Ini berarti

Gambar 3.4. (a) penguat diferensial dengan masukan dan keluaran berimbang; (b) rangkaian setara penguat pada (a) iE 1 + 1E.2 = lE tetap besarnya. Oleh karena VA = iE RE - VEE, tegangan pada titik A tak dipengaruhi oleh isyarat diferensial. Dengan kata lain tegangan pada titik A mempunyai nilai tetap terhadap isyarat diferensiaL Dapatlah diartikan bahwa untuk isyarat diferensial, RE tak dilalui arus isyarat sehingga tidak muncul pada rangkaian setara isyarat kecil. Untuk isyarat diferensial pada suatu penguat diferensial dengan masukan berimbang dap keluaran berimbang rangkaian setara adalah seperti pada gambar 5. Dari gambar 4 tampak bahwa hambatan masukan R i = 2hie dan hambatan keluaran
1 R0 = 2 h // Rc oe

Penguatan arus adalah hfe, sehingga pengaturan tegangan adalah:

19

KV =

( h // Rc ) Vod io Ro = = h fe oe Vid ii Ri hie

Untuk 1/hoe >> Rc maka KV, dif adalah penguatan tegangan untuk isyarat masukan diferensial. dengan Kv,di adalah penguatan tegangan untuk isyarat masukan diferensial. 3.2.3 Penguat diferensial dengan keluaran tunggal. Seringkali kolektor salah satu transistor dihubungkan langsung padA Vcc sehingga berada pada tanah ac. Penguat diferensial semacam ini mempunyai keluaran tunggal dan disebut penguat diferensial dengan keluaran, tak berimbang. Penguat semacam ini dilukiskan pada gambar 3.5

Gambar 3.5. Penguat diferensial dengan keluaran tunggal Marilah kita tinjau perilaku kedua masukan pada penguat di atas. Jika V i2 kita buat tetap dan V. 1 diperbesar maka arus iEl membesar dan iE2 mengecil maka tegangan pada keluaran akan naik. Jadi isyarat pada masukan akan menghasilkan keluaran sefasa. Masukan a disebut masukan tak membalik, dan dinyatakan dengan tanda +. Jika masukan a dibuat tetap dan tegangan pada masukan b diperbesar, maka arus kolektor Q2 akan bertambah besar yang berakibatkan tegangan pada keluaran akan turun. Tampak jika keluaran b dinaikkan, keluaran turun, atau isyarat pada masukan b akan menghasilkan keluaran dengan fasa berlawanan. Oleh karena itu masukan b disebut masukan membalik, dan diberi tanda -. Suatu bentuk penguat diferensial dengan masukan diferensial dan keluaran tunggal adalah penguat operasional. Rangkaian setara penguat diferensial dengan keluaran tak berimbang dilukiskan pada gambar berikut

20

Gambar 3.6. Rangkaian setara penguat diferensial dengan keluaran tak berimbang. 3.2.4 Nisbah Penolakan Modus Bersama. Misalkan kedua masukan penguat diferensial dengan masukan berimbang dan keluaran tak berimbang (keluaran tunggal) kita hubungkan satu dengan yang lainnya, dan dihubungkan dengan suatu cumber isyarat-isyarat yang bersama dihubungkan dengan kedua masukan penguat diferensial disebut isyarat modus bersama (common mode). Berapa besar tegangan isyarat keluaran untuk masukan modus bersama seperti itu? Jika penguatan tegangan Q2 sama dengan penguatan Q1 yaitu A, maka tegangan isyarat keluaran ialah V0 = A (V1-V2) Penguatan tegangan untuk isyarat modus bersama disebut penguatan modus bersama (ACM). Secara ideal jelaslah penguatan modus bersama harus sama dengan nol (Ac,yr = 0). Dalam praktek ACM 0, tetapi bernilai lebih kecil dari penguatan diferensial. Sehubungan dengan perilaku penguat diferensial terhadap isyarat modus bersama, prang mendefinisikan suatu besaran yang disebut nisbah penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio-CMRR), yang menyatakan bagaimana penguat menolak isyarat modus bersama. CMRR didefinisikan sebagai nisbah penguatan diferensial terhadap penguat modus bersama atau CMRR .
CMRR = Adif ACM

Nisbah modus bersama (CMRR) seringkali dinyatakan dalam dB, yaitu


CMRR = ( dB ) = 20 log Adif ACM atau

CMRR (dB) = 20 log A d if - 20 log A cm CMRR (dB) = Adif (dB) -A CM (dB). Nilai CMRR = 100 dB termasuk tinggi. Tak mullah dibuat penguat diferensial dengan CMRR sebesar ini. CMRR = 120 dB hanya dapat dicapai pads penguat

21

diferensial hibrid, dimana komponen-komponen untuk penguat diferensial dibu at agar mempunyai nilai yang sedekat mungkin. CMRR setinggi ini Bering diperlukan pada panguat instrumentasi. Agar lebih jelas, misalkan kita mempunyai penguat diferensial dengan CMRR = -100 dB, dan A d i f = 100 = 40 dB, kits peroleh A CM = -60 dB = 10 -3. Jadi andaikan ada isyarat modus bersama dengan tegangan 10 V, misalnya oleh sebab dengung dari listrik PLN, maka pada keluarannya, akan ada tegangan isyarat (10 V) (10-3) = 10 mV. Untuk membahas penguatan modus bersama digunakan penguat diferensial dengan isyarat modus bersama. Perlu kita perhatikan bahwa untuk isyarat modus bersama, titik pertemuan emitor kedua transistor tidak lagi berperilaku sebagai tanah ac. Rangkaian setara untuk isyarat modus bersama ditunjukkan pada gambar 10.20

Gambar 3.7. (a) penguat diferensial dengan isyarat modus bersama; (b) Rangkaian setara penguat (a)

3.2.5

Penguat Gandengan Emitor. Suatu modifikasi terhadap penguat diferensial adalah seperti dilukiskan pada

gambar 10.22. Penguat semacam ini disebut penguat gandengan emitor (Emitter Coupled Amplifier). Penguat ini juga dikenal sebagai penguat diferensial dengan masukan tak berimbang dan keluaran tak berimbang. Penguat gandengan Or emitor ini mempunyai tanggapan frekuensi amplitudo yang lebar. Ini disebabkan karena penguat ini dapat dipandang sebagai suatu pengikut emitor Q 1 yang dihubungkan dengan penguat basis ditampilkan Qz. Penguat pengikut enutor Q 1 mempunyai penguatan tegangan sebesar 0,5 bila kedua transistor yang digunakan identik, seperti dapat dilihat pada gambar 3.8

22

tak berpengaruh terhadap kapasitansi Cil . Selanjutnya penguat Q2 membentuk penguat basis ditanahkan dengan frekuensi potong atas yang tinggi. Berdasarkan sifat inilah, penguat gandengan emitor digunakan-untuk penguat daerah frekuensi radio. 3.2.6 Penguat kaskoda Suatu bentuk penguat gandengan langsung yang dikenal sebagai penguat kaskoda dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.9 (a) Penguat kaskoda; (b) Kaskoda dilukiskan sebagai penguat emitor bersambung dengan penguat basis ditanahkan. Penguat kaskoda sering digunakan sebagai penguat RF (radio frequency) untuk memperkuat isyarat yang diterima oleh pesawat radio, televisi, ataupun aiat komunikasi 23

radio yang lain. Penguat kaskoda memiliki tanggapan amplituda yang amat lebar. Ini dapat dicapai karena penguat kaskoda tak lain adalah suatu penguat emitor ditanahkan dengan penguatan tegangan satu, dihubungkan dengan penguat basis ditanahkan.

01eh karena Qr mempunyai penguatan rendah maka efek Miller tak terlalu berpengaruh terhadap kapasitansi masukan Ql . Selanjutnya penguat Q 2 adalah penguat basis ditanahkan yang mempunyai hambatan masukan rendah, sehingga frekuensi potong atas mempunyai nilai tinggi Pada penguat frekuensi radio orang banyak menggunakan kaskoda FLY, seperti pada gambar 3.1010.26.

Persarnaan (10.3) adalah persamaan garis beban yang memberikan nilai Vos( Q ~ untuk transistor Ql dan Q2.

24

BAB IV PENGUAT DAYA

4.1 Pendahuluan 4.1.1 Deskripsi Singkat Pada Bab ini menguraikan tentang penguat daya dengan trafo keluaran, penguat tolak-tarik, penguat setangkap komplementer dan daya penguat tolak-tarik kelas B. 4.1.2 Tujuan Intruksional Khusus Setelah mempelajari mata kuliah iin mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan penguat daya dengan trafo keluaran 2. Menjelaskan penguat tolak-tarik 3. Menjelaskan penguat setangkap komplementer 4. Menjelaskan penguat OTL dan OCL 5. Menjelaskan daya penguat tolak-tarik kelas B 4.2 Penyajian 4.2.1 Penguat Daya Dengan Trafo Keluaran Transformator dapat digunakan untuk transformasi impedansi. Impedansi masukan tidaklah sama dengan impedansi keluaran jika jumlah lilitan primer berbeda dengan jumlah lilitan sekunder. Hubungan antara V 1 dan V 2 dapat diperoleh dengan menggunakan hukum imbas Faraday, yaitu bahwa perubahan fluks magnetik terhadap waktu akan menimbulkan tegangan gerak listrik. Secara matematik diperoleh V = N ditembus fluks magnetik. Pada transformator seperti tampak pada gambar berikut
d jika ada N lilitan yang dt

Gambar 4.1 Transformasi impedansi dengan transformator 25

V1 = n1

d dt

V2 = n 2

d dt

Dengan fluks dalam primer sama dengan fluks dalam lilitan sekunder. Dari persamaan di atas diperoleh:
V1 V2 = n1 n2

atau
V2 = n2 V1 n1 n1 > 1 maka n2

Misalkan n1 > n2 dan n = V2 = V1 n

Tegangan pada sekunder lebih kecil dari pada tegangan pada primer. Selanjutnya, transformator adalah komponen pasif yang dapat bekerja tanpa memerlukan daya listrik dari luar. Ini berarti daya keluaran tak akan lebih besar daripada daya masukan. Jika daya yang hilang pada transformator diabaikan, daya pada keluaran akan sama daya masukan. Oleh karena daya listrik P = IV maka:
V1 = nI1 V2

I1V1 = I 2V2 atauI 2 = I1

Persamaan di atas menunjukkan bahwa jika tegangan sekunder n kali lebih rendah daripada tegangan primer, arus yang mengalir pada sekunder akan n kali lebih besar daripada arus yang mengalir di dalam lilitan primer. Bagaimana halnya dengan impedansi dilihat dari masukan, yaitu Z1 =
V2 ? I2 V1 , dan I1

impedansi dilihat dari keluaran yaitu : Z 2 =

Jika impedansi lilitan transformator diabaikan, kita peroleh dari persamaan V2 =


V1 V1 = nI1 dan I1V1 = I 2V2 atauI 2 = I1 V2 n

26

V1 V V Z1 Z2 = 2 = n = 1 2 = 2 I 2 nI 1 I 1n n
atau Z 1 = n 2 Z 2

V1 V Persamaan Z = 2 = n = V1 = Z1 2 I 2 nI 1 I 1n 2 n 2

berarti bahwa dilihat dari keluaran,

impedansi Z 1 yang ada pada primer tampak mempunyai nilai

Z1 n2

Persamaan Z1 = n 2 Z 2 berarti impedansi Z 2 yang ada pada sekunder jika dilihat dari primer mempunyai nilai n 2 Z 2 . Agar lebih jelas, hal yang terakhir ini ditunjukkan pada gambar 1.2.

Gambar 4.2 Impedansi RL bila dilihat dari primer tampak mempunyai nilai n 2 RL Dengan menggunakan transformator kita dapat menggandengkan suatu penguat dengan beban. Lihat gambar 4.3

Gambar 4.3 Penguat daya tegangan trafo keluaran

27

Pada penguat daya tegangan isyarat besar, sehingga tidak dapat dibahas dengan menggunakan rangkaian serta isyarat kecil. Kita dapat menggunakan ciri keluaran transistor dan menentukan bentuk isyarat keluaran secara grafik. Dilihat dari pengeluaran penguat, hambatan beban
RL

untuk isyarat ac

mempunyai nilai n 2 RL . Sedangkan hambatan dc dari kolektor ke VCC kecil, yaitu hambatan kawat lilitan primer. Bentuk ciri keluaran beserta garis beban ac dan dc ditunjukkan pada gambar 1.4. tegangan isyarat pada basis menyebabkan arus isyarat pada basis yang berubah-ubah disekitar I B ( q ) . Jika kemiringan garis beban ac dipilih sedemikian rupa sehingga memotong sumbu VCE pada nilai VCE = 2 VCC , maka jika arus basis berubah dari I B =0 sehingga I B (penjenuhan) maka tegangan isyarat pada kolektor akan berubah dari dekat 0 sehingga 2 VCC dengan VCE ( q ) = VCC . Berapa nilai n yang diperlukan agar garis beban ac memotong sumbu VCE pada nilai 2 VCC

Gambar 4.4 Penyelesaian grafik untuk penguat daya dengan keluaran trafo Dari gambar di atas kemiringan beban adalah
1 n RL
2

I C (q) VCC

yang harus sama dengan

Jadi

28

I C(q) VCC

1 n RL
2

Atau
n2 = VCC I C ( q ) RL

Jika dipilih nilai n yang memenuhi persamaan di atas, isyarat keluaran dapatlah dibuat simetrik. Biasanya nisbah jumlah lilitan sekunder dan lilitan primer n adalah tertentu (bergantung pada transformator keluaran yang kita punyai). Dalam hal ini kita atur I C ( q ) melalui arus basis I B ( q ) agar garis beban ac memotong sumbu VCC pada nilai 2 VCC . Daya isyarat keluaran maksimum yang dapat disampaikan kepada beban dipandang dari kolektor hambatan beban RL tampak mempunyai nilai n 2 RL . Oleh karena isyarat keluaran paling besar mempunyai amplitudo VCC maka daya keluaran rata-rata

P0 =

V 2 CC 2n 2 R L
2

2 V 1 V 2p P0 = 1 CC = 2 n R 2 RL L

V2 p =

VCC adalah isyarat puncak (amplitudo) pada ujung sekunder transformator. n

Daya masukan yang diambil dari catu daya jika isyarat keluaran maksimum. Tegangan VCC haruslah tetap karena VCC adalah sumber tegangan tetap. Dari gambar 1.4 tampak arus I C berubah dari 0 hingga sama dengan

IA =

2VCC secara sinusoida, sehingga arus kolektor rata-rata adalah n 2 RL 2VCC V = 2CC . 2 2n RL n RL

I C (q) =

Arus ini diambil dari sumber tegangan tetap VCC , sehingga daya masukan haruslah

Pi = I C ( q )VCC

V 2 CC = 2 n RL

29

2 V 1 V 2p = Dari persamaan P0 = 1 2 CC dapatlah disimpulkan bahwa jika titik n RL 2 RL

q ada ditengah garis beban (ac), maka daya guna atau efisiensi maksimum adalah
Po = 1/2=50% Pi

Penguat dengan titik kerja (q) di tengah garis beban disebut penguat kelas A. Secara umum dapatlah disimpulkan bahwa untuk penguat kelas A daya guna maksimum adalah 50%. 4.2.2 Penguat Tolak Tarik Suatu bentuk penguat daya dengan transformator yang banyak digunakan dapat dilihat pada gambar 1.5

Gambar 4.5 Penguat tolak tarik Pada penguat tolak tarik transistor Q1 dan Q2 bekerja dengan fasa berlawanan. Transformator T1 berfungsi sebagai pemecah fasa agar isyarat yang masuk Q1 dan Q2 mempunyai fasa berlawanan. Transformator T1 juga dikatakan berfungsi sebagai pembalik fasa. Transformator T2 digunakan untuk pemadanan impedansi, agar bebab berhambatan rendah RL tampak mempunyai nilai sebesar n 2 RL , dengan
n= n1 >1 n2

Penguat tolak tarik sering digunakan pada radio transistor kecil, dimana transformator pembalik fasa dan transformator keluaran mempunyai ukuran yang amat kecil. Satu contoh, rangkaian penguat audio yang ada pada praktek dilukiskan pada gambar 1.6

30

Gambar 4.6 Bagian Keluaran Suatu Radio Transistor Penguat tolak tarik dapat menggunakan tegangan panjar kelas A dimana pada keadaan tanpa isyarat VCE ( q ) = 1 VCC . Dengan tegangan panjar semacam ini penguat

tolak-tarik dapat mengurangi cacat, akan tetapi daya guna penguat pada daya maksimum tak akan lebih dari 50%. Tegangan panjar lain yang bisa digunakan orang adalah tegangan panjar kelas B dimana pada keadaan tanpa isyarat VCE ( q ) =VCC dan arus I C ( q ) = 0 . Jadi, jika tidak ada arus masukan, tak ada arus mengalir melalui transistor. 4.2.3 Penguat Setangkap Komplementer Pada penguat daya tolak tarik yang dibahas, beban dengan impedansi rendah dibuat agar tampak memiliki impedansi tinggi jika dilihat dari kolektor transistor dengan menggunakan transformator. Dapatlah disimpulkan bahwa transformator keluaran berfungsi sebagai pengubah impedansi. Cara lain agar penguat tegangan dengan hambatan keluaran besar dapat digunakan untuk memberikan arus isyarat yang besar adalah dengan menggunakan suatu tahap penyangga. Penyangga mempunyai impedansi masukan tinggi sehingga tak membebani penguat tegangan yang dihubungkan dengan masukannya. Penyangga mempunyai impedansi keluaran amat rendah, sehingga dapat menyampaikan tegangan yang besar pada beban berhambatan kecil, seperti pada pengeras suara, atau motor listrik. Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas lihatlah gambar berikut

31

Gambar 4.7 Fungsi Penyangga untuk menyampaikan keluaran penguat tegangan kepada beban berhambatan rendah.
4.2.4 Penyangga Setangkap Komplementer Dengan adanya penyangga, isyarat pada penguat tegangan yang mempunyai tegangan besar dapat sampai kepada beban tanpa banyak rugi tegangan. Ini dapat dipahami oleh karena Ri 2 >> Ro1 dan Ro 2 << RL . Dengan tegangan isyarat yang besar pada beban hambatan kecil, urus isyarat yang disampaikan kepada beban RL besar. Dengan tegangan dan arus isyarat besar maka disampaikan daya isyarat yang besar kepada beban. Penyangga dapat dianggap suatu penguat arus oleh karena arus masukan ii kecil (berhubungan dengan Ro1 dan Ri 2 besar), dan arus keluaran io besar (oleh karena Ro 2 dan RL kecil).

Gambar 4.8 Penyangga setangkup komplementer Pada penguat daya setangkup komplementer, penguat tegangan disebut pemacu. 4.2.5 Penguat OTL dan OCL Catu daya OV dan VCC disebut catu daya berkutub tunggal (unipolar). Jika menggunakan catu daya berkutub tunggal, harus dipasang kapasitor penggandeng pada keluaran, lihat gambar berikut

32

Gambar 4.9 Penguat OTL Penguat setangkup komplementer yang menggunakan kapasitor keluaran disebut penguat OTL (Output Transformer less), oleh karena tak menggunakan trafo keluaran seperti halnya penguat tolak tarik. Penguat setangkup komplementer dengan catu daya dwikutub yaitu yang menggunakan - VCC dan + VCC tak menggunakan kapasitor

keluaran dan dikenal sebagai penguat OCL (Output Capacitor less). Penguat ini tak memerlukan kapasitor keluaran oleh karena tegangan dc pada keluaran haruslah OV. 4.2.6 Penguat Daya Setangkap Komplementer

Suatu penguat daya yang lengkap terdiri dari penguat tegangan (pemacu) dan penyangga. Gambar berikut melukiskan suatu penguat daya dengan keluaran maksimum 1,5 watt untuk beban 8

Gambar 4.10 Penguat daya setangkup komplementer dengan daya watt

keluaran 1,5

Dalam membahas penguat daya orang jarang mengemukakan penguatan tegangan secara langsung. Biasanya pengertian kepekaan masukan (input sensivity) digunakan untuk menyatakan besar tegangan masukan yang akan menghasilkan isyarat keluaran tepat akan tergunting. Sebagai contoh: Jika suatu penguat daya mempunyai kepekaan masukan 1 V, berarti jika diberi isyarat masukan 1 V pp akan menghasilkan isyarat keluaran yang tepat 33

akan tergunting. Untuk penguat OTL (dengan catu daya berkutub tunggal), isyarat keluaran maksimum sebelum terpotong adalah V o , ppmaks . = VCC . Dalam hal ini penguatan tegangan adalah VCC dibagi kepekaan masukan. 4.2.7 Daya Pada Penguat Tolak Tarik Kelas B Daya guna (efisiensi) penguat kelas A paling besar adalah 50%. Dengan menggunakan tegangan panjar kelas B kita dapat memperoleh daya guna lebih besar lagi. Marilah kita perhatikan penguat OTL (catu daya berkutub tunggal) seperti ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 4.11 Penguat daya audio OTL Garis beban untuk transistor keluaran Q3 dan Q4 adalah seperti ditunjukkan pada gambar 4.12 Pada keadaan tenang (tanpa isyarat) tegangan antara kolektor emitor adalah
VCC . Pada keadaan arus isyarat maksimum arus rata-rata adalah

I Crata rata =

2 2 VCC IA = 2 RL

Jadi daya masukan yang ditarik dari VCC pada keadaan isyarat maksimum adalah

P( rata rata ) = I rata rata ( 1 VCC ) 2


= 2 2 VCC I A ( 1 VCC ) = 2 2 RL 1 1 V 2 CC V = 2 CC 2 RL

Daya pada isyarat keluaran maksimum adalah

Po =

V 2 p V 2 CC V 2 CC = = dengan V pp ,maks 2 RL 8RL 8 RL

=VCC

34

Daya guna atau efisiensi maksimum untuk penguat kelas B tolak tarik adalah:

Gambar 4.12 (a) pembentukan arus iC 1 dan iC 2 ; (b) arus iC = iC1 + iC 2

maks =

Po 8RL 2 = = x100% = 78% 2 V CC Pi 8 2 RL


Daya lepasan adalah
Ples = Pin Po = 22% Pin

V 2 CC

atau
Ples 22% Pin 22 = = 30% Po 78% Pin 78

Ini dapat diperoleh dengan anggapan bahwa nilai arus puncak I p = I A . Dapat ditunjukkan bahwa lepasan maksimum tidaklah terjadi jika arus puncak I p = I A , akan tetapi jika I p =
2

I A ; untuk nilai arus puncak ini Ples = 40% Po ( maks ) .

35

Sebagai contoh, jika daya keluaran 100 watt, maka daya lesapan adalah 40% Po = 40 watt. Jadi jika kita membuat penguat audio dengan daya keluaran 100 watt kita harus menggunakan transistor keluaran yang tahan daya lesapan 40 watt.

36

BAB V DASAR PENGUAT OPERASIONAL 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Deskripsi Singkat Pada Bab ini menguraikan tentang Sifat-sifat Ideal OP-AMP, Impedansi masukan dan keluaran. 5.1.2 Tujuan Intruksional Khusus Setelah mempelajari mata kuliah iin mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan dasar-dasar penguat OP-AMP 2. Menjelaskan sifat dan besaran dasar OP-AMP 3. Menjelaskan pengintegral OP-AMP 4. Menjelaskan rangkaian pendiferensial OP-AMP 5. Menjelaskan prinsip Kerja komputer analog 6. Menjelaskan komputerator 5.2 Penyajian Penguat Operasional atau OP-AMP berasal dari kata operational emplifier yang berarti adalah penguat deferensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang mempunyai penguatan tegangan yang Amat tinggi, yaitu orde 105. Dengan penguatan yang Amat tinggi ini, penguat operasional dengan rangkaian balikan lebih banyak digunakan dari pada lingkar terbuka. Pada masa kini OP-AMP dibuat dalam bentuk rangkaian terpadu atau IC (Integrated Circuit), dimana dalam satu potong cristal silikon dengan luas kurang dari 1 mm2 terkandung rangkaian penguat lengkap terdiri dari banyak transistor, dioda, resistor, dan Madang-kadang kapasitor. Kini kita dapat membeli statu IC yang dalam satu potongan kristal mengandung empat buah OP-AMP sekaligus. Pemakaian OP-AMP amatlah luas meliputi bidang elektronika audio, pengatur tegangan dc, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog ke digital dan pengubah analog ke digital, pengolah isyarat seperti cuplik-tahan, penguat pengunci, pengintegral, kendali otomatik, komputer analog, elektronika nuklir, dan lain-lain. OP-AMP IC, Penguat menggunakan OP-AMP , Beberapa Sifat dan Besaran Dasar OP-AMP, dan

37

5.2.1

Sifat-sifat Ideal OP-AMP.

OP-AMP biasanya dapat digambarkan sebagai berikut : + VCC INV V0 Non-INV - VCC Gambar 5.1 OP-AMP Tampak adanya dua masukan, yaitu masukan membalik (INV) dan masukan tak membalik (non-INV). Masukan membalik diberi tanda minus (-) dan masukan tak membalik diberi tanda plus (+). Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan membalik, maka daerah frekuensi tengah isyarat keluaran berlawanan fasa atau berlawanan tanda dengan isyarat masukan. Sebaliknya jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik, maka isyarat keluaran akan sefasa atau mempunya tanda yang sam dengan isyarat masukan. Pada umumnya OP-AMP menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding dengan beda tegangan isyarat antara kedua masukanya. OP-AMP semacam ini kita kenal sebagai OP-AMP biasa. Disamping OP-AMP biasa adapula OP-AMP yang menghasilkan tegangan isyarat keluaran sebanding dengan beda arus masukan. OP-AMP semacam ini dikenal sebagai OPAMP Norton. Satu contoh OP-AMP Norton adalah IC LM 3900 buatan National Semiconduktor. Satu macam lagi adalah OP-AMP yang menghasilakn arus keluaran yang sebanding dengan beda tegangan isyarat antara kedua masukannya. OP-AMP semacam ini disebut penguat transkonduktansi operasional (Operational Transconduktance Amplifier OTA). Satu contoh OTA adalah IC CA 3080 buatan RCA. Adapun beberapa sifat ideal OP-AMP adalah sebagai berikut : Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau AV,lb = Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau RO,lb = 0 Hambatan masukan lingakar terbuka tak berhingga, atau Ri,lb = 38 +

Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 f1 = Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) = Perbandingan bandingkan sifat ideal di atas dengan sifat statu OP-AMP IC yang

Amat popular. Yang dikenal dengan nama 741. Pada mulaya IC 741 dibuat oleh Fairchild semiconductor dan bernama A 741. akan tetapi oleh karena Amat popular, hampir semua preusan juga membuatnya. Untuk 741 kita mempunyai data berikut : R i, lb = 2M, CMRR =90 dB, Av,lb =200.000 (pada frekuensi rendah), Ro,lb = 75, lebar pita untuk penguatan = 1 adalah M Hz. Rangkaian yang ada di dalam IC 741, tetapi sementara ini marilah kita memandangnya sebagai kotak hitam saja. Setalah kita nanti mengenal OP-AMP secara baik kita akan membahas berbagi kekurangannya. Setelah itu kita akan membahas pula tanggapan frekuensi sambil melihat rangkaian OP-AMP,dan kemudian akan membahas pula berbagai pemakaian OP-AMP seperti pembanding,tapis, penintegral dan pendeferensial, serta komputr analog. Oleh karena penguatan tanpa balikan (lingkar terbuka) Amat besar, maka penguatan lingkar tertutup (dengan balikan) boleh dilata hanya bergantung pada rangkaian balikan saja, dan tidak bergantung pada nilai konponen yang digunakan dalam OP-AMP IC itu sendiri. Anggapan ini mungkin tidak berlaku pada daerah berfrekuensi tinggi. Namur demikian kita akan menggaunakan anggapan ini, denggan menyadari batas-batas berlakunya. 5.2.2 OP-AMP IC Untuk pemakaian OP-AMP lebih lanjut bisa digunakan yaitu untuk mengatur nada, rangkaian nilai mutlak, penguat instrumantasi, tapis aktif, pengatur tegangan, penguat logaritmo, dan lain-lain. Selama rangkaian yang dibuat bersifat sederhana, dan persyaratan isyaratanya juga ringan, maka amatlah mudah menggunakan OP-AMP. Namur jika kita perlu menggunakan OP-AMP untuk daerah frekuensi yang lebar, kita harus mulai perhatikan hal-hal seperti laja belok, nisbah penilakan modus bersama, nisbah penolakan catu daya (Power Suply Rejection Ratio PSRR), tanggapan amplitudo isyarat besar dan sebagainya. Selain itu kita selalu memandang OP-AMP sebagai kotak hitam, yaitu kita tidak pedulikan rangkaian di dialam OP-AMP agar dapat berfikir jika terjadi masalah. Dengan mengetahui rangkaian didalam OP-AMPkita seringkali dapat memikirkan cara pemakaian yang memuat OP-AMP dapat bekerja dengan lebih lebar pita brlipat ganda daripada penggunaan biasa. Oleh karena itu marilah kita pelajari lebih jauh tentang berbagai OP39

AMP IC yang lajim digunakan orang pada masa kini. Pada bagian terdahulu telah disebut OP-AMP IC jenis 741 dan748. Kedua jenis OP-AMP ini termasuk jenis tua dan kini telah banyak jenis-jenis baru yang mempunyai kualitas lebih unggul. Cikal bakal OP-AMP IC adalah A 702 yang dibuat oleh Fairchild Semiconductor pada tahun 1963. OP-AMP ini tidak mudah digunakan, yaitu mudah rusak. Statu lompatan dalam evolusi OP-AMP IC terjadi dengan diperkenalkannya OP-AMP A 709 oleh Fairchild pada tahun 1965. OP-AMP ini lebih baik dari pada 702, yang mempunyai catu daya simetris, penguatan lingkar terbuka yang tinggi, arus panjar masukan yang lebih rendah, dan sebagainya. IC ini hingga saat penulisan buku ini masih tetap diproduksi setelah beumur 19 tahun. Pada tahun 1967 perusahaan semikonduktor (National Semiconductor Corporation) mengeluarkan OP-AMP IC LM 301. perancang IC ini adalah Robert Widlar, yang juga merancang A 709 sewaktu masih bersama Fairchild Semikonduktor, dan kemudian pada tahun 1980 merancang OP-AMP CM 11. Tonggak berikutnya dalam sejarah OP-AMP IC adalah A 741 buatan Fairchild Semikonduktor, yang dibuat pada bulan mei 1968. IC 741 adalah OP-AMP IC pertama yang menggunakan kapasitor kompensasi frekuensi didalam IC (kompensasi dalam). OP-AMP diperkenalkan oleh Fairchild pada tahun 1965, sebagai penyempurnaan OP-AMP A 702. OP-AMP ini masih banyak digunakan orang, dan boleh dikata merupakan OP-AMP klasik. Pada OP-AMP generasi berikutnya, yaitu LM 301 dan A 741 digunakan penguat diferencial satu tahap, namun dengan penguatan yang lebih tinggi. OP-AMP 301 diperkenalkan oleh national Semikonduktor Corporation pada tahun 1967, dan merupakan perbaikan terhadap 709. LM 301 sering dikatakan pemula OP-AMP kedua. Op amp LM 301 dibuat bersama dengan LM 201 dan LM 101. LM 101 adalah untuk pembakuan militer (Amerika Serikat), LM 201 untuk memenuhi syarat pembakuan industri, sedang LM 301 untuk pembakuan komrsial. Beberapa IC butan Nationa Semiconductor mengikuti cara penamaan yang sama, seperti misalnya LM 311, LM 211, LM 111 (komperator ), LM 318, LM 218 LM 118 (OPAMP) dan sebagainya. LM 301 dirancang untuk menghilangkan masalah utama yang berhubungan dengan 701 yaitu : 1. Kurangnya perlindungan terhadap hubungan singkat 2. Rangkaian kompensasi frekuansi yang pelik 3. Teluaran mengunci bila jangka modus bersama dilebihi 40

4. Tegangan diferensial masukan yang terlampau rendah 5. Lesapan daya yang berlebihan 6. Kepekaan terhadap pembebanan kapasitif dan mudah osilasi 7. Jangka tegangan catu daya yang terbatas. LM 301 mengatasi semua masalah di atas dan menambahkan penyempurnaan yang lain. Penguatan dinaikkan menjadi 160.000 (40.000 untuk 709), dan tegangan catu dapat menggunakan nilai 5 V hingga 20 V. 5.2.3 Penguat menggunakan OP-AMP Jika kita ingin menggunakan OP-AMP untuk penguat dengan penguatan tegangan yang tak terlalu besar, kita harus memasang balikan negatif. Ini dilakukan dengan memasang resistor antara keluaran dengan masukan membalik. Oleh karena penguatan tanpa balikan (lingkar terbuka)amat besar, maka penguatan lingkar tertutup (dengan balikan) boleh dikata hanya bergantung pada rangkaian balikan saja, dan tak bergantung kepada nilai komponen yang digunakan di dalam OP-AMP IC itu sendiri. Anggapan ini mungkin tak berlaku untuk daerah frekuensi tinggi. Namun demikian kita akan gunakan anggapan ini, dengan menyadari batas-batas berlakunya. 5.2.4 Beberapa Sifat dan Besaran Dasar OP-AMP Kita sudah mengenal beberapa sifat ideal OP-AMP , seperti penguatan tak hingga, lebar pita tak hingga, dan lain-lain. Dalam pasal ini kita akan membahas beberapa sifat lain yang kita jumpai dan harus diperhatikan bila bekerja dengan OP-AMP, seperti misalnya : arus panjar masukan, ofset masukan dan keluaran, laju belok, dan tanggapan frekuensi. Sifat-sifat dasar OP-AMP antara lain: 1) Ofset tegangan keluaran Ofset pada tegangan keluaran atau disingkat ofset kekiaran (Vo of), menyatakan tegangan dc pada keluaran OP-AMP jika OP-AMP dalam keadaan lingkar tertutup tidak diberi isyarat masukan (vl = 0) 2) Tanggapan amplitudo Pada umumnya, OP-AMP mempunyai beberapa tahap penguatan di dalamnya dengan menggunakan gandengan dc. Akibatnya OP-AMP tak punya kutub di daerah frekuensi rendah, dan mempunyai lebih dari dua kutub pada daerah frekuensi tinggi.

41

3. Laju belok Laju belok menyatakan sifat OP-AMP terhadap isyarat besar berupa isyarat persegi atau denyut, yaitu untuk perubahan tegangan yang mendadak. Laju belok dinyatakan dengan yang menyatakan berapa volt isyarat s keluaran berubah dalam waktu 1As, jika masukan diberi isyarat berbentuk tingkap. 5.2.5 Impedansi masukan dan keluaran. OP-AMP yang ideal mempunyai impedansi atau hambatan masukan takberhingga (Ian hambatan keluaran nol. Pada kebanyakan OP-AMP IC sifat di atas tak dipenuhi. Ada dua pengertian tentang impedansi masukan, yaitu impedansi masukan diferensial dan impedansi masukan modus bersama.

Gambar 5.2 impedansi masukan pada op-amp IC

Gambar 5.3. Impedansi masukan pada penguat tak membalik

42

BAB VI OSILATOR 3.1 Pendahuluan 3.1.1 Deskripsi Singkat Pada Bab ini menguraikan tentang osilator RC, osilator LC, osilator kristal, dan osilator relaksasi. 3.1.2 Tujuan Intruksional Khusus Setelah mempelajari mata kuliah iin mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan osilator jembatan RC 2. Menjelaskan osilator jembatan Wien 3. Menjelaskan osilator T-kembar 4. Menjelaskan osilator Hartley 5. Menjelaskan osilator Colpitts 6. Menjelaskan osilator Kristal 7. Menjelaskan osilator lampu neon 8. Menjelaskan osilator UJT 3.3 Penyajian 3.2.1 Osilator RC Osilator RC menggunakan hambatan R dan kapasitansi C untuk mengatur frekuensi. Isyarat yang dihasilkan dapat diusahakan agar berbentuk sinusoida. Osilator ini menggunakan balikan positif, sehingga kondisi osilasi, yaitu v Gv () = 1 hanya berlaku untuk satu nilai frekuensi, yang berakibat keluaran berbentuk sinusoida. Ada berapa macam osilator RC yang akan dibahas disini, yaitu osilator jembatan RC, osilator jembatan Wien dan osilator jembatan T-kembar. Tampak R1 V1 dan R2 V2 membentuk rangkaian balikan positif yang reaktif, sehingga faktor balikan V bergantung pada frekuensi. Pada osilator jembatan RC digunakan R1 = R2 = R dan C1 = C2 = C. Frekuensi dapat diubah dengan mengubah R 1 dan R2. Marilah kita hitung faktor balikan untuk keadaan ini.

43

1 R // jC Vf V = = V0 1 1 R + + R // jC jC = jRC jRC ( jRC + 1) + ( jRC + 1) + jRC


1 persamaan diatas menjadi RC

untuk satu nilai frekuensi =

V =

j ( j + 1) + ( j + 1) + 1

j 1 = 3j 3

Nyata bahwa untuk nilai frekuensi ini faktor balikan bersifat nyata. Jika R 1 R2 dan C1 C2 dapat ditunjukkan bahwa faktor balikan 1 R2 C 2 adalah nyata bila R + C + 1 1 1

V =

( R1 R2 C1C 2 )

Jika penguat lingkar terbuka KV,1b dibuat agar mempunyai nilai sama dengan 3, maka penguatan lingkar V KV,1b
` = ( 3) = 1 . Oleh karena balikan bersifat positif, maka 3 1 penguatan RC

rangkaian elektronik ini akan berisolasi pada satu nilai frekuensi, yaitu =

lingkar terbuka KV,1b dapat diatur dengan mengubah potensiometer RG, sehingga kondisi osilasi terpenuhi. 3.2.2 Osilator Jembatan Wien Suatu perbaikan dari pada osilator jembatan RC seperti yang baru dibahas adalah osilator jembatan wien. Osilator jembatan Wien dapat dikendalikan dengan menggunakan pengatur penguatan otomatik AGC (Automatik Gain Control) agar mempunyai amplitudo yang tetap terhadap waktu. Apabila op-amp beserta R1 dan R2 membentuk penguat tak membalik dilihat dari masukan tak membalik (+). Penguatan penguat ini adalah

44

R1 1 KV = 1 + R pada frekuensi = RC faktor balikan positif oleh pembagi tegangan RC 2


adalah v v = 1 1/3 Agar Kv terjadi = I osilasi + R1/R2 haruslah = 1/v dipenuhi = 3 hubungan R1 = 2R2 Kc = sehingga atau

Satu rnasalah yang timbul pada osiIator RC adalah mengenai kemantapan osilator. Suatu osilator dikatakan tak mantap jika amplitudo isyarat keluaran terus naik hingga akhirnya tergunting atau osilasi tertekan hingga tak keluar isyarat. Pembalntapan kemantapan usilator memerlukan pengertian teori kontrol, tetapii disini dapat disimpulkan hal berikut. jika penguatan kurang dari 3, osilasi akan mati dan jika lebih dari 3. isyarat pengeluaran akan terus membesar sehingga tergunting. Akibatnya, keluarn tidak lagi berbentuk sinusoida. Agar penguatan tetap rnernpunyai Nilai Kv = 3 dipelukan Usaha untuk mengatur penguatan secara otomatik. Lampu L1 adalah lampu dengan hambatan kira-kira 200 bila dialiri arus 15 mA, sehingga R3/R (L1) = 2. Jika isyarat keluaran membesar maka arus pada lampu L1 bertambah besar dan harnbatannya membesar pula. Akibatnya penguatan penguat Kv = 1 + R3/R (L1) akan turun, sehgingga nilainya tetap sama dengan 3. untuk menjaga terpenuhinya kondisi osilasi . Cara untuk melaksanakan AGC (kendali penguatan otomatik ) pada asilator jembatan wien dilukiskan pada gambar 14.4. Cara kerja sistem AGC pada gambar 14.4 dalah sebagai berikut. Kita tahu bila V DS < Vp pada JFET, transistor akan berperilaku sebagai suatu resistor yang hambatannya bergantung pada bda regangan antara pintu dan sumber VGS. Hambatan saluran rds dapat dihitung dan hubungan =

di 1 = D rDS dVGS

, yaitu kemiringan

lengkung dari ID (VGS). Tampak makin besar (mundur) makin besar hambatan rds. Bilamana isyarat keluaran dibuat searah oleh D1 sehingga berbentuk setengah gelombang negatif, mengontrol membesar pula, yang kemudian penguatan yang mengakibatkan dipotong oleh secara R2 //rdS dioda Zener otomatik. juga membesar. D2. Selanjutnya, isyarat dan D1 dan D2 ditapis oleh kapasitor C dan digunakan untuk Jika isyarat membesar, akan dihasilkan VGS yang besar sehingga hambatan saluran rdS Akibat penguatan yaitu KV = 1 + R1/(R2//rDS) akan turun, dan amplitudo isyarat keluaran akan berkurang.

45

3.2.3 Osilator T-Kembar Tanggapan amplitudo T-kembar bersifat sebagai tapis sekat pita yang meneruskan semua nilai frekuensi kecuali dalam suatu pita frekuensi = Jika R1 = R2 = R, R3 =
1 . RC

R sedang C1 = C2 = C dan C3 = 2 secara tepat maka isyarat keluaran 2 R terjadilah isyarat keluaran yang kecil, yaitu 2

V0 = 0 V. Jika R3 tak tepat sama dengan

V0 R 1 < 1. jika keadaan setimbang ini terjadi karena R3 , maka frekuensi = ada 2 RC V1
beda fase sebesar 180 0 antara keluaran dan masukan. Kita dapat menggunkan T-Kembar untuk membuat osilator. Rangkaian T-Kembar menghubungkan keluaran dengan masukan membalik. Akan tertapi pada =
1 ada tambahan beda fase sebesar 1800. jika (R3 + R1) R, sehingga RC 1 balikan bersifat positif dengan mengubah R1 agar faktor balikan V RC

pada frekuensi =

dapat dibuat cukup kecil V AV,lt = 1, yaitu kondisi osilasi untuk rangkaian pada gambar 14.8 osilasi terjadi pada frekuensi 1 KHz. R4 diatur agar terjadi osilasi. 3.2.4 Osilator LC Osilator LC digunakan untuk memperoleh isyarat sinusoida dari frekuensi audio hingga frekuensi radio, bahkan sampai frekuensi gelombang mikro. Apabila balikan dipasang negatif, sehingga pengaturan lingkar tertutup (dengan balikan) KV,LT adalah K V ,lt =

K V ,lt 1 + V K V ,lb

Jika arus isyarat dalam lingkar dapat dianggap besar dibanding dengan arus isyarat pada bagian lain isolstor, maka

K V ,lb =

V0 Z 2 Z1 = = dan V = Va Z 1 Z1 + Z 3
46

Keadaan ini dipenuhi nilai Z1, Z2 dan Z3 merupakan reaktansi murni yang membentuk rangkaian resonansi LC parelel, pada keadan resomamsi. Agar balikan jadi positif, kita harus mengusahakan agar penguatan lingkar V K V ,lb = 1. oleh karena balikan sudah kita nyatakan negatif, sehingga dihasilkan persamaan

KV ,lt =

KV ,lt 1 + V KV ,lb

, maka K V ,lb =

Z2 Z1

haruslah nyata dan positif. Disamping itu

pengutan lingkar V K V ,lb = + Z3 = 0

Z1 Z Z1 x 2 = = - 1 atau Z2 = - Z1 Z2 atau Z1 + Z 3 Z1 Z1 + Z 3

Z 1 + Z2

Kedua syarat diatas hanya dapat dipenuhi jika Z1, Z2 dan Z3 semuanya reaktansi murni atau Z = jX. Jika X berupa kapasitansi, maka X = induktansi, maka X = L.
1 ; sedangkan jika X berupa C

K V ,lb =

Z2 X2 maka persamaan ini menjadi K V ,lb = yang harus bertanda positif dan riil Z1 X1

sehingga Z1 + Z2 + Z3 = 0 menjadi X1 + X2 + X3 = 0 3.2.5 Osilator Hartley Salah satu rangkaian yang merupakan penjelmaan rangkaian dasar osilator dikenal dengan osilator Hartley. Bila kita bandingkan keduanya maka : X1 = jL1 ; X2 = jL2 dan X3 = 1 j C
1 =0 C

Persamaan X1 + X2 + X3 = 0 menjadi L1 + L2 + Dan frekuensi resonansi f =

1 = 2 2 ( L1 + L2 )C

Timbulnya bunyi tersebut dapat kita terangkan sebagai berikut. Sewaktu kapasitor C belum terisi muatan listrik, osilator bekerja sehingga menghasilkan suara. Kapasitor C1 diisi muatan lewat VR dan R sehingga tegangan di basis akan naik. Suatu saat VB transitor melampaui 0,6 volt, transistor akan menjenuhkan sehingga osilasi berhenti. Pada saat yang sama perubahan arus yang mendadak menghasilkan tegangan imbas pada L1 ,yang juga

47

akan mengakibatkan tegangan yang berlawanan pada L2 . Akibatnya muatan positif kapasitor C1 akan ditarik melalui C2 sehingga kosong. Pada saat itu osilator bekerja lagi sehingga menghasilkan bunyi. Demikian terus terjadi secara berulang-ulang. Suatu modifikasi lain lagi dan osilator Hartley ditunjukkan pada gambar 14.14. Rangkaian ini digunaka. untuk mikrofon FM. Apabila pemancar mikrofon FM dengan isolator Hartley; L:1/4 gulungan kawat no. 18 (sadapan di tengah)
1

/4

incidiameter

(panjang

inci)

Transistor Q1 dan Q2 adalah penguat audio, memperkuat isyarat dan mikrofon. Keluaran penguat audio mengubah tegangan pada dioda D. Dioda D berfungsi sebagai kapasitor yang nilai kapasitansinya dikontrol oleh tegangan isyarat dan penguat Q 2 Kapasitansi dioda D timbul oleh adanya daerah pengosongan pada sambungan pn yang ada di dalam keadaan tegangan panjar mundur. Akibat selanjutnya ialah frekuensi osilasi transistor Q beruhah sesuai dengan isyarat suara dan mikrofon. ini merupakan peristiwa modulasi frekuensi (FM). Osilator Q. adalah modifikasi osilator Hartley. 3.2.6 Osilator Colpitts Agar frekuensi mantap, untuk C3 hingga C5 harus digunakan kapasitor polistiren. Untuk Q1 dapat digunakan JFET dengan transkonduktamsi gm yang tingi. Kapasitor C1 hingga C4 dipasang paralel untuk membagi anus i. Jika digunakan sebuah kapasitor, terjadilah pemanasan rf yang akan mengubah frekucnsi terhadap waktu. Kapasitor C6 dan C7 meimpunyal mlai XC = 60 untuk f = 1,9 MHz dan C6 = C7 = 1500 pF. Dioda D1 digunakan untuk mengapit pintu. Pada dasarnya dioda ini membatasi ayunan positif dan tegangan sinusoida. Hal ini akan membatasi perubahan kapasitansi sambungan pn dalam Q sehingga mengurangi terbentuknya harmonik, dan prubahan kapasitansi yang beresonansi dengan L. Syarat osilasi adalah bahwa balikan adalah positif dengan V |GV, lb| = 1 penguatan lingkar terbuka adalah :

GV ,lb =

V0 j L = = 2 LC 2 1 dan Vi j C 2
1 jC 2 1 1 + jC1 jC 2 C1 C1 + C 2

V =

Vf V0

48

Osilasi terjadi bila

V GV ,lb = 1atau 2 =

1 C1C 2 L C +C 2 1

dan

1 C1C 2 L C +C 2 1

Jadi untuk osilator Colpitts basis ditanahkan dan tampak apabila apabila dipandang dari induktor L, maka kapasitor-kapasitor C1 dan C2 tampak terhubung seri, sehingga mempunyai nilai setara : Csetara =
C1C 2 ( C1 + C 2 )

Sedangkan untuk C1 dan C2 yang terhubung paralel maka nilai setara Csetara = C1 + C2 3.2.7 Osilator Kristal Agar diperoleh frekuensi yang mantap orang menggunakan kristal pada rangkaianrangkaian osilator. Yang dimaksud dengan kristal disini adalah kristal kuarsa atau kristal silikondioksida. Kristal ini bersifat piezoelektrik. Sifat piezoelektrik adalah sifat beberapa macam kristal, jika kristal ini ditekan, maka antara dua permukaan yang ditekan akan muncul beda potensial listrik. Bigitu pula sebaliknya jika kedua ujung diberi beda potensial maka akan ada tekanan mekanik antara kedua permukaan tersebut. Sifat piezoelektrik pada kristal kuarsa mengakibatkan kristal ini berperilaku sebagai suatu sistrm resonansi. Lengkung resonansi kristal ini amat tajam atau mempunyai faktor Q yang amat tinggi (dalam orde ribuan). Frekuensi resonansi kristal bergantung pada tebal kristal, dan arah bidang pemotogan kristal menentukan kekuatan osilasi dan perubahan frekuensi terhadap suhu. 3.2.8 Osilator Relaksasi Bentuk isyarat yang dikeluarkan oleh osilator relaksasi tidak berbentuk sinusoida, tetapi mungkin berbentuk segi empat, pulsa, segi tiga atau gigi gergaji. Osilator relaksasi menggunakan pengisian dan penguatan muatan pada suatu kapasitor melalui suatu hambatan. Suatu perubahan yang terjadi secara eksponensial dalam waktu disebut relaksasi. Karena pengisian tegangan tetap bersifat eksponensial, maka asilator yang menggunakan mekanisme ini dikenal dengan asilator relaksasi. Osilator relaksasi dapat dibuat dengan menggunakan neon, transistor, sambungan tunggal (UJT), PUT, op-amp, dan transistor.

49

8.1 Osilator Relaksasi Lampu Neon Osilator relaksasi lampu neon sering digunakan pada pena uji atau lampu panel. Lampu neon berisi gas neon pada tekanan amat rendah, diatas suatu nilai tegangan tertentu lampu neon menyala dan hambatan lampu neon menjadi amat kecil. Ini terjadi karena nyala lampu neon disebabkan oleh ionisasi gas neon antara kedua kutub. Bentuk isyarat keluaran adalah gigi gergaji eksponensial. Periode osilasi ditentukan oleh hambatan R dan kapasitansi C. 8.2 Osilator UJT Osilator UJT atau osilator sambungan tunggal adalah suatu komponen aktif yang banyak digunakan untuk menghasilkan isyarat pulsa. Pulsa ini digunakan untuk kontrol pada instrumentasi. Bilamana hambatan Rb1 dan Rb2 adalah hambatan setara didalam UJT. Hambatan Rb1 dinyatakan variabel oleh karena nilainya berubah dengan arus emitor IE. Jika dioda D ada dalam keadaan tegangan mundur, arus I E 0 dan hambatan Rb1 mempunyai nilai maksimum. Hambatan basis adalah Rb1 + Rb2 dan dinyatakan sebagai Rbb. Parameter UJT yang sering digunakan orang adalag yang disebut nisbah hambatan basis instrinsik. Yaitu =

R b1 R = b1 R b1 + R b2 R bb R b2 VBB = VBB R b1 + R b2

Jika arus emitor IE = 0 Maka Vb ' =

Pada keadaan ini tegangan pada emitor

V E 0 V B + 0,6V = V BB + 0,6V
'

Dengan mengatur posisi pengusap pada potensiometer R V tegangan VE dapat diubah. Jika VE > VE0 maka dioda D mendapat teganga maju. Akibatnya emitor akan memancarkan lubang kedalam basis. Lubang ini dotolak oleh basis B 2 yang mempunyai potensial positif, dan lubang akan terdorong masuk kebasis B 1. oleh karena jumlah muatan bebas yang ada pada basis B1 bertambah maka konduktifita akan naik, atau hambatan R b1 akan turun sedemikian rupa sehingga dengan kenaikan arus emitor tegangan emitor akan turun.

50

Jika sumbu IE kita pasang vertikal lengkung maka, ciri UJT tampak mirip dengan lengkung ciri dioda dengan keadaan tegangan maju. Arus Ip disebut arus puncak dan menyatakan arus emitor yang diperlukan untuk membuat agar UJT berkonduksi. Arus Iv disebut arus lembah yang menyatakan akhir dari pada daerah hambatan negatif. Jika kita menggunakan isyarat berupa gigi gergaji linier, kapasitor CT kita isi muatan dengan menggunakan sumber arus tetap seperti gambar dibawah. 8.3 Osilator PUT Osilator PUT adalah suatu komponen semi konduktor dengan struktur pnpn seperti ditunjukkan pada ganbar dibawah. Rangkaian setara PUT dapat dianggap sebagai dua transistor yang saling memperkuat sehingga jika tegangan anoda A lebih tinggi suatu V BE
0,6 V dari tegangan pada basis maka PUT akan berkonduksi.

Tampak bahwa ciri PUT mirip dengan ciri UJT. Perbedaanya terletak pada nilai I p dan Iv yang pada PUT dapat diprogram dengan mengubah R G = RG1//RG2. arus puncak Ip bergantung pada VG dan RG1//RG2 PUT dirancang agar arus anoda kurang dari arus lembah Iv. Jika osilator tidak lagi dapat menyediakan arus yang diperlukan, PUT akan kembali berkonduksi dan akan mempunyai hambatan yang amat tinggi. Akibat kapasitor mengisi muatan lagi melalui R, sehingga tegangannya naik secara eksponensial. Tegangan pada anoda akan berubah secara berkala sehingga membentuk isyarat gigi gergaji eksponensial, setiap terjadi koinduksi pada PUT, arus membesar sesaat sehingga pada katoda terbentuk pula positif. Selama berkonduksi VG ikut turun tegangannya mengikuti anoda, sehingga pada pintu akan terjadi pulsa-pulsa negatif. Seperti halnya pada UJT, osilator relaksasi PUT digunakan untuk menghasilkan denyut guna mengendalikan pernyalaan SCR, yaitu semacam saklar semikonduktor. 8.4 Osilator Relaksasi Dengan Picu Schmitt. Pada osilator ini kita dapat menggunakan op-amp untuk membuat osilator relaksasi. Apabila R2 beserta R3 membuat op-amp bekerja sebagai pembanding (picu Schmitt) oleh karena balikan yang diberikan oleh R2 dan R3 bersifat positif. Akibatnya jika tegangan osilator sedikit melebihi regangan masukan tak membalik (+), keluaran akan berubah keadaan, yaitu menjadi negatif. Kapasitor C1 akan membuang muatan melalui R1. Pada waktu tegangan kapasitor turun dibawah masukan tak membalik (+), maka keluaran berubah keadaan lagi menjadi positif. Kapasitor C1 kini diisi dengan muatan positif. Peristiwa ini terjadi secara berulang dengan perioda kira-kira = RC . Osilator

51

relaksasi diatas dapat dirubah lagi menjadi lebih sederhana dengan menggunakan IC digital, misalnya 7413, yaitu Picu Schmitt. Osilator picu Schmitt menggunakan adanya histeris apda fungsi alih picu Schmitt. Adanya histeris pada fungsi alih berarti ada dua tegangan ambang, satu pada +1/2 Vcc dan yang lain pada -1/2 Vcc.

52

DAFTAR PUSTAKA

53

KATA PENGANTAR
Buku Bahan Ajar elektronika Lanjut ini disusun sesuai dengan kurikulum yang ada di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo dan digunakan oleh mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah elektronika lanjut. Buku ini memuat lima pokok bahasan yaitu penguat gandengan RC, penguat gandengan DC, penguat daya, dasar penguat operasional dan osilator. Penulis berharap buku ini dapat membantu mahasiswa dalam belajar serta dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan calon guru khususnya untuk mahasiswa Jurusan Fisika, yang nanti sebagai penentu nasib bangsa. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna kesempurnaanya. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu ersusunnya buku Bahan Ajar Elektronika Lanjut ini. Penulis

Citron S. Payu

54

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I 1.1 1.2 1.3 1.4 BAB II TINJAUAN MATA KULIAH Deskripsi Singkat Tujuan Instruksional Materi Petunjuk Bagi Mahasiswa Dalam Mempelajari Buku Ajar PENGUAT GANDENGAN RC 2 i ii 1

2.1 Pendahuluan 2.2 Penyajian BAB III PENGUAT GANDENGAN DC 16 3.1 Pendahuluan 3.2 Penyajian BAB IV PENGUAT DAYA 25 4.1 Pendahuluan 4.2 Penyajian BAB V DASAR PENGUAT OPERASIONAL 39 5.1 Pendahuluan 5.2 Penyajian BAB VI OSILATOR 45 6.1 Pendahuluan 6.2 Penyajian

55

DAFTAR PUSTAKA 55

56

Anda mungkin juga menyukai