Anda di halaman 1dari 10

BAB I ARGENTOMETRI

1.1. Tujuan Percobaan - Membuat larutan standar perak nitrat 0,01 N. - Standardisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida. - Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur yang diperdagangkan. 1.2. Teori Dasar Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia analitik, dalam titrasi, dalam penentuan gravimetri. Titrasi argentometri adalah proses titrasi pengendapan melibatkan garam-garam perak, dengan penekanan lebih pada indikator-indikator yang telah dikembeangkan. [1] Penetapan kadar argentometri menggunakan perak nitrat. Garam ini merupakan satu-satunya garam perak yang terlarutkan air sehingga reaksi perak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan endapan. Garam-garam, seperti natrium klorida dan kalium sianida, dapat ditentukan kadarnya dengan cara berikut ini : AgNO3 + NaCl AgCl(endapan)+NaNO3 (1.2.1) (perak nitrat) (natrium klorida) (perak klorida) (natrium nitrat) AgNO3 + KCN AgCN (endapan) + KNO3 (perak nitrat) () () () Sampel garam dilarutkan di dalam air dan di titrasi dengan larutan perak nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis titrasi ini dapat menunjukkan titik akhirnya sendiri (self-indicating). Pada penetapan kadar natrium klorida, kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan setelah semua natrium klorida bereaksi, tetesan pertama AgNO3 berlebih menghasilkan endapan perak kromat berwarna merah yang mengubah warna larutan menjadi coklat merah. [2] Kurva titrasi untuk titrasi pengendapan dapat dibuat dan secara keseluruhan analog dengan titrasi asam-basa dan pembentukkan kompleks. Perhitunagan-perhitungan kesetimbangan yang berdasarkan atas tetapan kelarutan produk diperlukan pada titik ekivalen. [1]

Gambar 1.1. Kurva titrasi NaCl, NaBr, NaI (disatukan gambarnya tetapi terpisah titrasinya) X= Cl, Br, atau I. Pada setiap titrasi, 50 mL larutan garam 0,1 M dititrasi dengan AgNO 3 0,1 M.

Bila kita alurkan volume titrant sebagai absis dan pAg atau pX (X=anion yang diendapkan oleh Ag+) sebagai ordinat, maka akan diperoleh titrasi seperti pada gambar

1.1. Diatas titrannya ialah perak nitrat dan yang di titrasi ialah natrium klorida. Perhitungan koordinat-koordinat dapat di lakukan sebagai berikut : a. Awal: pCl = - log [NaCl] ; misal [NaCl] = 0,1, maka pCl = 1,0 b. Sebelum titik akhir: Ag+ + Cl- AgCl endapan (1.2.3) (ion perak) (ion klorida) (perak klorida)
y (a-n)+y ny

dimana: a = mmol Cl- semula (jumlah analitis) n = mmol Ag+ yang telah ditambahkan y = Ag+ yang tak terendapkan sebagai akinat kesetimbanganya c. Titik ekivalen: [Ag+] = [Cl-] = Ksp AgCl d. Lewat titik ekivalen: sekarang terdapat kelebihan titrant (Ag+), sehingga: Ag+ + Cl- AgCl(endapan) (1.2.4) (ion perak) (ion klorida) (perak klorida) Bentuk kurva titrasi tergantung dari Ksp endapan dan dari konsentrasi larutan yang dititrasi dan titrant. Selain kedua faktor tersebut juga macam endapan dan adsorpsi menentukan bentuk kurva titrasi. Macam endapan yang dimaksud ialah, apakah jumlah kation dan anionnya sama atau berbeda, misalnya prak nitrat atau perak kromat. Untuk macam perak klorida, kurva titrasi simetris terhadap titik ekivalen dan bagian kurva yang paling curam (dpCl/dV paling besar) terhadap pada titik ekuivalen. Untuk macam perak kromat, kurva titrasi tidak simetris terhadap titik ekivalen dan dpCl/dV terbesar tidak jatuh bersama dengan titik ekivalen. Adsorpsi menyebabkan bagian curam lebih pendek daripada yang dihitung secara teoris, sehingga perbedaan antara kurva menurut hitungan dan yang dibuat menurut pengukuran, dapat sangat berbeda. Adsorpsi terutama kuat di dekat titik ekivalen. Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang tergolong pembentukan kompleks) dibedakan menjadi 2 macam cara berdasar indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir. 1. Cara Mohr (1856) Indikator kalium kromat, titran ialah perak nitrat. Terutama untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl. pH harus diatur agar tidak terlalu asam maupun terlalu basa (antara 6 dan 10). Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titrant sehingga terbentuk endapan merah-bata, yang menunjukan titik akhir karna warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+. Dari pengertian kelarutan dan Ksp jelas bahwa: a. Ag2CrO4 harus mempunyai kelarutan yang sesuai dibandingkan dengan kelarutan endapat analat; maka konsentrasi CrO4+ yang digunakan dapat membentuk endapan indikator tidak jauh dari titik ekivalen. b. Ag2CrO4 harus lebih mudah larut daripada endapat analat. Kalau tidak, maka indikator mengendap lebih dahulu daripada analat, atau jauh sebelum titik ekivalen tercapai.

[Ag+]2[CO3-]=10-11,25 (1.2.5) + 2 -11,89 [Ag ] [CO4 ] = 10 c. Untuk analat yang berbeda perlu digunakan konsentrasi indikator yang berbeda pula, agar titik akhir tidak terlalu jauh dari titik ekivalen. Untuk titrasi Cl- maupun I-, maka: - Untuk titrasi Cl- (pKsp AgCl = 9,75), titik akhir jatuh pada konsentrasi Cl- = 0,7 10-5 , sedang pada titik ekivalen, konsentrasi itu 1,33 10-5; titik akhir amat mendekati titik ekivalen walaupun agak lambat. - Untuk titrasi I- (pKsp AgI = 16,01), akan terdapat [I-] pada titik akhir = 3,85 10-12 dan pada titik ekivalen = 9,9 10-9; titik akhir terlalu lambat. Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka akan terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai. Keterbatasan-keterbatasan cara Mohr menyebabkan pada umumnya cara Mohr tak sebaik cara Fajans dan Volhard, tetapi secara luas masih dipakai untuk titrasi ion-ion Cl- dan Br-. 2. Cara Fajans Indikator yang dipakai adalah indikator adsorpsi menurut macam-macam anion yang diendapkan oleh Ag+, titran AgNO3, pH tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai. Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi yaitu zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih indikator yang dipakai dan pH. Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: - Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya fluorescein yang digunakan dalam titrasi in klhorida. HFIH++FI(1.2.6) - Ion FI inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda, karena penyerapan terjadi pada permukaan. - Dari keseimbangan pengionan HFI diatas terlihat, bahwa konsentrasi FI- akan sangat dipengaruhi oleh pH, maka perubahan warna akan kurang jelas dan titik akhir terlambat. - Kebanyakan indikator adsorpsi bersifat asam lemah maka umumnya tidak dapat dipakai dalam larutan yang terlalu asam. Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak di antara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya (fotosensitifitas) dan menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, accurate dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid. [3] Perbedaan metode Mohr dan metode Fajans: 1. Metode Mohr

Pembentukan endapan berwarna. Indikatornya ion kromat. Untuk enentuan Cl- dan BrReaksi: 2Ag++CrO4-2Ag2CrO4 merah bata (1.2.7) - Metode Mohr digunakan pada meduim larutan yang bersifat netral (pH 7-10). - Apabila terlampau asam akan terbentuk CrO42- dan CrO72- sehingga penggunaan peniter lebih besar dan galat menjadi besar. 2. Metode Fajans - Indikator Adsorpsi ialah senyawa organik yang dapat teradsorpsi pada permukaan padat yang terbentuk selama titrasi pengendapan. - Adsorpsi (desorpsi) terjadi disekitar titik setara dan hasilnya terjadi perubahan warna atau perpindahan warna dari larutan ke zat padat (atau sebaliknya). - Indikator yang digunakan: Fluorescein untuk titrasi Cl dengan perak nitrat. - Ion fluorescein membentuk garam perak berwarna. - Reaksi: - HFlu+H2OH3O++Flu(1.2.8) - Jika perak nitrat ditambahkan pada larutan Cl, maka akan terbentuk lapisan halus perak klorida yang akan mengikat Cl berlebih di permukaan sehingga partikel koloid bermuatan negatif. [4] 1.3. Tinjauan Bahan - Aquadest Rumus Molekul : H2O Berat molekul : 18,02 g/mol Warna : tidak berwarna Bau : tidak berbau Bentuk : cair pH : 7 ( Netral ) - Flourescein Rumus molekul : C20H10 Na2O5 Berat molekul : 376,27 g/mol Warna : Coklat Merah Bau : tidak berbau Bentuk : serbuk pH : 8,3 ( basa ) - Indikator Phenolphthalein Rumus molekul : C20H14 O4 Berat molekul : 318,32 g/mol Warna : tidak berwarna Bau : tidak berbau Bentuk : padat pH : 8,3 10 ( basa ) -

- Kalium Kromat Rumus molekul : K2CrO4 Berat molekul : 194,19 g/mol Warna : Kuning - Kehijauan Bau : tidak berbau Bentuk : cair pH : 9,0 9,8 ( basa ) - Natrium Klorida Rumus molekul : NaCl Berat molekul : 106,44 g/mol Warna : Keputih-putihan Bau : tidak berbau Bentuk : padat pH : 5 7 ( asam - netral) - Perak Nitrat Rumus molekul : AgNO3 Berat molekul : 169,87 g/mol Warna : tidak berwarna Bau : tidak berbau Bentuk : cair pH : 8 10,5 ( netral sedikit basa ) 1.4. Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan: B. Bahan- bahan yang digunakan: - batang pengaduk - aquadest (H2O) - beakerglass - indikator fluorescein - botol aquadest - indikator phenolptialin - buret - kalium kromat (K2CrO4) - corong - natrium klorida (NaCl) - Erlenmeyer - perak nitrat (AgNO3 - gelas arloji - karet - labu ukur - neraca analitik - pipet ball - pipet tetes - pipet volume - plastik 1.5. Prosedur Percobaan A. Preparasi larutan - Membuat larutan perak nitrat 0,01 N sebanyak 250 mL - Membuat larutan natrium klorida 0,01 N sebanyak 100 mL - Membuat indikator kalium kromat 1% sebanyak 50 mL

- Membuat indikator fluorescein 1% sebanyak 50 mL B. Standardisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida 0,01 N 1. Dengan Metode Mohr - Memipet 12,5 mL larutan natrium klorida 0,01 N, memasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL - Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1% - Menitrasi dengan larutan perak nitrat sampai warna larutan menjadi berwarna merah bata dan terdapat endapan putih - Amati perubahan dan catat hasilnya - Mengulangi percobaan sampai 3 kali 2. Dengan Metode Fajans - Memipet 12,5 mL larutan natrium klorida 0,01 N, memasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL - Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator fluorescein 1% - Tambahkan 3 tetes indikator PP - Menitrasi dengan larutan perak nitrat sampai warna larutan menjadi berwarna orange dan terdapat endapan merah muda - Amati perubahan dan catat hasilnya - Mengulangi percobaan sampai 3 kali C. Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor 1. Dengan Metode Mohr - Mengencerkan 0,06 gram sampel ke dalam labu ukur 100 mL - Memipet 12,5 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer - Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1% - Menitrasi dengan larutan perak nitrat sampai larutan berubah dari endapan putih menjadi endapan merah - Amati perubahan dan catat hasilnya - Mengulangi percobaan sampai 3 kali 2. Dengan Metode Fajans - Melakukan ulang langkah C.1 dengan mengganti indikatornya menjadi 2,5 mL indikator fluorescein 1% dan menambahkan 3 tetes indikator PP 1.6. Data pengamatan Tabel 1.5.1. Data pengamatan standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida Dengan Metode Mohr Dengan Metode Fajans Keterangan I II III I II III Volume larutan natrium klorida 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 dititrasi (mL) Volume larutan perak nitrat 15,8 15,85 15,3 15,15 14,7 14,9 peniter (mL)

Tabel 1.5.2. Data pengamatan penentuan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor Dengan Metode Mohr Dengan Metode Fajans Keterangan I II III I II III Volume larutan yang dititrasi 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 sampel (mL) Volume larutan perak nitrat 15,1 15,0 15,45 15,6 14,35 14,7 peniter (mL) 1.7. Persamaan Reaksi : AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3 2 Ag + CrO4- Ag2CrO4 Metode Fajans : NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl 1.8. Pembahasan - Metode yang digunakan pada standardisasi perak nitrat dengan natrium klorida adalah metode mohr dengan menggunakan indikator kalium kromat. Dengan ditambahkan indikator ini warna larutan akan menjadi kuning. Titrasi dilakukan tetes demi tetes hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Dipilih indikator kalium kromat kromat karena indikator ini hanya bisa digunakan dalam suasana netral. - Metode yang digunakan pada standardisasi perak nitrat dengan natrium klorida adalah metode fajans dengan menggunakan indikator adsorbs yaitu fluorescein. Indikator fluorescein ini berfungsi untuk menyerap zat yang terdapat pada permukaan endapan. 1.9. Kesimpulan - Besarnya volume peniter yang dibutuhkan dalam standardisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida dalam metode mohr yang menggunakan indikator kalium kromat adalah 15,8 mL, 15,85 mL dan 15,3 mL. Sedangkan, standardisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida dalam metode fajans yang menggunakan indikator fluorescein adalah 15,15 mL, 14,7 mL, dan 14,9 mL. - Besarnya volume peniter yang dibutuhkan dalam penentuan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor dengan metode mohr adalah 15,1 mL, 15,0 mL, dan 15,45 mL. Sedangkan dengan dengan metode fajans adalah 15,6 mL, 14,35 mL, dan 14,7 mL. - Data pengamatan standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida dengan metode mohr dan fajans membutuhkan volume 12,5 mL larutan yang dititrasi (natrium klorida). Sedangkan data pengamatan penentuan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor dengan metode mohr dan fajans membutuhkan volume 12,5 mL larutan yang dititrasi (larutan sampel). Metode Mohr

APPENDIKS
1. Penentuan berat Perak Nitrat (AgNO3) Diketahui: - Normalitas AgNO3 = 0,01 N - Volume AgNO3 = 250 mL 0,25 L - Mr AgNO3 = 170

- Valensi AgNO3 = 1 Ditanya: Gram AgNO3 = ..? Jawaban gr 1 N = BE Liter gr 1 0,01 = 170 0,25 gr 0,01 = 42,5 gr = 0,425 2. Penentuan berat Natrium Klorida (NaCl) Diketahui: - Normalitas NaCl = 0,01 N - Volume NaCl = 100 mL 0,1 L - Mr NaCl = 58,5 - Valensi NaCl = 1 Ditanya: Gram NaCl = ..? Jawaban gr 1 N = BE Liter gr 1 0,01 = 58,5 0,1 gr 0,01 = 5,85 gr = 0,0585 3. Penentuan berat Kalium Kromat (K2CrO4) Diketahui: - % K2CrO4 = 1% - Volume K2CrO4 = 50 mL Ditanya: W K2CrO4 = ..? Jawaban W K2 CrO4 % = W + (air V K2 CrO4 ) W K2 CrO4 0,01 = W + (1 50) W 0,01 = W + 50 0,01 W + 0,5 = W 0,5 = W -0,01 W 0,5 = 0,99 W 0,5 =W 0,99 0,505 = W

DAFTAR PUSTAKA 1. R.A.Day,Jr. dan A.L.Underwood.1999. Analisa Kimia Kuantitatif edisi keenam. Erlangga 2. Cairns,Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Kedokteran EGC 3. W. Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia 4. R.A.Day,Jr. dan A.L.Underwood.1981. Analisa Kimia Kuantitatif edisi keempat. Erlangga

Anda mungkin juga menyukai