Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN HAPER Zudikno, prtran hkum yg mngtr bgaimna crannya mnjmin di taatinya hk perdta materiil dngn prntaraan hakim.

. Retnoulan, zmua kaidah hk yg mnntukan dn mngtr cra bgaimn mlkznakan hak2 dn keajiban2 perdta zbgaimn d atr dlm hk pdt mteriil. ZIFAT HAPER Haper bersifat memaksa, mengandung arti bahwa bila telah terjadi suatu proses acara perdata di pengadilan maka ketentuannya tidak dapat dilanggar melainkan harus ditaati oleh para pihak (kalau tidak ditaati berakibat kegunaan Haper adalah untuk merugikan bagi pihak yang berperkara). FUNGZI mempertahankan Hukum Perdata materiil. TUJUAN HAPER Haper memberikan perlindungan hukum oleh pengadilan untuk mencegah terjadinya tindakan main hakim sendiri (eigenrichting), sehingga tercapai tertib hukum. SUMBER HUKUM HAPER 1. HIR,R.Bg. 2. UU No. 20 Tahun 1947 tentang Acara Banding untuk Jawa dan Madura, 3. UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, 4. R.V. (untuk golongan Eropa), 5. UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, 6. UU No. 14 Tahun 1985 tentang MA RI AZAZ HAPER 1. Hakim bersifat menunggu, 1. Hakim pasif, - Ruang lingkup sengketa ditentukan oleh pihak yag berperkara, hakim tidak boleh menambah atau mengurangi. - Inisiatif ada pada pihak yang berkepentingan. - Hakim menunggu datangnya tuntutan hak. 2. Sifat terbukanya persidangan, - Sidang pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali UU menentukan lain (pasal 17 (1) UU No. 14 Tahun 1970). 3. Mendengar kedua belah pihak, 4. Putusan harus disertai alasan, 5. Beracara dikenai biaya, 6. Tidak ada keharusan mewakilkan. - Para pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya kalau dikehendaki (pasal 123 HIR). TUNTUTAN HAK Tuntutan hak dapat berupa: 1. Permohonan; (untuk menguatkan hak) - tanpa sengketa,

hakim sebagai tenaga administrasi mengesahkan), - bentuknya penetapan, - para pihak adalah pemohon/termohon. 2. Gugatan; - ada sengketa, - hakim memutuskan dan mengadili, - bentuknya putusan, - para pihak adalah penggugat/tergugat.

(hanya

Permohonan Isi permohonan meliputi: 1. Identitas pemohon dan termohon (dan kuasanya), 2. Apa yang dimohonkan, 3. Alasan pengajuan permohonan, 4. Hal-hal yang ingin diputuskan untuk ditetapkan oleh hakim. Gugatan Gugatan dapat berbentuk: - Tulisan (pasal 118 HIR), Lisan ( pasal 120 HIR). Apabila penggugat tidak dapat menulis (buta huruf), maka ia boleh mengajukan gugatan secara lisan kepada Ketua PN yang akan mencatat atau menyuruh mencatat gugatan tersebut, selanjutnya di cap jempol dan di waarmerking, yaitu pernyataan dari pihak berwenang bahwa cap jempol yang telah dibubuhkan adalah sah (supaya cap jempol diakui sehingga mempunyai kekuatan yang sama dengan tanda tangan). ISI GUGATAN Isi gugatan: (diatur dalam UU Acara Perdata, pasal 8 ayat (3) R.V.) 1. Identitas para pihak, 2. Posita/pundamentum petendi (memuat gambaran yang jelas tentang duduk persoalannya, atau dengan kata lain dasar gugatan harus dikemukakan dengan jelas. Posita terdiri dari 2 bagian: a. Bagian berdasarkan kenyataan, b. Bagian berdasarkan hukum. Dalam praktek ada 2 teori: a. Substantiering theorie menghendaki supaya di dalam dakwaan itu segala hal dari awal hingga akhir (kronologis) dikemukakan, yang kiranya akan menjadi pertimbangan bagi hakim, semua itu harus diperletakan. b. Individualisering theorie menghendaki tidak secara detail tetapi hanya yang relavan saja (mulai dari yang berhubungan saja) dengan pertimbangan bahwa penggugat sudah dianggap cukup terang didalam mengajukan tuntutannya apabila apa yang dikehendakinya itu di dalam garis besarnya sudah dapat diwujudkan. Indonesia menganut individualisering theorie, karena dengan adanya pembuktian maka dianggap sudah cukup.

3. Petitum (hal yang diinginkan diminta oleh penggugat agar diputuskan/ditetapkan dan diperintahkan oleh hakim). Petitum harus lengkap dan jelas (misal; mengenai sita jaminan maka dimohonkan untuk dinyatakan sah dan berharga). Pada asasnya, gugatan diajukan di tempat tinggal tergugat (asas aqtor sequitor forum rei) (pasal 118 HIR). Pengecualian asas aqtor sequitor forum rei, antara lain: 1. Jika tempat tinggal tergugat tidak diketahui, 2. Jika tempat tinggal dan tempat kediaman tergugat tidak diketahui, 3. Jika para tergugat dalam hubungan pihak yang berutang dan penanggung (diajukan di tempat tinggal orang yang benar-benar berutang). 4. Jika mengenai barang tetap, Terdapat 2 pendapat; a. diajukan diajukan di tempat barang tetap berada, b. berlaku apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahui. 5. Jika dengan suatu akta telah dipilih tempat penyelesaian sengketa (penggugat jika mau, merupakan hak istimewa penggugat). Gugatan yang diajukan dapat: 1. Dikabukan, 2. Tidak dikabulkan; a. tidak diterima (di N.O.) solusinya adalah diperbaiki, dapat di N.O. apabila; - isi gugatan tidak berdasarkan hukum, - belum sampai pada pokok perkara, - upaya hukum. b. ditolak solusinya banding, dapat ditolak apabila: - gugatan tidak beralasan, - telah memperhatikan pokok perkara, - upaya hukum, - ne bis in idem (tidak dapat menyindangkan 2 perkara yang sama). KEWENANGAN/KOMPETENSI MENGADILI Terdiri dari: 1. Kewenangan absolut, Yaitu kewenangan yang diberikan berdasarkan kekuatan undang-undang kepada pengadilan yang tidak sejenis akan tetapi masih termasuk di dalam satu lingkungan peradilan yang sama. 2. Kewenangan relatif, Yaitu kewenangan yang diberikan berdasarkan kekuatan undang-undang kepada pengadilan sejenis akan tetapi masih termasuk dalam satu lingkungan peradilan yang sama. Jika tidak ada eksepsi (jawaban pertama) dari tergugat maka berkenaan dengan kewenangan relatif yang keliru/salah, hakim boleh melanjutkan, lain halnya dengan

kompetensi absolut maka kapanpun dan tanpa eksepsi pun, hakim harus menghentikan perkara. SURAT KUASA Surat kuasa yang dimaksud di sini adalah surat kuasa khusus, yaitu surat kuasa yang diberikan kepada kuasa hukum untuk menyelesaikan perkara di pengadilan. Dikatakan khusus karena diberikan hanya untuk menyelesaikan perkara di pengadilan. Dapat dicabut secara sepihak kapan saja (tetapi etikanya melalui pemberitahuan terlebih dahulu kepada yang menerima kuasa). Surat kuasa substitusi (surat kuasa limpahan); - bisa seluruhnya atau sebagian, - harus ada pernyataan hak substitusi, - harus memenuhi peraturan bea materai (karena akan dijadikan barang bukti). Surat kuasa istimewa adalah surat kuasa yang diberikan berkaitan dengan alat bukti pengakuan dan sumpah, yaitu dimana ia sendiri harus melakukan pengakuan atau sumpah tetapi dikuasakan kepada orang lain (penerima kuasa istimewa). PERDAMAIAN Dapat dilakukan: 1. Di luar sidang di bawah tangan/akta di bawah tangan. 2. Di muka sidang putusan perdamaian. Perdamaian di muka sidang bukan merupakan ADR tetapi tetap merupakan court dispute. Pasal 130 HIR: - Hakim harus selalu berusaha mendamaikan, - Harus tertulis dalam bentuk akta perdamaian/putusan perdamaian. - Tidak boleh banding. Pasal 131 HIR: Jika tidak tercapai perdamaian maka pemeriksaan perkara dilanjutkan. Kalau akta perdamaian berbentuk akta dibawah tangan maka sengketa tersebut bisa diajukan lagi ke pengadilan. Kalau akta perdamaian berbentuk putusan, maka pada hakikatnya tak ada upaya hukum baginya tapi kalaupun mau kasasi maka yang dasar/alasannya adalah tentang penerapan hukumnya (tentang keadilannya). SITA JAMINAN Sita jaminan memberikan jaminan kepada pihak pemenang agar tidak hanya menang di atas kertas (dengan cara melelangnya). Dibagi menjadi: 1. Sita jaminan terhadap barang milik pemohon/penggugat; a. Sita revindikatoir (pasal 226 HIR),

b. Sita marital (823a R.V.). 2. Sita jaminan terhadap barang milik termohon/tergugat (konservatoir) (pasal 227 HIR). Ad 1.a.): Sita revindikatoir Sita revindikatoir adalah penyitaan atas barang bergerak milik pemohon yang ada di tangan orang lain atas permintaan pemilik barang baik secara lisan maupun tertulis. Barang yang disita harus tetap dibiarkan ada pada pihak tersita untuk disimpan. Akibat hukumya pemohon/penyita tidak dapat menguasai barang yang disita, sebaliknya tersitas tidak boleh mengasingkannya. Berdasarkan pasal 226 HIR maka agar dapat diletakkan sita revindikatoir; a. harus berupa benda bergerak, b. merupakan barang milik penggugat yang ada di tangan tergugat, c. diajukan kepada Ketua PN, d. dapat diajukan secara lisan/tertulis, e. barang tersebut harus diterangkan secara seksama dan terperinci. Ad 1.b.): Sita marital Berlaku bagi mereka yang tunduk pada BW, karena menurut BW seorang isteri tidak cakap melakukan perbuatan hukum, namun dalam perkembangannya (di Belanda), seorang isteri cakap melakukan perbuatan hukum, maka sita maritaal diajukan oleh penggugat dalam sengketa perceraian bukan hanya oleh isteri. Berfungsi melindungi hak pemohon selama pemeriksaaan sengketa di pengadilan tentang perceraian berlangsung menyimpan/membekukan barang tersebut agar tidak beralih. Ad 2): Sita jaminan terhadap barang milik termohon/tergugat (konservatoir) Yaitu: barang bergerak, barang tetap, barang bergerak yang ada di pihak ke-3, terhadap kreditur, panbeslag/gadai sudah tidak berlaku, barang debitur yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap di Indonesia atau orang asing bukan penduduk Indonesia, pesawat terbang, barang milik negara. Merupakan tindakan persiapan dari penggugat untuk menjamin dapat dilaksanakan putusan perdata dengan menjual barang tergugat yang disita untuk memenuhi gugatannya. Dari pasal 227 HIR dapat kita simpulkan bahwa berkenaan dengan sita konservatoir: a. Harus ada sangkaan yang beralasan, bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan atau dilaksanakan mencari

akal akan menggelapkan atau melarikan barangbarangnya, b. Merupakan barang milik tergugat, c. Permohonan diajukan kepada Ketua PN, d. Permohonan diajukan secara tertulis, e. Dapat diletakan baik terhadap barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Sita jaminan dapat diajukan bersama-sama dengan pokok perkara atau terpisah dari pokok perkara, tetapi tidak mungkin merupakan tuntutan hak yang berdiri sendiri. Umumnya diajukan sebelum dijatuhkan putusan dan disatukan dalam gugatan tetapi dapat juga permohonan sita jaminan diajukan setelah ada putusan akan tetapi putusan tersebut belum dapat dijalankan, atau juga dapat diajukan pada waktu perkara diperiksa di tingkat banding. Apabila putusan sedang dilaksanakan maka sita yang dimohonkan agar dilakukan adalah sita eksekutorial. Permohonan sita jaminan harus dinyatakan sah dan berharga sehingga diperoleh titel eksekutorial berubah menjadi sita eksekutorial. Persamaan antara sita revondikatoir dan sita konservatoir (terletak pada maksudnya), yaitu antara lain: 1. Untuk menjamin gugatan apabila dikemudian hari dikabulkan, 2. Dapat dinyatakan sah dan berharga apabila dilakukan menurut cara yang ditentukan undang-undang dan dalam hal gugat dikabulkan, 3. Dalam hal gugat ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima, maka keduanya akan diperintahkan untuk diangkat. Panbeslag adalah semacam sita jaminan, yang dimohonkan oleh orang yang menyewakan rumah atau tanah, agar supaya diletakkan suatu sitaan terhadap perabotan rumah tangga pihak penyewa/tergugat guna menjamin pembayaran uang sewa yang harus dibayar (pasal 751 R.V.).

PUTUSAN GUGUR DAN PUTUSAN VERSTEK Putusan Gugur Jika penggugat tidak hadir menghadap dipersidangan pada hari sidang I meskipun telah dipanggil secara patut, dan ia tidak menyuruh wakilnya, maka tuntutannya/gugatannya dinyatakan gugur (pasal 124 HIR) Putusan Verstek Pasal 125 HIR putusan tak hadir (verstek), dalam hal ini maka gugatan penggugat dikabulkan dengan menyebutkan apa yang dikabulkan dan yang tidak dikabulkan. Verstek adalah pernyataan bahwa tergugat tidak hadir menghadap dipersidangan pertama meskipun menurut hukum ia harus hadir. Upaya hukumnya adalah bisa banding (oleh penggugat) atau verzet (oleh tergugat). - Verzet pemeriksaan semula. - Banding pemeriksaan tingkat ke-2. JAWABAN Jawaban dapat diberikan secara lisan ataupun tertulis (pasal 121 HIR). Jawaban tergugat terdiri dari 2 macam: 1. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara (tangkisan/eksepsi), 2. Jawaban mengenai pokok perkara ( membantah dalildalil). Jawaban tergugat dapat berisi: 1. Eksepsi, - Maksudnya untuk melumpuhkan atau melemahkan gugatan. - Konsekuensinya: a. Formal (prosecuil) eksepsi berkenaan dengan proses acara yaitu berkenaan dengan kewenangan relatif, kewenangan absolut, perkara telah diputus, perkara sedang diperiksa, terdiri dari 2 macam, yaitu: 1. Disqualifikatoir, Yaitu yang bersangkutan tidak mempunyai kualitas atau sifat bertindak. 2. Deklinatoir Yaitu bahwa persoalan yang sama sedang pula diperiksa oleh PN yang lain atau masih dalam taraf banding atau kasasi. b. Materiil (materi eksepsi), terdiri dari: 1. Dilatoir, bahwa gugatan penggugat belum dapat dikabulkan. Misal; gugatan prematur. 2. Peremtoir. menghalangi dikabulkannya gugatan. Misal; daluarsa. 2. Jawaban terhadap pokok perkara bisa berupa: a. Pengakuan; - pengakuan murni, - pengakuan tambahan. b. Bantahan;

mengenai pokok perkara (sangkalan berkenaan dengan posita), - bukan pokok perkara (eksepsi). c. Referte (tidak menerima juga tidak membantah). 3. Rekonvensi/gugat balik. - Merupakan gugat balasan dari tergugat pada penggugat dalam perkara yang sama yang sedang diperiksa/berlangsung antara mereka. - Pada hakekatnya merupakan kumulasi/penggabungan 2 perkara. Perbedaannya bahwa pada kumulatif dari satu pihak sedangkan pada rekonvensi dari dua pihak. - Tujuannya; a. menghemat biaya, b. mempermudah prosedur, c. memperhemat waktu, d. menghindari putusan yang saling bertentangan. - Dalam rekonvensi tidak berlaku kewenangan relatif, dimana baik gugat konvensi (asal) maupun gugat rekonvensi diperiksa oleh hakim yang sama. - Gugat Rekonvensi harus diajukan bersama-sama dengan jawaban tergugat, baik lisan maupun tertulis. PENYELESAIAN PERKARA (BERACARA) DENGAN 3 PIHAK Meliputi: 1. Intervensi (campur tangan), Inisiatif ada pada pihak ke-3. a. Voeging (menyertai), Masuknya pihak ke-3 atas kehendak sendiri untuk mendukung salah satu pihak. b. Tussenkomst (menengahi), Masuknya pihak ke-3 atas kehendak sendiri untuk membela kepentingan sendiri. 2. Vrijwaring (penanggungan), Inisiatif ada pada para pihak. Masuknya pihak ke-3 dengan ditarik oleh salah satu pihak. Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Voorraad/Ubv) Ubv; putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu, adalah putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu dimana bentuknya akhir meskipun akan ditempuh upaya hukum lain Diatur dalam pasal 180 HIR dan 191 (1) R.Bg; Pasal 180 HIR: Putusan serta merta banyak menimbulkan kendala dalam mana putusan serta merta dapat dijatuhkan.

Alat Bukti Antara lain: (pasal 164 HIR) Ad 1): Surat Surat terdiri dari: 1. Akta,Adalah suatu tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk dijadikan bukti serta ditandatangani oleh orang yang membuatnya. Terdiri dari; a. Akta otentik; Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh dan dihadapan seorang pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat itu b. Akta di bawah tangan. Adalah surat yang ditandatangani dan sengaja dibuat dengan maksud untuk dijadikan bukti dari suatu perbuatan hukum, akan tetapi dibuat oleh para pihak itu sendiri (tanpa turut campur pejabat berwenang). 2. Bukan akta, Pasal 1881/1883 BW mengatur secara khusus beberapa surat di bawah tangan yang bukan akta. Ad 2): Saksi Pembuktian dengan saksi diatur pada pasal 139 s/d 152, 168 s/d 172 HIR. 3 kewajiban bagi seseorang yang dipanggil untuk menjadi saksi: 1. Kewajiban menghadap, 2. Kewajiban untuk bersumpah, 3. Kewajiban untuk memberi keterangan. Hakim dilarang mendengar orang-orang tertentu yaitu mereka yang oleh undang-undang dilarang untuk menjadi saksi, antara lain: 1. Tidak mampu secara mutlak (pasal 145 (1) sub 1 dan 2 HIR), yaitu; a. keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan yang lurus dari salah satu pihak, b. suami atau isteri salah satu pihak, meskipun telah bercerai, undang-undang menitikberatkan pada hubungan keluarga dengan pertimbangan bahwa masyarakat kita masih kurang objektif dalam perkara yang menyangkut hubungan keluarga. 2. Tidak mampu secara relatif (pasal 145 (1) sub 3 dan 4 HIR), yaitu; a. anak-anak yang umurnya tidak diketahui dengan benar bahwa mereka sudah berumur 15 tahun, b. orang gila, walaupun kadang-kadang ingatannya terang. Pasal 146 HIR: Ada juga yang boleh mengundurkan diri, yaitu sekalian orang yang karena martabatnya, pekerjaan, jabatannya yang sah diwajibkan menyimpan rahasia, yaitu seperti: - notaris, - advokat, - dokter, polisi, dsb.

Ketentuan mengenai penilaian kesaksian diatur pada pasal 169 s/d 172 HIR, antara lain: - Unus testis nullus testis (pasal 169 HIR); satu saksi bukan bukti. - Testimonium de auditu (pasal 171 HIR) memberikan keterangan atas pendengaran yang diberikan oleh orang lain. Berdasarkan pasal 172 HIR: memiliki kekuatan pembuktian bebas. Valetudinaire enquete pendengaran saksi sementara/kesaksian sebagai alat bukti. Perbedaan seorang ahli dengan seorang saksi: 1. Seorang ahli dapat diganti oleh ahli lain sedangkan saksi tidak apabila hanya ia yang melihat peristiwa tersebut, 2. Seorang ahli memiliki kecakapan khusus sedangkan saksi tidak, 3. Seorang ahli pada saat pengawasan/penelitiannya hanya diminta keterangan tentang hal-hal yang diawasinya sedangkan saksi yaitu keterangan yang ia lihat, ia dengar dan ia alami sebelum sidang, 4. Seorang ahli dipanggil untuk mendatangkan pendapatnya sedangkan saksi dipanggil untuk memberikan bahan-bahan baru yang ditanggap panca inderanya di luar sidang. Ad 3): Persangkaan-persangkaan Diatur dalam pasal 173 HIR /130 R.Bg., pasal 1915 s/d 1922 BW. Pasal 1915 BW: Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-undang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa terang dan nyata ke arah peristiwa yang belum terang kenyataannya. Ada 2 macam persangkaan: 1. Persangkaan yang didasarkan undang-undang (wettelijke vermoedens), Kekuatan pembuktiannya bersifat memaksa, misal: 3 kuitansi terakhir berturut-turut bisa memberi persangkaan kepada hakim bahwa telah terjadi pembayaran secara rutin. 2. Persangkaan yang didasarkan pada kenyataan/persangkaan hakim (feitelijke vermoedens/rechtelijke vermoedens), Kekuatan pembuktiannya bersifat tidak memaksa, tetapi bersifat bebas, diserahkan pada kebijaksanaan hakim.

Ad 4): Pengakuan Diatur dalam pasal 174 s/d 176 HIR, 311 s/d 313 R.Bg, pasal 1923 s/d 1928 KUHPdt.

Pengakuan dapat dilakukan; - di luar persidangan lisan, - di muka persidangan tertulis. Pasal 174 HIR: Pengakuan di muka hakim mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi yang mengakui. Pasal 175 HIR: Mengenai pengakuan di luar sidang, kekuatan pembuktiannya vrijbewijst, karena dilakukan di luar sidang, kebanarannya masih harus dibuktikan lebih lanjut di muka sidang umumnya dengan kesaksian Pasal 176 HIR: Dikenal dengan doktrin onsplitsbare bekentennis; bahwa pengakuan itu tidak boleh dipisah-pisahkan untuk kerugian yang mengakuinya. Hakim tidak boleh mengabulkan sebagian dari pengakuan tergugat sedangkan sebagian lainnya ditolak, misal; pengakuan murni tapi dengan tambahan. Pengakuan terdiri dari: 1. Pengakuan murni, 2. Pengakuan tambahan; - Pengakuan dengan kualifikasi, betul saya mempunyai hutang tapi bukan Rp,- melainkan Rp.,-. melemahkan. Pengakuan dengan klausula, betul saya mempunyai hutang tapi hutang itu sudah lunas. mematahkan.

sehingga pihak lawan tidak boleh membuktikan bahwa sumpah itu palsu (tanpa mengurangi). PUTUSAN Putusan hakim diatur pada pasal 179 s/d 187 HIR: - Putusan dan Penetapan. Putusan hakim adalah pernyataan hakim yang diucapkan dipersidangan (iut spraak) dan dituangkan dalam bentuk tertulis (vonnis) yang bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara. Putusan berdasarkan sifatnya: 1. Putusan akhir, berdasarkan dictumnya; a. Putusan condemnatoir, Yaitu putusan yang berisi penghukuman (menghukum). Misal; pihak tergugat dihukum untuk menyerahkan sebidang tanah, membayar sejumlah uang, dsb. b. Putusan declaratoir, Yaitu putusan yang bersifat hanya menerangkan, menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata (menyatakan). Misal; bahwa A adalah anak sah dari X dan Y, B adalah ahli waris dari almarhum Z, dsb. c. Putusan konstitutif, Yaitu Putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum atau menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. Misal; bahwa A adalah anak angkat dari X dan Y (menimbulkan suatu keadaan hukum baru), putusan perceraian antara A dan B (meniadakan keadaan hukum hubungan perkawinan). 2. Putusan bukan putusan akhir (putusan sela); a. Putusan interlocutoir,Yaitu putusan sela/antara sebelum putusan akhir yang akan mempengaruhi putusan akhir. Misal; mengenai pemeriksaan setempat. b. Putusan praeparatoir,Yaitu putusan sela yang tidak mempengaruhi putusan akhir, dipergunakan untuk mempersiapkan perkara. Misal; mengenai tenggang waktu. c. Putusan insidentil,Yaitu putusan yang diberikan jika ada gugat insidentil. Misal; mengenai tussenkomst. d. Putusan provisionil.Yaitu putusan yang diberikan oleh hakim dimana hakim yang memerintahkan putusan tersebut harus dilaksanakan dahulu. Misal; dalam sengketa gugat cerai, misal si istri harus dipindahkan terlebih dahulu agar aman.

Ad 5): Sumpah Sumpah adalah suatu pernyataan yang khidmat, diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat sifat Maha Kuasa dari Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya. Sumpah dibagi menjadi 5 macam: 1. Promissoris, 2. Assertoir; a. suppletoir (pelengkap); - Diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak guna melengkapi pembuktian permulaan (karena ada pembuktian permulaan yang kurang lengkap). b. aestimotoir (penaksir); - Diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada penggugat untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian. c. Decitoir (pemutus); - Dapat diperintahkan sekalipun tidak ada bukti sama sekali. - Dengan diucapkannya sumpah pemutus, kebenaran peristiwa yang dimintakan sumpah menjadi pasti

Anda mungkin juga menyukai