Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Berbagai gaya hidup yang tidak sehat sekarang ini sering memunculkan berbagai macam kondisi yang memengarui system kerja tubuh. Termasuk dalam sisitem endokrin. Salah satu yang akan kita munculkan yaitu pancreatitis, dimana pancreatitis dapat kita bagi dalam massa akut dan kronis dimana jelas dipengaruhi dari rentan waktu awitan gejala bermunculan. Pancreatitis dapat terjadi atas berbagai factor, misalnya saja dari factor metabolis, mekanis, fascular ataupun infeksi lain. Insiden penyakit pankreatitis kronik di negara maju/ industri kira-kira 4-6 per 100.000 penduduk pertahun, dan makin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari rumah sakit di Amerika Serikat, sekitar 87.000 kasus pankreatitis terjadi setiap tahun, dengan tingkat Rawat Inap untuk orang kulit hitam adalah 3 kali lebih tinggi daripada kulit putih , dimana perbandingan laki-laki dan perempuan 6.7 : 3,2 per 100.000 penduduk dan rata-rata usia saat diagnosis adalah 46 tahun. Kejadian tahunan di Eropa Barat sekitar lima kasus baru per 100.000 penduduk. Rasio Laki-laki: wanita 7:1 dan usia rata-rata onset adalah antara 36 tahun dan 55 tahun. Di Asia insiden pankreatitis kronik diperkirakan 14,4 per 100.000 penduduk, dan hanya 18,8 % disebabkan oleh alkohol, dengan perbandingan lakilaki dan perempuan 1,9:1 dimana usia rata rata 33 13 tahun. Pasien pankreatitis kronik biasanya ditandai nyeri perut, tetapi dapat juga tanpa menimbulkan rasa sakit. Gambaran klinis bervariasi. Intensitas nyeri bisa berkisar dari ringan sampai berat, bahkan pada pasien dengan sedikit kelaianan parenkim atau duktus pada pemeriksaan, perubahan morfologi kompleks dapat menimbulkan gejala minimal atau ekstensif. Diagnosis pasien pankreatitis kronik sangat sulit dilakukan, karena dari pemeriksaan klinis tidak ada gejala yang spesifik, terutama pada awal pankreatitis kronik. Diperlukan pemeriksaan laboratium dan penunjang serta pemeriksaan canggih untuk menegakkan diagnosis.

B. Tujuan Penyusunan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang pankreatitis. 2. Tujuan Khusus a. c. e. f. Diketahuinya definisi pankreatitis. Diketahuinya etiologi dari pankreatitis. Diketahui manifestasi klinis dari pankreatitis. Diketahui pemeriksaan dianostik dari pankreatitis. b. Diketahuinya klasifikasi dari pankreatitis. d. Diketahui patofisiologi dari pankreatitis.

g. Diketahui penatalaksanaan medis dari pankreatitis. h. Penerapan asuhan keperawatan pasien dengan pankreatitis. C. Ruang Lingkup Penyusunan Dalam penyusunan makalah ini kelompok hanya membahas penyakit secara tinjauan teoritis dan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan pankreatitis dengan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. D. Metode Penyusunan Dalam penyusunan makalah ini kelompok menggunakan metode kepustakaan dengan cara mencari dari buku-buku sebagai referensi, membaca dan mempelajari buku-buku literatur yang terkait dengan pankreatitis. Kelompok juga mengambil beberapa referensi dari internet. E. Sistematika Penyusunan Sistematika penuyusunan makalah ini terdiri dari empat bab, yakni Bab I tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penyusunan, ruang lingkup penyusunan, metode penyusunan, dan sistematika penyusunan; Bab II tinjauan teoritis yang pankreatitis, asuhan keperawatan pankreatitis secara teoritis, yang terdiri pengkajian, diagnosa 2 keperawatan, rencana keperawatan,

implementasi dan evaluasi; dan Bab III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 2001) Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes, 2000)

B. Klasifikasi 1. Pankreatitis akut merupakan inflamasi pada pankreas akibat tercernanya organ tersebut oleh enzim-enzim yang dikeluarkan pankreas (terutama tripsin). Terjadi secara tiba-tiba dan dapat segera sembuh dengan penanganan yang tepat. 2. Pankreatitis kronis merupakan proses inflamasi pankreas yang progresif dan menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel berupa fibrosis serta mengakibatkan disfungsi eksokrin dan endokrin C. Etiologi 1. Konsumsi alkohol cukup lama Konsumsi alkohol akan mengakibatkan suasana lebih alkalis pada enzimenzim pankreas. Suasana itu akan berakibat timbulnya kerusakan pada pankreas. 2. Infeksi bakteri Walaupun jarang bakteri juga dapat mencapai pankreas untuk merusak organ pankreas. Kerusakan ini akan berdampak pada peningkatan enzim pankreas yang justru dapat merusak pankreas. 4

3. Infeksi virus Virus yang sering menimbulkan kerusakan pada pankreas adalah virus parotitis. 4. Faktor risiko yang meningkatkan insiden pankreatitis antara lain: a. Trauma tumpul abdomen Trauma abdomen selain dapat mengenai langsung pankreas juga akan meningkatkan stimulasi hormon gastrointestinal terhadap sekresi enzim pankreas. b. Ulkus peptikum Pada kasus ulkus peptikum terjadi peningkatan sekresi hormon digestif (kolesistokinin pankreozimin) terhadap enzim pankreas. Peningkatan enzim pankreas yang berlebihan justru akan merusak pankreas sendiri. c. Penyakit vaskuler sistemik Penyakit vaskuler sistemik seperti arteriosklerosis akan berakibat penurunan nutrisi dan oksigenasi jaringan seluruh tubuh termasuk pankreas. Penurunan ini dapat berdampak pada kerusakan pankreas. d. Hiperlipidemia Kelebihan lipid di dalam tubuh akan mengakibatkan penyempitan pada pembuluh darah e. Hiperkalsemia Peranan kalsium di dalam tubuh kita yang sangat penting adalah penyusunan tulang dan gigi serta proses eksitasi persarafan. Kelebihan kalsium di dalam darah akan berdampak pada peningkatan risiko terbentuknya endapan pada organ tubuh. Endapan itulah yang akan mempengaruhi fungsi pankreas untuk menyalurkan hasil eksokrinnya f. Penggunaan kortikosteroid Kortikosteroid merupakan obat yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dalam tubuh. Pemakaian kortikosteroid yang berlebihan justru meningkatkan kerja hormon glukokortikoid (meningkatkan glukosa darah) dan meningkatkan pengikisan kalsium pada tulang yang dapat berakibat 5 terbentuknya endapan. Dua dampak

kortikosteroid inilah yang dapat menjadikan paankreas mengalami kerusakan. g. Penggunaan diuretik Penggunaan diuretik yang berlebihan akan menurunkan kadar cairan didalam sel dan peredaran darah. Akibatnya sel akan mengalami kekurangan cairan yang berdampak pada penurunan keampuan metabolisme dan kerja sel. Kondisi ini dapat juga terjadi pada pancreas D. Patofisiologi Alkohol, adanya batu empedu, serta infeksi bakteri maupun virus bila menyerang pancreas akan mengaktivasi enzim Tripsin. Enzim tripsin sendiri bersifat proteolitik terhadap pancreas. Akhirnya terjadi peradangna pada pancreas atau pancreatitis. Pankreatitis akan merangsang enzim fosfolipase yang merugikan karena akan mencerna fosfolipid yang terdapat pada memberan sel. Bila fosfolipid terkikis maka membrane sel akan rusak kemudian mati sehingga terjadilah nekrosis. Selain itu pankretitis akan menyebabkan munculnya enzim elastase. Enzim elastase ini akan mencerna membrane dari pembuluh darah. Membrane pembuluh darah yang rusak bisa menyebabkan perdarahan pada tubuh. Kalikrein juga akan timbul ketika terjadi pankreatitis. Kalikrein menyebabkan vasodilatasi pada pembeuluh darah, sehingga menyebabkan permeabilitas pembuluh darah itu sendiri meningkat. Bila permeabilitas meningkat di area paru-paru maka bisa terjadi efusi pleura. Edema di beberapa bagian tubuh. E. Manifestasi klinis 1. Rasa Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pancreatitis.Nyeri abdomen biasanya konstan dari ringan sampai hebat, menetap menyebabkan ketidakberdayaan, yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul 6

rangsangan pada ujung-ujung saraf.

Peningkatan tekanan pada kapsul

pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit yang terjadi pada bagian setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. 2. Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen. 3. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis. 4. Bising usus biasanya menurun sampai hilang. 5. Kekakuan otot 6. Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. 7. Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi. 8. Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia 9. Syok akibat: a. Hipovolemia karena eksudasi darah dan protein kedalam ruang retroperineum (retroperineal burn). b. Peningkatan pembentukan dan pelepasan peptide kinin yang menyebabkan vasodilatasidan peningkatan permeabilitas vascular. c. Syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum. 10. Nodus eritomatosus dikulit akibat nekrosis lemak subkutis. 11. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi.

12. Gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal. 13. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut (Brunner & Suddart, 2001) F. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Barbara (1996) Diagnosis pankreatitis akut pada umumnya dapat ditetgakkan bilamana pada pasien dengan nyeri perut bagian atas yang timbul tiba-tiba didapatkan : 1. Triad klasik kalsifikai pankrea: steatore dan DM biasanya dapat menegakkan diagnosis 2. Uji intubasi (uji stimulasi sekretin), yang biasanya menjadi abnormal bila terjadi kerusakan fungsi eksokrin pankreas sebesar 60 % atau lebih. 3. Uji bentiromid dan uji ekskresi D-Xilosa urine dilakukan pada klien dengan steotore pankreatik (normal atau abnormal) 4. Penurunan kadar tripsinogen serum menunjukkan insufisiensi eksokrin pancreas 5. Pemeriksaan lain seperti CT scan (dapat memperlihatkan adanya kalsifikasi atau pelebaran duktus yang berkaitan dengan pancreatitis kronis, masa, ketidakteraturan duktus, pembesaran dan sistik), ERCP (dapat mengindentifikasi anatomi duktus dan lokasi komplikasi seperti pseudokiste pankreas, distrupsi duktus). 6. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area retroperitoneal. G. Penatalaksanaan Medis 1. Tujuan terapi adalah mengurangi sekresi pankreas dan mengistirahatkan pankreas 2. Tindakan konvensional:

a. Pemberian anal getik untuk nyeri b. Pemberian cairan dan koloid intravena untuk mempertahankan volume c. Pengisapan nasogastrik untuk menurunkan pelepasan gastrin oleh lambung dan mencegah isi lambung masuk ke duodenum 3. Antibiotik untuk infeksi sekunder (flegmon, abses, pseudokista) atau sumbatan aliran empedu (kolangitis asenden, koledokoletasis yang mengalami komplikasi) 4. Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994). 5. Laparatomi dengan drainasepengeluaran jaringan nekrotik jika terapi konvensional tidak dapat memperbaiki kondisi klien yang memburuk. 6. Pemberian nutrisi secara parenteral 7. Penurunan berat badan sampai berta badan ideal.

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Menurut Huddak & Gallo (1996) pengkajian pasien pancreatitis adalah : 1. Aktivitas/Istirahat Gejala : Demam Anorexia Tanda : Takikardia dan penurunan tekanan darah 2. Makanan/cairan Gejala : Mual, muntah, dan penurunan berat badan dan ketidakseimbangan cairan. 3. Nyeri/Ketidaknyamanan Gejala : Nyeri abdomen, juga terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus. Hal ini memperberat 4. Sirkulasi Gejala :Koagulasi intravaskular diseminata dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan gangguan pendarahan 5. Integumen Gejala :Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, perubahan warna keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis hemoragik yang luas B. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional Menurut Huddak & Gallo (1996)Diagnosa keperawatan dan Rasional pasien pancreatitis adalah : 1. Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi 10

Tujuan

Nyeri hilang atau terkontrol Kriteria Standar : Pasien menyatakan nyeri hilang/terkontrol Pasien mengikuti program terapeutik menunjukkan metode mengurangi nyeri Intervensi Raisional Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat Pengkajian dan pengendalian rasa nyeri lokasi dan intensitas khusus (skala 0 sangat penting karena kegelisahan pasien -10). Catat faktor-faktor yang meningkatkan metabolisme tubuh yang akan menstimulasi sekresi enzim-enzim pankreas dan lambung. Pertahankan yang tenang. Ajarkan teknik distraksi relaksasi tirah baring selama menurunkan laju sekresi metabolik GI dan meningkatkan dan mengurangi nyeri.

serangan akut. Berikan lingkungan rangsangan/

sehingga

menurunkan aktivitas pankreas. mengalihkan meningkatkan perhatian ambang dapat nyeri/

Pertahankan

lingkungan

mengurangi nyeri. bebas rangsangan sensori dapat mengaktifkan enzim pankreas, meningkatkan nyeri. analgesik meferidin biasanya efektif pada

lingkungan berbau Kolaborasi pemberian

narkotik, contoh meferidin (demerol).

penghilangan nyeri.

2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Mual Muntah Tujuan Kebutuhan : nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 224 jam. Kriteria standar : Menunjukkan peningkatan berat badan, tidak mengalami malnutrisi 11

Intervensi Raisonal Kaji abdomen, catat adanya/ karakter Distensi usus dan atoni usus sering bising usus, distensi abdomen dan terjadi, mengakibatkan penurunan/ tak keluhan mual. adanya bising usus.

Berikan perawatan oral higiene menurunkan rangsangan muntah. Bantu pasien dlam pemilihan makanan/ kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak cairan nutrisi dimulai. yang dan memenuhi pembatasan kebutuhan memuaskan pada pemenuhan kebutuhan bila diet saat ini untuk regenerasi jaringan dan penyembuhan.

Observasi warna/ konsistensi/ jumlah steatorea terjadi karena pencernaan lemak feses. Catat konsistensi lembek/ bau tak sempurna. busuk. Tes urine untuk gula dan aseton deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya ketoasidosis. Kolaborasikan ADEK pemberian vitamin kebutuhan penggantian seperti

metabolisme lemak terganggu, penurunan absorbsi/ penyimpangan vitamin larut dalam lemak.

Kolaborasikan pemberian trigliserida MCT rantai sedang (contoh : portagen)

memberikan

kalori/

nutrien

MCT, tambahan yang tidak memerlukan enzim pankreas untuk pencernaan/ absorbsi.

3. Pola Pernafasan Yang Tidak Efektif Berhubungan Dengan Imobilisasi Akibat Rasa Nyeri Yang Hebat, Infiltrat Pulmoner, Efusi Pleura, Dan Atelektasis Tujuan : 12

Perbaikan fungsi respiratorius Kriteria standar : Setelah dilakukan perawatan selama 124 jam pola pernafasan klien kembali normal Intervensi Rasional Kaji status pernafasan (frekuensi, pankreatitis akut menyebabkan edema pola, suara nafas) pulsa oksimetri dan retroperitonial, elevasi diafragma, efusi gas darah arteri Pertahankan posisi semi fowler pleura dan ventilasi paru tidak adekuat. penurunan tekanan pada diafragma dan memungkinkan ekspansi paru yang lebih besar. Beritahukan dan dorong pasien untuk menarik nafas dalam dan batuk akan melakukan nafas dalam dan batuk membersihkan setiap jam sekali. saluran nafas dan mengurangi atelektasis.

Bantu pasien membalik tubuh dan Pengubahan posisi sering membantu mengubah posisi tiap 2 jam sekali. aerasi dan drainase semua lobus paru.

4. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Immobilisasi, Proses Inflamasi, Akumulasi Cairan Tujuan : Setelah diadakan intervensi keperawatan klien tidak mengalami infeksi /infeksi tidak terjadi. Kriteria Standar : Meningkatkan waktu penyembuhan,klien bebas infeksi ,berpartisipasi pada aktifitas untuk mengurangi resiko nyeri Intervensi Gunakan teknik Rasional bila membatasi

aseptik

ketat

sumber

infeksi,dimana sepsis pada

mengganti balutan bedah atau bekerja dapat 13

menimbulkan

dengan infus kateter/selang,drain.Ganti pasien. balutan dengan cepat. Tekankan pentingnya mencuci tangan menurunkan resiko kontaminasi silang. dengan baik. Observasi frekuensi dan krakteristik akumulasi cairan dan keterbatasan pernapasan,bunyi napas.Cata adanya mobilitas mencetuskan infeksi batuk dan produksi sputum. pernapasan dan atelektasis.

Observasi tanda infeksi seperti demam mendeteksi dini terjadinya infeksi pada dan distress pernapasan. C. Implementasi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan pankreatitis disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan. D. Evaluasi Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien pasien.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. 2. Klasifikasi pankreatitis adalah pankreatitis akut dan kronis. 14

3. Etiologi antara lain konsumsi alkohol cukup lama. 4. Patofisiologi adalah mengkonsumsi alkohol yang cukup lama, adanya batu. empedu, serta infeksi bakteri maupun virus bila menyerang pancreas. 5. Manifestasi klinis antara lain rasa nyeri abdomen. 6. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan seperti CT scan (dapat memperlihatkan adanya kalsifikasi atau pelebaran duktus yang berkaitan dengan pancreatitis kronis, masa, ketidakteraturan duktus, pembesaran dan sistik), ERCP (dapat mengindentifikasi anatomi duktus dan lokasi komplikasi seperti pseudokiste pankreas, distrupsi duktus). 7. Penatalaksanaan medis adalah pemberian anti biotik. Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994). B. Saran 1. Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan pankreatitis diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. 2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk pasien dengan pankreatitis misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan minum-minuman keras. 3. Dukungan.psikologik,sangat.berguna.untuk.pasien

15

Anda mungkin juga menyukai