JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2012 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, sektor perbankan memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi masyarakat dan sektor usaha. Masyarakat dan sektor usaha sebagai pihak pengguna jasa bank yang paling berperan, pada umumnya selalu memiliki respon yang tanggap terhadap berbagai bentuk layanan yang diberikan oleh masing-masing bank untuk menarik simpati nasabahnya. Bank sebagai lembaga yang sangat bergantung pada kepercayaan nasabah tentunya akan terus menyempurnakan layanannya di tengah persaingan dengan banyaknya penyedia jasa keuangan lainnya.
Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Prasnanugraha (2007:35) menjelaskan bahwa, Permasalahan perbankan di Indonesia antara lain disebabkan depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau group usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun.
Tingkat kesehatan Bank bagi para pemegang saham sangat penting untuk mengetahui kondisi sebenarnya suatu Bank, agar modal yang digandeng cukup aman dan mendapatkan tingkat hasil pengembalian yang menguntungkan dari investasi yang ditanamkan. Bagi pihak manajemen Bank, penilaian kinerja ini akan sangat mempengaruhi dalam penyusunan rencana usaha Bank yang akan diambil untuk masa yang akan datang demi kelangsungan hidup bank. Untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya diperlukan metode pengukuran tertentu. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan suatu Bank dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Metode analisis laporan keuangan Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan, ukuran perusahaan dan arus kas. a. Analisis rasio keuangan Yaitu laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Rasio keuangan dibedakan maenjadi: Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, dan Rasio Solvabilitas. b. Ukuran perusahaan Adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Sektor sektor perbankan yang akan kami teliti antara lain : 1) Bank Agroniaga Tbk. 2) Bank Central Asia Tbk. 3) Bank Bukopin Tbk. 4) Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 5) Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 6) Bank Danamon Indonesia Tbk. 7) Bank Pundi Indonesia Tbk. 8) Bank QNB Kesawan Tbk. 9) Bank Mandiri (Persero) Tbk. 10) Bank Bumi Arta Tbk. 11) Bank CIMB Niaga Tbk. 12) Bank Internasional Indonesia Tbk. 13) Bank Permata Tbk. 14) Bank of India Indonesia Tbk. 15) Bank Tabungan Pensiunan Nasional 16) Bank ICB Bumiputera 17) Bank Ekonomi Raharja 18) Bank Capital Indonesia 19) Bank Negara Indonesia 20) Bank Nusantara Parahyangan 21) BPD Jawa Barat dan Banten 22) Bank Victoria International 23) Bank Artha Graha Internasional 24) Bank Mayapada Internasional 25) Bank Windu Kentjana International 26) Bank Mega 27) Bank OCBC NISP 28) Bank Pan Indonesia 29) Bank Himpunan Saudara
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Leverage Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009- 2011.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Total Asset (TA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara serempak (bersama-sama) berpengaruh terhadap Earning per Share (EPS) ? 2. Apakah Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Total Asset (TA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial (masing-masing) berpengaruh terhadap Earning per Share (EPS) ?
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Teori Rasio Keuangan Bagi para pemegang saham, laporan keuangan memiliki arti yang penting. Atas dasar laporan keuangan perusahaan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama keputusan dalam melakukan investasi. Bagi para pemilik saham bermanfaat untuk melihat tingkat pengembalian yang tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya deviden yang menjadi hak para pemegang saham (Suryanto et al., 2002). Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan finansial. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu laporan finansial. Manfaat analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan saja melainkan juga bagi pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditor yang ingin menanamkan dananya dalam perusahaan melalui pasar modal. Bagi manajer finansial dengan menghitung rasio rasio keuangan tertentu akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam bidang finansial, sehingga dapat membuat keputusan penting bagi perusahaan untuk masa yang akan datang. Sedangkan bagi investor, atau calon investor atau calon pembeli saham, laporan keuangan merupakan bahan pertimbangan apakah menguntungkan membeli saham perusahaan yang bersangkutan atau tidak (Suryanto et al., 2002) Menurut Robert Ang (1997:18.23-18.38) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk memenuhi obligasi (kewajiban) yang jatuh tempo. Rasio likuiditas ini terdiri dari: current ratio (rasio lancar), quick ratio, dan net working capital ; 2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas ini terdiri dari : total asset turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, average collection period (days sales inaccounts receivable) dan days sales in inventory; 3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios) Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, operating return on assets, return on assets, return on equity, dan operating ratio ; 4) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios, karena merupakan rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari: debt ratio, debt to equity ratio, long-term debt to equity ratio, long-term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return on sales ; 5) Rasio Pasar (Market Ratios) Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividend per share, earning per share, dividen payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value.
Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi :
2.1.1 Rasio Profitabilitas ( NPM dan ROE) Menurut Kasmir (2008:196), Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan . Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan. Net Profit Margin merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Sutrisno, 2000). Semakin besar NPM suatu perusahaan, maka kinerja perusahaan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin besar rasio ini maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Selain itu, rasio NPM dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba perusahaan. Rasio dari NPM dirumuskan sebagai berikut : NPM =
Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba (Brigham, 2001). ROE secara matematis dirumuskan sebagai berikut : ROE =
2.1.2 SIZE (TA) Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu : perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan. Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) yang mengambil pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa : Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum / general public). Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut.
2.1.3 RASIO LEVERAGE (DER) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini sama dengan rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembayaran kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut struktur keuangan perusahaan, struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek dan modal pemegang saham. Menurut Robert Ang (1997) rasio DER ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut : DER =
2.1.4 Teori EPS Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) laba per lembar saham ( ESP ) adalah :Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per each share of companys outstanding common stock.
Menurut Besley dan Brigham ( 2000:83 ) laba per lembar saham (EPS), adalah : Earning Per Share is called the bottom line, denoting that of all the items of on the income statement.
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indicator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.
2.2 Hipotesis Hipotesis dikategorikan menjadi 2 yaitu Hipotesis riset dan Hipotesis statistik. Hipotesis Riset : H 1 = NPM berpengaruh signifikan positif (+) terhadap EPS. H 2 = ROE berpengaruh signifikan positif (+) terhadapEPS. H 3 = TA berpengaruh signifikan positif (+) terhadap EPS. H 4 = DER berpengaruh signifikan negatif (-) terhadap EPS.
Hipotesis Statistik : 1. Uji hipotesis positif satu sisi (NPM terhadap EPS) H 0 : | 1 = 0 H 1 : | 1 > 0 2. Uji hipotesis positif satu sisi (ROE terhadap EPS) H 0 : | 1 = 0 H 1 : | 1 > 0 3. Uji hipotesis positif satu sisi (TA terhadap EPS) H 0 : | 1 = 0 H 1 : | 1 > 0 4. Uji hipotesis negatif satu sisi (DER terhadap EPS) H 0 : | 1 = 0 H 1 : | 1 < 0
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Model Persamaan dan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini : EPS = |o + |1 NPM + |2 ROE + |3 log TA + |4 DER
Kategori Simbol Deskripsi Hipotesis Return EPS Earning Per Share Dependen Profitability NPM Net Profit Margin Independen Profitability ROE Return On Equity Independen Size TA Total Asset Independen Leverage DER Debt to Equity Rasio Independen
3.2 Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa angka-angka dimana data laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni data berupa dokumen dan informasi berhubungan dengan objek penelitian yang diterbitkan oleh pihak lain dalam hal ini pihak Bursa Efek Indonesia dan data yang diakses dari situs resmi BEI (www.idx.co.id).
3.3 Metode Analisis Data Untuk menjawab masalah pokok apakah Net Profit Margin/NPM ; Return On Equity/ROE ; Size Total Asset/TA dan Debt to Equity Ratio/DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EPS, maka dilakukan analisis dengan menggunakan program Eviews versi 7.
3.4 Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel independen (X) yang digunakan meliputi Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), dan Total Asset (TA). Sedangkan variabel dependen (Y) adalah EPS (earning per share).
Variabel independen (X) yang digunakan dalam peneltian ini adalah : Net Profit Margin/NPM (X 1 ) Menurut Van Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo (1997:156) mengemukakan bahwa: Net profit margin secara umum digunakan untuk mengukur keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan, pendapatan bersih dari 1 dollar penjualan. Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya. Menurut Bambang Riyanto, net profit margin diartikan sebagai keuntungan netto per rupiah penjualan (2001:336). Menurut beliau, rumus perhitungan net profit margin dapat ditulis sebagai berikut : NPM = Keuntungan Setelah Pajak (EAT) Penjualan Neto
Return On Equity/ROE (X 2 )
Perusahaan dibentuk dengan modal saham dari pemilik perusahaan. Menurut Keown, Martin (2001) tingkat imbal hasil bagi pemodal saham atas investasinya dalam perusahaan ini dapat dihitung dengan rasio Return On Equity yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Menurut J. Fred Weston dan Copeland (2002) ROE merupakan laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi menurut ekuitas saham biasa. Indikator variabel ini diukur dengan :
Size Total Asset/TA (X 3 ) Diperoleh dengan melogaritmanaturalkan nilai total asset dari emiten. Beberapa perusahaan melihat size perusahaan dari total asset sementara perusahaan lain menggunakan pendapatan dan ukuran pasar (Bernad,2003). Pada penelitian ini menggunakan total asset sebagai ukuran size yaitu seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Total asset yang besar akan meningkatkan efisiensi dari perusahan dan memberikan prospek pertumbuhan perusahaan dimasa depan.
Debt On Equity/DER (X 4 ) Debt to equity ratio adalah rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan. Rasio ini menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Darsono, 2005: 54). Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar. Selain itu besarnnya beban hutang yang ditanggung perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan. Debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut: DER =
3.5 Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas. Multikolinearitas artinya terdapat korelasi linear sempurna atau pasti diantara dua atau lebih variabel independen. Adanya multikolinearitas menyebabkan deviasi standar masing-masing koefisien regresi akan sangat besar sehingga membuat bias tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hal itu menyebabkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas menggunakan nilai tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Apabila tolerance value diatas 0,01 atau nilai VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas; 2. Apabila tolerance value dibawah 0,01 atau VIF diatas 10, maka terjadi multikolinearitas. Selain itu, pengujian multikolinearitas dapat juga dilakukan dengan melihat nilai koefisien korelasi. Dikatakan terjadi gejala multikolinearitas apabila nilai koefisien korelasi mencapai 0,9 atau lebih.
Uji Heterokedastisitas. Masalah heterokedastisitas akan menimbulkan variabel prediktor akan menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi masalah tersebut dilakukan uji White Test yaitu dengan meregresi nilai absolute residual model yang destimasi terhadap variabel-variabel independen dengan memperhatikan nilai t-statistik dan signifikansinya. Heterokedastisitas ada apabila nilai signifikansinya <0,05 ; sebaliknya apabila nilai signifikansinya >0,05 berarti tidak terjadi heterokedastisitas. Uji Autokorelasi. Autokorelasi diartikan sebagai adanya korelasi antara data - data yang terletak berurutan secara time series atau korelasi antara tempat yang berdekatan apabila datanya cross section (Damodar, 1979). Autokorelasi terjadi akibat kondisi munculnya suatu data yang dipengaruhi data sebelumnya. Masalah ini mengakibatkan hasil pengujian menjadi bias. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
Nilai statistik d Hasil 0 < d < d L Menolak hipotesis nol (ada autokorelasi positif) d L s d s d U Daerah keragu-raguan (tidak ada keputusan) d U s d s 4 - d U Menerima hipotesis nol (tidak ada autokorelasi positif atau negatif) 4 - d U s d s 4 d L Daerah keragu-raguan (tidak ada keputusan) 4 d L s d s 4 Menolak hipotesis nol (ada autokorelasi negatif)
3.6 Uji T-Statistik Uji T statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari satu variabel secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independen. Uji dilakukan pada satu sisi dengan tingkat signifikan = 5%. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Dengan membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel: jika statistik t-hitung < statistik t-tabel, maka H0 diterima. Jika statistik thitung > statistik t-tabel, maka H0 ditolak (H1 diterima); 2. Berdasarkan probabilitas: jika probabilitas > 5%, maka H0 diterima. Jika probabilitas < 5% maka H0 ditolak (H1 diterima).
3.7 Uji F-Statistik Uji F-statistik dilakukan untuk meneliti apakah model persamaan regresi yang digunakan adalah benar linear. Model regresi dianggap baik, jika tingkat signifikansi nilai F: 1. Jika statistik F-hitung < statistik F-tabel, maka H0 diterima; 2. Jika statistik F-hitung > statistik F-tabel, maka H0 ditolak (H1 diterima).
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Metode Analisis Data Untuk menjawab masalah pokok apakah Net Profit Margin/NPM ; Return On Equity/ROE ; Debt On Equity/DER ; dan Size Total Asset/TA dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap earning per share (EPS), maka dilakukan analisis dengan menggunakan program E-Views. Tahap analisis statistik yang dilakukan adalah: 1. analisis multikolinearitas 2. analisis heteroskedastisitas 3. analisis autokorelasi 4. uji-t dan uji f.
Dari hasil VIF diatas, nilainya lebih dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas.
4.2.2 Analisis Heteroskedastisitas Nilai probabilitas dari informasi obs*R-squared sebesar 0.1422 (14.22%) lebih besar dari o = 5% yang berarti tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas.
4.2.3 Analisis Autokorelasi Dari o = 5% didapatkan hasil : d = 1.9864 dl = 1.550 du = 1.747 Uji statistik Durbin-Watson d du s d s 4 - du 1.747 s 1.9864 s 4 1.747 1.747 s 1.9864 s 2.253 Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif / negatif (menerima hipotesis nol).
4.2.4 Uji Regresi Berganda Uji F-statistik F statistik = 29.63866 F tabel = 2.99 = 5 % Karena F statistik (29.63866) > nilai F tabel (2.99) maka kita menolak H0 dan menerima H1.
Uji t-statistik = 5 % T tabel = 1,708
NPM (X1) T statistik = 1.7212 Karena t statistik (1.7212) > t tabel (1,708), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, dalam periode penelitian NPM berpengaruh signifikan positif terhadap EPS.
ROE (X2) T statistik = 1.1205 Karena t statistik (1.1205) < t tabel (1,708), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, dalam periode penelitian ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap EPS.
TA (X3) T statistik = 8.1015 Karena t statistik (8.1015) > t tabel (1,708), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, dalam periode penelitian TA berpengaruh signifikan positif terhadap EPS.
DER (X4) T statistik = 0.9174 Karena t statistik (0.9174) < t tabel (1,703), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, dalam periode penelitian DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap EPS.
BAB V KESIMPULAN
Setelah menguji data dari laporan keuangan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan di Bursa Efek Indonesia dan menganalisa hasil perhitungan dengan menggunakan uji f dan uji t, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa Variabel Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio secara simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap Earning per Share (EPS). Sedangkan variabel Net Profit Margin dan Total Asset berpengaruh signifikan positif terhadap EPS.
Taani, Khalaf and Mari'e Hasan Hamed Banykhaled. 2011. The Effect Of Financial Ratios, Firm Size And Cash Flows From Operating Activities On Earnings Per Share: (An Applied Study: On Jordanian Industrial Sector). International Journal Of Social Sciences And Humanity Studies, Vol 3, No 1.
www.idx.co.id C. Van Horne, James and M. Wachowicz, JR, John. 2005. Prinsip prinsip Manajemen Keuangan. Terjemahan Tim Salemba Empat. Edisi 12. Buku 1. Jakarta : Penerbit Salemba Empat