Anda di halaman 1dari 32

Diktat Persamaan Dierensial

Parsial
Materi-Materi Setelah Ujian Tengah Semester
Dr. Eng. Mawardi Bahri, M.Si.
April 2010
i
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-
Nya diktat mata kuliah ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Diktat ini kami maksud sebagai salah satu buku pendamping mahasiswa dalam
memahami mata kuliah Persamaan Dierensial Parsial yang diajarkan setiap
tahun pada Jurusan Matematika FMIPA UNHAS, disusun berdasarkan kebutuhan
terhadap pengembangan riset matematika terapan yang harus dimiliki oleh ma-
hasiswa dalam menyiapkan dirinya menjadi peneliti yang andal pada masa men-
datang.
Kebanyakan isi dari diktat ini diambil dari [1, 2] dan berdasarkan pada pen-
galaman penulis dalam mengajar mata kuliah ini dalam berapa tahun sebelumnya.
Diktat mata kuliah ini akan senantiasa direvisi setiap tahun dan disempurnakan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan kebutuhan riset ke depan yang selalu berkem-
bang.
Sasaran yang ingin dicapai setelah mahasiswa mempelajarai diktat ini den-
gan baik adalah memperoleh pengetahuan terbaru dalam matematika terapan dan
kemudian mengembangkan pengetahuan yang ada untuk mendapat hal baru juga
sehingga hasilnya bisa dipublikasikan pada jurnal nasional ataupun jurnal interna-
sional.
Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada Dr. Jef-
fry Kusuma sebagai penanggung jawab mata kuliah ini dan yang telah menga-
jarkan dasar-dasar persamaan dierensial ketika penulis menempuh program S1 di
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin (1992-1997) serta kepada se-
mua pihak yang telah membantu dalam penyusunan diktat mata kuliah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung. Semoga kehadiran diktat ini dapat mem-
bantu semua pihak yang tertarik memahami teori-teori dasar persamaan dieren-
ii
sial parsial dan aplikasinya serta juga memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Bukan gading namanya kalau diantara himpunan gading itu ada yang tidak
retak, demikian pula pada himpunan huruf, angka, simbol yang digunakan dalam
diktat ini serta tampilannya yang diyakini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu kami mohon maaf akan hal tersebut, namun kami juga mengharapkan masukan
dan kritikan yang sifatnya membangun demi sempurnanya diktat mata kuliah ini di
masa mendatang.
Makassar, April 2010
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar i
1 Persamaan Gelombang Dua Dimensi 1
1.1 Solusi Persamaan Gelombang Dua Dimensi . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1.1 Solusi dari Persamaan-Persamaan Pemisahan . . . . . . . . . 3
1.1.2 Solusi Double Deret Fourier dari Seluruh Masalah . . . . . . . 4
1.2 Persamaan Laplace Dua Dimensi dalam Koordinat Kartesius . . . . . 6
2 Persamaan Laplace 13
2.1 Persamaan Laplace di dalam Koordinat Polar . . . . . . . . . . . . . 13
2.1.1 Persamaan Laplace di dalam Koordinat Silinder . . . . . . . . 15
2.1.2 Persamaan Laplace di dalam Koordinat Bola . . . . . . . . . . 16
2.1.3 Persamaan Laplace di dalam Domain Sirkuler . . . . . . . . . 18
2.1.4 Persamaan Laplace di dalam Annulus . . . . . . . . . . . . . 20
3 Solusi Numerik 23
3.1 Solusi Numerik (Numerical Solutions) . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
Daftar Pustaka 26
iii
iv
Bab 1
Persamaan Gelombang Dua
Dimensi
1.1 Solusi Persamaan Gelombang Dua Dimensi
Misalkan sebuah membran tipis elastis di rentangkan atas frame empat persegi pan-
jang dengan dimensi a dan b dan sisinya di buat xed. Membran tersebut di getarkan
dengan menggerakkan secara vertikal dan kemudian dilepaskan. Getaran dari mem-
bran tersebut dibagun oleh persamaan gelombang dua dimensi (2D)

2
u
t
2
= c
2
_

2
u
x
2
+

2
u
y
2
_
, 0 < x < a, 0 < y < b, t > 0, (1.1)
dimana u = u(x, y, t) menyatakan pembelokan (deection) di titik (x, y) dan pada
waktu t. Kita punya syarat-syarat batas sebagai berikut:
u(0, y, t) = 0 dan u(a, y, t) = 0, 0 y b dan t 0, (1.2)
dan
u(x, 0, t) = 0 dan u(x, b, t) = 0, 0 x a dan t 0. (1.3)
1
2 BAB 1. PERSAMAAN GELOMBANG DUA DIMENSI
Syarat-syarat awal
u(x, y, 0) = f(x, y) dan
u
t
(x, y, 0) = g(x, y). (1.4)
Untuk menentukan getaran dari gelombang kita harus mendapat fungsi u yang
memenuhi (1.1)-(1.4). Kita pecahkan persoalan nilai batas diatas menggunakan
metode pemisahan variabel (separation of Variables).
Kita cari perkalian solusi dari bentuk
u(x, y, t) = X(x)Y (y)T(t). (1.5)
Diferensiasikan (1.5) dan substitusikan ke persamaan (1.1) kita memperoleh
XY T

= c
2
(X

Y T + XY

T). (1.6)
Bagi kedua sisi dari persamaan diatas dengan c
2
XY T kita punya
T

c
2
T
=
X

X
+
Y

Y
. (1.7)
Karena sisi kiri adalah fungsi terhadap t dan sisi kanan adalah fungsi terhadap x
dan y, persamaan itu mesti konstan. Asumsikan kostanta pemisahan adalah negativ.
Maka
T

c
2
T
= k
2
dan
X

X
+
Y

Y
= k
2
. (1.8)
Suku pertama dari persamaan (1.8) menghasilkan
T

+ k
2
c
2
T = 0. (1.9)
Suku kedua dari persamaan (1.8) menghasilkan
X

X
..

2
=
Y

Y
k
2
. .

2
. (1.10)
Dari persamaan (1.10) kita simpulkan
X

X
=
2
dan
Y

Y
k
2
=
2
, > 0. (1.11)
1.1. Solusi Persamaan Gelombang Dua Dimensi 3
Atau
X

+
2
X = 0 dan Y

+
2
Y = 0, (1.12)
dimana
2
= k
2

2
. Sekarang kita tiba pada persamaan-persamaan berikut:
X

+
2
X = 0, X(0) = 0, X(a) = 0,
Y

+
2
Y = 0, Y (0) = 0, Y (b) = 0,
T

+ k
2
c
2
T = 0, k
2
=
2
+
2
. (1.13)
1.1.1 Solusi dari Persamaan-Persamaan Pemisahan
Solusi umum dari persamaan (1.13) diberikan oleh
X(x) = c
1
cos x + c
2
sin x,
Y (y) = d
1
cos y + d
2
sin y,
T(t) = e
1
cos ckt + e
2
sin ckt, (k
2
=
2
+
2
). (1.14)
Dari syarat-syarat batas untuk X dan Y kita memperoleh c
1
= 0 dan c
2
sin a = 0
dan d
1
= 0 dan d
2
sin b = 0. Maka
sin a = sin m =
n
=
m
a
, (1.15)
dan
sin b = sin n =
n
=
n
b
, m, n = 1, 2, , (1.16)
sehingga
X
m
(x) = sin
m
a
x dan Y
n
(x) = sin
n
b
y. (1.17)
Kita juga mempunyai
k = k
m
=
_

2
m
+
2
n
=
_
m
2

2
a
2
+
n
2

2
b
2
. (1.18)
4 BAB 1. PERSAMAAN GELOMBANG DUA DIMENSI
Jadi,
T(t) = T
mn
(t) = B
mn
cos ck
m
t + B

mn
sin ck
m
t
= B
mn
cos c
_
m
2
a
2
+
n
2

2
b
2
t + B

mn
sin c
_
m
2
a
2
+
n
2
b
2
t
= B
mn
cos
mn
t + B

mn
sin
mn
t, (1.19)
dimana

mn
= c
_
m
2
a
2
+
n
2
b
2
. (1.20)
Disini
mn
disebut frequensi karakteristik dari membran. Kita kemudian memper-
oleh perkalian solusi yg memenuhi persamaan-persamaan (1.1), (1.2) dan (1.3)
u
mn
(x, y, t) = sin
m
a
x sin
n
b
y (B
mn
cos
mn
t + B

mn
sin
mn
t). (1.21)
1.1.2 Solusi Double Deret Fourier dari Seluruh Masalah
Dengan mennggunakan prinsip superposisi, kita jumlahkan semua perkalian solusi
dan mendapat
u(x, y, t) =

n=1

m=1
(B
mn
cos
mn
t + B

mn
sin
mn
t) sin
m
a
x sin
n
b
y. (1.22)
Dari syarat awal pertama u(x, y, 0) = f(x, y), kita memperoleh
f(x, y) =

n=1

m=1
B
mn
sin
m
a
x sin
n
b
y. (1.23)
Perhatikan bahwa fungsi-fungsi sin
m
a
x sin
n
b
y adalah orthogonal atas 0
x a, 0 y b. Yaitu,
_
b
0
_
a
0
sin
m
a
x sin
n
b
y sin
m

a
x sin
n

b
y dxdy = 0, (m, n) = (m

, n

). (1.24)
Jika (m, n) = (m, n), maka kita memperoleh
_
b
0
_
a
0
sin
m
a
x sin
n
b
y dxdy =
ab
4
. (1.25)
1.1. Solusi Persamaan Gelombang Dua Dimensi 5
Kalikan (1.23) dengan sin
m

a
x sin
n

b
y kemudian integrasikan atas empat persegi
panjang a b dan gunakan sifat ortogonal, kita mendapat
B
m,n
=
4
ab
_
b
0
_
a
0
f(x, y) sin
m
a
x sin
n
b
y dxdy. (1.26)
Deret didalam (1.23) dengan koesien diberikan oleh (1.26) disebut deret double
Fourier sinus dari f. Dengan cara yang sama, dari syarat awal kedua u(x, y, 0) =
f(x, y) kita memperoleh
g(x, y) =

n=1

m=1
B

mn
sin
m
a
x sin
n
b
y. (1.27)
Dengan argument yang sama, kita memperoleh
B

m,n
=
4
ab
mn
_
b
0
_
a
0
g(x, y) sin
m
a
x sin
n
b
y dxdy. (1.28)
Contoh 1.1.1 Sebuah membran bujur sangkar dengan a = b = 1 dan c = 1/
ditempatkan pada bidang xy. Sisi-sisi dari membran dibuat xed dan membran
tersebut direntangkan kedalam bentuk yang dimodelkan oleh fungsi f(x, y) = x(x
1)y(y 1), 0 < x < 1, 0 < y < 1. Anggap membran tersebut mulai bergetar dari
diam. Tentukan posisi setiap titik pada membran untuk t > 0.
Solusi. Kita punya g(x, y) = 0, dan sehingga B

m,n
= 0. Untuk m, n = 1, 2, 3, ,
kita punya
B
m,n
= 4
_
1
0
_
1
0
x(x 1)y(y 1) sin mx sin ny dxdy
= 4
_
1
0
y(y 1) sin ny dy
_
1
0
x(x 1) sin mx dx. (1.29)
Integral parsial memberikan
4
_
1
0
x(x 1) sin mx dx =
2((1)
m
1)

3
m
3
. (1.30)
Formula similar berlaku untuk integral dengan variabel y. Jadi,
B
m,n
= 4
2((1)
n
1)

3
n
3
2((1)
m
1)

3
m
3
, m, n = 1, 2, . (1.31)
6 BAB 1. PERSAMAAN GELOMBANG DUA DIMENSI
Jika salah satunya m or n genap, B
mn
adalah zero. Jika keduanya m dan n adalah
ganjil, maka B
m,n
=
64

6
m
3
n
3
. Jadi, solusinya adalah
u(x, y, t) =

nodd

modd
64

6
m
3
n
3
sin mx sin ny cos

m
2
+ n
2
t
=

l=0

k=0
_
64

6
(2k + 1)
3
(2l + 1)
3
sin(2k + 1)x sin(2l + 1)y
cos
_
(2k + 1)
2
+ (2l + 1)
2
t
_
. (1.32)
Latihan 1.1.1 Seperti pada Contoh 1.2.1 pecahkan persoalan nilai batas dengan
a = b = 1, c = 1/ dan fungsi f dan g diberikan di bawah ini.
(i). f(x, y) = 0, g(x, y) = 1.
(ii). f(x, y) = sin x sin y, g(x, y) = 0.
(iii). Plot jumlah parsial dari solusi deret pada bermacam-macam nilai dari t untuk
mengilustrasikan getaran dari membran.
1.2 Persamaan Laplace Dua Dimensi dalam Ko-
ordinat Kartesius
Untuk persoalan steady-state or time independent di dalam dua dimensi atas persegi
panjang a b, kita pertimbangkan persamaan berikut:

2
u
x
2
+

2
u
y
2
= 0, 0 < x < a, 0 < y < b. (1.33)
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Laplace dua dimensi. Didalam per-
soalan tertentu, solusi yang dicari ditentukan oleh syarat-syarat batas yang diberikan.
Sekarang kita impose syarat-syarat batas
u(x, 0) = f
1
(x), u(x, b) = f
2
(x), 0 < x < a
u(0, y) = g
1
(y), u(a, y) = g
2
(y), 0 < y < b. (1.34)
1.2. Persamaan Laplace Dua Dimensi dalam Koordinat Kartesius 7
Sebuah persoalan yang terdiri dari persamaan Laplace pada daerah di dalam bidang
bersama dengan nilai batasnya disebut persoalan Dirichlet. Maka persoalan di
atas disebut persoalan Dirichlet pada empat persegi panjang. Kita mulai dengan
memecahkan kasus khusus bila f
1
, g
1
dan g
2
semuanya zero.
Contoh 1.2.1 Pecahkan persoalan nilai batas dari persamaan Laplace 1.33) dengan
metode pemisahan variabel dengan syarat batas berikut:
u(x, 0) = f
1
(x) = 0, u(x, b) = f
2
(x), 0 < x < a
u(0, y) = g
1
(y) = 0, u(a, y) = g
2
(y) = 0, 0 < y < b. (1.35)
Solusi. Substitusi perkali solusi u(x, y) = X(x)Y (y) kedalam (1.33) dan gunakan
metode pemisahan variabel, kita tiba pada persamaan-persamaan
X

+ kX = 0, Y

kY = 0, (1.36)
dimana k adalah konstanta pemisahan. Gunakan syarat batas, maka diperoleh
u(x, 0) = X(x)Y (0) = 0 =Y (0) = 0
u(0, y) = X(0)Y (y) = 0 =X(0) = 0
u(a, y) = X(a)Y (0) = 0 =X(a) = 0. (1.37)
Persamamn (1.36) memiliki 3 macam solusi yang bergantung pada nilai k. Untuk
k = 0 diperoleh X

= 0 yang memberikan solusi


X(x) = A
1
x + A
2
, (1.38)
di mana A
1
dan A
2
adalah sebarang konstanta real. Substitusi syarat batas (1.37)
memberikan solusi trivial. Untuk k < 0, misal k =
2
, suku pertama persamamn
(1.36) menjadi
X

2
X = 0 (1.39)
8 BAB 1. PERSAMAAN GELOMBANG DUA DIMENSI
yang mempunyai solusi
X(x) = B
1
e
x
+ B
2
e
x
. (1.40)
Substitusi syarat batas (1.37) memberikan
X(0) = B
1
e
0
+ B
2
e
0
= 0
= B
1
+ B
2
= 0 =B
1
= B
2
X(a) = B
1
e
a
+ B
2
e
a
= 0
= B
2
e
a
+ B
2
e
a
= 0
= B
2
(e
a
e
a
) = 0, (1.41)
yang mengakibatkan B
2
= 0 sehingga mengarah ke solusi trivial. Untuk k =
2
> 0,
diperoleh solusi-solusi X(x) = c
1
cos x + c
2
sin x. Pensubstitusian syarat-syarat
batas pada X membuat c
1
= 0,
=
n
=
n
a
, n = 1, 2, (1.42)
dan jadi
X
n
(x) = sin
n
a
x, n = 1, 2, . (1.43)
Kembali lagi ke Y dengan k =
2
n
, kita mendapat
Y = A
n
cosh
n
y + B
n
sinh
n
y. (1.44)
Pengimposan Y (0) = 0, kita mendapat A
n
= 0, dan jadi
Y
n
= B
n
sinh
n
y. (1.45)
Dari (1.43) dan (1.45) kita kemudian memperoleh perkalian solusi
B
n
sin
n
a
x sinh
n
a
y. (1.46)
Dengan prinsip superposisi solusi, kita memperoleh bentuk umum solusi
u(x, y) =

n=1
B
n
sin
n
a
x sinh
n
a
y. (1.47)
1.2. Persamaan Laplace Dua Dimensi dalam Koordinat Kartesius 9
Akhirnya, syarat batas u(x, b) = f
2
(x) mengakibatkan bahwa
f
2
(x) =

n=1
B
n
sinh
nb
a
sin
n
a
x. (1.48)
Kalikan (1.48) dengan sin
m

a
x kemudian integrasikan atas interval 0 < x < a dan
gunakan sifat ortogonal, kita punya
B
n
=
2
a sinh
nb
a
_
a
0
f
2
(x) sin
n
a
x dx, n = 1, 2, . (1.49)
Contoh 1.2.2 ( Temperatur steady-state didalam pelat bujur sangkar) Seperti
pada Contoh 1.2.1
(i). Tentukan distibusi temperatur steady-state didalam plat bujur sangkar 1 1
dimana satu sisi dilakukan pada 100

dan tiga sisi yang lain dilakukan pada


0

.
(ii). Khususnya, cari distibusi temperatur steady-state pada pusat dari pelat.
Solusi. Untuk (i) kita pecahkan persoalan itu sebagai kasus khusus dari Contoh
1.2.1, dimana f
2
(x) = 100

dan a = b = 1. Dari (1.47) dan (1.49), diperoleh


u(x, y) =

n=1
B
n
sin nx sinh ny, (1.50)
dimana
B
n
=
200
sinh n
_
1
0
sin nx dx =
200
n sinh n
(1 cos n). (1.51)
Substitusi (1.51) kedalam (1.50) kita kemudian mendapat solusi
u(x, y) =

nodd
200
n sinh n
(1 cos n) sin nx sinh ny
=
400

k=0
sin(2k + 1)x
(2k + 1)
sinh(2k + 1)y
sinh(2k + 1)
. (1.52)
10 BAB 1. PERSAMAAN GELOMBANG DUA DIMENSI
Untuk bagian (ii) pensubstitusian x = y =
1
2
ke (1.52) kita memperoleh temperatur
pada pusat sebagai
u(
1
2
,
1
2
) =
400

k=0
sin(2k + 1)

2
(2k + 1)
sinh(2k + 1)

2
sinh(2k + 1)
=
400

k=0
(1)
k
(2k + 1)
sinh(2k + 1)

2
2 sinh(2k + 1)

2
cosh(2k + 1)

2
=
200

k=0
(1)
k
(2k + 1)
1
cosh(2k + 1)

2
, (1.53)
dimana digunakan fakta bahwa
sinh u = 2 sinh
u
2
cosh
u
2
, (1.54)
dan
sin(2k + 1)

2
= (1)
k
. (1.55)
Latihan 1.2.1 Seperti pada Contoh 1.2.1 pecahkan persoalan nilai batas dari persamaan-
persamaan (1.33) dan (1.34) dengan syarat-syarat awal sebagai berikut:
(i). u(x, 0) = f
1
(x) dan yang lainnya semuanya nol.
(ii). u(0, y) = g
1
(y) dan yang lainnya semuanya nol.
(iii). u(a, y) = g
2
(y) dan yang lainnya semuanya nol.
Remark 1.2.1 Gunakan fakta berikut: Dari soal (i) kita mempunyai PDP II: Y

2
Y = 0 yang mempunyai solusi Y (y) = D
1
cosh y +D
2
sinh y. Dari syarat batas
Y (0) = 0 di peroleh D
2
=
D
1
cosh b
sinh b
. Jadi
Y (y) =
D
1
(cosh y sinh b cosh b sinh y)
sinh b
. (1.56)
1.2. Persamaan Laplace Dua Dimensi dalam Koordinat Kartesius 11
Karena X(x) = X
n
(x) = sin
n
x, n = 1, 2, 3, . Maka
u(x, y) = sin
n
x
D
1
(cosh
n
y sinh
n
b cosh
n
b sinh
n
y)
sinh
n
b
=
D
1
sinh
n
b
sin
n
x (cosh
n
y sinh
n
b cosh
n
b sinh
n
y)
= D
n
sin
n
x (cosh
n
y sinh
n
b cosh
n
b sinh
n
y)
=

n=1
D
n
sin
n
x sinh
n
(b y),
n
=
n
a
=

n=1
D
n
sin
n
a
x sinh
n
a
(b y). (1.57)
Latihan 1.2.2 (Project problem) Persoalan temperatur steady-state didalam se-
buah solid tiga dimensi membentuk persoalan Dirichlet yang berkaitan dengan per-
samaan Laplace tiga dimensi:

2
u
x
2
+

2
u
y
2
+

2
u
z
2
= 0, 0 < x < a, 0 < y < b, 0 < z < c. (1.58)
Ikutilah langkah-langkah garis besar berikut untuk menurunkan solusinya yang mem-
punyai bentuk
u(x, y, z) =

n=1

m=1
A
mn
sin
m
c
x sin
n
b
y sinh
mn
z,
mn
=
_
(
m
a
)
2
+ (
n
b
)
2
A
mn
=
4
ab sinh(c
mn
)
_
b
0
_
a
0
f(x, y) sin
m
a
x sin
n
b
y dxdy. (1.59)
Cari perkalian solusi dari bentuk X(x)Y (y)Z(z). Gunakan pemisahan variabel
dan turunkan persamaan-persamaan
X

+
2
X = 0, Y

+
2
Y = 0, Z

(
2
+
2
)Z = 0, (1.60)
Dapatkan syarat-syarat batas
X(0) = X(a) = 0, Y (0) = Y (b) = 0, dan Z(0) = 0. (1.61)
12 BAB 1. PERSAMAAN GELOMBANG DUA DIMENSI
Tunjukkan bahwa
=
m
a
= 0, =
n
b
, m, n = 1, 2, 3, . (1.62)
Turunkan perkalian solusi
u
mn
(x, y, z) = A
mn
sin
m
a
x sin
n
b
y sinh
mn
z. (1.63)
Bab 2
Persamaan Laplace Dua
Dimensi
2.1 Persamaan Laplace di dalam Koordinat Po-
lar
Mari kita ingat kembali hubungan antara koordinat kartesius dan polar berikut:
x = r cos , y = r sin , r
2
= x
2
+ y
2
, tan =
y
x
. (2.1)
Dierensiasi r
2
= x
2
+ y
2
terhadap x kita memperoleh
2r
r
x
= 2x, atau
r
x
=
x
r
. (2.2)
Dierensiasi (2.2) terhadap x lagi kita mempunyai

2
r

2
x
=
r x
r
x
r
2
=
r x
x
r
r
2
=
y
2
r
3
. (2.3)
Dierensiasi = tan
1 y
x
terhadap x, kita mendapat

x
=
1
1 + (
y
x
)
2
(
y
x
2
) =
y
r
2
. (2.4)
13
14 BAB 2. PERSAMAAN LAPLACE
Dierensiasi (2.4) terhadap x lagi, kita mempunyai

x
2
=
0 (y)2r
r
x
r
4
=
2xy
r
4
. (2.5)
Dengan cara yang sama kita dengan mudah memperoleh berikut ini
r
y
=
y
r
,

y
=
x
r
2
, (2.6)
dan juga

2
r
y
2
=
x
2
r
3
,

2

y
2
=
2xy
r
4
. (2.7)
Dari u = u(r, ), r = (x, y) dan = (x, y) kita dengan mudah memperoleh
u
x
=
u
r
r
x
+
u

x
(2.8)
Terapkan aturan perkalian dari turunan dan aturan rantai lagi, kita memperoleh

2
u
x
2
=

x
_
u
r
r
x
+
u

x
_
=

x
(
u
r
)
r
x
+
u
r

2
r
x
2
+

x
(
u

x
+
u

x
2
=
_

2
u
r
2
r
x
+

2
u
r

x
_
r
x
+
u
r

2
r
x
2
+
_

2
u
r
r
x
+

2
u

x
_

x
+
u

x
2
=

2
u
r
2
_
r
x
_
2
+ 2

2
u
r

x
r
x
+
u
r

2
r
x
2
+

2
u

2
_

x
_
2
+
u

x
2
. (2.9)
Ganti x dengan y didalam (2.9), kita memperoleh

2
u
y
2
=

2
u
r
2
_
r
y
_
2
+ 2

2
u
r

y
r
y
+
u
r

2
r
y
2
+

2
u

2
_

y
_
2
+
u

y
2
. (2.10)
2.1. Persamaan Laplace di dalam Koordinat Polar 15
Tambahkan persamaan (2.9) dan persamaan (2.10), kita mendapat

2
u
x
2
+

2
u
y
2
=

2
u
r
2
_
_
r
x
_
2
+
_
r
y
_
2
_
+ 2

2
u
r
_

x
r
x
+

y
r
y
_
. .
0
+
u
r
_

2
r
x
2
+

2
r
y
2
_
+

2
u

2
_
_

x
_
2
+
_

y
_
2
_
+
u

x
2
+

2

y
2
_
. .
0
=

2
u
r
2
_

_
_
_
_
_
r
x
..
x/r
_
_
_
_
2
+
_
_
_
_
_
r
y
..
y/r
_
_
_
_
_
2
_

_
+
u
r
_

2
r
x
2
..
y
2
/r
3
+

2
r
y
2
_

_
+

2
u

2
_
_

x
_
2
+
_

y
_
2
_
. (2.11)
Lakukan cara yang sama, persamaan (2.11) reduksi ke

2
u
x
2
+

2
u
y
2
=

2
u
r
2
_
x
2
r
2
+
y
2
r
2
_
+
u
r
_
x
2
r
3
+
y
2
r
3
_
+

2
u

2
_
x
2
r
4
+
y
2
r
4
_
=

2
u
r
2
_
x
2
+ y
2
r
2
_
+
u
r
_
x
2
+ y
2
r
3
_
+

2
u

2
_
x
2
+ y
2
r
4
_
(2.12)
Substitusi x
2
+ y
2
= r
2
ke dalam persamaan (2.12), kita memperoleh
u =
2
u =

2
u
x
2
+

2
u
y
2
=

2
u
r
2
+
1
r
u
r
+
1
r
2

2
u

2
. (2.13)
2.1.1 Persamaan Laplace di dalam Koordinat Silinder
Jika u = u(x, y, z) persamaan Laplace (2.13) mempunyai bentuk
u =
2
u =

2
u
x
2
+

2
u
y
2
+

2
u
z
2
. (2.14)
Hubungan antara koordinat kartesius dan koordinat silinder adalah
x = cos , y = sin , z = z. (2.15)
16 BAB 2. PERSAMAAN LAPLACE
Dapat ditunjukkan bahwa bentuk silinder dari persamaan (2.13) adalah
u =
2
u =

2
u
x
2
+

2
u
y
2
+

2
u
z
2
=

2
u

2
+
1

+
1

2
u

2
+

2
u
z
2
. (2.16)
Contoh 2.1.1 Gunakan koordinat bola untuk menghitung persamaan Laplace dari
f(x, y, z) = ln(x
2
+ y
2
+ z
2
), (x, y, z) = (0, 0, 0). (2.17)
Solusi. Didalam koordinat bola, kita punya
f(r, ) = ln r
2
= 2 ln r. (2.18)
Dari persamaan (2.13) kita memperoleh

2
u =

2
u
r
2
+
1
r
u
r
+
1
r
2

2
u

2
=
2
r
2
+
4
r
2
+ 0 =
2
r
2
. (2.19)
2.1.2 Persamaan Laplace di dalam Koordinat Bola
Misalkan (r, , ) menyatakan koordinat bola dari titik (x, y, z). kita punya
x = r cos sin , y = r sin sin , z = r cos , r
2
= x
2
+ y
2
+ z
2
. (2.20)
Sekarang misalkan
= r sin , x = cos , y = sin ,
2
= x
2
+ y
2
. (2.21)
Dari bentuk polar persamaan Laplace (2.13) kita mempunyai

2
u
x
2
+

2
u
y
2
=

2
u

2
+
1

+
1

2
u

2
. (2.22)
Perhatikan relasi berikut
z = r cos , = r sin . (2.23)
Dari (2.23) kita memperoleh

2
u
z
2
+

2
u

2
=

2
u
r
2
+
1
r
u
r
+
1
r
2

2
u

2
. (2.24)
2.1. Persamaan Laplace di dalam Koordinat Polar 17
Tambahkan

2
u
z
2
ke (2.22) dan gunakan (2.24) memberikan

2
u
x
2
+

2
u
y
2
+

2
u
z
2
=

2
u
r
2
+
1
r
u
r
+
1
r
2

2
u

2
+
1

+
1

2
u

2
. (2.25)
Dari (2.23) kita memperoleh = tan
1
(/z) sehingga

=
1
1 + (

z
)
2
1
z
=
z
z
2
+
2
=
z
2
r
2
=
cos
r
. (2.26)
Dierensiasi = r sin terhadap kita memperoleh
1 =
r

sin + r cos

=
r

sin + cos
2
. (2.27)
Jadi,
r

=
1 cos
2

sin
= sin . (2.28)
Perhatikan bahwa dan adalah koordinat polar di bidang-xy, maka / = 0.
Gunakan atruran rantai, kita memperoleh
u

=
u
r
r

+
u

+
u

=
u
r

r
+
u

cos
r
. (2.29)
Substitusi ini ke (2.25) dan sederhakan, kita memperoleh
u =
2
u =

2
u
x
2
+

2
u
y
2
+

2
u
z
2
=

2
u
r
2
+
2
r
u
r
+
1
r
2
_

2
u

2
+ cot
u

+ csc
2

2
u

2
_
.
(2.30)
Latihan 2.1.1 Tunjukkan fungsi-fungsi berikut memenuhi persamaan Laplace dan
kemudian hitung nilainya dengan menggunakan koordinat polar.
(i). u(x, y) =
x
x
2
+y
2
.
(ii). u(x, y) =
1

x
2
+y
2
.
(iii). u(x, y) = (x
2
+ y
2
+ z
2
)
1/2
.
18 BAB 2. PERSAMAAN LAPLACE
2.1.3 Persamaan Laplace di dalam Domain Sirkuler
Distribusi temperatur steady-state pada plat sirkuler (lingkaran) yang berjari-jari a
memenuhi persamaan Laplace dua dimensi (koordinat polar):

2
u =

2
u
r
2
+
1
r
u
r
+
1
r
2

2
u

2
, 0 < r < a, 0 < < 2, (2.31)
dan syarat batas
u(a, ) = f(), 0 < < 2. (2.32)
Persamaan (2.31) dan persamaan(2.32) disebut persoalan Dirichlet dari cakram
berjari jari a.
Remark 2.1.1 Perhatikan bahwa f didalam (2.32) adalah berperiodik 2.
Mari kita pecahkan persoalan (2.31) dan (2.32) dengan menggunakan metode
pemisahan variabel. Substitusi perkalian solusi u(r, ) = R(r)() kedalam (2.31),
kita memperoleh
R

+
1
r
R

+
1
r
2
R

= 0. (2.33)
Kalikan persamaan (2.33) dengan r
2
dan kemudian bagi dengan R, kita memper-
oleh
r
2
R

R
+ r
R

R
+

= 0. (2.34)
Atau
r
2
R

R
+ r
R

R
. .

..

. (2.35)
Kita sederhakan persamaan (2.35) untuk memperoleh
r
2
R

+ rR

R = 0, dan

+ = 0. (2.36)
Suku kedua dari (2.36) mempunyai solusi berperiodik 2
=
n
= a
n
cos n + b
n
sin n = 0, n = 0, 1, 2, (2.37)
2.1. Persamaan Laplace di dalam Koordinat Polar 19
Suku pertama dari (2.36) adalah persamaan Euler. Mudah dilihat bahwa akar-
akarnya adalah n dan -n sehingga solusinya mempunyai bentuk
R(r) = c
1
_
r
a
_
n
+ c
2
_
r
a
_
n
, n = 1, 2, (2.38)
dan
R(r) = c
1
+ c
2
ln
_
r
a
_
, n = 0. (2.39)
Untuk persoalan Dirichlet di dalam cakram, solusi mesti tetap terbatas pada 0. Jadi,
kita harus ambil c
2
= 0, karena
_
r
a
_
n
=
_
a
r
_
n
dan ln
_
r
a
_
adalah tidak terbatas jika
r 0. Maka kita tiba perkalian solusi
u
0
(r, ) = a
0
dan u
n
(r, ) =
_
r
a
_
n
(a
n
cos n + b
n
sin n), n = 1, 2, . (2.40)
Dengan prinsip superposisi solusi, kita memperoleh
u(r, ) = a
0
+

n=1
_
r
a
_
n
(a
n
cos n + b
n
sin n). (2.41)
Taruh r = a didalam (2.41) gunakan (2.32) kita memperoleh
f() = u(r, ) = a
0
+

n=1
(a
n
cos n + b
n
sin n). (2.42)
Mudah melihat bahwa a
0
, a
n
dan b
n
di dalam persamaan (2.42) adalah koesien-
koesien Fourier dari fungsi f yang berperiodik 2
a
0
=
1
2
_
2
0
f() d, a
n
=
1

_
2
0
f() cos n d, b
n
=
1

_
2
0
f() sin n d.
(2.43)
Contoh 2.1.2 Cari distribusi temperatur steady-state didalam cakram berjari-jari
1 jika bagian setengah atas dari cakram bersuhu 100

dan bagian setengah bawah


bersuhu 0

.
Solusi. Nilai-nilai batas ditentukan oleh fungsi berikut:
u(r, ) = f() =
_

_
100, jika 0 < < ,
0, jika < < 2.
(2.44)
20 BAB 2. PERSAMAAN LAPLACE
Substutusi persamaan diatas ke dalam (2.43)
a
0
=
1
2
_

0
100 d = 50, a
n
=
1

_

0
100 cos n d = 0, (2.45)
dan
b
n
=
1

_

0
100 sin n d =
100
n
[1 cos n]. (2.46)
Substutusi persamaan (2.46) dan persamaan (2.45) ke dalam (2.41) kita mendapat
solusi
u(r, ) = 50 +
100

n=1
1
n
[1 cos n]r
n
sin n. (2.47)
Pada batas cakram, ketika r = 1, deret di atas menjadi
u(1, ) = 50 +
200

k=0
1
(2k + 1)
sin(2k + 1). (2.48)
Contoh 2.1.3 Pecahkan persoalan Dirichlet didalam cakram yang berjari jari 1 (see
[2]) dan syarat batasnya u(1, ) = 1 + sin +
1
2
sin 3 + cos 4.
Solusi. Bandingkan syarat batas dan persamaan (2.42), kita simpulkan a
0
= 1, a
4
=
1 dan semua a
n
yang lain adalah nol dan juga b
1
= 1, b
3
=
1
2
dan semua b
n
yang lain
adalah nol. Ini berarti solusi (2.41) mempunyai bentuk
u(r, ) = 1 + r sin +
r
3
2
sin 3 + r
4
cos 4. (2.49)
2.1.4 Persamaan Laplace di dalam Annulus
Pecahkan persoalan Dirichlet diantara dua lingkaran (annulus):

2
u =

2
u
r
2
+
1
r
u
r
+
1
r
2

2
u

2
, R
1
< r < R
2
, (2.50)
dan syarat batas
u(R
1
, ) = g
1
(), dan u(R
2
, ) = g
2
(), 0 < < 2. (2.51)
2.1. Persamaan Laplace di dalam Koordinat Polar 21
Substitusi perkalian solusi u(r, ) = R(r)() kedalam (3.5), kita memper-
oleh
r
2
R

+ rR

R = 0 (persamaan Euler), dan

+ = 0. (2.52)
Kasus 1 ( = 0) persamaan Euler akan tereduksi ke
r
2
R

+ rR

= 0, (2.53)
yang mempunyai solusi sebagai
R(r) = a + b ln r. (2.54)
Suku ke dua dari (2.52) mempunyai solusi
() = c + d. (2.55)
Kasus 2 ( > 0) persamaan Euler akan tereduksi ke
r
2
R

+ rR

2
R = 0, (2.56)
yang mempunyai solusi sebagai
R(r) = ar

+ br

. (2.57)
Sekarang suku ke dua dari (2.52) mempunyai solusi
() = c cos + d sin . (2.58)
Jadi, solusi umum dari persoalan Dirichlet diatas adalah
u(r, ) = a
0
+ b
0
ln r +

n=1
[(a
n
r
n
+ b
n
r
n
)] cos n + [(c
n
r
n
+ d
n
r
n
) sin n]. (2.59)
Substitusi solusi (2.59) ke dalam syarat batas dan kemudian mengintegrasinya mem-
berikan persamaan berikut:
a
0
+ b
0
ln R
1
=
1
2
_
2
0
g
1
(s) ds, a
0
+ b
0
ln R
2
=
1
2
_
2
0
g
2
(s) ds (2.60)
22 BAB 2. PERSAMAAN LAPLACE
dan
a
n
R
n
1
+ b
n
R
n
1
=
1

_
2
0
g
1
(s) cos ns ds, a
n
R
n
2
+ b
n
R
n
2
=
1

_
2
0
g
2
(s) cos ns ds,
(2.61)
dan juga
c
n
R
n
1
+ d
n
R
n
1
=
1

_
2
0
g
1
(s) sin ns ds, c
n
R
n
2
+ d
n
R
n
2
=
1

_
2
0
g
2
(s) sin ns ds.
(2.62)
Contoh 2.1.4 Anggaplah potensial didalam lingkran nol,sedangkan diluarnya sin ,
yaitu

2
u = 0, 1 < r < 2 (2.63)
dan syarat batas
_
_
_
u(1, ) = 0, 0 2,
u(2, ) = sin , 0 2.
(2.64)
Solusi. Mudah mengecek bahwa berikut benar
a
0
+ b
0
ln 1 =
1
2
_
2
0
0 ds a
0
= 0, a
0
+ b
0
ln 2 =
1
2
_
2
0
cos s ds b
0
= 0,
(2.65)
dan juga
a
n
+ b
n
(1)
n
=
1

_
2
0
0 ds, a
n
2
n
+ b
n
2
n
=
1

_
2
0
sin s cos ns ds, (2.66)
dan lagi
c
n
+ d
n
=
1

_
2
0
0 sin s ds, c
n
2
n
+ d
n
2
n
=
1

_
2
0
sin s sin ns ds. (2.67)
Bab 3
Solusi Numerik
3.1 Solusi Numerik (Numerical Solutions)
Perhatikan ekspansi deret taylor dari fungsi f(x) berikut:
f(x + h) = f(x) + f

(x)h +
f

(x)
2
h
2
+ (3.1)
Jika kita potong suku tersebut setelah suku kedua, maka kita mempunyai approksi-
masi
f(x + h)

= f(x) + f

(x)h, (3.2)
sehingga kita memperoleh
f

(x)

=
f(x + h) f(x)
h
, (3.3)
yang mana kita sebut approksimasi beda-maju. Persamaan (3.3) bisa ditulis kembali
dalam bentuk
f(x + h)

= f(x) + f

(x)h. (3.4)
Sekarang ganti h dengan h didalam persamaan (3.3) kita memperoleh approksi-
masi beda-mundur sebagai
f

(x)

=
f(x) f(x h)
h
. (3.5)
23
24 BAB 3. SOLUSI NUMERIK
Atau
f(x h)

= f(x) f

(x)h. (3.6)
Dari persamaan-persamaan (3.4) dan (3.6) kita memperoleh approksimasi beda-
pusat, yaitu,
f

(x) =
1
2h
[f(x + h) f(x h)]. (3.7)
Dengan cara yang sama kita bisa memperoleh approksimasi beda-pusat untuk tu-
runan ke dua, yaitu,
f

(x) =
1
h
2
[f(x + h) 2f(x) + f(x h)]. (3.8)
Kita sekarang perluas approksimasi beda hingga ini ke turunaan parsial. Jika
kita mulai dengan expansi deret taylor didalam dua vaiabel
u(x + h, y) = u(x, y) + u
x
(x, y)h + u
xx
h
2
2!
+
u(x h, y) = u(x, y) u
x
(x, y)h + u
xx
h
2
2!
. (3.9)
kita bisa simpulkan berikut:
u
x
(x, y)

=
u(x + h, y) u(x, y)
h
(Forward dirence)
u
x
(x, y)

=
u(x + h, y) u(x h, y)
2h
(Central dirence)
u
xx
(x, y)

=
1
h
2
[u(x + h, y) 2u(x, y) + u(x h, y)] (Central dirence)
u
y
(x, y)

=
u(x, y + k) u(x, y)
h
(Forward dirence)
u
y
(x, y)

=
u(x, y + k) u(x, y k)
2k
(Central dirence)
u
yy
(x, y)

=
1
k
2
[u(x, y + k) 2u(x, y) + u(x, y k)] (Central dirence). (3.10)
3.1. Solusi Numerik (Numerical Solutions) 25
Notasi berikut sangat membantu dalam menggunakan komputer
u(x, y) = u
i,j
u(x, y + k) = u
i+1,j
u(x, y k) = u
i1,j
u(x + h, y) = u
i,j+1
u(x h, y) = u
i,j1
u
x
(x, y) =
1
2h
(u
i,j+1
u
i,j1
)
u
y
(x, y) =
1
2k
(u
i+1,j
u
i1,j
)
u
xx
(x, y) =
1
h
2
(u
i,j+1
2u
i,j
+ u
i,j1
)
u
yy
(x, y) =
1
k
2
(u
i+1,j
2u
i,j
+ u
i1,j
). (3.11)
Contoh 3.1.1 Pecahkan persoalan Dirichlet dengan menggunkan metode beda hingga

2
u =

2
u
x
2
+

2
u
y
2
= 0, 0 < x < 1, 0 < y < 1. (3.12)
dan syarat batas
_
_
_
u = 0, pada puncak atas dan sisi sisi dari bujursangkar
u(x, 0) = sin(x), 0 x 1.
(3.13)
Solusi. Substitusi persamaan (3.11) ke persamaan (3.12) kita memperoleh

2
u =
1
h
2
(u
i,j+1
2u
i,j
+ u
i,j1
) +
1
k
2
(u
i+1,j
2u
i,j
+ u
i1,j
). (3.14)
Dengan memisalkan ukuran diskritisai h dan k sama, persamaan Laplace men-
jadi
(u
i+1,j
+ u
i1,j
+ u
i,j+1
+ u
i,j1
4u
i,j
) = 0, (3.15)
atau
u
i,j
=
1
4
(u
i+1,j
+ u
i1,j
+ u
i,j+1
+ u
i,j1
). (3.16)
26 BAB 3. SOLUSI NUMERIK
Perhatikan bahwa u
i,j
adalah solusi di interior titik-titik grid. Sebagai contoh, jika
kita ambil 4 interior titik-titik grid, yaitu m = n = 4, kita memperoleh
4u
22
+ u
21
..
0
+u
23
+ u
12
..
sin(/3)
+u
32
= 0
4u
23
+ u
22
+ u
24
..
0
+ u
13
..
sin(2/3)
+u
33
= 0
4u
32
+ u
31
..
0
+u
33
+ u
22
+ u
42
..
0
= 0
4u
33
+ u
32
+ u
34
..
0
+u
23
+ u
43
..
0
= 0. (3.17)
Atau
_
_
_
_
_
_
_
_
4 1 1 0
1 4 0 1
1 0 4 1
0 1 1 4
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
u
22
u
23
u
32
u
33
_
_
_
_
_
_
_
_
=
_
_
_
_
_
_
_
_
sin(/3)
sin(2/3)
0
0
_
_
_
_
_
_
_
_
=
_
_
_
_
_
_
_
_
0.86
0.86
0
0
_
_
_
_
_
_
_
_
. (3.18)
Daftar Pustaka
[1] N. H. Asmar, Partial Dierential Equations with Fourier Series and Boundary
Value Problems, Pearson Prentice Hall, 2005.
[2] S. J. Farlow, Partial Dierential Equations for Scienties and Engineers, John
Wiley and Sons, 1984.
27

Anda mungkin juga menyukai