Anda di halaman 1dari 20

REFERAT CA OVARIUM DALAM KEHAMILAN

Di susun Oleh : Cahya Daris Tri Wibowo H2A008008

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. 0 DAFTAR ISI............................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN 1. Definisi...................................................................................... 3 2. Etiologi...................................................................................... 3 3. Faktor risiko............................................................................... 5 4. Patofisiologi............................................................................... 6 5. Gejala dan tanda........................................................................ 7 6. Penyebaran kanker ovarium....................................................... 7 7. Stadium/derajat ca ovarium........................................................ 8 8. Jenis tumor ovarium.................................................................... 9 9. Komplikasi.................................................................................. 11 10. Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan............................. 11 11. Diagnosis.................................................................................... 12 12. Pengobatan................................................................................. 16 13. Pencegahan................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 19

BAB I PENDAHULUAN

Di Indonesia, kanker alat kandungan (ginekologi) merupakan salah satu penyebab kematian utama di antara penyakit kandungan. kanker ovarium menduduki urutan ketiga sesudah kanker serviks dan kanker payudara. Risiko wanita untuk terkena kanker ovarium selama hidupnya adalah 1 dari 70. Sebagian besar kanker ovarium berkembang dari epitel ovarium. Pada lebih dari 75% wanita, penyakit ini menyebar di sepanjang rongga peritoneum sebelum diagnosis ditegakkan. Kanker ovarium biasanya terjadi pada umur di atas 50 tahun (60% penderita), sedangkan pada usia produktif terjadi pada 30% kasus kanker ovarium, dan pada usia lebih muda terjadi pada 10% penderita. Kejadian kanker ovarium tinggi di negara industri diperkirakan karena mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak. Risiko makin tinggi apabila perempuan tersebut melahirkan anak pada umur agak tua dan terlambat datangnya menopause. Sebaliknya, obat pil KB bisa mengurangi risiko kejadian kanker ovarium. Risiko juga semakin besar bila perempuan tersebut mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara, kanker endometrium, dan kanker kolon. Kanker ovarium lebih sering terjadi pada wanita infertil atau yang pernah mengalami abortus spontan berulang, terlambat hamil atau ,menderita kanker payudara. Tumor ganas ovarium pada anak-anak paling sering berasal dari sel benih sedangkan wanita biasa adalah tumor ganas epitel (>90%), sebesar 70% bermetastasis ke luar panggul pada saat diagnosis. Tempat metastasis adalah peritoneum (85%), pelvis dan nodus limfe aorta (80%), omentum (70%), ovarium kontralateral (70%), nodus limfe mediastinum (65%).1,2 Kanker atau tumor ganas akan menginvasi dan menghancurkan jaringan sekitarnya yang masih sehat. Sel kanker juga bisa menyebar ke organ lain, membentuk tumor baru. Kanker menyebar melalui aliran darah, atau aliran cairan limfe atau menyebar melalui cairan tubuh lainnya seperti cairan rongga perut, rongga paru, dan rongga jantung.1,2

BAB II PEMBAHASAN

1. DEFINISI Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang di sel-sel yang menunjang ovarium, termasuk sel epitel permukaan, sel germinal, dal sel stroma. Kanker ovarium merupakan kista ovarium yang bersifat ganas.3

2. ETIOLOGI Penyebabnya tidak di ketahui pasti. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan etiologi kanker ovarium : a. Hipotesis incessant ovulation Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972 yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. b. Hipotesis gonadotropin Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut. c. Hipotesis androgen Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Risch pada tahun 1998 yang mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam

terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel. Dalam penelitian epidemiologi juga ditemukan tingginya kadar androgen dalam darah penderita kanker ovarium. d. Hipotesis progesteron Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita pascamenopause akan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium, sedangkan menurunkan pemberian risikonya. kombinasi Akan dengan tetapi, progesteron pemakaian akan depo

medrosiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium. e. Paritas Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nullipara. f. Pil kontrasepsi Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6. g. Talk Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9. Akan tetapi, penelitian prospektif yang mencakup kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori di atas. h. Ligasi tuba Pengikatan tuba ternyata menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 0,3.

i. Terapi Hormon Pengganti pada masa menopause Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun akan meningkatkan risiko relatif 2,2. Pemakaian terapi pengganti hormon dengan estrogen yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya risiko relatif menjadi 1,5. j. Obat-obat yang meningkatkan kesuburan Obat-obat yang meningkatkan fertilitas akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi. k. Faktor herediter Dari studi metanalisis tahun 1988 ditemukan risiko relatif yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis pertama. Ibu dari penderita kanker ovarium risiko relatifnya 1,1, saudara perempuan risiko relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker ovarium risiko relatifnya 6. 4

3. FAKTOR RISIKO a. b. c. d. e. f. Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial Wanita di atas usia 50 tahun Wanita yang tidak memilki anak (nullipara) Wanita yang memiliki anak lebih dari 35 tahun. Diet tinggi lemak Lemak berpotensial memproduksi hormon estrogen, jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak maka estrogen pun semakin banyak. Jika endometrium terpapar oleh hormon ini maka akan cepat sekali berubah wujud menjadi kanker. g. Merokok Pada prinsipnya nikotin mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau terangsang. Terutama pada tenggorokan, paru-paru dan leher rahim. Semakin banyak nikotin yang dihisap maka semakin

banyak yang diserap oleh tenggorokan, akibatnya semakin besar kemungkinan tiga organ itu terkontaminasi. h. Minum-minuman alkohol 5

4. PATOFISIOLOGI Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang

serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.6

5. GEJALA DAN TANDA Sering kali kanker ovarium tidak memperlihatkan gejala (silent killer) karena biasanya pasien yang datang untuk berkonsultasi sudah pada stadium lanjut. Gejala yang dirasakan biasanya sudah tidak khas, antara lain : a. Gejala saluran pencernaan (dyspepsia, perut kembung, nafsu makan sangat kurang, mual, muntah), konstipasi karena ada desakan, bengkak anggota bawah, sakit punggung, , ukuran perut tambah besar (akibat ovarium membesar/ penimbunan cairan), perdarahan pervaginam, siklus menstruasi abnormal, anemia dan penurunan berat badan biasanya baru terjadi pada tingkat lanjut. b. Pada tahap awal dapat ditemukan suatu massa di bagian bawah perut yang padat dan terikat dengan jaringan sekitar. Kadang-kadang karena tumor melintir, penderita mengeluhkan rasa sakit yang sangat kuat.1

6. PENYEBARAN KANKER OVARIUM Kanker ovarium dapat menyebar dengan cara sebagai berikut : a. Penyebaran transcoelomic Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul. Selanjutnya sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang permukaan peritoneum kavum abdomen (trancoelomic) mengikuti aliran cairan peritoneum. Aliran cairan peritoneum karena pengaruh gerakan pernapasan akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica, terutama yang kanan, ke mesentrium dan ke

hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu, metastasis sering ditemukan di kavum douglasi, fossa paracolica, hemidiagfagma kanan, kapsul hepar, peritoneum usus, dan mesentrium, dan omentum. b. Penyebaran limfatik Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening yang berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar getah bening di sepanjang aorta dan kelenjar getah bening interkavoartik. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai kelenjar getah bening di dinding panggul. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti ligamentum rotundum, sel-sel kanker dapat mencapai kelenjar getah bening di daerah inguinalis. Metastasis ke kelenjar getah bening ini sangat bergantung pada stadium penyakit. Dilaporkan pada 78% penderita kanker ovarium stadium III ditemukan metastasis pada kelenjar getah bening pelvis. c. Penyebaran hematogen Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali terjadi. Bila terjadi, penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan hepar 2-3 % kasus. d. Transdiagfragma Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat menembus diagfragma sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel tumor ganas pada cairan efusi pleura merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan penderita kanker ovarium di stadium IV.4

7. STADIUM / DERAJAT CA OVARIUM 1,2 STADIUM I IA URAIAN Terbatas hanya di dalam ovarium Jaringan tumor hanya pada sebelah ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada pertumbuhan pada permukaan luar. IB Pertumbuhan pada 2 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada pertumbuhan pada permukaan luar. IC Pertumbuhan terbatas pada 1 atau 2 ovarium dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur, dan ascites atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas. II Kanker sudah mengenai kedua ovarium dan alat-alat rongga panggul lainnya sudah di ekspansi sel kanker. IIA IIB IIC Perluasan / metastasis ke uterus dan atau tuba. Penyebaran ke jaringan panggul lainnya. Stadium IIa dan IIb dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur, dan ascites atau bilasan peritoneum yang

mengandung sel ganas. III Sel kanker sudah menyerang kedua ovarium. Sel ini sudah terdapat pada organ di luar rongga panggul serta pada kelenjar limfe. IIIA Secara kasar, sel kanker masih berada di dalam rongga panggul dan belum ada penyebaran di kelenjar getah bening. Tetapi secara mikroskopis, mungkin sel kanker sudah ditemukan di luar rongga panggul. IIIB Sel kanker sudah menyebar di kedua ovarium dan permukaan selaput rongga perut (peritoneum) dengan ukuran tumor > 2 cm, tetapi kelenjar getah bening tetap belum di metastase kanker. IIIC Penyebaran kanker ke selaput pembungkus perut

(peritoneum) dengan diameter tumor > 2 cm, dan sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening, lipat paha dan di luar rongga perut (retroperitoneum). IV Kedua ovarium sudah dimetastase kanker, juga organ yang jauh dari ovarium seperti paru dan hati (terjadi efusi pleura).

8. JENIS TUMOR OVARIUM Tiga jenis utama tumor ovarium adalah: a. Tumor epitel Tumor ovarium epitel terbentuk dari sel-sel yang menutupi permukaan luar ovarium. Kebanyakan tumor ovarium epitel adalah jinak. Ada beberapa jenis tumor epitel jinak, termasuk adenoma serosa, adenoma mucinous, dan tumor Brenner. Tumor epitel kanker adalah karsinoma, yang paling umum dan paling mematikan dari semua jenis kanker ovarium. di Ada beberapa tumor ovarium tidak epitel secara yang jelas

penampilannya

bawah

mikroskop

mengidentifikasi mereka sebagai kanker, ini disebut tumor atau tumor borderline potensi ganas rendah (LMP tumor). Sekitar 80% sampai 90% merupakan karsinoma epitel ovarium (EOC) dari semua kanker ovarium. Sel-sel yang membentuk EOC memiliki beberapa bentuk yang bisa dikenali di bawah mikroskop yaitu serosa, mucinous, endometrioid, dan tipe sel jernih.

b. Tumor sel benih Tumor ovarium germinal sel berkembang dari sel-sel yang menghasilkan ovarium. Tumor germinal adalah jinak. Yang paling umum keganasan germinal sel jatuh tempo teratoma, dysgerminomas, dan sinus endodermal tumor. Keganasan sel germinal terjadi paling sering pada remaja dan wanita usia dua puluhan.

10

c. Tumor stroma Tumor stroma ovarium terbentuk dari sel jaringan ikat yang menahan ovarium bersama-sama dan memproduksi hormon wanita, estrogen dan progesteron. Jenis yang paling umum adalah teka-tumor dan Sertoli-Leydig tumor sel. Tumor ini cukup jarang dan biasanya dianggap kelas rendah kanker, dengan sekitar 70 persen menyajikan sebagai stadium I penyakit.7

9. KOMPLIKASI Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalangi masuknya kedalam panggul pada ibu hamil. Saat persalinan dapat terjadi komplikasi yang gawat yakni obstruksi bagi lahirnya anak yang menyebabkan ruptur uteri. Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan lanjut.7

10. PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN DAN PERSALINAN karena pengaruh tingginya esterogen saat kehamilan ukuran kista dapt membesar tapi dapat juga tetap. karena terbatasnya cavum abdomen dengan membesarnya uterus, kista dapat pecah atau terpeluntir sewaktu-waktu. saat kehamilan terjadi penurunan respon imun sehingga kanker ovarium dapat bertambah progresif (metastase aktif). Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus, partus prematurus. Tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan uterus setelah persalinan; terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut. Dapat menyebabkan kelainan kelainan letak janin. Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
11

Tumor besar dan berlokasi di bawah, dapat menghalangi persalinan.8

11. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya anamnesa (riwayat),

pemeriksaan fisik ginekologi, serta pemeriksaan penunjang a. Riwayat Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang. Bila tumor telah menekan kandung kemih atau rektum, keluhan sering berkemih dan konstipasi akan muncul. Lebih lanjut timbul distensi perut , rasa tertekan dan rasa nyeri perut. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif karena proses metastasis. Pada usia perimenopause,dapat timbul haid tidak teratur. Karena pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tersebut tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan 4 disgerminoma. Dengan meningkatnya usia

kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada

premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal.

12

b. Pemeriksaan fisik ginekologi Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi

permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu

mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara. Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Pada tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan. Saat diagnosis ditegakkan 95% kanker ovarium berdiameter lebih dari 5 cm. Bila tumor sebesar ini ditemukan di pelvis, evaluasi lanjut perlu dilakukan untuk menyingkirkan keganasan, khususnya pada wanita usia > 40 tahun.9

Tabel 1.1 Tampilan makroskopis tumor ovarium jinak dan ganas : Jinak Unilateral Kapsul utuh Bebas Ganas Bilateral Kapsul pecah Ada perlekatan dengan organ sekitarnya Permukaan licin Tidak ada asites Peritoneum licin Berbenjol-benjol Ada asites Ada metastasis di peritoneum

13

Seluruh

permukaan

Ada

bagian-bagian

yang

tumor viable Tumor kistik -

nekrotik Padat atau kistik dengan bagian-bagian padat.

c. Pemeriksaan penunjang Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan pemeriksaan yang adanya asites . Walaupun ada

lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic

resonance imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel,

walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alphafetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG). Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma.10 DIAGNOSIS TUMOR OVARIUM DALAM KEHAMILAN Sering tumor kecil tidak di ketahui apabila tidak di periksa bimanual dalam kehamilan muda. Oleh karena itu, perut mendadak akibat torsi

14

tumor atau pecahnya kista sukar di kenal dan sering di sangka kehamilan ektropik-terganggu atau appendisitis akut. Dalam kehamilan lanjut kesalahan diagnosis dapat di buat karena tumor dapat di sangka mioma uteri atau uterus didelfis, atau dapat di buat diagnosis kehamilan kembar. Tumor yang mengisi rongga panggul mudah di kenal dalam persalinan apabila di lakukan pemeriksaan dalam. Pengelolaan Pada dasarnya dalam kehamilan tumor ovarium yang lebih besar dari pada telur angsa harus di keluarkan. Hal itu di dasarkan atas 3 pertimbangan yaitu: 1. Kemungkinan keganasan 2. Kemungkinan torsi 3. Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetik yg gawat. Dalam triwulan 1 sebaiknya pengangkatan tumor di tunda sampai kehamilan mencapai 16 minggu. Saat operasi yang paling baik ialah dalam kehamilan antara 16 dan 20 minggu. Operasi dalam kehamilan muda dapat di susul oleh abortus apabila korpus luteum graviditatis yang menghasilkan

progesteron ikut terangkat. Dalam hal demikian perlu di berikan terapi penggantian dengan suntikan progestin sampai kehamilan lewat 16 minggu. Apabila operasi dilakukan setelah kehamilan mencapai 16 minggu, placenta sudah terbentuk lengkap, fungsi korpus luteum di ambil alih oleh placenta, dan produksi progesteron berlangsung terus walaupun korpus luteum ikut terangkat. Operasi dalam kehamilan yg lebih dari 20 minggu tekniknya lebih sulit, sehingga rangsangan mekanis pada uterus waktu operasi sukar di hindarkan dengan akibat partus prematurus. Apabila tumor baru diketahui dalam kehamilan tua dan tidak menyebabkan penyulit obstetik atau gejala-gejala akut, atau tidak mencurigakan akan mengganas, maka kehamilan dapat di

15

biarkan sampai berlangsung partus spontan dan operasi baru dilakukan dalam masa nifas. Apabila tumor terkurung dalam panggul, seksio cesarea merupakan tindakan pengakhiran kehamilan atau persalinan yang paling aman; sekaligus tumor di angkat. Persalinan dapat dicoba secara hati hati reposisi tumor yang menghalangi turunnya kepala, asal disadari bahwa tumor kistik dapat dipecah. Apabila reposisi sudah berhasil, anak dibiarkan lahir spontan dan tumor diangkat dalam masa nifas. Tumor yang dianggap ganas atau yang disertai gejala gejala akut, operasi harus segera dilakukan tanpa menghiraukan umur kehamilan.11

12. PENGOBATAN Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi. A. Operasi Tingkat operasi yang akan dijalankan tergantung pada jenis, tingkat keparahan kanker dan seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar. Jika belum menyebar di luar ovarium, maka dimungkinkan hanya mengangkat satu ovarium saja. Tetapi bila kanker tersebut telah menyebar ke luar ovarium, maka kemungkinan operasi dilakukan untuk mengangkat kedua ovarium, beberapa jaringan serta cairan getah bening yang ada disekitarnya. Pada umumnya dilakukan ; a. Histerektomi total (mengangkat rahim dengan organ sekitarnya) b. Salpingo ooperektomi (mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba falopii) c. Omentektomi (mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat dalam perut).1

16

B. Kemoterapi Kemoterapi ialah perawatan dengan menggunakan obat obatan untuk menghancurkan sel-sel kanker. penggunaan obat obatan biasanya akan memberikan efek samping, diantaranya adalah

mengalami kelelahan dan merasa sakit atau muntah. pengobatan kemoterapi juga bervariasi, tergantung pada jenis kanker ovarium yang diderita oleh seorang pasien. Setelah pembedahan, kebanyakan wanita yang terserang kanker ovarium akan diberikan perawatan dengan kemoterapi untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa yang tidak dapat diangkat dengan jalan operasi atau jika ada kemungkinan bahwa kanker tersebut akan tumbuh kembali. Wanita yang terkena kanker ovarium stadium awal biasanya tidak perlu kemoterapi. C. Radioterapi Radioterapi menggunakan radiasi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Namun, tidak sering digunakan untuk mengobati kanker ovarium.12

13. PENCEGAHAN Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker ovarium, antara lain : a. Kontrasepsi oral (pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 %. b. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.

17

c. Tubal ligasi atau histerektomi. Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk diangkat ovarium mereka sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi. Studi menunjukkan

bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan risiko kanker ovarium hingga 95%, dan mengurangi risiko kanker payudara hingga 50%, jika ovarium diangkat sebelum menopause. Profilaksis ooforektomi mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko kanker ovarium, karena kanker ovarium biasanya berkembang di lapisan tipis rongga perut yang meliputi ovarium. Wanita yang pernah diangkat ovariumnya masih bisa mendapatkan yang disebut kanker yang serupa, peritoneal tetapi primer. jarang Selain bentuk itu, kanker

profilaksis

ooforektomi menginduksi menopause dini, yang dengan sendirinya mungkin memiliki dampak negatif pada kesehatan, termasuk peningkatan risiko osteoporosis, penyakit jantung dan kondisi lain.13

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan, Myoma, Kanker Rahim / Leher Rahim dan Indung Telur, Kista serta Gangguan lainnya. Jakarta : Pustaka Populer Obor ; hal 28-43. 2. Jong, Wirn de. 2004. Kanker, Apakah Itu? Pengobatab, Harapan hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta : Arcan ; hal 337-340. 3. Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC ; hal 244-245 4. http://midcare.blogspot.com/2012/02/ca-ovairium.html 5. http://www.henlia.com/2011/07/faktor-yang-menyebabkan-kankerrahim/ 6. http://yandrifauzan.blogspot.com/ 7. http://www.news-medical.net/health/Ovarian-Cancer(Indonesian).aspx 8. http://noviemightymax.wordpress.com/2012/04/23/tumor-ovariumpada-kehamilan-dan-persalinan/ 9. http://www.scribd.com/doc/50675538/94/KANKER-OVARIUM 10. http://digilib.unsri.ac.id/download/Ca%20Ovarium%20Germ%20Sel.p df 11. http://noviemightymax.wordpress.com/2012/04/23/tumor-ovariumpada-kehamilan-dan-persalinan/ 12. Benson, Ralph C dan Martin L Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC ; hal 591-597 13. http://www.scribd.com/doc/82751793/KANKER-OVARIUM

19

Anda mungkin juga menyukai