Anda di halaman 1dari 23

TEXT BOOK READING

DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN CARPAL TUNNEL SYNDROME

Pembimbing : dr. Untung Gunarto, Sp.S

Disusun oleh : Agung Nugroho G1A210058

BAGIAN SMF ILMU PENYAKIT SARAF RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO

2012

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui text book reading berjudul DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN CARPAL TUNNEL

SYNDROME

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik di Bagian SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Disusun Oleh : Agung Nugroho G1A210058

Disetujui dan disahkan: Tanggal:....................................

Mengetahui, Pembimbing

dr.Untung Gunarto, Sp.S

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusun panjatkan kepadaAllah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Text Book Reading (TBR) ini dengan judul Diagnosis dan Manajemen Carpal Tunnel Syndrome. Text Book Reading ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Syaraf RS. Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan TBR ini, antara lain dr. Untung Gunarto, Sp.S sebagai dokter pembimbing pembuatan TBR ini dan teman-teman Co-Ass yang telah membantu penyusunan TBR ini. Dalam penyusunan TBR ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan ilmu dan TBR ini selalu diharapkan untuk lebih menyempurnakan penyusunan TBR berikutnya. Semoga TBR ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Purwokerto, Mei 2012

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit ini pertama kali dikenal sebagai sindroma secara klinik oleh sir James Paget pada tahun 1854,pada fraktur radius bagian distal yang telah lanjut.Keluhan timbul jika bidai di pergelangan tangan dilepas dan hilang pada pemakaian bidai. Penyakit ini pertama kali dipublikasikan oleh Piere Marie dan C.Foix pada tahun 1913. Bermacam macam istilah dipakai untuk menggambarkan keadaan klinis ini, Schulze pada tahun 1893 memakai istilah parestesi akral (acroparaesthesia). Pada tahun 1938 istilah sindroma terowongan kapal (carpal tunnel syndrome)

diperkenalkan oleh Moersch. Sejak saat itu mulai banyak dilakukan penelitian untuk mempertajam penegakkan diagnosis, cara cara penanganan, dan pengobatannya.1 STK atau sindroma terowongan karpal adalah suatu neuropati yang sering ditemukan, biasanya unilateral padatahap awal dan dapat menjadi bilateral. Gejala yang ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan gejala motorik. Pada awalnya gejala yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal (numbness) dan rasa seperti aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi oleh nervus medianus. Gejala ini dapat timbul kapan saja dan di mana saja, baik di rumah maupun di luar rumah. Seringkali gejala yang pertama timbul di malam hari yang menyebabkan penderita terbangun dari tidurya. Sebagian besar penderita biasanya baru mencari pengobatan setelah gejala yang timbul berlangsung selama beberapa minggu. Kadangkadang pijatan atau menggoyang-goyangkan tangan dapat mengurangi gejalanya, tetapi hila diabaikan penyakit ini dapat berlangsung terus secara progresif dan semakin memburuk. Keadaan ini umumnya terjadi karena ketidaktahuan penderita akan penyakit yang dideritanya dan sering dikacaukan dengan penyakit lain seperti 'rematik'.1,2

Sindroma terowongan karpal merupakan salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus medianus, disebut sebagai neuropati tekanan/jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari, telunjuk,jari tengah dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus paling sering mengalami tekanan.1,2 B. Tujuan Penulisan Tujuan ditulisnya makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan tentang carpal tunnel syndrome mulai dari penegakkan diagnosis sampai manajemen penatalaksanaanya serta dimaksudkan untuk

memenuhi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum 1 Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulangtulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.3 B. EPIDEMIOLOGI Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan .Wanita lebih banyak menderita penyakit ini daripada pria . Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan . Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah. Prevalensi STK bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173 per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita STK setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan elektrodiagnostik 1. Pada populasi Rochester, Minnesota, ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson dkk menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah STK. Tahun 1988, Wibowo melakukan studi prospektif pasien STK di Jakarta dan mendapatkan 58 pasien, yang teridri dari 8 laki-laki dan 50 wanita

dengan usia terbanyak 46-59 tahun. Wanita yang menderita STK 2-5 kali lebih banyak daripada laki-laki.3,4 C. ETIOLOGI Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga timbullah STK Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk STK.3,5 Beberapa kondisi medis yang mempunyai hubungan dengan kejadian STK (sindroma terowongan karpal), seperti:2,5 1. Diabetes, dicurigai keadaan ini menyebabkan hipoperfusi dan hipoksia jaringan sehingga mempercepat progresifitas

pembengkakan dan pembentukan jaringan. 2. Penyakit autoimun atau keadaan sistem imun yang abnormal seperti SLE, rheumatoid arthritis, dan hipotoroid juga menimbulkan inflamasi di terowongan kapal. 3. Gangguan pada otot, jaringan ikat dan tulang seperti gout, arthritis, amyloidosis, juga meningkatkan resiko sindroma terowongan karpal. 4. Trauma dan riwayat operasi pada tangan walaupun sudah lama meningkatkan resiko terkena sindroma terowongan karpal. 5. Struktur yang abnormal baik pada tangan, pergelangan, maupun lengan meningkatkan resiko terkena sindroma terowongan karpal.

D. GAMBARAN KLINIS Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja .Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat . Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari
4

walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi semakin sering dan bertambah berat. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita mulai mempergunakan tangannya
1 1,4

Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus . Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang trampil misalnya saat menyulam atau memungut bendabenda kecil. Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam
1,4

. Pada

penderita STK pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus medianus.

E. PATOFISIOLOGI Ada beberapa teori yang diajukan tentang terjadinya sindroma terowongan karpal, umumnya para ahli berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskuler sangat berperan dalam terjadinya sindroma terowongan karpal.1 Sebagian besar penyakit ini terjadi perlahan-lahan (kronis). Pada jaringan pelindung tendon yaitu tenosynovium membengkak, dicurigai karena cairan synovial yang berfungsi melindungi dan melumasi tendon tertimbun, terjadi juga penebalan fleksor retinakulum. Kedua keadaan ini akan menekan n. Medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada n. Medianus akan menyebabkan tekanan intravasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama akan mengganggu nutrisi intravasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel, menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini dapat menerangkan keluhan yang sering terjadi pada sindroma terowongan karpal yaitu berupa rasa nyeri dan sembab terutama malam atau pagi hari, yang akan berkurang setelah tangan yang bersangkutan digerak-gerakkan atau diurut, mungkin karena terjadi perbaikan dari gangguan vaskuler ini.3 Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf. Selanjutnya saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi n. Medianus akan terganggu. Pada sindroma terowongan karpal yang akut, biasa terjadi kompresi yang melebihi tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf. Saraf menjadi iskemik terjadi peninggian tekanan fasikuler yang juga akan memperberat keadaan iskemik ini. Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan edema yang menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan selanjutnya merusak saraf tersebut. Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi nodus ranvier dan demielinasi setempat sehingga konduksi daraf terganggu.4

F. DIAGNOSIS Untuk menegakkan diagnosis sindroma terowongan karpal kita harus mengetahui tanda dan gejalanya. Keluhan timbul berangsur-angsur dan yang spesifik adalah:3,5 1. Rasa nyeri di tangan pada malam hari atau pagi hari. Penderita sering terbangun karena nyeri ini. Penderita biasanya berusaha sendiri mengatasi keluhannya misalnya dengan meninggikan letak tangannya, mengerak-gerakan tangannya ataupun mengurutnya dengan geraka itu keluhan dapat mereda atau menghilang. Keluhan juga berkurang jika pergelangan tangan banyak diistirahatkan dan sebaliknya keluahn menghebat pada pergerakan yang

menyebabkan tekanan intrakanal meningkat. Lama- kelamaan keluhan ini makin sering dan makin berat bahkan dapat menetap pada siang dan malam hari. 2. Rasa kebas, kesemutan, baal atau seperti terkena aliran listrik pada jari-jari. Biasanya pada jari jempol, telunjuk, tengah dan manis. Kadang tidak dapat dirasakan dengan pasti jari mana yang terkena atau dirasakan gangguan pada semua jari. Dapat pula terasa gangguan pada beberapa jari saja, misalnya jari ke 3 dan 4, tetapi tidak pernah keluhan timbul hanya pada jari kelingking saja. Hal ini sesuai dengan distribusi dari n.medianus. 3. Rasa nyeri kadang dapat terasa sampai ke lengan atas bahkan leher, tetapi rasa kebas, kesemutan dan baal hanya terbatas pada daerah distal pergelangan tangan saja. 4. Bengkak, sembab dan kaku pada jari-jari, tangan dan pergelangan terutama pada pagi hari dan terdapat perbaikan setelah beraktifitas, walau kadang tidak terlihat jelas tetapi dirasakan penderita. 5. Gerakan jari - jemari kurang trampil misalnya waktu menyulam, menulis atau memungut benda kecil. Kadang pasien sering tidak sadar menjatuhkan benda yang dipegangnya. Bila terjadi pada anak - anak maka akan terlihat bahwa anak tersebut bermain hanya dengan mengunakan jari 4 dan ke 5 saja

6. otot telapak tangan yang makin lama semakin menciut juga sering dikeluhkan. Pada pasien didapatkan keluhan telah lebih dari 10 tahun mengeluh nyeri dan sulit untuk menggunakan jari-jemarinya, terutama pada tangan kiri. Awalnya keluhan hanya timbul saat pasien bekerja yaitu menjahit atau melakukan pekerjaan rumah tangga, tetapi lamakelamaan menetap. Keluhan ini juga dirasakan menjalar sampai ke bahu walau rasa baal dan bengkak hanya pada telapak tangan. Hampir setiap malam pasien mengeluh tangannya yang semakin sakit jika tidak sengaja tertindih atau tertekuk, keluhan ini awalnya mudah hilang jika tangan dikibaskan atau diurut Untuk menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal pada keluhan -keluhan tersebut, maka diperlukan pemeriksaan fungsi motorik, sensorik dan otonom pada tangan. Untuk itu dapat dilakukan beberapa pemeriksaan dan tes provokasi untuk mempertajam diagnosis. 1. Tes Phalen (Phalens test)3 Penderita diminta untuk fleksi palmar secara maksimal. Bila sebelum 60 detik timbul rasa kebas, kesemutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi n.Medianus, tes dinyatakan positif. Banyak penulis yang menyatakan tes ini baik untuk diagnosis Sindroma terowongan karpal, dengan sensitifitas 75% dan

spesifisitas 95%. (Pemeriksaan ini juga dilakukan serentak pada kedua tangan agar dapat dibandingkan). Walaupun Sindroma Terowongan Karpal banyak yang bilateral, tangan mana yang lebih dahulu positif dapat menentukan bahwa Sindroma Terowongan Karpal pada tangan tersebut lebih berat dari tangan yang satu lagi. (Tes ini tak dapat dinilai bila ada gangguan pergerakan sendi).

2. Tanda dari Tinel (Tinels sign) Dengan mengetok n.Medianus melalui fleksor retinakulum di lipat pergelangan tangan, tepat lateral tendo palmaris longus, dalam posisi sedikit dorsofleksi, timbul rasa seperti kena listrik atau nyeri pada daerah distribusi n.Medianus, distal pergelangan, tes dinyatakan positif. Ketokan sebaiknya dengan perkusi yang cukup besar sehingga dapat mengetok seluruh fleksor retinakulum. Ketokan dengan jari biasanya kurang memadai. Bila rasa nyeri yang timbul menjalar ke arah proksimal, mungkin jebakan terletak proksimal dari terowongan karpal. Dan bila rasa nyeri menjalar ke distal dan proksimal, mungkin ada suatu double crush yaitu jebakan terjadi di terowongan karpal dan juga di proksimal terowongan karpal. Tes ini memiliki sensitifitas 64% dan spesifisitas mencapai 99% untuk mendiagnosis Sindroma Terowongan Karpal.4

3. Tanda mengibaskan tangan (Flick sign) Penderita diminta mengibaskan tangannya atau

menggerak-gerakan jarinya. Bila dengan cara ini keluhannya berkurang atau menghilang maka akan mendukung diagnosis Sindroma Terowongan Karpal.5 4. Atrofi otot thenar (Thenar wasting) Terlihat dan dapat diraba atrofi dari otot thenar.3 5. Paresis otot (kekuatan, ketrampilan, ketepatan) Dapat dinilai dengan manual atau alat khusus

(dinamometer). Penderita diminta melakukan abduksi palmar secara maksimal, lalu mempertautkan ujung jari ke 1 dan ke 2, kemudian jari 1, 2 dan 3 serta jar1 dan 5. Begitu juga kekuatan jepitan antara jari 1 dan 2. Dengan cara-cara ini kekuatan otot yang dipersarafi n.Medianus dapat dinilai satu persatu. Untuk ketrampilan/ketepatan, dilihat cara penderita melakukan gerakan rumit, misalnya menyulam, menulis dan lain-lain4 6. Tes ekstensi pergelangan (Wrist extension test) Penderita diminta ekstensi dorsal pergelangan secara maksimal. Bila sebelum 60 detik timbul rasa kebas, semutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi n.Medianus, dinyatakan tes positif hal ini dapat menyokong diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (sebaiknya pemeriksaan

dilakukan

serentak

pada

kedua

tangan

sehingga

dapat

dibandingkan). Bila ada gangguan pergerakan sendi (arthritis, ankylose dll) tes ini tak dapat dinilai.4

7. Tes bendungan (Tourniquet test) Dengan melakukan bendungan memakai alat pemeriksa tekanan darah (tensimeter) proksimal siku sedikit diatas tekanan sistolik. Bila dalam 60 detik timbul rasa kesemutan, kebas atau seperti kena listrik pada derah distribusi n.Medianus, tes dinyatakan positif hal ini menyokong untuk diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (Tes ini akan positif pula pada beberapa penyakit lain misalnya penyakit Raynaud).3 8. Tes Tekanan (Pressure test) Dengan memakai ibu jari, n.Medianus di pergelangan (tempat memeriksa tanda dari Tinel) ditekan dengan lembut. Bila dalam waktu < 120 detik timbul rasa kesemutan, kebas, seperti kena listrik ataupun nyeri di daerah distribusi n.Medianus dinyatakan tes positif, menyokong untuk diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (Pemeriksaan dilakukan serentak pada kedua tangan).5

9. Tanda dari Luthy (Lthys sign) / tanda Botol (Bottles sign) Penderita diminta menggenggam dengan melingkarkan ibu jari dan telunjuknya pada benda yang berbentuk tabung misalnya botol atau gelas. Bila lipatan kulit penderita tidak dapat menyentuh dinding tabung dengan rapat dinyatakan tanda Luthy positif, hal ini menyokong dignosis Sindroma Terowongan Karpal.3 10. Pemeriksaan sensibilitas Diperiksa kemampuan penderita untuk diskriminasi dua titik. Bila dibutuhkan jarak > 6 mm untuk membedakan tekanan pada dua titik di daerah n.Medianus maka dianggap

positif. Diperiksa dengan benang khusus dari yang besar lalu diganti berturut turut dengan benang yang makin kecil dengan tekanan kecil pula, setelah itu dibandingkan kepekaannya dengan daerah di luar distribusi n.Medianus. Untuk pemeriksaan hiperpati sama dengan yang diatas (sentuhan halus/jarum). Bila untuk hiperpati di daerah distribusi n.Medianus, tes dinyatakan positif. Semua pemeriksaan sensibilitas ini dapat menyokong diagnosis Sindroma Terowongan Karpal.4

12. Suntikkan steroid ke dalam terowongan karpal Bila keluhan berkurang/menghilang, dianggap tes positif dan dapat menyokong diagnosis Sindroma Terowongan Karpal.3 13. Pemeriksaan rongent, USG resolusi tinggi, CT scan dan MRI Dapat membantu mengetahui kondisi dalam terowongan karpal. Tapi karena biaya pemeriksaan canggih ini cukup mahal, pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu saja sebelum tindakan operasi.4 14. Pemeriksaan neurofisiologi Dengan melakukan pemeriksaan elektromiografi (EMG) dapat dinilai fungsi motoris dan sensoris suatu saraf. Bila terdapat gangguan setempat pada satu saraf, dapat ditentukan dimana lokasi gangguan (lesi) tersebut. Banyak teknik pemeriksaan EMG yang diajukan untuk pemeriksaan Sindroma Terowongan Karpal. Antara lain dengan membandingkan pemeriksaan EMG konvensional, kecepatan hantar saraf (KHS) dan masa laten distal (MLD) motoris dan sensoris n.Medianus dengan n.Ulnaris, atau dengan

n.Medianus sisi yang lainnya. Hanya bila dibandingkan dengan n.Medianus sisi lainnya kadang-kadang sukar dinilai, karena Sindroma Terowongan Karpal cenderung bilateral. Saat ini pemeriksaan EMG yang dianggap paling sensitif adalah dengan membandingkan KHS dan MLD sensoris n.Medianus yang melewati terowongan karpal dengan cabang kutaneus palmaris (cabang n.Medianus yang tidak melewati terowongan karpal). Pada keadaan normal perbedaan KHS dan MLD sensoris kedua saraf ini kecil. Pada Sindroma Terowongan Karpal terlihat perbedaan yang meningkat. (perbedaan MLD sensoris > 0,5 mili detik, perbedaan MLD motoris > 1,5 mili detik). Pemeriksaan dengan cara ini sensitifitasnya sangat tinggi.5

Derajat keparahan CTS berdasarkan neurofisiologis3,5 Derajat klasifikasi Hasilpemeriksaan elektrodiagnostik Grade 1 Sangat ringan Standar tes normal,

comparative test abnormal Grade 2 Ringan Sensorik abnormal, motorik normal Grade 3 Sedang Sensorik abnormal Grade 4 Berat Respon sensorik tidak ada, distal latensi motorik abnormal Grade 5 Sangat berat Tidak ada respon sensorik dan motorik Stadium CTS Stadium CTS 0: asimtomatik 1: simtomatik intermiten 2: simtomatik persisten 3: berat G. Diagnosa Banding2,4 1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya. 2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah. 3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal. Gejala kontinyu,-/+ simtom Selalu ada Gejala Tidak ada Intermiten,(+) simtom Tanda-tanda Tidak ada Tes phalen(+),Tes tinel(+) Kadang defisit neurologis(+) Ada defisit neurologis dan motorik

4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah. H. PENATALAKSANAAN1,3 Berhubung Sindroma Terowongan Karpal ini sering didasari oleh penyakit atau keadaan lain (10-50%), maka terapi ditujukan untuk Sindroma Terowongan karpal sendiri atau untuk penyakit serta keadaan lain yang mendasarinya. Terapi Sindroma Terowongan Karpal Konservatif 1. Pemasangan Bidai Pemasangan bidai di pergelangan tangan pada posisi netral, diharapkan pergelangan dapat istirahat secara fisiologis dan tekanan dalam terowongan karpal menjadi lebih minimal. Tergantung dari beratnya keluhan, bidai dipasang terus menerus atau malam hari saja selama 2 - 6 minggu. Pemasangan bidai malam hari sangat berarti bagi penderita yang sering tidur dengan fleksi pergelangan tangan. Pemakaian bidai ini efektif jika dilakukan dalam jangka tiga bulan sejak timbul keluhan. 2) Penyuntikan steroid ke dalam terowongan karpal Selain untuk terapi Sindroma Terowongan Karpal, penyuntikan steroid yang dapat menghilangkan atau mengurangi keluhan Sindroma Terowongan Karpal ini merupakan salah satu tes untuk menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. Penyuntikan steroid ke dalam terowongan karpal, diharapkan dapat mengatasi edema dalam terowongan karpal. Caranya:Deksametason sebanyak 1 mg atau steroid lain disuntikkan dengan jarum no. 25 langsung ke dalam terowongan karpal lebih kurang 1 cm proksimal dari lipat pergelangan medial

tendo otot palmaris longus dan medial n.Medianus yang terletak tepat di bawah tendo ini dengan arah 60. Jaga suntikan steroid ini jangan langsung mengenai n. Medianus. Bila penusukan jarum terasa nyeri, jarum ditarik sedikit, lalu tusukan lebih medial lagi (ada juga yang memilih suntikan lateral otot palmaris longus). Sebaiknya suntikan steroid jangan dicampur bahan anestesi, sebab akan menambah jumlah isi terowongan karpal yang telah sempit, walaupun rasa nyeri cepat sekali menghilang bila ditambah bahan anestesi. Setelah disuntik, bekas tusukan jarum ditekan dan penderita diminta menggerak-gerakan jari tangannya untuk menyebarkan steroid tersebut. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah dua minggu atau lebih. Maksimal dapat diberikan sampai 3 kali suntikan, bila belum memberi hasil yang memuaskan dipertimbangkan tindakan operasi, karena dapat timbul efek samping dari penyuntikan steroid ini. Efek samping penyuntikan steroid: a) obat masuk ke saraf (nyeri) b) atrofi, hipopigmentasi, perdarahan c) robeknya tendon secara spontan d) radang lokal 3) Pengontrolan cairan misalnya diuretika Dengan berkurangnya cairan tubuh secara sistemik, maka diharapkan cairan di daerah terowongan karpal akan berkurang, hal ini akan mengurangi tekanan dalam terowongan karpal. 4) Anti inflamasi non steroid atau steroid Obat - obatan anti inflamasi baik steroid maupun non steroid akan mengurangi edema di dalam terowongan karpal. 5) Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan . Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin
1

tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar 6) Fisioterapi untuk memperbaiki vaskularisasi pergelangan tangan 7) Ultrasound Ultrasound frekuensi tinggi diarahkan ke area inflamasi, gelombang suara itu dikonversikan menjadi panas di dalam jaringan, diharapkan akan melancarkan vaskularisasi. Terapi Pembedahan Tindakan operatif dilakukan bila 1. keluhan keluhan yang berat sehingga sangat mengganggu penderita. 2. atrofi otot-otot thenar. 3. pemeriksaan EMG yang jelek (Sindroma Terowongan Karpal berat). 4. terapi konservatif tanpa ada perbaikan.Sindroma Terowongan Karpal akut dengan 5. gejala yang hebat/berat. Adapun teknik operasi yaitu dengan memotong fleksor

retinakulum dengan kompresi yang adekuat nervus medianus sepanjang terowongan. Terapi keadaan yang mendasari Sindroma Terowongan Karpal5 Walaupun terapi yang ditujukan langsung pada Sindroma Terowongan Karpal sendiri berhasil, tapi bila keadaan/penyakit yang mendasarinya tak ditanggulangi, suatu saat Sindroma Terowongan Karpal yang disebabkan aktifitas tangan tertentu yang berulang seperti pekerjaan rumah tangga (memasak, memotong, mencuci dan memeras pakaian, menyapu dan mengepel, memeras kelapa, mengulek bumbu-bumbu) memutar baut dengan obeng, menggerakkan kursi roda pada penderita paralegi, mengetik dan menggunakan alat yang bergetar atau bekerja pada suhu dingin (tukang daging dan ikan, pengemas makanan beku) dan ban berjalan (asembling, pengepakan) harus diusahakan merubah kebiasaan atau menukar pekerjaan dan memodifikasi alat yang dipakai.

Bila Sindroma Terowongan Karpal yang didasari oleh penyakit lain, misalnya Akromegali atau Arthritis, penyebab Akromegali atau Arthritis yang perlu ditanggulangi. Sindroma Terowongan Karpal pada kehamilan biasanya akan sembuh setelah melahirkan, tapi mungkin akan kambuh lagi pada kehamilan berikutnya. I. Prognosis Secara keseluruhan prognosis bervariasi, 79% pasien tanpa pengobatan terjadi perbaikan ataupun tanpa perbaikan pada keluahn pasien, sementara yang lainnya menemukan bahwa kebanyakan pasien membutuhkan operasi dalam jangka waktu lama. Keluhan yang lebih 6 bulan, meningkatnya usia, alkoholisme, atrofi otot, respon yang jelek terhadap kortikosteroid berhubungan dengan prognosis yang jelek.

BAB III KESIMPULAN

1. Sindroma terowongan karpal adalah kumpulan gejala dan tanda neuropati akibat penekanan nervus medianus di rongga atau terowongan karpal pada pergelangan tangan 2. Kriteria diagnosis CTS adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurofisiologi 3. Terapi CTS berdasarkan konservatif dan operatif. Konservatif biasanya pemberian kortikosteroid dan pembidaian tangan. Operatif dilakukan apabila terapi konservatif gagal atau gejala dari CTS ini memberatkan keadaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asnawi dan Margono. 2007. Gambaran Umum tentang Neuropati. In : Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 2. Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 3. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC. 4. Shiel WC. Carpal Tunnel Syndrome and Tarsal Tunnel Syndrome. http://www.medicinet.com/carpal tunnel syndrome/index.htm. diakses tanggal 17 mei 2012. 5. Brown MG.Carpal Tunnel: the facts. http://www.carpal tunnel.com/pub/carpal tunnel syndrome the facts.html. Diakses tanggal 16 mei 2012. 6. Malka JS. Carpal Tunnel Syndrome Treatment. http://www.orthohelp.com/carpal.html. Diakses tanggal 16 mei 2012 7. Anonim.Carpal Tunnel Syndrome Overview http://www.emedicinehealth.com/articles/5013-8.asp. Diakses tanggal 16 mei 2012. 8. Chalk CH. Diseases of the Peripheral Nervous System http://www.medscape.com/viewarticle/488543. Diakses tanggal 17 mei 2012

Anda mungkin juga menyukai