Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dilahirkan ke Bumi oleh Allah SWT dalam keadaan suci dan bersih seperti kapas yang belum ternodai. Oleh karena itu Aqiqah merupakan salah satu hal yang disyariatkan dalam agama islam. Dalil-dalil yang menyatakan hal ini, di antaranya adalah Hadits Rasulullah saw, "Setiap anak tertuntut dengan 'Aqiqah-nya'?. Ada Hadits lain yang menyatakan, "Anak laki-laki ('Aqiqah-nya dengan 2 kambing) sedang anak perempuan ('Aqiqah-nya) dengan 1 ekor kambing'?. Status hukum 'Aqiqah adalah sunnah. Hal tersebut sesuai dengan pandangan mayoritas ulama, seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan ImamMalik, dengan berdasarkan dalil di atas. Para ulama itu tidak sependapat dengan yang mengatakan wajib, dengan menyatakan bahwa seandainya 'Aqiqah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal yang sangat diketahui oleh agama. Dan seandainya 'Aqiqah wajib, maka Rasulullah saw juga pasti telah menerangkan akan kewajiban tersebut. Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah ini hingga ia mendapat pahala.

Mengenai kapan 'Aqiqah dilaksanakan, Rasulullah saw bersabda, "Seorang anak tertahan hingga ia di-'Aqiqah-i, (yaitu) yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu?. Hadits ini menerangkan kepada kita bahwa 'Aqiqah mendapatkan kesunnahan jika disembelih pada hari ketujuh. Sayyidah Aisyah ra dan Imam Ahmad berpendapat bahwa 'Aqiqah bisa disembelih pada hari ketujuh, atau hari keempat belas ataupun hari kedua puluh satu. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa sembelihan 'Aqiqah pada hari ketujuh hanya sekedar sunnah, jika 'Aqiqah disembelih padahari keempat, atau kedelapan ataupun kesepuluh ataupun sesudahnya maka hal itu dibolehkan. Oleh karena itu penulis memberikan pengertian mengenai sembelihan dan Aqiqah sesuai dengan hukum dan syariat islam.
1

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian sembelihan dan aqiqah menurut pandangan islam? 2. Apa saja firman Allah SWT dan Hadits Rasulullah SAW mengenai sembelihan dan aqiqah? 3. Bagaimana tata cara sembelihan dan aqiqah menurut syariat Islam? 4. Bagaiman hukum sembelihan dan aqiqah menurut syariat Islam? C. Tujuan Memberikan ilmu pengetahuan mengenai tafsir Al-quran dan Hadits tentang sembelihan dan aqiqah yang sahih. D. Manfaat Menambah pengetahuan mengenai ajaran agama islam dan baik dan benar sesuai Alquran dan Hadits tentang sembelihan dan aqiqah.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sembelihan Dalam Pandangan Islam Dalam Islam sembelihan memiliki dua istilah yaitu Nahr [arab: ]artinya menyembelih hewan dengan melukai bagian tempat kalung (pangkal leher). Sedangkan Dzabh [arab: ], menyembelih hewan dengan melukai bagian leher paling atas (ujung leher). 1. Nahr [arab: ], menyembelih hewan dengan melukai bagian tempat kalung (pangkal leher). Ini adalah cara menyembelih hewan unta. Allah berfirman,


Telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu bagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah (QS. Al Haj: 36). Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, beliau mengatakan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat menyembelih unta dengan posisi kaki kiri depan diikat dan berdiri dengan tiga kaki sisanya. (HR. Abu daud dan disahihkan Al-Albani). 2. Dzabh [arab: ], menyembelih hewan dengan melukai bagian leher paling atas (ujung leher). Ini cara menyembelih umumnya binatang, seperti kambing, ayam, dst. Konsep sembelihan dalam Islam atau Dzabh [arab: ], telah meletakkan garis panduan dalam penyembelihan hewan dengan baik dan teliti. Pengetahuan mendalam mengenai kaedah penyembelihan yang mengikut syariat sangatlah penting karena ia berkaitan erat dengan faktor kesehatan jasmani dan rohani.

Firman Allah SWT:

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surah Al-Maidah: 3). Dalam Islam sembelihan haruslah dibagian tubuh yang secara cepat dapat mematikan yakni yang paling dapat banyak mengeluarkan darah, yaitu kerongkongan. Hal ini sesuai dengan beberapa hadits berikut: Rafi bin Khadij berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami akan berjumpa musuh kami besok, tetapi kami tidak punya pisau (untuk menyembelih). Rasulullah SAW bersabda: Apa saja darah yang dialirkan dan disebut nama Allah atasnya, maka makanlah, selama bukan dengan gigi atau kuku, aku akan katakan kepada kalian tentang hal itu. Adapun gigi dia adalah tulang, sedangkan kuku adalah pisau bagi orang Habasyah (etiopia). (HR. Bukhari, No. 2356, 5179. At Tirmidzi, No. 1491. Abu Daud, No. 2821. An Nasai, No. 4404. Ibnu Abi Syaibah, 4/626. Ath Thabarani, Al Mujam Al Kabir, No. 4263. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 18706. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam berbagai kitabnya). Imam Abu Thayyib Abadi Rahimahullah berkata: Hadits ini merupakan dalil bahwa dibolehkan menyembelih dengan segala benda yang tajam yang bisa mengalirkan darah, termasuk di dalamnya adalah pisau, batu, kayu, kaca, bambu, dan segala sesuatu yang
4

tajam. (Imam Abu Thayyib Syamsul Haq Al Azhim Abadi, Aunul Mabud, 8/15. Cet.2. Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut - Libanon). Dari uraian ini dapat disimpulkan, bahwa: 1. Dilarang menyembelih dengan tulang, gigi, dan kuku 2. Dibolehkan dengan seluruh benda selain tulang dan kuku, tapi harus tajam 3. Menyembelih hendaknya dibagian tubuh hewan yang paling mematikan 4. Wajib membaca nama Allah Taala (bismillah) sebelum menyembelih Tata cara dalam Penyembelihan 1. Hendaknya yang menyembelih adalah shohibul kurban sendiri, jika dia mampu. Jika tidak maka bisa diwakilkan orang lain, dan shohibul kurban disyariatkan untuk ikut menyaksikan.

2. Gunakan pisau yang setajam mungkin Semakin tajam, semakin baik. Ini berdasarkan hadis dari Syaddad bin Aus radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya. (HR. Muslim).

3. Tidak mengasah pisau dihadapan hewan yang akan disembelih. Karena ini akan menyebabkan dia ketakutan sebelum disembelih. Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan. (HR. Ahmad, Ibnu Majah ). Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati seseorang yang meletakkan kakinya di leher kambing, kemudian dia menajamkan pisaunya, sementar binatang itu melihatnya. Lalu beliau bersabda (artinya): Mengapa engkau tidak menajamkannya sebelum ini? Apakah engkau ingin mematikannya sebanyak dua kali? (HR. Ath-Thabrani dengan sanad sahih). Sabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam: Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik kepada sesuatu. Oleh itu jika kamu membunuh, maka perbaikilah cara
5

membunuhnya, dan apabila kamu menyembelih maka perbaikilah cara menyembelihnya dan tajamkanlah pisaunya serta selesakanlah haiwan sembelihannya itu (Hadis riwayat Muslim).

4. Menginjakkan kaki di leher hewan Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor domba. Aku lihat beliau meletakkan meletakkan kaki beliau di leher hewan tersebut, kemudian membaca basmalah (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Bacaan ketika hendak menyembelih Beberapa saat sebelum menyembelih, harus membaca basmalah. Ini hukumnya wajib, menurut pendapat yang kuat. Allah berfirman, Maka makanlah haiwan (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatnya. (QS. Al-Anaam : 118).

..
Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. (QS. Al-Anam: 121). Atau sesuatu yang dilakukan secara fasiq, yaitu binatang yang disembelih selain untuk Allah. (QS. Al Anam ayat:145). Sesungguhnya Allah mengharamkan ke atas kamu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut selain nama Allah. (Surah Al-Nahl: 115)

6. Dianjurkan untuk membaca takbir (Allahu akbar) setelah membaca basmalah Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyembelih dua ekor domba bertanduk, beliau sembelih dengan tangannya, dan baca basmalah serta bertakbir (HR. Al Bukhari dan Muslim).
6

7. Pada saat menyembelih dianjurkan menyebut nama orang yang jadi tujuan dikurbankannya hewan tersebut. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, bahwa suatu ketika didatangkan seekor domba. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyembelih dengan tangan beliau. Ketika menyembelih beliau mengucapkan, bismillah wallaahu akbar, ini kurban atas namaku dan atas nama orang yang tidak berkurban dari umatku. (HR. Abu Daud, At-Turmudzi dan disahihkan Al-Albani).

Catatan: Bacaan takbir dan menyebut nama sohibul kurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Sehingga kurban tetap sah meskipun ketika menyembelih tidak membaca takbir dan menyebut nama sohibul kurban.

8. Disembelih dengan cepat untuk meringankan apa yang dialami hewan kurban.

9. Pastikan bahwa bagian tenggorokan, kerongkongan, dua urat leher (kanan-kiri) telah terputus. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Selama mengalirkan darah dan telah disebut nama Allah maka makanlah. Asal tidak menggunakan gigi dan kuku. (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Binatang yang mati tanpa disembelih adalah dianggap bangkai, najis dan haram dimakan. Allah SWT berfirman: Dihalalkan bagi kamu segala yang baik-baik. (Surah AlMaidah: 4).

2.II Aqiqah Dalam Pandangan Islam i. Sejarah Aqiqah Buraidah berkata: Dahulu kami di masa jahiliyah apabila salah seorang diantara kami mempunyai anak, ia menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka setelah Allah mendatangkan Islam, kami menyembelih kambing, mencukur (menggundul) kepala si bayi dan melumurinya dengan minyak wangi. [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 107, no. 2843].

Dari 'Aisyah, ia berkata, "Dahulu orang-orang pada masa jahiliyah apabila mereka beraqiqah untuk seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah aqiqah, lalu ketika mencukur rambut si bayi mereka melumurkan pada kepalanya. Maka Nabi SAW bersabda, "Gantilah darah itu dengan minyak wangi". [HR. Ibnu Hibban juz 12, hal. 124, no. 5308]. Demikianlah sejarah syariat aqiqah dalam Islam, dan dari riwayat-riwayat diatas serta riwayat-riwayat lain, tampak jelas bagaimana sikap agama tercinta ini dalam menghadapi adat yang sudah biasa berjalan dan berlaku pada masyarakat dan masih mungkin diluruskan. Tegasnya, Islam sesuai dengan fungsi diturunkannya yaitu sebagai lambang kasih sayang serta memimpin ke arah jalan yang serba positif, maka dalam menghadapi adat istiadat yang sudah biasa dilaksanakan sekelompok manusia.

ii.

Pengertian Aqiqah Aqiqah (bahasa arab : Aqiqah) yang berarti memutus dan melubangi. Adapun maknanya secara syariat adalah hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan. Perkataan aqiqah dari kata al-Iqqah bererti rambut makhluk yang baru dilahirkan, baik manusia atau binatang. Aqiqah afdhal dilakukan dalam tempoh seminggu selepas kelahiran. Adapun menurut istilah agama, yang dimaksud aqiqah ialah Sembelihan yang disembelih sehubungan dengan kelahiran seorang anak, baik laki-laki ataupun perempuan pada hari yang ke tujuh sejak kelahirannya dengan tujuan semata-mata mencari ridha Allah.

Hukum akikah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunah muakkadah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: maka tumpahkan (penebus) darinya darah (sembelihan), adalah perintah, namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya yang memalingkan dari kewajiban yaitu: Barangsiapa di antara kalian ada yang ingin menyembelihkan bagi anak-nya, maka silakan lakukan. (HR: Ahmad, Abu Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan).

Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa berkehendak untuk meng'aqiqahkan anaknya maka kerjakanlah. Untuk
8

anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding dan untuk anak perempuan satu ekor kambing". (HR. Ahmad juz 2, hal. 604, no. 2725). Dari Salman bin Amir Adl-Dlabiy, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tiap-tiap anak itu ada aqiqahnya. Maka sembelihlah binatang aqiqah untuknya dan buanglah kotoran darinya (cukurlah rambutnya)". (HR. Bukhari juz 6, hal. 217). Rasulullah SAW bersabda: Seorang anak yang baru lahir tergadaikan oleh akikahnya. Maka disembelihkan kambing untuknya pada hari ke tujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama. (HR. Ashabussunah). Dari 'Aisyah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW pernah beraqiqah untuk Hasan dan Husain pada hari ke-7 dari kelahirannya, beliau memberi nama dan memerintahkan supaya dihilangkan kotoran dari kepalanya (dicukur)". (HR. Hakim, dalam AlMustadrak juz 4, hal. 264, no. 7588). Keterangan: Hasan dan Husain adalah cucu Rasulullah SAW.

Kadar Jumlah Hewan Kadar aqiqah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun untuk perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahulloh: Sesungguh-nya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam mengaqiqahi Hasan dan Husain satu domba satu domba. (Hadis shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al Jarud). Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadis-hadis berikut ini: 1. Ummu Kurz Al Kabiyyah berkata, yang artinya: Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam memerintahkan agar disembelihkan akikah dari anak laki-laki dua ekor domba dan dari anak perempuan satu ekor. (Hadis sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan).

2. Dari Yusuf bin Mahak bahwasanya orang-orang datang kepada Hafshah binti 'Abdur Rahman, mereka menanyakan kepadanya tentang 'aqiqah. Maka Hafshah

memberitahukan kepada mereka bahwasanya 'Aisyah memberitahu kepadanya bahwa


9

Rasulullah SAW telah memerintahkan para shahabat (agar menyembelih 'aqiqah) bagi anak laki-laki 2 ekor kambing yang sebanding dan untuk anak perempuan 1 ekor kambing. (HR. Tirmidzi juz 3, hal. 35, no. 1549). Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan akikah disunnahkan pada hari yang ke tujuh dari kelahiran, ini berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: Setiap anak itu tergadai dengan hewan akikahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama. (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi). Dari Samurah bin Jundab, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Tiap - tiap anak tergadai (tergantung) dengan aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ke-7, di hari itu ia dicukur rambutnya dan diberi nama". (HR. Abu Dawud juz 3, hal. 106, no. 2838). Dari Samurah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, yang disembelih untuknya pada hari ke-7, dicukur rambutnya, dan diberi nama. (HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1056, no. 3165). Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini berdasarkan hadis Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata yang artinya: Hewan akikah itu disembelih pada hari ke tujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh satu. (Hadis hasan riwayat Al Baihaqiy). Yang berhubungan dengan binatang sembelihan Dalam masalah aqiqah, binatang yang boleh dipergunakan sebagai sembelihan hanyalah kambing, tanpa memandang apakah jantan atau betina, sebagaimana riwayat di bawah ini: Dari Ummu Kurz (Al-Ka'biyah), bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang aqiqah. Maka jawab beliau SAW, "Ya, untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor kambing. Tidak menyusahkanmu baik kambing itu jantan maupun betina". (HR. Tirmidzi, dan ia menshahihkannya, juz 3, hal. 35, no. 1550).

10

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Pengetahuan mendalam mengenai kaedah penyembelihan yang mengikut syariat sangatlah penting karena ia berkaitan erat dengan faktor kesehatan jasmani dan rohani.

Firman Allah SWT:

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surah Al-Maidah: 3).

11

'Aqiqah (Bahasa Arab:

) ialah penyembelihan hewan ternakan yang dilakukan

untuk anak yang baru lahir sebagai tanda bersyukur kepada Allah. Hukum aqiqah menurut pendapat yang paling kuat ialah sunat muakkad. Sebagaimana sabda Nabi s.a.w kepada Fatimah ketika mengaqiqahkan Hasan: "Hai Fatimah!, cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang-orang miskin seberat timbangan (rambutnya). Mereka berdua lalu menimbangnya, adalah timbangannya waktu itu seberat satu dirham atau sebahagian dirham. Syarat yang afdhal untuk anak lelaki ialah dua ekor kambing yang cukup syarat. Dari Yusuf bin Mahak bahwasanya orang-orang datang kepada Hafshah binti 'Abdur Rahman, mereka menanyakan kepadanya tentang 'aqiqah. Maka Hafshah memberitahukan kepada mereka bahwasanya 'Aisyah memberitahu kepadanya bahwa Rasulullah SAW telah memerintahkan para shahabat (agar menyembelih 'aqiqah) bagi anak laki-laki 2 ekor kambing yang sebanding dan untuk anak perempuan 1 ekor kambing. (HR. Tirmidzi juz 3, hal. 35, no. 1549).

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Brosur No. : 1622/1662/IF Majlis tafsir al-quran (MTA) pusat tentang Aqiqah 2. Drs. Zaki Ahmad, "Kiat Membina Anak Sholeh 3. Hadis shahih riwayat Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasai, Dan Ibnu Majah 4. http://ms.wikipedia.org/wiki/Aqiqah 5. http://www.scribd.com/doc/34967963/Aqiqah 6. id.wikipedia.org/wiki/Aqiqah

13

Anda mungkin juga menyukai