Biofuels from Plant Oils

The third group of feedstock is composed of oil-containing or oil-producing plants. There are a large number of plants that produce oils, in particular fixed oils, which can be processed to produce biofuels that can be used as diesel substitute or blend. The common characteristic of these oils is that they may be decomposed into glycerin and one or more acids of the type called fatty acids. The physical properties commonly found in these plant oils are the following: (a) they float on water but are not soluble in it; (b) they are greasy to the touch and have lubricating properties; (c) they are not readily volatile; and (d) they may be burned without leaving any significant residue. Most of these oils such as soybean oil, coconut oil and palm oil have been used mainly for human or animal food or the production of various types of cosmetics and pharmaceuticals but increasing amounts are now being processed for the production of biodiesel. Kelompok ketiga terdiri dari bahan baku minyak yang mengandung atau penghasil minyak tanaman. Ada sejumlah besar tanaman yang menghasilkan minyak, khususnya tetap minyak, yang dapat diolah untuk menghasilkan biofuel yang dapat digunakan sebagai solar menggantikan atau berbaur. Karakteristik umum dari minyak ini adalah bahwa mereka mungkin didekomposisi menjadi gliserin dan satu atau lebih asam dari jenis yang disebut asam lemak. Sifat fisik umumnya ditemukan dalam minyak tumbuhan adalah sebagai berikut: (a) mereka mengapung di atas air tetapi tidak larut di dalamnya, (b) mereka berminyak untuk menyentuh dan memiliki sifat pelumas (c) mereka tidak mudah menguap, dan (d) mereka mungkin dibakar tanpa meninggalkan residu yang signifikan. Sebagian besar minyak seperti kedelai minyak, minyak kelapa dan minyak sawit telah digunakan terutama untuk makanan manusia atau hewan atau produksi berbagai jenis kosmetik dan obat-obatan tetapi meningkatkan Jumlah tersebut sekarang sedang diproses untuk produksi biodiesel.

Preparation of bio-fuels by catalytic cracking reaction of vegetable oil sludge

Abstract: Biofuel production from vegetable oil is potentially a good alternative to conventional fossil derived fuels. Moreover, liquid biofuel offers many environmental benefits since it is free from nitrogen and sulfur compounds. Biofuel can be obtained from biomass (e.g. pyrolysis, gasification) and agricultural sources such as vegetable oil, vegetable oil sludge, rubber seed oil, and soybean oil. One of the most promising sources of biofuel is vegetable oil sludge. This waste is a major byproduct of vegetable oil factories. It consists of triglycerides (61%), free fatty acid (37%) and impurities (2%). The hydrocarbon chains of triglycerides and free fatty acid are mainly made up of C16 (30%) and C18 (36%) hydrocarbons. The others consist of C12-C17 hydrocarbon chains. Transesterification can help in converting vegetable oil sludge into biofuel. The disadvantage of this method is that a large amount of methanol is required. The alternative method for this conversion is catalytic cracking. The objective of this research is to evaluate and compare the pyrolysis process with

cracking catalytic reaction of vegetable oil sludge by Micro-activity test MAT 5000 of Zeton-Canada. A ZSM-5/MCM-41 multiporous composite (MC-ZSM-5/MCM-41), was successfully synthesized using silica source extracted from rice husk. The material has the MCM-41 mesoporous structure, and its wall is constructed by ZSM-5 nanozeolite crystals. The porous system of the material includes pores of the following sizes: 5 (ZSM-5 zeolite), 40 (MCM-41 mesoporous material), and another porous system whose diameter is in the range of 100-500 (mesoporous system) formed by the burning of organic compounds that remain in the material during the calcination process. This pore system contributes to an increase in the catalytic performance of synthesized material. The results of vegetable oil sludge cracking reaction show that the product consists of fractions such as dry gas, liquefied petroleum gas (LPG), gasoline, light cycle oil (LCO), and (heavy cycle oil) HCO, which are similar to those of petroleum cracking process. MC-ZSM-5/MCM-41 catalyst is efficient in the catalytic cracking reaction of vegetable oil sludge as it has higher conversion and selectivity for LPG and gasoline products in comparison to the pyrolysis process. Product distribution (% of oil feed) of cracking reaction over MCZSM-5/MCM-41 is coke (3.4), total dry gas (7.0), LPG (31.1), gasoline (42.4), LCO (8.9), HCO (7.2); and that of pyrolysis are coke (19.0), total dry gas (9.3), LPG (16.9), gasoline (28.8), LCO (13.7), and HCO (12.3). These results have indicated a new way to use agricultural waste such as rice husk for the production of promising catalysts and the processing of vegetable oil sludge to obtain biofuel. 2010 Elsevier Ltd. All rights reserved.
Abstrak: Produksi biofuel dari minyak nabati berpotensi alternatif yang baik untuk bahan bakar konvensional berasal fosil. Selain itu, biofuel cair menawarkan banyak manfaat bagi lingkungan karena bebas dari senyawa nitrogen dan belerang. Biofuel dapat diperoleh dari biomassa (misalnya pirolisis, gasifikasi) dan sumber-sumber pertanian seperti minyak sayur, lumpur minyak sayur, minyak biji karet, dan minyak kedelai. Salah satu sumber yang paling menjanjikan biofuel adalah sayuran lumpur minyak. Limbah ini adalah produk sampingan utama dari pabrik minyak sayur. Ini terdiri dari trigliserida (61%), asam lemak bebas (37%) dan kotoran (2%). Rantai hidrokarbon trigliserida dan asam lemak bebas terutama terdiri dari C16 (30%) dan C18 (36%) hidrokarbon. Yang lain terdiri dari C12-C17 rantai hidrokarbon. Transesterifikasi dapat membantu dalam mengkonversi lumpur minyak sayur menjadi biofuel. Kerugian dari metode ini adalah bahwa sejumlah besar metanol diperlukan. Metode alternatif untuk konversi ini adalah catalytic cracking. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan membandingkan proses pirolisis dengan reaksi perengkahan katalitik dari lumpur minyak sayur oleh Micro-aktivitas uji MAT 5000 dari ZetonKanada. Sebuah komposit ZSM-5/MCM-41 multiporous (MC-ZSM-5/MCM-41), adalah berhasil disintesis menggunakan sumber silika diambil dari sekam padi. Materi yang memiliki struktur MCM-41 mesopori dan tembok dibangun oleh ZSM-5 kristal nanozeolite. Sistem pori material termasuk pori-pori ukuran sebagai berikut: 5 (zeolit ZSM-5), 40 (MCM-41 bahan mesopori), dan sistem lain berpori yang berdiameter di kisaran 100-500 (sistem mesopori) yang dibentuk oleh pembakaran senyawa organik yang tetap dalam bahan selama proses kalsinasi. Sistem pori berkontribusi terhadap peningkatan kinerja katalitik dari bahan disintesis. Hasil sayuran lumpur minyak menunjukkan reaksi perengkahan bahwa produk tersebut terdiri dari pecahan seperti gas

kering, bahan bakar gas cair (LPG), bensin, minyak siklus ringan (LCO), dan (minyak siklus berat) HCO, yang mirip dengan minyak bumi retak proses. MC-ZSM-5/MCM-41 katalis efisien dalam reaksi catalytic cracking lumpur minyak sayur karena memiliki konversi yang lebih tinggi dan selektivitas untuk LPG dan produk bensin dibandingkan dengan pirolisis proses. Produk distribusi (% pakan minyak) reaksi retak lebih MC-ZSM-5/MCM-41 adalah kokas (3.4), gas kering total (7,0), LPG (31,1), bensin (42,4), LCO (8.9), HCO (7.2), dan bahwa dari pirolisis adalah arang (19,0), gas kering total (9,3), LPG (16,9), bensin (28,8), LCO (13,7), dan HCO (12.3). Hasil ini telah menunjukkan cara baru untuk memanfaatkan limbah pertanian seperti sekam padi untuk produksi menjanjikan katalis dan pengolahan lumpur minyak sayur untuk mendapatkan biofuel

GASOLINE PRODUCTION FROM PALM OIL VIA CATALYTIC CRACKING USING MCM-41: DETERMINATION OF OPTIMUM CONDITION
The catalytic cracking of palm oil involves parallel cracking reactions which produce organic liquid product (OLP), non-condensable gas and coke. OLP consists of gasoline, kerosene and diesel; all can be used as alternative fuels. The objective of this study was to determine the effect of operating conditions: oil to catalyst (O/C) ratios and Weight Hourly Space Velocities (WHSVs)) to the feed conversion, OLP yield and gasoline yield. The optimum conditions of OLP production was also obtained in this study. The experiment was conducted in a fixed bed microreactor at a temperature of 450C. The WHSVs were varied at a range of 15 to 25.While the O/C ratios were varied at the range of 30 to 50. The results show that the highest yield of OLP was 60.73 wt% at O/C ratio of 32.50 and WHSV of 19.38.

Para catalytic cracking minyak sawit melibatkan reaksi paralel retak yang menghasilkan produk organik cair (OLP), tidak terkondensasi gas dan kokas. OLP terdiri dari bensin, minyak tanah dan diesel, semua dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi: minyak untuk katalis (O / C) rasio dan kecepatan Berat Ruang Jam (WHSVs)) dengan konversi pakan hasil, OLP dan hasil bensin. Kondisi optimum produksi OLP juga diperoleh dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dalam microreactor unggun tetap pada suhu 450 C. Para WHSVs bervariasi pada kisaran 15 sampai 25.While O / C rasio bervariasi pada kisaran 30 sampai 50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari OLP adalah 60,73% berat di O / C ratio 32,50 dan WHSV dari 19,38.

Gasoline and gaseous hydrocarbons from fatty acids via catalytic cracking
The conversion of palmitic and oleic acid as well as tall oil fatty acid was investigated in a fully continuous small scale fluid catalytic cracking (FCC) pilot plant. A conventional FCC zeolite catalyst was used. Experiments were performed in the range of 485 550C. The highest gasoline yield of 44 wt.% was obtained from oleic acid at 550C. Palmitic acid yielded the most cracking gas at 550C with 43.9 wt.%. The obtained gasoline was practically oxygen-free at high octane numbers. Oxygen contained in the feed was mainly converted to water and small amounts of CO 2. Gasoline aromaticity

clearly increased with temperature. The formation of high boiling products was enhanced by the number of C=C double bonds in the fatty acids. Large amounts of propene and ethene were formed which are valuable reactants for the polymer industry. The lower price of fatty acids in comparison with fresh vegetable oils makes them an interesting feedstock for the FCC process.

Konversi asam palmitat dan oleat serta asam lemak minyak tinggi diselidiki dalam cairan sepenuhnya berkelanjutan skala pabrik retak kecil katalitik (FCC) percontohan. Sebuah FCC konvensional zeolit katalis yang digunakan. Percobaan dilakukan pada kisaran 485-550 C. Hasil bensin tertinggi dari 44 wt.% Diperoleh dari asam oleat pada 550 C. Asam palmitat menghasilkan gas yang paling retak pada 550 C dengan 43,9 wt.%. Bensin diperoleh secara praktis bebas oksigen pada angka oktan tinggi. Oksigen yang terkandung dalam pakan terutama diubah menjadi air dan sejumlah kecil CO2. Aromatisitas Bensin jelas meningkat dengan suhu. Pembentukan produk mendidih tinggi ditingkatkan dengan jumlah C = C ikatan rangkap dalam asam lemak. Sejumlah besar propena dan etena dibentuk reaktan yang berharga untuk industri polimer. Harga yang lebih rendah asam lemak dibandingkan dengan minyak sayur segar membuat mereka menarik bahan baku untuk proses FCC.

Zeolite catalysts in cracking of natural triacylglycerols

Catalytic cracking is a thermal procedure of decomposition of TAG in the presence of a catalyst. The benefit of catalytic cracking before the pyrolysis is then in lower working temperature, lowered up to 100 C in comparison to pyrolysis. Zeolite catalysts are crystalline alumino-silcate materials based on a three dimensional network of AlO4 and SiO4 tetrahedrally linked through oxygen atoms. Zeolites are porous and contain dimensionally defined pores with regions of high electrostatic field associated with the presence of cations. Pore size can be altered according the requirements on the product. The cracking occurs at the acidic centres in the inner part of the channels. By TAG cracking in the presence of zeolite catalysts the yield of process is high; the share of liquid condensate represents 80 to 90 % wt. besides about 5 % wt. of gaseous products and about 5 % wt. of bituminous residue. There are no problematic wastes; the cracking residue can be used for energetic purposes. The liquid condensate has similar properties to fossil fuels gasoline and diesel fuel. The type of input oil/fat affects the composition of liquid cracking condensate only in low measure.
Catalytic cracking adalah prosedur termal penguraian TAG dengan adanya katalis. Manfaat dari catalytic cracking sebelum pirolisis tersebut kemudian di suhu kerja lebih rendah, menurunkan hingga 100 C dibandingkan dengan pirolisis. Katalis Zeolit adalah kristal alumino-silcate bahan yang didasarkan pada jaringan tiga dimensi dari AlO4 dan SiO4 tetrahedrally terhubung melalui atom oksigen. Zeolit adalah berpori dan mengandung pori-pori dimensi didefinisikan dengan daerah medan elektrostatik tinggi yang terkait dengan kehadiran kation. Ukuran pori dapat diubah sesuai persyaratan pada produk. Retak terjadi di pusat-pusat asam dalam batin bagian dari saluran. Dengan TAG retak dengan adanya katalis zeolit hasil dari proses yang tinggi, pangsa kondensat cair merupakan 80 sampai 90% berat. selain berat sekitar 5%. produk gas dan sekitar 5% berat. residu aspal. Tidak ada limbah bermasalah; residu retak dapat digunakan untuk tujuan energik. Kondensat cair memiliki sifat yang mirip dengan bahan bakar fosil - bensin dan solar. Jenis minyak input / lemak mempengaruhi komposisi cairan kondensat retak hanya dalam ukuran rendah.