Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK R DENGAN DEMAM TIPOID DI RUANG DAHLIA RSUD WONOSARI

OLEH : RIFQI ACHMAD DANU.K. 2120101843 IIIC

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2012

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TIPOID A. Pengertian Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan kesadaran.

B. Etiologi Salmonella typhosa, basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

C. Manifestasi klinik Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut : 1. Demam > 1 minggu terutama pada malam hari Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. 2.Nyeri kepala 3. Malaise 4. Letargi 5. Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated tongue) 6. Bibir kering pecah-pecah (regaden) 7. Mual, muntah 8. Neri perut 9. Nyeri otot 10. Anoreksia

11. Hepatomegali, splenomegali 12. Konstipasi, diare 13. Penurunan kesadaran 14. Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler 15. Skibala 16. Halitosis 17. Epistaksis 18. Meteorismus 19. Bradikardi 20. Mengigau (delirium)

D. Patofisiologi Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer). Mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang, untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-14 hari. (IDAI, 2004) Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar menuju tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk pembuluh darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem retikuloendotelial untuk berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah bening, hati dan limpa. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001) Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua

terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus. (Suriadi, 2001)

Pathway Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap usus halus

Konstipasi

Bakteri memasuk aliran darah sistemik Bakteri memasuk aliran darah sistemi

Motilitas usus Motilitas usu

Defisit self care

Kelenjar limfoid usus halus Kelenjar limfoid usus halus

Hati Hati dan dan limpa limpa

Endotoksin Endotoksin

Bed rest Bed rest

Tukak Tukak

Hepatosplenomegali Hepatosplenomegali Mual, muntah Mual, muntah

Hipertermi Hospitalisa Hospitalisasi si

PK : Perdarahan dan perforasi Intake tak adekuat Intake tak adekuat Takut

Resiko deficit volume cairan

Resiko kebutuhan nutrisi kurang

E. Komplikasi 1. Perforasi usus 2. Perdarahan usus 3. Peritonitis 4. Sepsis (Kapita selekta kedokteran, 2000) 5. Kolesistitis 6. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati 7. Bronkopneumonia

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis. 2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fsofat alkali meningkat. 3. Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu berikutnya menurun. 4. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga. 5. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong diagnosis.

G. Penatalaksanaan 1. Keperawatan a. Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan elektrolit. Bila perlu melalui sonde b. Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna, lunak, cair (klien dengan penurunan kesadaran) c. Menurunkan demam d. Mengawasi komplikasi e. Mengelola oksigen f. Health education : perawatan di rumah g. Memonitor vital sign

2. Medis a. Antipiretik b. Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari, cotrimoksasol 6-10

mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80 mg/kg BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari c. Infus D5 %, D10 %, KN 3A d. Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi terhadap gangguan flora usus terhadap pemberian antibiotik yang lama). e. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran. Deksametoason 1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga kesadaran membaik. f. Lavemen, Laxantia g. Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi h. Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau kejang. (SPM Anak RSUD Wates,2001)

H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada yang menderita demam tifoid ?) b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi 2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ? 3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) 4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak) 5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?

6) Riwayat imunisasi c. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia) 2) Pemeriksaan persistem a) Sistem persepsi sensori : i. Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal ii. Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering

b) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing c) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles d) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada e) Sistem gastrointestinal : i. Mulut : membran mukosa lembab / kering, lidah kotor, perdarahan gusi ii. Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, asites, lingkar perut, skibala ? iii. Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena f) Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan bekas tempat injeksi ? g) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria d. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?, 2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah 3) Pola eleminasi a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau, darah b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria 4) Pola aktifitas dan latihan 5) Pola tidur dan istirahat 6) Pola kognitif dan perceptual nyeri,

7) Pola toleransi dan koping stress 8) Pola nilai dan keyakinan 9) Pola hubungan dan peran 10) Pola seksual dan reproduksi 11) Pola percaya diri dan konsep diri

2. Diagnosa Keperawatan 1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi 2) Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasif. 3) Cemas orang tua b.d penyakit anaknya 4) Defisit self care b.d tirah baring, kelemahan, istirahat total 5) Resiko konstipasi b.d tirah baring 6) Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tak adekuat, muntah, hipertermi 7) Resiko kebutuhan nutrisi kurang b.d intake tak adekuat

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000 Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005 Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004 Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001 Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001 Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai