)
Vindas Sari*), Moch. Dewani**), Sardjono Soekartomo**), dan Sri Winarsih***) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
ABSTRACT The objective of this research were to study the effect of deficit grasp water on vegetative growth of 18 sugarcane clones and to find out sugarcane clone which tolerance to deficit water condition. The research was conducted at hardening Indonesia Sugar Research Institute (ISRI) Pasuruan on August until November 2007. This research was arranged as Split Plot Design with 3 replications. The main plot was field capacity consisted of 3 levels, namely the (A) 100% field capacity, (B) 70% field capacity, and (C) 40% field capacity. The sub plot was 18 sugarcane clones, consisted of 16 clones and 2 clones as control. The data was analyzed by using analysis of variant (F test) at 5% level then continuous with least significant different (LSD ) test at 5% level. The result showed that at the 40% field capacity the resistance is higher than that of 70% field capacity. There is one clone having a better tolerance to 40% field capacity condition is PS 98-1232. Key Words: Deficit grasps water, Field capacity, Sugarcane clone
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh dari cekaman kekurangan air pada pertumbuhan vegetatif 18 klon tanaman tebu dan untuk mendapatkan klon tanaman tebu yang toleran terhadap kondisi kekurangan air. Penelitian dilaksanakan di hardening Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan pada bulan Agustus November 2007. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali. Tingkat kapasitas lapang ditempatkan sebagai petak utama yang terdiri dari 3 level, yaitu (A) 100% kapasitas lapang, (B) 70% kapasitas lapang, dan (C) 40% kapasitas lapang. 18 klon tanaman tebu ditempatkan sebagai anak petak yang terdiri dari 16 klon yang diuji dan 2 klon sebagai kontrol. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F pada taraf nyata 5% kemudian dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% kapasitas lapang memberikan hambatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan 70% kapasitas lapang. Terdapat satu klon yang lebih toleran terhadap kondisi 40% kapasitas lapang, yaitu PS 981232. Kata Kunci : Cekaman kekurangan air, Kapasitas lapang, Klon tanaman tebu
*) Alumni Jur. BP. FP. Unibraw, Malang **) Staf Pengajar Jur. BP. FP. Unibraw, Malang. ***)Staf Peneliti di P3GI Pasuruan
PENDAHULUAN
Tanaman officinarum L.) tebu ialah (Saccharum golongan
dilakukan
untuk
mengatasi
permasalahan gula nasional ialah pemakaian varietas unggul untuk lahan kering yang harus diikuti oleh mutu, jumlah, dan ketersediaan bibit yang tepat. Lahan kering ialah lahan
rumput-rumputan yang mulai dari pangkal sampai ujung batangnya mengandung air gula dengan kadar mencapai 20%. Industri gula nasional dewasa ini menghadapi permasalahan yang serius akibat menurunnya produksi gula nasional hanya 1,7 juta t/ tahun sementara kebutuhan mencapai 3 juta t/ tahun. Permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam sektor pergulaan dewasa ini salah satunya ialah produktivitas lahan yang
pertanaman yang diusahakan tanpa adanya penggenangan air karena jumlah curah hujannya tidak
kering di Indonesia memiliki luas sekitar 116,91 juta (Hakim, 2002). Dalam fisiologi tanaman, air merupakan faktor utama yang sangat penting. Kramer dalam Ismal (1979) menjelaskan pentingnya tumbuhan; air yakni tentang bagi air betapa tumbuhmerupakan
semakin meningkat. Kebutuhan akan gula dalam negeri selalu meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Faktor dan gizi masyarakat. rendahnya
bagian dari protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bagian hijau tumbuh-tumbuhan adalah air.
penyebab
produktivitas lahan ialah bergesernya lokasi penanaman tebu ke lahanlahan non-produktif, lahan marjinal, maupun lahan kering (Effendi,
garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuhtumbuhan, melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin
dari pemberian air pada tanaman tebu. Kadar air 40% juga
membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuhtumbuhan. Kekurangan air akan mengganggu maupun aktifitas fisiologis sehingga terhentinya
menggambarkan bahwa lahan benarbenar kering. Perlakuan pemberian air 70% kapasitas lapang
menggambarkan bahwa lahan kering tetapi masih ada airnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan mempunyai kekeringan varietas ketahanan agar yang terhadap dapat
morfologis,
mengakibatkan
pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati (Haryati, 2003). Kapasitas lapang ialah kondisi dimana tebal lapisan air dalam poripori tanah mulai menipis sehingga tegangan antara air udara
Penelitian hardening
dilaksanakan Pusat
di
meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi habis dan air tersedia bagi tanaman dalam keadaan optimum (Ali Hanafiah, 2005). Yen Huchang (1971)
Penelitian
sampai dengan November 2007. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah leaf area meter, timbangan, mikroskop binokuler,
pengaruh yang jelek akibat adanya penekanan kadar air terhadap proses fotosintesis selama belum mencapai kurang dari 40%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kadar air 40% kapasitas lapang ialah batas minimal
pisau, gunting, gembor, gelas ukur, jangka sorong, penggaris, corong, dan oven. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah 18 klon tanaman tebu, media tanah tarapan
(campuran antara jenis tanah entisol dengan pasir), Kutex, pupuk SP-36, pupuk ZA, polibag, ajir, paralon, tray plastik, spidol, preparat, tali rafia, kertas label, dan kantong kertas semen. Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Petak
Untuk sampel pengamatan hanya digunakan satu polibag setiap klon. Variabel pengamatan terdiri
atas variabel non destruktif dan variabel destruktif. Variabel destruktif pengamatan meliputi : non tinggi
tanaman, jumlah batang dalam satu rumpun, diameter batang, jumlah daun segar, jumlah daun layu, jumlah daun menggulung, jumlah stomata, dan jumlah ruas. Variabel pengamatan desdruktif meliputi : luas daun, bobot basah dan bobot kering (akar, batang dan daun), serta biomassa
Terbagi (RPT) dengan dua faktor yang diulang tiga kali. Faktor utama yang merupakan petak utama ialah volume pemberian air, yang terdiri atas 3 level, yaitu : (A) 100% kapasitas lapang, (B) 70% kapasitas lapang, dan (C) 40% kapasitas lapang. Faktor kedua yang
merupakan anak petak ialah 18 klon, terdiri dari 16 klon yang diuji (PS 98-1131, PS 98-1169, PS 98-1214, PS 98-1232, PS 98-1241, PS 981284, PS 98-1298, PS 98-1315, PS 99-1101, PS 99-1109, PS 99-1113, PS 99-1115, PS 99-1119, PS 991125, PS 99-1130, and PS 99-1132) dan 2 klon sebagai kontrol (PSCO 902 dan PS 851). Setiap perlakuan diulang 3 kali dan setiap petak percobaan berisi 2 polibag sehingga jumlah total
dengan analisis ragam atau uji F dengan taraf nyata (p = 0,05) dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan uji BNT pada taraf nyata (1992) ( = 0,05).
Fernandez
menjelaskan
bahwa toleransi tanaman terhadap cekaman air ditentukan berdasarkan Indeks Toleransi (IT).
nyata pada jumlah batang dalam satu rumpun. Pada perlakuan klon
1. HASIL 1.1. Komponen pertumbuhan a. Tinggi tanaman Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pada umur 84 hst, penurunan pemberian air dari 100 % KL menjadi 70 % KL diikuti dengan penurunan tinggi tanaman sebesar 17,59%. Penurunan
diperoleh hasil bahwa klon PS 99 1132 menghasilkan jumlah batang dalam satu rumpun lebih banyak bila dibandingkan dengan klon lainnya.
c. Diameter batang Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pada umur 56 hst, penurunan pemberian air dari 100 % KL menjadi 70 % KL diikuti dengan penurunan diameter batang sebesar 7,37%. Penurunan pemberian air dari 100 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan
pemberian air dari 100 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan tinggi tanaman sebesar 57,09%. Sedangkan
penurunan pemberian air dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan tinggi tanaman hingga 47,94%. Pada perlakuan klon diperoleh hasil bahwa PS 98 1131 dan PS 98 1232 menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi bila dibandingkan dengan klon lainnya.
diameter batang sebesar 31,05%. Sedangkan penurunan pemberian air dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan diameter batang hingga 25,57%. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa PS 98 1232 menghasilkan diameter batang lebih besar bila dibandingkan
b. Jumlah batang dalam satu rumpun Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pemberian air 100%, 70%, dan 40% kapasitas lapang tidak memberikan pengaruh
d. Jumlah daun segar Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pemberian air 100%, 70%, dan 40% kapasitas
lapang tidak memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah stomata tanaman tebu. Pada perlakuan klon diperoleh hasil bahwa klon PS 99 1130 menghasilkan jumlah stomata lebih banyak pada umur 28 dan 56 hst. Sedangkan pada umur 84 hst, perlakuan klon tidak memberikan
e. Jumlah daun layu Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pemberian air 100%, 70%, dan 40% kapasitas lapang tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun layu
h. Jumlah ruas Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa penurunan pemberian air dari 100 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan sebesar penurunan 43,04%. jumlah ruas
tanaman tebu. Pada perlakuan klon diperoleh hasil bahwa PS 99 1115 menghasilkan jumlah daun layu lebih banyak bila dibandingkan dengan klon lainnya.
Sedangkan
penurunan pemberian air dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan jumlah ruas
f. Jumlah daun menggulung Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian air dan klon juga tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun menggulung
hingga 43,64%. Pada perlakuan klon diperoleh hasil bahwa klon tanaman tebu tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah ruas tanaman tebu.
g. Jumlah stomata Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pemberian air 100%, 70%, dan 40% kapasitas
i. Luas daun Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pemberian air tidak memberikan pengaruh nyata
pada luas daun tanaman tebu. Pada perlakuan klon diperoleh hasil bahwa klon PS 98 1169 menghasilkan luas daun lebih tinggi,
99 1119 yang diberi perlakuan pemberian air 40% kapasitas lapang menghasilkan bobot segar daun lebih rendah.
j. Bobot segar akar, batang dan daun Perlakuan pemberian air dan klon tanaman tebu menunjukkan adanya interaksi hanya pada bobot segar daun tanaman tebu.
k. Bobot kering akar, batang dan daun Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa penurunan pemberian air dari 100 % KL
menjadi 70 % KL diikuti dengan penurunan bobot kering akar sebesar 20,51% dan bobot kering batang sebesar 32,47%. Penurunan
100%, 70%, dan 40% kapasitas lapang tidak memberikan pengaruh nyata pada bobot segar akar, batang dan daun tanaman tebu. Pada
pemberian air dari 100 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan bobot kering akar sebesar 54,30% dan bobot kering batang sebesar 72,05%. Sedangkan penurunan pemberian air dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan bobot kering akar hingga 42,51% dan bobot kering batang hingga 58,61%. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa klon PS 98 1131 menghasilkan bobot segar akar lebih tinggi. Klon PS 98 1232 menghasilkan bobot segar batang lebih tinggi. Sedangkan klon PS 98 1169, PS 98 1284, dan PS 99 1119 menghasilkan bobot segar daun lebih tinggi.
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa klon PS 99 1113 dan PS 99 1115 menghasilkan bobot kering akar lebih tinggi. Klon PS 99 1109 menghasilkan bobot kering batang lebih tinggi. Sedangkan klon PS 98
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa klon PS 98 1169 yang diberi perlakuan pemberian air 100% kapasitas lapang menghasilkan bobot segar daun lebih tinggi dan PS
1298
dan
PS
98
1315
kemampuan tanaman untuk bisa berproduksi pada kondisi kapasitas lapang yang rendah (tercekam
a. Tinggi tanaman Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada variabel tinggi tanaman hanya terdapat satu klon yang toleran terhadap tingkat pemberian air 40% kapasitas lapang, yaitu PS 98-1232.
menjadi 70 % KL diikuti dengan penurunan biomassa tanaman sebesar 25,38%. Penurunan pemberian air dari 100 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan
biomassa tanaman sebesar 59,49%. Sedangkan penurunan pemberian air dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga diikuti dengan penurunan biomassa tanaman hingga 45,70%. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa klon tanaman tebu tidak memberikan pengaruh tanaman. nyata pada biomassa
1.2 Komponen toleransi Toleransi berdasarkan tanaman tanaman tingkat terhadap diukur toleransi perlakuan
PS 99-1115 PS 99-1119 PS 99-1125 PS 99-1130 PS 99-1132 PSCO 902 (kontrol) PS 851 (kontrol)
b. Panjang ruas Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada variabel panjang ruas hanya terdapat satu klon yang toleran terhadap tingkat pemberian air 40% kapasitas lapang, yaitu PS 98-1232.
PS 98-1232 PS 98-1241 PS 98-1284 PS 98-1298 PS 98-1315 PS 99-1101 PS 99-1109 PS 99-1113 PS 99-1115 PS 99-1119 PS 99-1125 PS 99-1130 PS 99-1132 PSCO 902 (kontrol) PS 851 (kontrol)
d. Biomassa tanaman Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada variabel biomassa tanaman tidak terdapat klon yang toleran terhadap tingkat pemberian air 40% kapasitas lapang.
c. Luas daun Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada variabel luas daun tidak terdapat klon yang
(Ismal, 1979). Faktor lingkungan yang paling utama ialah tingkat ketersediaan air karena apabila
tanaman mengalami kekurangan air, maka aktifitas fisiologis maupun morfologisnya sehingga dapat dapat terganggu
mengakibatkan
terhentinya proses pertumbuhan. Penurunan pemberian air 100% KL menjadi 40% KL diikuti dengan penurunan tinggi tanaman sebesar 57,09%. Hal tersebut dikarenakan pemberian air sangat menentukan dalam proses pemanjangan batang. Apabila terjadi kekurangan air
selama fase pemanjangan batang, maka akan hasil mempercepat yang dapat
menyebabkan penurunan rata-rata pemanjangan batang (Anonymous, 2002). klon PS 98 1131, PS 98 1232, PS 98 1298, dan PS 98 1315 menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi Hal tersebut mungkin dikarenakan luas daun yang
perbesaran sel dan diferensiasi sel (Darmawan dan Baharsayah, 1982). Pertumbuhan dan perkembangan
terbentuk pada masing-masing klon lebih luas, dimana semakin luas daun maka semakin tinggi laju fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan akan didistribusikan ke semua bagian
tanaman
termasuk
untuk
proses
layu, pemberian air 40% kapasitas lapang menghasilkan jumlah daun layu lebih banyak. Hal tersebut dikarenakan tanaman tidak mampu mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi walaupun kadar air dalam tanah relatif cukup sehingga tanaman menjadi layu. Klon PS 98 1241, PS 99 1115, dan PS 99 1132 menghasilkan jumlah daun layu yang lebih banyak. Hal tersebut disebabkan terjadinya kehilangan air yang tinggi dan tidak diikuti oleh masuknya air ke dalam tanaman pada kecepatan menyebabkan Turgor daun yang turgor sama sel akan turun. rendah
pemanjangan batang. Tingkat pemberian air tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah batang tanaman tebu. Hal tersebut mungkin dikarenakan pada proses pembentukan batang, tingkat pemberian air memberikan pengaruh yang lebih sedikit bila dibandingkan faktor genetik dari masing-masing klon. Klon PS 99 1115 dan PS 99 1132 menghasilkan jumlah batang yang lebih banyak. Hal tersebut mungkin dikarenakan kedua klon tersebut mempunyai daya kompetisi yang tinggi dalam menyerap air dan unsur hara (Moenandir, 1998). Daun dan jaringan hijau
yang
menyebabkan tanaman menjadi layu dan stomata menutup (Islami dan Utomo, 1995). Pada peubah jumlah daun mengulung, pemberian air dan klon tanaman tidak memberikan pengaruh mungkin nyata. Hal tersebut adanya
lainnya ialah sumber asal hasil asimilasi (Gardner, et al., 1991). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara tingkat
pemberian air dan klon pada jumlah daun. Tingkat pemberian air juga tidak memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah daun segar. Hal tersebut mungkin disebabkan karena jumlah air yang tersedia dalam tanah masih dapat mencukupi kebutuhan tanaman. Pada peubah jumlah daun
dikarenakan
pengaruh faktor lain, misalnya suhu yang tinggi sehingga besar kecepatan daripada
transpirasi
lebih
kecepatan absorpsi air oleh akar tanaman menutup dan akhirnya stomata
untuk
mengurangi
daun, serta peningkatan penuaan dan perontokan daun (Goldsworthy dan Fisher, 1995). Akar selain berfungsi sebagai tegaknya tanaman, juga berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dalam tanah. Hasil bahwa penelitian penurunan
mengurangi luas permukaan tempat berlangsungnya transpirasi sehingga berdampak fotosintesis. Klon PS 99 1130 mempunyai jumlah stomata lebih banyak bila dibandingkan dengan klon lainnya. Hal tersebut dikarenakan faktor pada penurunan laju
menunjukkan
pemberian air 100% KL menjadi 40% KL diikuti dengan penurunan BB akar sebesar 52,26% dan BK akar sebesar 54,30%. Hal tersebut dikarenakan rendahnya kadar air tanah akan menurunkan
genetik dari masing-masing klon mempengaruhi jumlah stomata yang dihasilkan. Luas daun pada umumnya juga mempengaruhi laju fotosintesis per satuan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapatnya
perpanjangan akar dan diameter akar (Islami dan Utomo, 1995). Pada bobot segar dan bobot kering batang, penurunan pemberian air 100% KL menjadi 40% KL diikuti dengan penurunan BB batang sebesar
pengaruh nyata akibat perlakuan pemberian air. Hal tersebut mungkin disebabkan adanya faktor lain yang mempengaruhi besarnya nilai luas daun. Klon PS 98 1169
57,35% dan BK batang sebesar 72,05%. Hal tersebut dikarenakan pemberian air sangat menentukan dalam proses pemanjangan batang. Klon PS 98 1232 menghasilkan bobot segar batang lebih tinggi dan klon PS 99 1109 menghasilkan bobot kering batang lebih tinggi. Hal tersebut mungkin disebabkan klon tersebut memiliki diameter batang
menghasilkan luas daun lebih tinggi. Hal tersebut mungkin disebabkan klon PS 98 1169 lebih toleran terhadap cekaman kekurangan air bila dibandingkan dengan klon
yang lebih besar, kandungan air dan unsur lainnya pada batang tersebut lebih banyak sehingga bobot segar dan bobot keringnya tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya interaksi antara perlakuan pemberian air dan klon pada bobot segar daun. Klon PS 98 1169 yang diberi perlakuan 100% kapasitas lapang menghasilkan bobot segar daun lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan klon tersebut mempunyai luas daun yang luas sehingga bobot segar daun yang dihasilkan juga tinggi. Tingkat
penurunan pemberian air 100% KL menjadi 40% KL diikuti dengan penurunan biomassa tanaman sebesar 59,49%. Hal tersebut dikarenakan kurangnya air telah mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yaitu proses biokimiawi dan (
fisiologis
dalam sel
tanaman
Sugiharto, et al, 2002). Hal tersebut juga dikarenakan tingkat pemberian air 40% menghasilkan luas daun yang sempit dan jumlah daun yang sedikit karena semakin sedikit
pemberian air 40% kapasitas lapang meghasilkan bobot kering daun lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan cekaman kekurangan air pada saat pertumbuhan vegetatif
dihasilkan sehingga semakin sedikit pula biomassa yang dihasilkan. Secara umum bahwa klon PS 98 1131, PS 98 1232, PS 99 1115, dan PS 99 1132 ialah beberapa klon yang sedikit toleran terhadap pemberian air pada
mempengaruhi ukuran dan intensitas daun (Haryati, 2003). Klon PS 98 1298 dan PS 98 1315
menghasilkan bobot kering daun lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan klon tersebut mempunyai luas daun yang luas sehingga bobot kering
2.2 Komponen toleransi Hasil penghitungan nilai ITC 70% dan 40% kapasitas lapang menunjukkan bahwa variabel
biomassa tanaman ialah variabel yang paling peka pada kondisi 70% dan 40% kapasitas lapang karena tidak ada klon yang toleran terhadap kondisi tersebut. Hal tersebut
jumlah ruas sebesar 43,04%, bobot kering akar sebesar 54,30%, bobot kering batang sebesar 72,05%, dan biomassa 59,49%). Terdapat klon tanaman tebu yang toleran terhadap cekaman tanaman sebesar
disebabkan karena besarnya nilai biomassa yang dihasilkan oleh suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air yang ada. Sedangkan variabel panjang ruas ialah variabel yang toleran terhadap kondisi 70% dan 40% kapasitas lapang. Hal tersebut mungkin dikarenakan
SARAN
Untuk
penelitian
cekaman
kekurangan air lebih lanjut pada kondisi lahan 40% kapasitas lapang disarankan menggunakan klon PS 98 1232.
jumlah ruas juga dipengaruhi oleh genetik dari masing-masing klon yang diuji. Berdasarkan nilai ITC masing-masing variabel, PS 98 1232 ialah klon yang 40% toleran kapasitas
DAFTAR PUSTAKA
terhadap lapang.
kondisi
Ali Hanafiah, K. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah. PT Raja Grafindo Persada. pp. 114 KESIMPULAN Darmawan, J dan Y.Baharsyah. 1982. Fisiologi tanaman perkebunan. IPB. Bogor. pp. 40 Effendi, H. 2002. Budidaya atau bercocok tanam tebu. Balai Diklat Agribisnis Tanaman Pangan dan Tanaman Obat. Lawang. pp. 1 Gardner, F.P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi
Terdapat
perbedaan
pengaruh
negatif dari berbagai cekaman kekurangan air pada pertumbuhan vegetatif 18 klon tanaman tebu (Pada umur 84 hst, hambatan pada tinggi tanaman sebesar 57,09%, diameter batang sebesar 31,05%,
tanaman budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. pp. 98. Goldsworthy, P.R. dan N.M.Fisher. 1992. Fisiologi tanaman budidaya tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press. 874 Hal. Hale, M.G. dan D.M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plant Under Stress. Departement of Plant Phatology, Physiology and Weed Science. A Willey-Interscience Publication Jhon Wiley & Sons. New York. Hakim, L. 2002. Strategi perencanaan dan pengelolaan lahan kering secara berkelanjutan di Kalimantan. Institut Pertanian Bogor. Online : http://geocities.com/kmit_fpuns/. Diakses Tanggal 8 Februari 2008 Haryati. 2003. Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. program studi hasil pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Online : http://www. library.usu.ac.id/. Diakses Tanggal 17 Juni 2007 Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan tanah, air dan tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. pp. 26 Ismal, G. 1979. Ekologi tumbuhtumbuhan dan tanaman pertanian. UNAND. Padang. pp. 54
Moenandir, J. 1988. Persaingan tanaman budidaya dengan gulma. Rajawali Pers. Jakarta. p. 21-30. Notohadiprawiro, T. 2006. Pertanian lahan kering di Indonesia : potensi, prospek, kendala dan pengembangannya. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Online : http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/19 81/1989%20pert%20l.pdf. Diakses Tanggal 8 Februari 2008 Sugiharto, B., U. Murdiyatmo, dan H. Sakakibara. 2002. Kloning dan karaterisasi gen ketahanan cekaman kekeringan pada tanaman tebu. Online : www.unej.ac.id/fakultas/mipa/vo l3,no1/bambang3.pdf. Diakses Tanggal 27 Juni 2007