Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM

RESUME (HAL 28-40)

OLEH
DIAN HASTUTI 11513101

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2013

DINAMIKA PEMIKIRAN DALAM ISLAM


Pengantar Kemajuan suatu peradaban dalam sejarah umat manusia tidak mungkin terwujud apabila peradaban tersebut hanya menutup diri dan tidak mau berinteraksi dengan peradaban yang lain. Islam bersifat terbuka yaitu menerima berbagai peradaban lain yang ada di luar islam dan kemudian menselaraskannya dengan ajaran islam. Kemajuan islam sebagai sebuah peradaban telah diwarnai oleh sebuah dnamika pemikiran yang sangat dinamis yang tumbuh dan berkembang menyertai kehadiran islam. Proses hadirnya pemikiran yang sangat plural dalam khaznah intelektual islam ini bisa ditelusuri pada epistemologis yang dipergunakan oleh para intelektual muslim. Epistemologi islam menurut Muhammad Abid al-Jabiri (1990), memiliki 3 kecendrungan yang kuat yaitu pertama, epistemilogi bayani adalah epistemilogi yang beranggapan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah wahyu (teks) atau penalaran dari teks. Epistemologi bayani merupakan suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan berpijak padateks, baik secara langsyng maupun tidak langsung. Kedua, epistemologi irfani adalah epistemilogi yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan adalah kehendak (irodah). Epistemologi ini memiliki khas dalam mendapatkan pengetahuan yaitu kasyf. Metode ini sangat unik karena tidak bisa diperdebatkan dan dirasionalkan. Penganutnya yaitu para sufi, karena teori yang dikomunikasikan menggunakan metafora dan tamsil, bukan dengan mekanisme bahasa yang definite. Ketiga, epistemologi burhani adalah epistemologi yang berpandangan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah akal, yang artinya kemampuan untuk menemukan berbagai pengetahuan bahkan dalam bidang agama sekalipun akal mampu untuk mengetahuinya seperti masalah baik dan buruk. Ketiga epistemologi tersebut mendapatkan justifikasi dari al quran. Dalam Al-Quran banyak ditemukan ayat yang berbicara tentang pengetahuan yang bersumber pada rasionalitas. Numun, dalam perkembangannya epistemologi dalam kajian literatur barat dapat membuka persefektif baru dalam kajian ilmu pengetahuan yang multidimensional, kecendrungan terjadi pada wilayah bayani dan irfani dengan mengabaikan penggunaan rasio secara maksimal.

Hellenisme yunani yang spekulatif-kontemplatif, para sarjana muslim pada masa kejayaannya leluasa menyerap, kemudian memodifikasi menjadi tradisi filsafat sains yang berangkat dari potulat al Quran dengan mengetengahkan tradisi berpikir empirikal-eksperimental. Metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana-sarjana muslim pada bad keemasan islam, ketika ilmu dan pengetahuan lainnya mencapai kulminasi antara abad IX dan XII. Semangat dalam mencari kebenaran didahulukan oleh yunani kemudian mengalami kemerotan dan digantikan dengan peradaban kebudayaan islam. Pada prispinya, islam telah memiliki epistemologi yang komprehensif sebagai kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Hanya saja dari 3 kecendrungan yang ada, dalam perkembangannya lebih didominasi oleh corak berpikir bayani yang sangat tekstual dan corak berfikir irfani yang sangat sufistik. Kedua kecendrungan ini kurang begitu memperhatikan pada pengguanaan rasio (burhani) secara optimal. Dalam menyikapi kemunduran pada iptek yang dialami oleh umat islma dewasaini, maka umat islam lebih mengedepankan epistemologi yang bercorak burhani dengan dipandu oleh kebersihan hati sebagai manifestasi dari epistemologi irfano. Manusi dan akalnya adalah penentu dalam perkembangan kehidupan setelah adanya patokan nash. Hal ini bertujuan agar memberikan kekuasaan bagi manusia menyesuaikan dengan realitas keadaan dan zaman yang terus berubah. Perpaduan antar pikiran yang brilian dan hati yang jernih akan menjadikan iptek yang dimunculkan kelak tetap terarah tanpa menimbulkan dehumanisasi yang meyebabkan manusia terealisasi (terasing) dari lingkungannya. Keseimbangan antara pikikiran dan dan akal ini menjadi penting karena secanggih apapun manusia tidak dapat menciptakan sesuatu. Perkembangan awal pemikiran islam Proses perkembangan pemikiran muslim, terdapat dalam tiga fase dan erat kaitannya dengan sejarah islam. Pertama, akibat adanya pergolakan politik pada masa kekhalifahan Ali menimbulkan perang shiffin dan perang jamal. Kasus ini menjadi faktor utama munculnya golongan khawarij, golongan syiah, dan golongan yang netral.

Kedua, akibat ekspansi islam ke barat sampai ke spanyol dan perancis ke selatan sampai ke sudan, ethiophia, dan seterusnya ke timur sampai india dan seterusnya, dan ke utara sampai ke rusia. Budaya yang terserap ke dalam islam adalah spekulatif yunani yang juga karena penerjemahan secara besar-besaran khazanah intelektual yunani ke dalam bahasa arab pada masa abbasiyyah. Ketiga, akibat adanya perubahan masyarakat dari masyarkat tradisional masyarakat modern, dari pandangan cakrawala berpikir yang regional menjadi yang lebih luas lagi. Ketiga faktor ini memberikan pengaruh yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan pemikiran dalam islam. Selain perintah untuk menggunaka akla untuk berfikir, merenung, dan sejenisnya, al quran juga nmenggunakan kata ilm dalam berbagaia bentuk dan artinya sebanyak 854 kali. Pluralitas pemikiran islam Pusat ilmu itu adalah al Quran dan sunnah atau hadis yang kemudian melahirkan berbagai cabang ilmu. Situasi yang didukung oleh perkembangan bahasa arab yang telah digunakan jauh sebelum masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. Sehingga bahasa arab mengambil posisi penting dalam perkembangan ilmu islam selanjutnya. Beberapa pemikiran islam : a. Pemikiran kalam(teologi) Kalam secara harfiah berarti pembacaan. Sistem pemikiran spekulatif yang berfungsi untuk mempertahankan islam dan tradisi keislaman dari ancaman maupun tantangan dari luar. Para pendukungnya, mutakalimun adalah orang-orang yang menjadikan dogma atau persoalan teologis kontroversial sebagai topik diskusi dan wacana dialektik, dengan menawarkan bukti-bukti spekulatif untuk mempertahankan pendirian mereka. Para ulama sepakat bahwa tauhid adalah dasar utama dan pertama dalam ajaran islam. Perselisihan umat islam tersebut di atas terus berlanjut, hingga berpuncak pada peristiwa arbitrase, yaitu upaya penyelesaian perselisahan ali ibn abi thalib dengan aisyah pada perang jamal dan sengketa antara ali ibn abi thalib dan muawiyah bin abi sufyan pada perang shiffin. Selain faktor politis yang menyebabkan munculnya perbedaan pade paham teologi, ada lagi faktor penemuan ajaran islam dengan kebudaan

lain. Faktor lainnya yaitu berkaitan dengan pemahaman ayat al-Quran ialah kadar pengetahuan dan penghayatan umat islam terhadap nash-nash agama, yang kelihatannya ada beberapa ayat yang tidak sejalan, sehingga terjadilah penafsiran terhadap ayat al quran dan al hadis yang berbeda antara ulam yang satu dengan yang lainnya. b. Pemikran fikih Sejarah memperlihatkan bahwa produk pemahan dan pemikran umat dalam bentuk fikih berhasil mengubah masyarakat arab jahiliyah menuju masyarakat islami. Perubahan tersebut didasarkan atas rumusan prinsip umum tentang iman, ibadah, kidah dakwah, hukum keluarga, hukum muamalah, hukum pidana, dan sanksi sebagai berikut : Keterikatan hakim untuk menentukan kemaslahatan umum atas dasar teks suci yaitu al quran dan sunnah Perintah melaksanakan keadilan, kieihsanan, persamaan, dan ukhuwah insaniah Larangan perang atas dasar ofensif dan kebolehan melakukan perang berdasarkan pertimbangan defensif serta meningkatkan hak dan kehormatan wanita Terjaminnya hak milik pribadi, keharusan memenuhi janji dan perikatan serta larangan melakukan tipu daya Pembedaan hak adami dan hak Allah SWT, yakni hak pribadi dan hak Allah SWT dalam sanksi Prinsip di atas dijabarkan dalam cabang ilmu fikih sebagai upaya untuk melakukan klasifikasi fikih dalam mengatur perilaku kehidupan umat. Para ulama mengembangkan dua macam fikih yaitu didasarkan pada pemikiran(rayi) dan analogi(qiyas). Perkembangan pemikiran dalam bidang fikih bisa dijelaskan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Tahap pertama adalah pembentukan yang dimulai sejak kerasulan Muhammad SAW masa al khulafa ar rasyidun, hingga paruh pertama abad ke 1 h. Tahap kedua adalah masa pembentukan fikih yang dimulai pada paruh pertama abad ke 1 h hingga dekade awal abad ke 2 h.

Tahap ketiga adalah pematangan bentuk yang dimulai sejak dekade awal abad ke 2 h hingga pertengahan abad ke 4h. Tahap keempat adalah masa kemunduran fikih yang ditandai oleh dua peristiwa penting, yakni jatuhnya baghdad ke tangan tartar dan tertutupnya pintu ijtihad oleh para ulama.

Tahap kelima dalah munculnya kesadaran akan pentingnya kitab hukum islam yang mudah dioperasionalkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara.

c. Pemikiran filsafat Filsafat dan agama berbicara tentang hal yang sama yaitu manusia dan dunianya. Apabila yang satu membawa kebenaran yang berasal dari sang pencipta manusia dan dunianya itu, dan yang lainnya dari akal manusia yang selasu diliputi kekurangjelasan dan ketidakpastian. Hubungan antara filsafat dan agama merupakan dua pendekatan mendasar menuju pada kebenaran. Al kindi sebagai filsuf muslim pertama memandang bahwa filsafat haruslah diterima sebagai bagian dari peradaban islam. Ia yang berupaya pertama kali menunjukkan bahwa filsafat dan agama merupakan dua aktifitas intelektual yang bisa serasi. Pemikiran filosofis masuk ke dalam islam melalui filsafat yunani yang dijumpai ahli-ahli fikir islam di Suria, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Kebudayaan dan filsafat datang dengan ekspansi Alexander untuk menyatukan kebudayaan yunani dan persia meninggalkan bekas besar di daerah yang pernah dikuasainya dan kemudian melahirkan pusat kebudayaan yunani di timur seperti iskandariah, antioch, harran, edessa, qinnesrin, dan nasibin. Golongan yang banyak tertarik pada filsafat adalah kaum Mutazilah. Di samping itu timbul filsoflainnya seperti Abu Yufus Yaqub Ibn Ishaq Al Kindi, Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzlagh Al Farabi, Abu Alin Husein Ibn Abdillah Ibn Sina, Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad Al Gazali, Abu Al Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd. Filsafat sebagai satu bagian yang sah dari islam memang memiliki varian yang beragam sebagaimana telah dijelaskan. Filsafat bukanlah saingan agama atau teologi sebagaimana pandangan yang digencarkan oleh kelompok revivalisme atau ortodoksi islam, tetapi filsafat pasti berguna baginya, karena tujuan teologi adalah membangun suatu pandangan dunia

berdasarkan al Quran dengan bantuan alat-alat intelektual yang separonya disediakan oleh filsafat. Tradisi berfikir filsafat yang kuat dalam islam menghantarkan umat islam memasuki keemasannya. Sebagai pusat peradaban dunia selama berabad-abad. Keyakinan yang kuat terhadap kebenaran ajaran islam menjadikan umat islam masa itu tidak takut terhadap jenis pemikiran yang bagaimanapun liarnya. Sikap keterbukaan untuk berdialog dengan peradaban lain inilah yang diyakini telah menghantarkan peradaban awal islam yang muncul dari kesederhanaan berfikir orang arab badui, menjadi sentral pemikiran dunia pada masanya dan pada tahap selanjutnya menjadi inspirasi lahirnya peradaban barat saat ini.

Anda mungkin juga menyukai