Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan. Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan. Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan. I.2 Tujuan Praktikum Menentukan kerpatan Bulk, kerapatan Mampat, dan kerapatn sejati dari asam borat dan menentukan bobot jenis dari sirup (Marjan Melon), alkohol 70%, gliserin, dan minyak dan dengan menggunakan piknometer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25o/25o (Anonim, 2008). Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 250C (Ditjen POM,1995 ; 1030). Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Hermann J.Roth, 1988).

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel H.C, 1989 ; 65). Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, A., 1993). Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi; yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, A., 1993). Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu : (Lachman, 1994 ; 77) 1. Bobot jenis sejati Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.

2. Bobot jenis nyata Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup. 3. Bobot jenis efektif Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi (R. Voigt, 1994 ; 464-465). Metode penentuan untuk cairan (R. Voigt, 1994 ; 466) : Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca MohrWestphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala

(timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan. Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, R. H., 1985). II.2 Uraian Bahan 1 Asam Borat(FI III ; 49) Nama Resmi Nama Lain RM/BM Pemerian : Acidum Boricum : Asam Borat : H3BO3 / 61,83 : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian manis. Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih. Dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P.

Penyimpanan Kegunaan 2 Air suling (FI III ; 96) Nama Resmi Nama Lain RM / BM Bobot jenis Pemerian

: Dalam wadah tertutup baik : Antiseptikum ekstern

: Aqua destillata : Aquadest : H2O / 18,02 : 0,997 g/ml (250C) : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa

Penyimpanan Kegunaan 3 Minyak kelapa(FI III;456) Nama Resmi Nama Lain Bobot jenis Pemerian

: Dalam wadah tertutup baik : Sebagai larutan uji

: Oleum Cocos : Minyak kelapa : 0,845 0,905 g/ml : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas, tidak tengik

Kelarutan

: Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 600C; sangat mudah larut dalam

kloroform P dan juga mudah larut dalam eter P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Kegunaan 4 Alkohol (FI III ; 65) Nama Resmi Nama Lain BM/RM Pemerian : Aethanolum : Etanol, etil alkohol : 46, 07 / C2H6O : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut. Menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur. 5 Gliserin (FI III ; 271) Nama Resmi Nama Lain RM/BM : Glycerolum : Giserol, Gliserin : C3H8O3 / 92,10 : sebagai sampel

Pemerian

: Cairan

seperti

sirop;

jernih,

tidak

berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. beberapa Hidroskopik. pada suhu Jika disimpan dapat

rendah

memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20o. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktistidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak. Penyimpanan Kegunaan 6 Sirop (FI III ; 31 ) Nama resmi Sinonim RM/BM Penyimpanan : Sirupi : Sirop : C12H22O11 / : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk. 7 Parafin Cair (FI III ; 474) Nama Resmi : Paraffinum Liquidum : Dalam wadah tertutup baik. : Sebagai zat tambahan

Nama Lain Bobot jenis Pemerian

: Parafin Cair : 0,870 0,890 g/ml : Cairan kental, transparan, tidak tidak berbau;

berfluoresensi;

hampir

hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Kegunaan II.3 Prosedur Kerja Analitik (bobot b gram). Menentukan Bj menggunakan Piknometer Bersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest, bilas dengan pelarut alkohol pekat. Piknometer panaskan pada suhu 100o C selama 1 jam, kemudian masukkan kedalam eksikator sampai dingin. Timbang dalam neraca analitik ( bobot a gram). Isikan air suling yang akan diukur ke dalam piknometer hingga penuh. Seluruh piknometer mencapai derajat 20 derajat menggunakan thermometer. : Laksativum

Setelah suhu mencapai tepat 25 derajat segera piknometer ditutup dan lap dengan kain bersih. Biarkan pada suhu kamar dan timbang secara teliti menggunakan neraca

Hitung bobot jenis = (b-a) gram/volume ml.

BAB III CARA KERJA III.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan : Piknometer 25 ml Gelas ukur 50 ml Gelas kimia 25 ml Erlenmeyer 100 ml Timbangan analitik Corong Batang pengaduk Pipet tetes Sendok tanduk Lap kasar Bahan yang digunakan Asam borat Parafin cair Minyak kelapa Gliserin Alkohol 70% Sirup (Marjan Melon) Aquadest Kertas timbang Aluminium foil

III.2 Langkah Percobaan III.2.1 Menentukan Kerapatan Bulk Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml. Ukur volume zat padat Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan berikut: ( ) ( ) III.2.2 Menentukan Kerapatan Mampat Timbang zat padat sebanyak 10 gram. Masukkan ke dalam gelas ukur. Ketuk sebanyak 100 kali ketukan Ukur volume yang terbentuk Hitung kerapatan Mampat dengan menggunakan persamaan berikut: ( ) ( ) III.2.3 Menentukan Kerapatan Sejati Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1). Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer yang berisi zat padat beserta tutupnya (W3). Isikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer yang berisi zat padat, kocok-kocok dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnya.

Timbang piknometer yang berisi zat padat dan parafin cair beserta tutupnya (W4). Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung di dalamnya. Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2). Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan berikut: ( ( III.2.4 Menentukan Bobot Jenis Cairan Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2). Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan ditimbang (W3). Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan berikut: ) ( ) )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Perhitungan a. Pengukuran Kerapatan Zat Kerapatan Bulk Bobot zat (g) Volume Bulk (ml) Kerapatan Bulk (g/ml) Perhitungan : ( ) ( ) Kerapatan Mampat Bobot zat (g) Volume Mampat (ml) Kerapatan Mampat (g/ml) Perhitungan : ( ) ( ) Kerapatan Sejati Bobot Piknometer Kosong (g) / W1 Bobot piknometer + zat cair (g) / W2 Bobot piknometer + zat padat (g) / W3 Bobot jenis zat padat + cair (g/ml) / W4 32, 6643 g 53, 6261 g 41, 5140 g 57, 3702 g 10 g 11 ml 0, 9090 g/ml 10 g 13 ml 0, 7692 g/ml

Perhitungan :
( ( ) ( ( ( ) ( ) ) ) )

Bobot Jenis Cairan Berat Piknometer No. Sampel Kosong (g) 1. 2. 3. 4. 5. Air suling Alkohol 70% Gliserin Minyak Kelapa Sirup (Marjan Melon) 32,7211 28,30 15,621 9,630 32,7211 sampel (g) 57,6036 51,282 47,272 32,953 66,5178 Berat Piknometer +

Perhitungan : 1. Alkohol 70%

g/ml 2. Gliserin

3. Minyak Kelapa

g/ml 4. Sirup (Marjan Melon)

IV.2 Pembahasan

Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25C), sedangkan rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu (dalam bidang farmasi biasanya digunakan 25/25). Berat jenis didefenisikan

sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang khusus. Oleh karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm atau 1000 kg/m. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.

Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-sisa

yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri.

Piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain (alkohol 70%, gliserin, minyak kelapa, dan sirup). Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Kemudian piknometer yang berisi sampel ditimbang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar). 2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar. 3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya. 4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus : V = kxdxt

Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.
Setelah melakukan percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk alkohol 70% adalah 0,951 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,2376 g/ml, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9149 g/ml dan bobot jenis sirup (Marjan Melon) adalah 1,358 g/ml. Untuk percobaan penentuan kerapatan diperoleh hasil, yaitu untuk kerapatan Bulk adalah 0,7692 g/ml , untuk kerapatan Mampat adalah 0,9090 g/ml, dan untuk kerapatan sejati adalah 1,733 g/ml. Terdapat penyimpangan dalam percobaan ini. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena penyimpangannya itu sendiri masih relatif kecil sehingga dapat diabaikan.

Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh : 1. Kesalahan pembacaan skala pada alat 2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya 3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat 4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer 5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atau titik air dalam piknometer setelah dipanaskan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Pada percobaan kerapatan Bulk dengan sampel asam borat didapatkan kerapatannya adalah 0,7962 g/ml. 2. Pada percobaan kerapatan mampat yang juga menggunakan sampel asam borat kerapatan yang didapatkan adalah 0,9090 g/ml. 3. Pada percobaan kerapatan sejati digunakan parafin cair dan asam borat, kerapatan sejati yang didapatkan adalah 57,3702 g/ml. 4. Pada percobaan bobot jenis untuk beberapa cairan hasil yang diperoleh adalah bobo jenis alkohol 70% adalah 0,951 g/ml, bobot jenis, gliserin adalah 1,2376 g/ml, bobot jenis minyak kelapa adalah 0,9149 g/ml, dan bobot jenis sirup adalah 1,358 g/ml. IV.2 Saran Pada saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue atau kain, jangan menggunakan tangan secara langsung, karena dikhawatirkan lemak yang terdapat pada tangan akan menempel di piknometer sehingga akan menambah berat piknometer.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UNHAS: Makassar. Ansel H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II edisi II. UI Press: Jakarta. Martin, A. 1993. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada University Press: Jogjakarta. Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application, 4th Ed., Collier Mac Inc., New York. Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., (1988), Analisis Farmasi, UGM-Press, Yogyakarta, 466-468 Voigt, R., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, UGM-Press, Yogyakarta, 65

Anda mungkin juga menyukai