Anda di halaman 1dari 8

Nama Mahasiswa : Kezia A.

Ango NRI : 120111282

LEMBAR KERJA MAHASISWA SKENARIO 1

KATA SULIT : --

KATA KUNCI : Seorang wanita 24 tahun Jatuh terguling di tangga Kedua tungkai sulit digerakkan, harus dibantu Terdapat rasa baal dari pinggang ke bawah Pada Pemeriksaan Fisik didapatkan : pasien dalam keadaan sadar, tanda vital baik, dan deformitas pada tulang belakanng bagian lumbal Pada X foto vertebra trakolumbal didapatkan : Fraktur pada torakal XI

MASALAH DASAR : Seorang wanita yang jatuh terguling dan menyebabkan kedua tungkai tidak dapat digerakan. Pada foto X didapatkan fraktur pada vertebra torakal XI. PERTANYAAN : 1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari medulla spinalis? 2. Jelaskan patofisiologi dari kelumpuhan yang terjadi pada pasien ini? 3. Pada kasus, pasien mengalami kerusakan UMN atau LMN? 4. Apakah fungsi dari vertebra torakal XI? 5. Bagaimana hubungan fraktur torakal dengan kelumpuhan kedua tungkai ? 6. Bagaimana hubungan antara saraf pada daerah fraktur dengan saraf pada tungkai? 7. Otot-otot apa saja yang mengalami kelumpuhan ? 8. Bagaimana anamnesis dan pemeriksaan fisik dari kasus tersebut? 9. Apa diagnosis utama dan diagnosis banding pada kasus ini? 10. Bagaimana penatalaksanaan dari kasus ini? 11. Komplikasi apa yang dapat terjadi pada pasien? 12. Bagaimana prognosis dari kasus ini?

Nama Mahasiswa : Kezia A. Ango NRI : 120111282 HASIL DISKUSI : 1. Anatomi fisiologi medula spinalis

Medula spinalis Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang memanjang dari medula oblongata sampai dibagian lumbal pertama Fungsi - Mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh. - Bagian mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden

Nama Mahasiswa : Kezia A. Ango NRI : 120111282

Struktur umum - Medula spinalis berbetuk silinder berongga dan agak pipih, diameter medulla spinalis bervariasi. Diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang ratarata 42 cm. - Dua pembesaran pada lumbal dan servikal. Menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai tungkai dan lengan. - 31 pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina intervertebratae - Meninges (duramater, araknoid, dan pia mater). Struktur internal medula spinalis - Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu - Tanduk abu-abu posterior - Tanduk abu-abu anterior - Tanduk lateral - Komisura abu-abu - Traktus spinal - Traktus sensorik Fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus menyampaikan informasi mengenai sentuhan, vibrasi, posisi tubuh. Spinoserebral ventral membawa informasi mengenai gerakan dan posisi keseluruhan anggota gerak Spinoserebral dorsal membawa informasi mengenai propriosepsi bawah sadar Spinotalamik ventral membawa informasi mengenai sentuhan, suhu, dan nyeri - Traktus motorik Piramidal Kortikospinal lateral menghantarkan impuls untuk koordinasi dan ketepatan gerakan volunter. Kortikospinal ventral memiliki fungsi yang sama dengan kortikospinal lateral; menghantar impuls untuk koordinasi dan ketepatan gerakan volunter Ekstrapiramidal

Nama Mahasiswa : Kezia A. Ango NRI : 120111282 Retikulospinal: impuls memberikan semacam pengaruh fasilitasi pada ekstensor tungkai dan fleksor lengan serta memberikan suatu pengaruh inhibisi yang berkaitan dengan postur dan tonus otot Vestibulospinal lateral: impuls mempertahankan tonus otot dalam aktivitas refleks Vestibulo medial: traktus ini berkaitan dengan pengendalian otot-otot kepala dan leher Rubrospinal: traktus ekstrapiramidal yang berhubungan dengan postur dan tonus otot.

2. Gerakan voluntar yang disebut normal memperlihatkan ketangkasan. Semua gerakan memerlukan kerja sama banyak kelompok otot rangka . Bila satu komponen susunan neuromuskular tak menjalankan tugasnya, akan timbul gangguan gerakan voluntar. Berdasar komponen susunan neuromuskular yg terganggu, gangguan gerakan voluntar dapat berupa: Kelumpuhan; hilangnya tenaga otot sehingga gerakan voluntar jadi sukar atau tidak bisa dilakukan, akibat lesi sistem piramidalis LMN dengan aksonnya (final common path) Neuromuscular junction Otot Hilangnya ketangkasan gerakan voluntar (dengan tenaga otot tetap utuh), akibat lesi di sistem ekstrapiramidal. 3. Pasien mengalami kelumpuhan tipe UMN, akibat lesi di medulla spinalis yang merusak jaras kortikospinal, setinggi torakal vertebra. Hal ini juga dapat ditinjau dari ciri utama

Nama Mahasiswa : Kezia A. Ango NRI : 120111282 kelumpuhan UMN yang terlihat jelas pada pasien yaitu hipertonia (kedua tungkai kaku dan sulit digerakan). 4. Mengatur ejakulasi dan gerakan pinggul (T XI L 2) Pergerakan tungkai. 5. Fraktur pada vertebra torakal XI mengakibatkan persarafan yang berada di daerah tersebut yaitu pleksus lumbosacralis terganggu. Pleksus ini terdiri dari pleksus lumbalis yang memilki radiks ventralis dan dorsalis T.12 sampai L.4 sedangkan radiks dorsalis dan ventralis L.4 sampai S.4 menganyam pleksus sacralis. Saraf-saraf perifer yang berinduk pada pleksus lumbalis ialah n. femoralis dan n.obturatorius. Mereka mengurus persarafan motorik dan sensorik pada bagian medial dan ventral tungkai atas, sedangkan n.ishiadikus, n.gluteus superior dan gluteus inferior mengurus persarafan motorik dan sensorik bagian dorsal dan lateral tungkai atas. Ketiga saraf perifer ini berinduk pada pleksus sacralis. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa lesi yang merusak jaras piramidalis tepatnya di traktus kortikospinalis menyebabkan sinyal implus motorik di daerah ini tidak tersalurkan ke LMN. Alhasil kedua tungkai tidak dapat digerakan atau lumpuh. 6. Hubungan persarafan pada daerah fraktur dengan kedua tungkai adalah persarafan pada kedua tungkai berasal dari percabangan pleksus lumbosacralis, yang asalnya berdekatan dengan daerah fraktur. 7. Kelumpuhan pada otot-otot: m. kuadriseps femoris (otot-otot yang dipersarafi n. femoralis); m. adduktor longus, m. gracilis, m. adductor brevis, dan adakalanya m.aduktor magnus, m,obturatorius externus dan m. pektineus (otot-otot yang dipersarafi n.obturatorius); m.semimembraneus, m. semitendineus, m. biseps femoris caput longus dan m.abduktor magnus (dipersarafi oleh n. iskiadikus); m.peroneus longus dan brevis, m. tibialis anterior, m. ekstensor digitorum longus, m. ekstensor haluksis longus, m. extensor digitorum brevis dan peroneus tertsius (dipersarafi oleh n,peroneus); m. gastrocnemius, m.popliteus, m. soleus, m. plantaris, m. tibialis posterior, m.fleksor digitorum longus dan dan fleksor haluksis longus (dipersarafi oleh n.tibialis). 8. Anamnesis : Biodata ( nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan) Lokasi kelumpuhan : kedua tungkai Onset: Akut, Sub Akut, Kronik Penyebab: Trauma, setelah jatuh terguling di tangga kantor setinggi 2 meter.(didahului gejala infeksi) Gangguan sensoris : merasakan baal dari pinggang ke bawah Gangguan kelemahan otot : sulit menggerakan kedua tungkai hingga harus dibantu Gangguan penyerta lain; bagian punggung bawah terasa sakit

Nama Mahasiswa : Kezia A. Ango NRI : 120111282 Progresifitas (kemampuan bergerak maju secara psikologis) Gangguan Fungsional Psikologis

Pemeriksaan fisik : MMT (Manual Muscle Testing), Tonus Otot, Refleks Fisiologis, refleks patologis, sensibilitas (dermatom) 9. Lesi medula spinalis (Spinal Cord Injury) akibat trauma pada vertebra torakalis dengan gejala kelumpuhan UMN yaitu Paraparesis. Diagnosa banding: Brain abscess Degenerative disease of the spinal column Guillain-Barr Malignant tumor Paralytic poliomyelitis Protruded cervical disc Syphilitic meningomyelitis Vitamin B12 deficiency 10. Penatalaksanaan : Perawatan khusus penderita paraplegi meliputi: Perawatan kulit Memelihara luas gerak sendi Terapi latihan Pencegahan kontraktur Obat obatan Diet tinggi kalori tinggi protein Braces (penahan) Aktivitas kehidupan sehari hari Penyesuaian psikologi Penanganan Paraplegi menurut Tahapan : Tahap pertama (survival/hidup/mati) Tahap kedua (tahap self care / penyesuaian diri) Tahap ketiga (latihan kerja/vocational training Tahap keempat (resosialisasi)

Nama Mahasiswa : Kezia A. Ango NRI : 120111282 Stadium awal Hari I hari X Meningkatkan/mempertahankan semangat hidup Mempertahankan fungsi yg tersisa Mencegah komplikasi jangka pendek dan jangka panjang dengan: Setiap hari memeriksa seluruh permukaan tubuh & alih baring Kateterisasi setiap 4 jam bila belum stabil Mengeluarkan feses tiap hari dgn supositoria, stimulan atau enema Mobilisasi dgn kursi roda Pemeliharaan fungsi paru Memperhatikan intake makanan tiap hari Stadium akut Hari XI 3 bulan Mobilisasi awal Mulai melatih kemandirian penderita dengan : Mulai belajar makan, mandi, berpindah tempat, berpakaian sendiri Mendidik dan memberi pengetahuan kpd penderita & keluarga ttg cara membantu BAB, ganti kateter, membawa penderita berakhir pekan, keluar RS Stadium intermediet Penderita mulai beradaptasi dgn masyarakat/lingkungan dengan : Melakukan medical follow-up, dgn membuat jadwal pemeriksaan kembali Penanganan emosi Stadium panjang Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan : Pemeriksaan darah & foto spinal rutin Evaluasi fungsi ginjal Pemeriksaan/penggantian alat bantu 11. Komplikasi : Karena penurunan sensasi atau kehilangan sensasi atau fungsi dari ekstremitas bawah, paraplegia dapat menyebabkan beberapa komplikasi termasuk inkontinensia tinja dan yang terkadang memerlukan ostomy, infeksi pernapasan (pneumonia, atelektasis), penyakit jantung koroner, dysreflexia otonom, infeksi saluran kemih, batu ginjal, ginjal dan insufisiensi hati, batu empedu, sembelit, luka tekanan (ulkus dekubitus), dan osteoporosis. Aktivitas fisik yang ekstrim dapat menyebabkan kadar lipid darah (kolesterol dan trigliserida), mengakibatkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Tekanan psikologis dari hilangnya fungsi tubuh paling seringkali menyebabkan depresi. 12. Prognosis: Untuk lesi MS: dubia / malam. Karena biasanya lesi pada sel saraf sukar untuk sembuh, memerlukan waktu yang lama dan meskipun lesi sudah sembuh sulit untuk mengembalikan fungsi saraf seperti normalnya atau seperti semula sebelum mengalami trauma (irreversible). Dengan kata lain hasilnya tidak menjanjikan. Untuk fraktur: Fraktur thoraco-lumbal yang stabil memiliki prognosis yang sangat baik dan biasanya sembuh dalam waktu memuaskan 6 sampai 8 minggu dengan pengobatan

Nama Mahasiswa : Kezia A. Ango NRI : 120111282 konservatif. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa gejala dapat bertahan selama 3 sampai 9 bulan sebelum kembali ke fungsi penuh, meskipun beberapa orang memiliki hasil yang merugikan bahkan dengan gejala berkepanjangan (Levine). Fungsional hasil bagi mereka yang dirawat nonoperatively untuk patah tulang belakang dengan gejala neurologis cukup baik. Sumber Bacaan : Sidharta P. Neurologis Klinis Dasar Slide Pakar http://www.mdguidelines.com/paralysis-paraplegia-and-quadriplegia/differentialdiagnosis

Tutor

Dr. dr. Lydia N. Tendean, M.Repro, SpAnd

Anda mungkin juga menyukai