Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seorang Geologist tidak cukup hanya menguasai materi yang diberikan di perkuliahan tetapi juga dituntut untuk terampil di lapangan. Hal inilah yang mendasari kegiatan fieldtrip kali ini. Materi yang diberikan di waktu kuliah ataupun pada saat praktikum semestinya dapat diaplikasikan di lapangan. Karena pada akhirnya, geologist harus mencari informasi dari lapangan, memahami dan mengolahnya menjadi sebuah data yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka, kegiatan fieldtrip sangat diperlukan untuk menyiapkan geologist-geologist muda yang terampil dan kreatif baik secara teori maupun aplikasi di lapangan. 1.2 Maksud dan Tujuan Fieldtrip Geologi Struktur dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16 Maret 2013. Fieldtrip ini bermaksud untuk memperjelas materi yang disampaikan pada kegiatan perkuliahan maupun pada saat praktikum. Selain itu, juga bermaksud untuk melatih kemampuan praktikan dalam menggunakan alat, mengumpulkan data pada lokasi pengamatan dan sebagai media pengenalan lapangan. Fieldtrip ini bertujuan agar praktikan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan pada kondisi geologi yang sesungguhnya di lapangan. Selain itu, juga bertujuan agar praktikan mengetahui hasil-hasil proses struktural berupa sesar dan kekar pada kenampakan singkapan di lapangan. 1.3 Waktu, Tempat dan Kesampaian Daerah Fieldtrip dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Maret 2013. Pelaksanaan fieldtrip kali ini dimulai pukul 06.00. Kami berkumpul di depan jurusan Teknik Geologi kemudian briefing dan berangkat pukul 08.00.Kami tiba di STA 1 LP 1 pukul 9.00 kemudian pindah ke LP 2 pukul 9.30. Kemudian kami tiba di STA 2 pukul 11.15 dan melakukan pengamatan. Pukul 14.45 kami tiba di STA 3, kami beristirahat dan sholat sebelum melakukan pengamatan. Dan tiba di kampus fakultas teknik pukul 17.45. Fieldtrip kali ini berlokasi di Kabupaten Klaten dan sekitarnya, terdiri dari tiga stasiun pengamatan (STA), dicapai dengan menggunakan bus dan untuk mencapai lokasi pengamatan dibutuhkan sedikit berjalan kaki. Rute perjalanan fieldtrip kali ini adalah Kampus Teknik Geologi Krakitan-Bayat Ngawen Jokotuo kampus Teknik
1

Geologi. Sebelum berangkat para peserta melakukan briefing terlebih dahulu di depan gedung jurusan Teknik Geologi dan berangkat menggunakan bus dari areal kampus sekitar pukul 08.00 WIB dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 60 menit. Berikut lokasi stasiun-stasiun pengamatan pada fieldtrip kali ini: 1. Stasiun pengamatan 1,lokasi pengamatan 1 terletak di Dukuh Koplak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 2. Stasiun pengamatan 1,lokasi pengamatan 2 terletak di Dukuh Koplak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. LP 2 berada 25 meter di sebelah barat daya LP 3. Stasiun pengamatan 2, lokasi pengamatan 1 terletak di Dusun Tanjung, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. 4. Stasiun pengamatan 2, lokasi pengamatan 2 terletak di Dusun Tanjung, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Berada sekitar 10 meter di sebelah utara LP 1. 5. Stasiun pengamatan 2, lokasi pengamatan 3 terletak di Dusun Tanjung, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Berada sekitar 20 meter di sebelah utara LP 2. 6. Stasiun pengamatan 3, berada di daerah Jokotuo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 1.4 Alat dan Bahan o Peralatan Kelompok o Palu Geologi untuk mengambil sampel batuan dan sebagai pembanding ketika pengambilan Foto. o Kompas geologi sebagai penentu arah, ploting posisi, menentukan dip, strike pada lapisan batuan trend dan plunge pada struktur garis o Lup untuk membantu pemerian batuan o Digital camera untuk mengambil gambar singkapan maupun batuan o Plastik Sampel untuk menyimpan sampel batuan dari lapangan. o Peralatan Individu o Larutan HCl untuk menguji keterdapatan mineral karbonat dalam batuan o Clipboard dan plastik mika o Topi lapangan o Kertas HVS A4 20 lembar
2

o Sepatu lapangan o Baju lapangan o Alat tulis lengkap o Busur derajat o Spidol tiga warna (hijau,biru,hitam) o Minuman 1,5 l o Obat-obatan pribadi o Jas hujan

BAB II GEOLOGI REGIONAL PEGUNUNGAN SELATAN 2.1 Geomorfologi Regional Pegunungan Selatan Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001). Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini mempunyai kelerengan antara 40 150 dan beda tinggi 125 264 m. Beberapa puncak tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat ( 264 m) di Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran K. Dengkeng. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan PraTersier hingga Tersier (Surono dkk, 1992). Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan Hartono, 2001). Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang dari barat (tinggian G. Sudimoro, 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, 737 m). Di bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung ( 706 m) dan G. Gajahmungkur ( 737 m). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 300 dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal gunungapi.

Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi ( 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat dan menyatu dengan K. Opak (lihat Gambar 2.2). Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah batugamping. Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur. Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949). 2.2 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan 2.2.1 Pegunungan Selatan Bagian Barat Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti yang membedakan stratigrafi wilayah bagian barat (Parangtritis Wonosari) dan wilayah bagian timur (Wonosari Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen (1949), Sumarso dan Ismoyowati (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk (1978) dan Suyoto (1992) serta Wartono dan Surono dengan perubahan (1994).

Gambar 1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis. a. Formasi Wungkal-Gamping Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan Hartono, 2001). umur Formasi Wungkal-Gamping ini adalah Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir (Sumarso dan Ismoyowati, 1975). Formasi ini tersebar luas di Perbukitan Jiwo dan K. Oyo di utara G. Gede, menindih secara tidak selaras batuan metamorf serta diterobos oleh Diorit Pendul dan di atasnya, secara tidak selaras, ditutupi oleh batuan sedimen
6

klastika gunungapi (volcaniclastic sediments) yang dikelompokkan ke dalam Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu. b. Formasi Kebo-Butak Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit. Formasi ini berumur Oligosen Akhir Miosen Awal. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid. Formasi ini tersebar di kaki utara Pegunungan Baturagung, sebelah selatan Klaten dan diduga menindih secara tidak selaras Formasi Wungkal-Gamping serta tertindih selaras oleh Formasi Semilir. Ketebalan dari formasi ini lebih dari 650 meter. c. Formasi Semilir Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001). Penyebaran lateral Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian G. Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460 meter. Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-Butak, namun secara setempat tidak selaras (van Bemmelen, 1949). Formasi ini menjemari dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun
7

tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992). Dengan melimpahnya tuf dan batuapung dalam volume yang sangat besar, maka secara vulkanologi Formasi Semilir ini dihasilkan oleh letusan gunungapi yang sangat besar dan merusak, biasanya berasosiasi dengan pembentukan kaldera letusan (Bronto dan hartono, 2001). d. Formasi Nglanggran Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Formasi ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah bagian bawah. Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah barat hingga tinggian G. Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah bata maka diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut dangkal. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu, maka lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut. e. Formasi Sambipitu Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan

Subzona Baturagung, namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselangseling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran. Umur formasi ini mulai akhir Miosen Bawah sampai awal Miosen Tengah. f. Formasi Oyo Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi Oyo. Formasi Oyo berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir (Bothe, 1929). Lingkungan pengendapannya pada laut dangkal (zona neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi.

g.

Formasi Wonosari Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung yang terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya sulit untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi WonosariPunung. Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh
9

batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur. Umur formasi ini adalah Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan (Surono dkk, 1992). h. Formasi Kepek Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter. Formasi Kepek umumnya berlapis baik. Umur Formasi Kepek adalah Miosen Akhir hingga Pliosen. Formasi Kepek menjemari dengan bagian atas dari Formasi Wonosari-Punung. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) (Samodra, 1984, dalam Bronto dan Hartono, 2001). i. Endapan Permukaan Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi. Endapan aluvium ini membentuk Dataran Yogyakarta-Surakarta dan dataran di sekeliling Bayat. Satuan Lempung Hitam, secara tidak selaras menutupi satuan di bawahnya. Tersusun oleh litologi lempung hitam, konglomerat, dan pasir, dengan ketebalan satuan 10 m. Penyebarannya dari Ngawen, Semin, sampai Selatan Wonogiri. Di Baturetno, satuan ini menunjukan ciri endapan danau, pada Kala Pleistosen. Ciri lain yaitu: terdapat secara setempat laterit (warna merah kecoklatan) merupakan endapan terarosa, yang umumnya menempati uvala pada morfologi karst. 2.2.2 Pegunungan Selatan Bagian Timur

10

Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949). Stratigrafi Pegunungan Selatan di Jawa Timur, telah diteliti oleh Sartono (1964) dengan daerah telitian di daerah Punung dan sekitarnya- Pacitan. Susunan litostratigrafinya sebagaiberikut (dari tua ke muda): Kelompok Formasi Besole, Formasi Jaten, Formasi Nampol, Formasi Punung.

Gambar2. Stratigrafi Jalur Pegunungan Selatan menurut beberapa peneliti (Samodro, 1990) a. Formasi Besole Formasi Besole merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah ini. Sartono (1964), pencetus nama Formasi Besole menyebutkan bahwa satuan ini tersusun oleh dasit, tonalit, tuf dasitan, serta
11

andesit, dimana satuan ini diendapkan di lingkungan darat. Formasi Besole tersusun oleh satuan batuan volkanik (intrusi), lava dan volkanoklastik (breksi, sisipan batupasir tufan). Secara tidak selaras di atasnya terdapat Formasi Jaten. b. Formasi Jaten Dengan lokasi tipenya K.Jaten Donorojo, Pacitan (Sartono 1964), tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung (mengandung fosil Gastrophoda, Pelecypoda, Coral, Bryozoa, Foraminifera), dengan sisipan tipis lignit. Ketebalan satuan ini mencapai 20-150 m. Diendapkan pada lingkungan transisi neritik tepi pada Kala Miosen Tengah (N9 N10) c. Formasi Wuni Dengan lokasi tipenya K.Wuni (anak Sungai S Basoka) Punung, Pacitan (Sartono, 1964), tersusun oleh breksi, aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping. Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah (Te.5 Tf.1), berdasarkan hadirnya Globorotalia siakensis, Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloides berumur Miosen Tengah (N9-N12) (Tim Lemigas). Ketebalan Formasi Wuni = 150 -200 m. Satuan ini terletak selaras menutupi Formasi Jaten, dan selaras di bawah Formasi Nampol d. Formasi Nampol Tersingkap baik di K.Nampol, Kec Punung, Pacitan (Sartono,1964), dengann susunan batuan sebagai berikut: bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal (Sartono,1964) atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer (1990) menghitungnya berumuri Miosen Awal Miosen Tengah. Ketiga formasi (Jaten, Wuni, Nampol) berhubungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung. e. Formasi Punung Formasi Punung dengan lokasi tipenya di daerah Punung, Pacitan, tersusun oleh dua litofasies yaitu: fasies klastika dan fasies kar-bonat (Sartono, 1964). Fasies karbonat, tersusun oleh batu-gamping terumbu, batugamping
12

bioklastik, batugamping pasiran, napal, dimana satuan ini merupakan endapan sistim karbonat paparan. Ketebalan fasies ini 200-300 m, berumur Miosen Tengah-Atas (N9-N16). Sedangkan fasies klastika tersusun oleh perselingan batupasir tufan, batupasir gampingan, lanau dan serpih. Ketebalan satuan ini 76 -230 m. Berdasarkan kandungan fosil foram menunjukan umur Miosen Tengah (N15), diendapkan pada lingkungan nertitik tepi. Hubungan dengan fasies karbonat adalah menjari, dan kedua satuan fasies ini menutupi secara tidak selaras Formasi Nampol (Sartono, 1964). Sedangkan menurut Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985) Formasi Punung menutui secara tidak selaras Formasi Besole, dengan saling menjari dengan Formasi Jaten, Wuni, dan Nampol. f. Endapan Tersier Di daerah Pegunungan Selatan bagian Timur, endapan yang paling muda adalah endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier

2.3 Struktur Geologi Regional Pegunungan Selatan 2.3.1 Pegunungan Selatan Bagian Barat Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Perlapisan homoklin terdapat pada bentang alam Subzona Baturagung mulai dari Formasi Kebo-Butak di sebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo di sebelah selatan. Perlapisan tersebut mempunyai jurus lebih kurang berarah barat-timur dan miring ke selatan. Kemiringan perlapisan menurun secara berangsur dari sebelah utara (200 350) ke sebelah selatan (50 150). Bahkan pada Subzona Wonosari, perlapisan batuan yang termasuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai kemiringan sangat kecil (kurang dari 50) atau bahkan datar sama sekali. Pada Formasi Semilir di
13

sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum miring ke arah baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin disebabkan oleh sesar blok (anthithetic fault blocks; Bemmelen, 1949) atau sebab lain, misalnya pengkubahan (updoming) yang berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original dip) dari bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman Tersier (Bronto dan Hartono, 2001). Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan pola anthithetic fault blocks (van Bemmelen,1949). Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan setempat berarah timurlaut-baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai sesar geser mengkiri. Sesar ini berarah hampir utara-selatan dan memotong lipatan yang berarah timurlaut-baratdaya. Bronto dkk. (1998, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menginterpretasikan tanda-tanda sesar di sebelah selatan (K. Ngalang dan K. Putat) serta di sebelah timur (Dusun Jentir, tanjakan Sambeng) sebagai bagian dari longsoran besar (mega slumping) batuan gunungapi tipe Mt. St. Helens.Di sebelah barat K. Opak diduga dikontrol oleh sesar bawah permukaan yang berarah timurlaut-baratdaya dengan blok barat relatif turun terhadap blok barat. Struktur lipatan banyak terdapat di sebelah utara G. Panggung berupa sinklin dan antiklin. Tinggian batuan gunung berapi ini dengan tinggian G. Gajahmungkur di sebelah timurlautnya diantarai oleh sinklin yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur sinklin juga dijumpai di sebelah selatan, yaitu pada Formasi Kepek, dengan arah timurlaut-baratdaya 2.3.2 Pegunungan Selatan Bagian Timur Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian timur berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Struktur utama yang berkembang di Daerah Pegunungan Selatan Bagian Timur ini terutama adalah sesar yang berkembang di sepanjang Sungai Grindulu dan kemungkinan besar struktur inilah yang menimbulkan banyak dijumpai mineralisasi di daerah ini.

14

BAB III PEMBAHASAN 3. 1 STASIUN PENGAMATAN 1 Lokasi Pengamatan 1 I. Lokasi Lokasi berada pada koordinat Latitude S 744,898 3 dan Longitude E 110 37,939, terletak di Dukuh Koplak , Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. II. Morfologi

15

Daerah pada stasiun pengamatan ini merupakan daerah tinggian yang hingga kini masih terus mengalami pengangkatan. Sedangkan lokasi berupa daerah dataran akibat penambangan (anthropogenic) yang dikelilingi lereng dan bukit. Sebelah utara dan barat lokasi berbatasan dengan dataran, sebelah selatan merupakan daerah penambangan dan sebelah timur berbatasan dengan dataran tinggi. III. Litologi Singkapan memanjang dari arah barat ke timur dengan panjang kurang lebih 26 meter dan tinggi 4-6 meter. Tersusun atas batugamping. Batuan berwarna putih kecoklat-coklatan, ukuran butir pasir halus (1/4-1 mm), sortasi baik, kemas tertutup, bentuk butir rounded, struktur masif, komposisi terdiri dari mineral kalsit dan mineral karbonatan. Mineral Kalsit colorless, ukuran butir 1 mm, kilap kaca, bentuk kristalin, belahan tidak tampak, pecahan tidak rata, struktur masif, tekstur membutir, ketembusan cahaya opak, kelimpahan 5%. bereaksi dengan HCl. Mineral karbonatan berwarna putih kecoklat-coklatan, ukuran pasir halus dengan kelimpahan 95% .

Foto 1. Batugamping pada STA 1 LP 1

IV. Struktur Geologi Pada lokasi ini ditemukan adanya sesar yang memiliki kedudukan bidang N 90 E/ 48. Dan terdapat pula striasi pada sepanjang bidang sesar dengan kedudukan 27/ N 348 E dan 34/ N 33E.

16

Foto 2. Lokasi Pengukuran dan Pengamatan pada Bidang Sesar di STA 1 LP 1 (kamera menghadap ke arah Timur Laut) Pada bidang sesar ini terdapat beberapa komponen sesar diantaranya striasi, step, compresion shear fracture dan breksi sesar yang dapat memberikan informasi mengenai proses terbentuknya sesar.

Foto 3. Breksi Sesar pada STA 1 LP 1

Foto 4. Step yang Mencirikan Sesar Turun

Foto 5. Striasi atau Gores Garis V. Potensi Geologi

Foto 6. Compression Shear Fracture

Lokasi ini rawan terjadi gerakan massa karena kemiringan lereng yang terjal. Tetapi daerah ini berpotensi positif sebagai daerah penghasil material gamping.
17

Lokasi Pengamatan 2 I. Lokasi Lokasi ini terletak di Dukuh Koplak , Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten dengan koordinat Latitude S 744,898 3 dan Longitude E 11037,939. Di sebelah barat daya lokasi pengamatan 1. II. Morfologi Daerah pada stasiun pengamatan ini merupakan daerah tinggian yang hingga kini masih terus mengalami pengangkatan. Sedangkan lokasi ini berupa daerah lereng bukit yang curam yang telah dipengaruhi oleh kegiatan manusia (anthropogenic) berupa penambangan. Sebelah utara lokasi merupakan singkapan batu gamping yang merupakan bidang sesar, sebelah timur merupakan dataran, sebelah selatan merupakan daerah dataran akibat penambangan dan sebelah barat berbatasan dengan daratan tinggi.

Foto 7. Lokasi pengukuran dan pengamatan pada STA 1 LP 2 (kamera menghadap ke arah Selatan) III.Litologi Pada lokasi ini terdapat singkapan batugamping dengan deskripsi sebagai berikut : batugamping berwarna putih kecoklat-coklatan, ukuran butir pasir halus (1/4-1 mm), sortasi baik, kemas tertutup, bentuk butir rounded, struktur perlapisan, komposisi terdiri mineral karbonatan. Mineral karbonatan berwarna putih kecoklatcoklatan, ukuran pasir halus dengan kelimpahan 95% .

18

Foto 8. Batugamping berlapis

IV. Struktur Geologi Dalam singkapan ini terdapat pula rekahan yang terisi mineral kalsit dan membentuk urat kalsit dengan panjang 2-10cm. salah satu urat memiliki kedudukan N 284 E/ 33. Perlapisan memiliki kedudukan

Foto 9. Struktur Perlapisan pada Batugamping di STA 1 LP 2 (kamera menghadap ke arah Barat Daya) V. Potensi Geologi Potensi positif daerah ini adalah daerah penghasil batu gamping sedangkan potensi negatifnya rawan terjadi gerakan massa akibat kelerengan yang curam.

19

STASIUN PENGAMATAN 2 Lokasi Pengamatan 1 I. Lokasi Lokasi berada pada koordinat Latitude S 747,760 dan Longitude E 11038,746 dan terletak di Dusun Tanjung, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. II. Morfologi Daerah merupakan suatu tinggian pada kompleks pegunungan selatan. Lokasi pengamatan berada pada tepian sungai dengan arah aliran dari timur ke barat. Sebelah utara berbatasan dengan tubuh sungai dengan elevasi lebih rendah, sebelah timur berbatasan dengan dataran, sebelah barat berbatasan dengan bukit yang landai, dan sebelah selatan berbatasan dengan tebing kecil dan sungai.

Foto 10. STA 2 Lokasi Pengamatan 1 (kamera menghadap ke barat)

20

III. Litologi Lokasi ini merupakan singkapan batuan yang memanjang kurang lebih 14 meter dengan arah barat timur. Batuan berwarna hijau kebiru-biruan, ukuran butir ash (1/16-1/8 mm), sortasi baik, kemas tertutup, bentuk rounded, kondisi lapuk, struktur masif, komposisi mineral zeolit, mineral mafik. Nama batuan tersebut adalah tuf.

Foto 11. Tuf pada STA 2 LP 1 IV. Struktur Geologi Struktur pada lokasi ini berupa kekar gerus dan kekar tarik dengan kedudukan dan panjang sebagai berikut :

21

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Kedudukan N 265 E N 269 E N 275 E N 250 E N 332 E N 325 E N 321 E N 330 E N 214 E N 210 E N 208 E N 215 E N 212 E N 280 E N 285 E N 33 E N 215 E N 210 E N 213 E N 196 E N 208 E N 212 E N 200 E N 215 E

Panjang 106 cm 39 cm 55 cm 67 cm 35 cm 38 cm 41 cm 54 cm 545 cm 545 cm 156 cm 130 cm 116 cm 95 cm 247 cm 97 cm 148 cm 92 cm 38 cm 93 cm 29 cm 82 cm 168 cm 75 cm

No 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48.

Kedudukan N 270 E N 250 E N 261 E N 264 E N 255 E N 210 E N 204 E N 344 E N 334 E N 340 E N 211 E N 200 E N 219 E N 275 E N 215 E N 215 E N 211 E N 220 E N 355 E N 212 E N 348 E N 335 E N 217 E N 215 E

Panjang 64 cm 35 cm 165 cm 38 cm 30 cm 79 cm 136 cm 43 cm 81 cm 29 cm 156 cm 256 cm 79 cm 81 cm 33 cm 70 cm 126 cm 97 cm 19 cm 51 cm 62 cm 67 cm 43 cm 49 cm

Tabel 1. Data Kedudukan dan Panjang kekar pada STA 2 LP 1

\ Foto 12. Pengukuran Kekar- Kekar pada STA 2 LP 1 V. Potensi Geologi


22

Lokasi tersebut memiliki potensi positif sebagai lokasi penampungan dan penyaluran air , sehingga dapat dimanfaatkan sebagai irigasi. Jika debit air besar daerah tersebut rawan banjir karena tubuh sungai yang tidak terlalu lebar. Lokasi Pengamatan 2 I. Lokasi Koordinat Lokasi adalah Latitude S 747,760 dan Longitude E 11038,746. Lokasi berada di Dusun Tanjung, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Berjarak 10 meter di sebelah utara lokasi pengamatan 1. II. Morfologi Daerah merupakan suatu tinggian pada kompleks pegunungan selatan. Lokasi berada pada tepian sungai dengan arah aliran dari selatan ke utara. Sebelah utara berbatasan dengan tubuh sungai dengan elevasi lebih rendah, sebelah timur berbatasan dengan dataran, sebelah barat berbatasan dengan bukit yang landai, dan sebelah selatan berbatasan dengan tebing kecil dan sungai.

Foto 13. Lokasi Pengamatan 2 STA 2 III. Litologi Pada lokasi terdapat singkapan berupa zona-zona sesar dengan batuan penyusun yang cukup resisten. Singkapan memanjang kurang lebih 10 meter dari selatan ke utara. Batuan air berwarna coklat kehitam-hitaman karena lapuk, ukuran butir pasir (2 mm- 10 mm), sortasi baik, kemas tertutup, bentuk butir rounded. Komposisi material sedimen berukuran pasir. Nama batuannya adalah batupasir.

23

Foto 14. Batupasir pada STA 2 LP 2 IV. Struktur Geologi Lokasi ini merupakan zona sesar geser sinistral. Ditandai dengan adanya gores garis, tension gash dan struktur breksi sesar pada bidang sesarnya. Struktur breksi sesar memastikan bahwa bidang tersebut merupakan bidang sesar. Striasi atau gores garis menunjukkan arah pergeseran. Pada singkapan tersebut striasi relatif horisontal sehingga diperkirakan merupakan sesar geser. Kedudukan striasi adalah 26/N199 E. Pada lokasi ini terdapat dua bidang sesar yang memungkinkan untuk diamati, yaitu singkapan bagian barat dan singkapan bagian timur. Pada singkapan bagian barat terdapat beberapa tension gash, yang salah satunya memiliki kedudukan N 203 E / 80 sedangkan pada singakapan bagian timur tension memiliki kedudukan N190/85 Pada singkapan bagian barat sudut lancip tension gash menghadap ke utara. Dari kenampakan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa bidang sesar terbentuk oleh proses sesar geser dekstral. Meskipun secara regional sesar geser sinistral lebih dominan.

24

Foto 15. Striasi pada Singkapan Bagian Barat

Foto 16. Tension Gash pada singkapan Bagian Timur

V. Potensi Geologi Lokasi tersebut memiliki potensi positif sebagai lokasi penampungan dan penyaluran air , sehingga dapat dimanfaatkan sebagai irigasi atau sebagai sumber energi tenaga air. Jika debit air besar daerah tersebut rawan banjir karena tubuh sungai yang tidak terlalu lebar. Lokasi tersebut memiliki kelerengan yang terjal sehingga berpotensi untuk terjadi gerakan massa.

Lokasi Pengamatan 3 I. Lokasi Lokasi berada pada koordinat Latitude S 747,760 dan Longitude E 11038,746 dan terletak di Dusun Tanjung, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Berjarak 20 meter di sebelah utara lokasi pengamatan 2 koordinat Latitude S 747,760 dan Longitude E 11038,746. II. Morfologi Daerah merupakan suatu tinggian pada kompleks pegunungan selatan. Lokasi merupakan daerah tepian sungai berstadia muda dengan arah aliran selatan-utara. Di sebelah utara dan timur lokasi berbatasan dengan tebing sungai, sebelah selatan berbatasan dengan sungai yang landai, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan bukit. III. Litologi
25

Singkapan pada lokasi ini menunjukkan adanya 2 batuan yang memiliki resistensi berbeda sehingga, bagian atas yang memiliki butiran lebih kasar tampak lebih menonjol dibandingkan bagian bawah. Pada bagian atas berupa singkapan batupasir berwarna coklat kehitam-hitaman karena lapuk, ukuran butir pasir (2 mm10 mm), sortasi baik, kemas tertutup, bentuk butir rounded. Komposisi material sedimen berukuran pasir. Sedangkan pada bagian bawah merupakan singkapan tuf berwarna hijau kebiru-biruan, ukuran butir ash (1/16-1/8 mm), sortasi baik, kemas tertutup, bentuk rounded, kondisi lapuk, struktur masif, komposisi mineral zeolit, mineral mafik.

Foto 17. Kontak Batuan antara Batupasir (atas) dan Tuf (bawah) (kamera menghadap selatan) IV. Struktur Geologi Pada lokasi ini terdapat kekar-kekar yang arahnya relatif sama dengan kekar pada lokasi pengamatan 1. Sehingga dapat disimpulkan lokasi pengamatan 3 memiliki korelasi dengan lokasi pengamatan 1. Kenampakan kekar pada tuf lebih melimpah dibandingkan pada batupasir. Hal ini disebabkan karena semakin kasar ukuran butir maka semakin tahan terhadap gaya kompresi yang membentuk kekar. Beberapa kedudukan kekar pada lokasi 3 diantaranya 15/N 160 E, 9 /N 73 E, 16/N 68 E. V. Potensi Geologi Lokasi tersebut memiliki potensi positif sebagai lokasi penampungan dan penyaluran air , sehingga dapat dimanfaatkan sebagai irigasi atau sebagai sumber
26

energi tenaga air. Jika debit air besar daerah tersebut rawan banjir karena tubuh sungai yang tidak terlalu lebar. Lokasi tersebut memiliki kelerengan yang terjal sehingga berpotensi untuk terjadi gerakan massa.

STASIUN PENGAMATAN 3 Lokasi Pengamatan 1 I. Lokasi Stasiun Pengamatan berada pada daerah Jokotuo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. II. Morfologi Daerah merupakan suatu tinggian pada kompleks pegunungan selatan. Lokasi berada pada daerah lereng bukit yang telah mengalami pelapukan intensif. Ditandai dengan banyaknya pecahan-pecahan batuan di sekitar lereng. Lokasi tersebut dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam.

Foto 18. Bidang Sesar pada STA 3 (kamera menghadap ke arah Barat) III. Litologi Lokasi ini merupakan bagian dari formasi basement metamorfik yang tersingkap kurang lebih dengan tinggi 18 meter dan panjang 20 meter. Memiliki 2 jenis batuan, diantaranya :
27

Batuan berwarna putih(segar) dan coklat (lapuk), tekstur nonfoliasi hornfelsik, struktur granuloblastik, komposisi mineral kalsit dan sedikit kuarsa. Batuan bernama batu marmer

Foto 19. Batu Marmer pada STA 3 Batuan berwarna coklat dengan kondisi lapuk, tekstur foliasi schistosic, struktur lepidoblastik, komposisi mineral mika dan mineral-mineral berukuran lempung. Batuan bernama sekis.

Foto 20. Sekis pada STA 3 IV. Struktur Geologi Pada lokasi ini terdapat bidang sesar dengan strike Selatan-Utara (tidak diukur kedudukannya). Pada bidang sesar terdapat gores garis dengan kedudukan 15/N325E, terdapat pula tension gash.

28

Foto 21. Tension Gash pada STA 3 LP 1 V. Potensi Geologi Lokasi ini berpotensi sebagai penghasil marmer. Tetapi karena kemiringan lereng yang terjal lokasi ini rawan terjadi longsor.

BAB IV KESIMPULAN

Kesimpulan Fieldtrip Geologi struktur ini, kami mengamati dan mendeskiripsikan lokasi, morfologi, litologi, struktur geologi dan juga mengamati potensi positif dan negatifnya suatu kenampakan geologi. Pada Daerah fieldtrip kali ini baik pada stasiun pengamatan 1 hingga stasiun pengamatan 3 merupakan satuan perbukitan struktural. Litologi yang umum dijumpai
29

pada fieldtrip ini adalah batuan Metamorf yaitu marmer dan sekis, batuan sedimen yaitu batu gamping, batupasir, dan tuf. Dan yang terpenting adalah kenampakan struktur geologi pada masing-masing lokasi, berupa sesar geser sinistral maupun dekstral dan kekar. Terdapat pula komponen sesar, seperti gores garis atau striasi, step, stirolite, tension gash maupun compression shear fracture.

DAFTAR PUSTAKA
Porter, Stephen C. and Brian J. Skinner. 1987. Physical Geology. John Wiley and Sons. New York.

Soetoto. 1955. Geologi. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Staf Asisten, 2009, Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur, Jurusan Teknik

Geologi FT UGM, Yogyakarta


Van Bemmelen, R.W..1970. The Geology of Indonesia, volume 1. A.Haque.

30

Netherlands.

http://ptbudie.wordpress.com/2009/01/03/pegunungan-selatan/ http://www.bayat.com/index.php/stratigrafiregional

LAMPIRAN

31

32

Anda mungkin juga menyukai