Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi dominan sektor pertanian khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan. Secara garis besar kebijakan pembangunan pertanian diperioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian. Salah satunya adalah program ketahanan pangan. Ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, minimal dalam tiga hal. Pertama, akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia. Kedua adalah pangan memiliki peranan penting dalam pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Ketiga, ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di dalam negeri dari produksi pangan nasional. Disamping itu, program tersebut juga diarahkan pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi pangan; menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan 1

beragam (diversifikasi pangan), aman, dan halal di setiap daerah setiap saat; dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan. Diversifikasi pangan pada dasarnya mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Dari aspek produksi, diversifikasi berarti

penganekaragaman komoditas pangan dalam pemanfaatan sumberdaya, pengusahaan maupun pengembangan produk (diversifikasi horizontal dan vertikal). Diversifikasi pangan dari aspek konsumsi mencakup perilaku yang didasari pertimbangan ekonomis (pendapatan dan harga komoditas) dan non ekonomis (selera, kebiasaan, dan pengetahuan). Diversifikasi pangan dan pola konsumsi ini secara dinamis mengalami perubahan. Jadi, diversifikasi pangan selain merupakan upaya mengurangi ketergantungan pada beras, juga penganekaragaman dari beras ke sumber kalori dan protein lainnya yang lebih berkualitas (Darmawati, 1998). Arifin (2001) menyatakan bahwa ketersediaan dan kecukupan pangan juga mencakup kuantitas dan kualitas bahan pangan agar setiap individu dapat terpenuhi standar kebutuhan kalori dan energi untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui produksi sendiri dengan cara memanfaatkan dan alokasi sumberdaya alam, manajemen dan pengembangan sumberdaya manusia, serta aplikasi dan penguasaan teknologi yang optimal. Di Provinsi Bali, penyediaan pangan melalui peningkatan produksi terkait dengan kebutuhan konsumsi pangan dan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2009, produksi padi mencapai 878.764 ton gabah kering giling (gkg). Dengan asumsi jumlah proyeksi penduduk Bali tahun 2009 mencapai 3.551.000 jiwa dan

rata-rata tingkat konsumsi 247,47 kg per kapita per tahun maka total kebutuhan konsumsi penduduk Bali mencapai 410.780 ton beras (Anonim, 2010a). Upaya-upaya peningkatan produksi pangan di Bali terus dilakukan, tetapi terbentur pada kendala semakin berkurangnya luas areal sawah produktif sebagai akibat adanya alih fungsi lahan sawah ke bukan lahan sawah. Sesuai data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, selama periode waktu tahun 2001 hingga tahun 2009, total luas lahan sawah telah mengalami penurunan sekitar 2.929 ha (3,45%), yaitu dari 84.860 ha menjadi 81.931 ha. Rata-rata penyusutan per tahun mencapai 366,13 ha. Fenomena ini muncul seiring makin tinggi dan bertambahnya tekanan kebutuhan dan permintaan terhadap lahan, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor non pertanian akibat pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan. Salah satu usaha untuk mendukung program peningkatan produksi pangan adalah melalui diversifikasi usahatani yang merupakan salah satu program pokok pembangunan pertanian. Program pengembangan diversifikasi usahatani di lahan sawah dikaitkan dengan upaya peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan, merupakan salah satu pilihan strategi yang tepat. Strategi diversifikasi usahatani pada dasarnya adalah optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, dan modal). Pemanfaatan lahan sawah di Bali pada tahun 2009 dengan luas lahan sawah 81.931 ha, selain untuk usahatani padi juga dilakukan diversifikasi usahatani seperti usahatani jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar (Anonim, 2010a). Produktivitas dari masing-masing komoditas seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Produktivitas Tanaman Padi Sawah dan Palawija di Bali Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jenis komoditi Padi Sawah Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Luas panen (ha) 149.269 32.305 9.378 11.902 1.181 11.088 6.285 Produksi (ton) 876.692 92.998 13.521 15.583 1.134 171.456 78.984 Produktivitas (kw/ha) 58,73 28,79 14,42 13,09 9,60 154,63 125,67

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2010

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa padi menyumbang produksi terbesar yaitu 876.692 ton, kemudian berturut-turut produksi ubi kayu 171.456 ton, jagung 92.998 ton, ubi jalar 78.984 ton, kacang tanah 15.583 ton, kedelai 13.521 ton, dan kacang hijau 1.134 ton. Hal ini menunjukkan bahwa padi masih menjadi komoditas utama pada produksi lahan sawah. Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali merupakan pusat berbagai kegiatan perekonomian. Berkembangnya kegiatan perekonomian menuntut adanya peningkatan penggunaan lahan untuk dapat mewadahi segala aktivitas mereka, sehingga tekanan alih fungsi lahan tidak dapat dihindari. Luas lahan sawah di Kota Denpasar dalam kurun waktu lima tahun, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 telah terjadi penyusutan seluas 85 ha (3,13%), yaitu dari 2.717 ha menjadi 2.632 ha, atau rata-rata mengalami penyusutan per tahun mencapai 21,25 ha. Walaupun terjadi alih fungsi lahan yang cukup tinggi, sumber daya lahan sawah masih berpotensi untuk pengembangan pertanian. Hal ini ditunjukkan dari adanya sumbangan sektor pertanian sebesar 6,75% terhadap PDRB Kota Denpasar berdasarkan harga berlaku tahun 2009, dimana tanaman bahan makanan

menyumbang sebesar 1,35%, peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 4,67%, dan perikanan sebesar 0,73% (Anonim, 2010b). Dengan adanya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Denpasar menunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan sandaran bagi perekonomian Kota Denpasar. Pemanfaatan lahan sawah di Kota Denpasar pada tahun 2010 dengan luas lahan sawah 2.632 ha, selain untuk usahatani padi juga diusahakan usahatani seperti usahatani jagung, kedelai, kacang tanah, sayur hijau, kangkung, bayam dan semangka (Anonim, 2011). Produktivitas dari masing-masing komoditas seperti pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Produktivitas Tanaman Padi Sawah, Palawija dan Hortikultura di Kota Denpasar Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jenis komoditi Padi Sawah Jagung Kedelai Kacang Tanah Sayur Hijau Kangkung Bayam Semangka Luas panen (ha) 4.952 671 276 5 360 284 140 50 Produksi (ton) 32.104 12.730 451 8 6.202 6.000 822 10 Produktivitas (kw/ha) 64,83 189,72 16,34 16,0 172,28 211,27 58,71 2,00

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar, 2011

Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa padi menyumbang produksi terbesar yaitu 32.104 ton, kemudian berturut-turut jagung 12.730 ton, sayur hijau 6.202 ton, kangkung 6.000 ton, bayam 822 ton, kedelai 451 ton, semangka 10 ton dan kacang tanah delapan ton. Hal ini menunjukkan bahwa padi masih menjadi komoditas utama pada produksi lahan sawah.

Dengan potensi sumberdaya lahan sawah yang ada di Kota Denpasar, dalam mengusahakan usahataninya, petani tidak hanya mengusahakan satu komoditas saja (padi) pada lahan usahataninya, melainkan beberapa komoditas yang diusahakan secara diversifikasi dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan dari kegiatan usahataninya. Selain itu, pengusahaan usahatani secara diversifikasi untuk dapat memanfaatkan tenaga kerja keluarga secara optimal. Komoditas yang banyak diusahakan petani secara diversifikasi adalah kedelai, sayuran, bunga teratai dan ikan lele. Komoditas ini diusahakan petani dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan permintaan pasar. Selain diversifikasi usahatani tanaman, petani di Kota Denpasar juga melakukan diversifikasi dengan usaha ikan lele. Pengembangan usaha ikan lele ini sangat cocok diusahakan di Kota Denpasar karena selain tidak membutuhkan lahan yang luas juga sangat efisien dalam penggunaan air dengan teknologi ramah lingkungan. Disamping itu kebutuhan konsumsi ikan di Kota Denpasar juga terus meningkat seiring dengan berkembangnya rumah makan, lesehan/warung tenda yang menyediakan ikan sebagai menu utama dan mempunyai pasar yang cukup baik. Berbagai gambaran permasalahan yang dihadapi dalam usahatani terjadi pada petani di Kota Denpasar dalam menjalankan usahataninya. Petani di lahan sawah menghadapi beberapa permasalahan pokok usahatani antara lain: (1) penguasaan lahan yang sempit dan tersebar, yaitu rata-rata < 0,5 ha per petani karena peningkatan jumlah penduduk, pewarisan lahan, dan kegiatan pembangunan, (2) beban tenaga kerja di sektor pertanian masih cukup besar, (3) penurunan kuantitas dan kualitas sumber daya alam, khususnya tanah dan air, (4) rendahnya tingkat penyebaran dan

penyerapan ilmu dan teknologi, (5) terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pertanian, dan (6) petani menghadapi kendala teknis, sosial, dan ekonomi untuk mengembangkan komoditas non padi yang lebih menguntungkan. Pada umumnya kegiatan usahatani dilaksanakan dalam skala kecil, akibatnya pendapatan rendah, hanya dapat dipergunakan untuk membiayai hidupnya, sehingga akan mengalami kesulitan untuk dapat mengembangkan (Anonim, 2011). Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam kegiatan usahatani adalah luas garapan, sarana produksi, dan tenaga kerja. Disamping itu, modal adalah merupakan faktor pembatas dalam kegiatan usahatani sehingga untuk lebih menjamin keberhasilan usahataninya, petani di Kota Denpasar melaksanakan diversifikasi usahatani. Untuk memperoleh hasil yang optimal pada usahatani terdiversifikasi sehingga diperoleh keuntungan maksimal, maka perlu dilakukan pengelolaan atau manajemen terhadap faktor-faktor produksi yang berpengaruh dengan berbagai karakter keterbatasan masing-masing melalui penyusunan kombinasi dari masingmasing faktor produksi. Penyusunan dari berbagai faktor produksi tersebut akan menghasilkan berbagai kemungkinan/alternatif kombinasi yang dapat dilaksanakan. Keseluruhan kombinasi tersebut, salah satunya tentu merupakan alternatif terbaik yang akan memberikan hasil optimal. Kegiatan diversifikasi diharapkan dapat memberikan kenaikan pendapatan yang diperoleh dari adanya keanekaragaman hasil usaha, sekaligus juga dapat memanfaatkan tenaga kerja seoptimal mungkin. Diversifikasi usahatani yang dilaksanakan diharapkan juga dapat memenuhi ketersediaan berbagai komoditas

pangan lokal (diversifikasi pangan) berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitifnya, efektivitas dan efisiensi distribusi pangan. Sampai saat ini kajian mengenai pemanfaatan lahan sawah untuk usahatani terdiversifikasi di Kota Denpasar belum pernah dilakukan, sehingga penelitian untuk mengetahui pendapatan pada usahatani terdiversifikasi dan mengetahui tingkat optimal pemanfaatan lahan sawah dan input lainnya untuk usahatani terdiversifikasi di Kota Denpasar perlu dilakukan.

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka perlu suatu optimalisasi

sistem usahatani terdiversifikasi untuk memaksimalkan pendapatan usahatani di Kota Denpasar, dengan melihat permasalahan sebagai berikut. 1. Berapakah pendapatan usahatani terdiversifikasi pada kondisi aktual

di Kota Denpasar? 2. Apakah pemanfaatan lahan sawah dan input lainnya untuk usahatani terdiversifikasi sudah optimal di Kota Denpasar?

1.3

Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut. 1. Menganalisis pendapatan usahatani terdiversifikasi pada kondisi aktual di Kota Denpasar. 2. Menganalisis tingkat optimal pemanfaatan lahan sawah dan input lainnya di Kota Denpasar.

1.4

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dalam mengusahakan usahataninya untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal sehingga nantinya mampu meningkatkan pendapatan. 2. Sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan bagi para eksekutif, mengenai optimalisasi sistem usahatani terdiversifikasi dalam upaya memaksimalkan pendapatan usahatani di Kota Denpasar. 3. Bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan yang terkait dengan optimalisasi sistem usahatani terdiversifikasi.

1.5

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan sebatas pada kajian untuk mengetahui optimalisasi

sistem usahatani terdiversifikasi di Kota Denpasar sehingga dapat memaksimalkan pendapatan usahatani. Model yang dibangun berdasarkan parameter-parameter yang didapatkan dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder satu tahun terakhir.

10

Anda mungkin juga menyukai