Anda di halaman 1dari 15

HEMOROID

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari flexus hemoroidalis. Di bawah atau di luar linea dentate pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Biasanya struktur anatomis anal canal masih normal.

KLASIFIKASI

Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letak pelebaran vena. Hemoroid interna dapat dibagi berdasarkan gambaran klinis atas: a. Derajat I : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop. b. Derajat II : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri kedalam anus secara spontan c. Derajat III : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari d. Derajat IV : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infrak.

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah. Hemoroid interna merupakan varises dari v. hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna dari v. hemoroidalis inferior. Ada pula yang disebut dengan tipe campuran antara hemoroid interna dan eksterna

Gambar 3.2. Hemoroid interna dan eksterna

EPIDEMIOLOGI

Hemoroid yang menimbulkan gejala terdapat pada 4% populasi, dan dapat terjadi pada segala usia, namun tertinggi pada kelompok usia 46-65 tahun. Wanita lebih sering menderita hemoroid dikarenakan faktor kehamilan, namun bila faktor kehamilan disingkirkan, maka tidak ada perbedaan jumlah. Sepertiga dari penduduk Amerika Serikat (2002) pada kelompok usia tersebut memiliki mengalami penyakit hemoroid dengan simptom, dan membutuhkan penanganan medis. Pada usia diatas 50 tahun, di Amerika Serikat (2009) 30% memiliki gejala perdarahan dari anus tanpa nyeri, perasaan tidak nyaman dan gatal pada daerah anus, yang merupakan gejala paling umum dari hemoroid interna

ETIOLOGI

Penyebab utama dari hemoroid adalah keadaan peningkatan tekanan pada daerah anorektal berulang atau lama, yang menyebabkan peregangan vena lalu mengakibatkan bendungan. Lebih dari 40% kasus diakibatkan oleh konstipasi lama dan feses yang keras. Selain itu terdapat beberapa penyakit yang memiliki hemoroid sebagai penyerta, antara lain inflammatory bowel disease, kolitis ulseratif, dan penyakit Chron.

FAKTOR RESIKO

1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya. 2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis. 3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis 4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid. 5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada waktu defekasi. 6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi hormone relaksin. 7. Keadaan khusus: bendungan (hipertensi) pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis hepatis 8. Pola makan : makanan rendah serat dan kurangnya asupan air.

PATOFISIOLOGI

Jaringan hemoroid normal dapat ditemukan di bagian distal dari rektum dalam kanalis analis. Jaringan ini terdiri dari jaringan ikat dan vaskularisasi yang biasanya terdapat di bagian anterolateral dan posterolateral kanan, juga di bagian lateral kiri. Patofisiologi secara singkat pada penjelasan faktor resiko. Penyebab utama merupakan konsistensi feses yang keras dan konstipasi, sehingga dibutuhkan mengedan saat defekasi. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat mengedan yang menekan daerah anorektal terlalu sering dan lama atau kebiasaan mengangkat benda berat, akan mengganggu aliran balik vena, selanjutnya akan menyebabkan vena pada pleksus hemoroidalis berdilatasi dan menonjol ke dalam lumen ataupun kulit luar anus. Gangguan aliran darah vena juga terjadi akibat pengaruh gravitasi seperti pada orang yang duduk terlalu lama di toilet dan pekerjaan yang memposisikan tubuh untuk duduk lama.

Pada kehamilan, diproduksinya hormon relaksin, memberikan pengaruh pada vena untuk berdilatasi, dan penekan uterus pada rektum juga mengakibatkan dibutuhkannya mengedan pada saat defekasi. Pada saat kelahiran, dapat terjadi perlukaan dan tekanan besar pada pembuluh darah rektum, sehingga nantinya akan mengakibatkan hemoroid. Hemoroid interna merupakan pelebaran vena di atas linea dentata yang tidak dipersarafi oleh saraf somatik, sehingga tidak menyebabkan nyeri, sehingga hanya dirasakan oleh pasien sebagai perasaan tidak nyaman. Terjadi perdarahan merupakan keluhan yang paling sering dilaporkan, dan prolaps hingga ke bagian luar anus. Daerah prolaps menjadi tempat penumpukan iritan (salah satunya akibat mukus/lendir), sehingga dapat menimbulkan gatal (priritus ani). Perdarahan yang khas adalah perdarahan yang terpisah dari feses, tidak tercampur dan sering disertai dengan lendir. Lendir (mukus) berasal dari sel goblet yang banyak terdapat pada mukosa rektum yang berfungsi sebagai pelumas. Terdapat lendir atau bercak feses pada pakaian dalam dapat menjadi salah satu tanda prolaps yang menetap. Apabila prolaps kian jauh dan terjepit oleh kompleks otot sfingter, maka dapat terjadi inkarserasi, lalu mengalami stranggulasi bahkan nekrosis. Apabila terjadi stranggulasi dan nekrosis, maka akan menyebabkan rasa nyeri. Pada keadaan khusus namun jarang terjadi, dapat terjadi trombosis akut, dan rasa nyeri dirasakan hebat. Hemoroid eksterna menyebabkan nyeri karena strukturnya yang diinervasi oleh saraf somatik, terutama pada keadaan akut trombosis. Hal ini terjadi akibat penekanan saraf oleh bekuan darah dan edema. Nyeri akan terasa menghilang selama 7-14 hari, saat bekuan darah juga mengalami resolusi. Namun resolusi tidak diikuti dengan perbaikan kulit, sehingga terdapat kulit yang berlebih atau yang umum disebut dengan skin tag. Lalu dapat terjadi trombosis berulang, dan biasanya terdapat pada tempat yang sama (vena pada daerah tersebut telah mengalami perubahan dari kejadian sebelumnya, sehingga mudah terjadi trombosis) dan terjadi perdarahan. Selain itu, skin tag akan menyebabkan masalah higienitas, dapat terjadi gatal ataupun keluhan yang lain.

MANIFESTASI KLINIS Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakn ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.

DIAGNOSIS

Dari anamnesis untuk hemoroid interna dapat didapatkan keluhan rasa tidak nyaman, gatal dan terdapatnya darah merah segar yang terpisah dari feses pada saat defekasi, dapat berupa garis pada feses, ataupun bercak pada tissue toilet, dan jarang sekali didapatkan keluhan nyeri. Derajat hemoroid didapatkan dari penjelasan apakah ada benjolan yang dapat masuk sendiri, perlu didorong jari, atau bahkan tidak dapat masuk sama sekali. Pada hemoroid eksterna rasa nyeri lebih umum dikeluhkan karena struktur kulit yang peka terhadap rangsang nyeri. Ditanyakan pula tentang riwayat kebiasaan, seperti mengejan, konstipasi, makanan rendah serat, kurang asupan air

putih, kehamilan, riwayat penyakit yang mungkin diderita yang berkaitan dengan hemoroid, seperti sirosis hepatis. Pemeriksaan fisik melalui inspeksi dapat ditemukan tonjolan lunak pada anus pada hemoroid eksterna, dan juga pada hemoroid interna yang mengalami prolaps Pada hemoroid yang mengalami trombosis, maka warna tonjolan terlihat ungu kebiruan, tampak tegang, dan ukuran garis tengah biasanya beberap milimeter hingga 1-2 cm. Hemoroid interna yang prolaps tidak terlalu jauh, maka pasien diminta mengedan, maka akan terlihat masa hemoroid yang diliputi mukus. Palpasi, pada palpasi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan Rectal Toucher (RT). Perhatikan nyeri yang ditimbulkan pada saat disentuh, fissura ani, lalu lebih dalam untuk merasakan massa atau luka pada kanalis analis dan mengidentifikasinya untuk membantu menyingkirkan diagnosis banding. Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar terutama pada arah jam 3, 7, dan 11, yaitu lateral kiri, anterolateral dan posterolateral kanan. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan tambahan mempergunakan alat tambahan seperti anoskopi dan proktosigmoidoskopi. Bahkan dapat diperlukan pemeriksaan endoskopi apabila ada kecurigaan perdarahan berasal dari saluran cerna bagian atas. Dengan anoskopi dapat dilihat hemoroid interna. Penderita dalam posisi litotomi. Anaskopi dengan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop. Bila perlu penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesar-besarnya. Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi (rektum/sigmoid), karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Pemeriksaan penunjang lain antara lain pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kemungkinan anemia sekunder, dan pemeriksaan feses untuk mendeteksi darah samar.

PENATALAKSANAAN

Terapi medika mentosa dapat diberikan pelunak feses, seperti psyllium. Edukasi dan terapi pelunak feses berespon sangat baik pada hemoroid derajat I dan II. Untuk mengurangi simptom dapat dilakukan berendam dengan air hangat selam kurang lebih 10 menit. Tersedia beberapa jenis medikamentosa yang dapat membantu para penderita hemoroid, jenis obat-obatan ini dapat membantu untuk meringankan gejala dari pasien, antara lain: a. Anestesi lokal Dapat mengurangi rasa sakit, rasa terbakar dan gatal. Pemakaian terbatas pada area perianal dan kanalis analis bawah. Hati-hati pada pemakaian karena dapat menyebabkan reaksi alergi, sehingga apabila keluhan memberat, segera hentikan. Jenis yang dapat diberikan antara lain: Benzokain 5-20%, Benzyl alkohol 5-20%, Dibucain 0,25-1%

(Nupercainol), dan Lidocaine 2-5% b. Vasokonstriktor Jenis yang digunakan adalah vasokonstriktor dengan epinefrin.

Diaplikasikan pada anus, lalu membuat pembuluh darah mengecil dan mengurangi edema. Contoh: Efedrin sulfat 0,1-1,25%, phenylephrine 0,25% (Medicone supp, Rectacaine), Epinefrin 0,005-0,01% c. Protektan Menciptakan barrier pada kulit yang mengalami lesi sehingga dapat mengurangi iritasi, rasa sakit dan gatal. Beberapa jenis yang sering digunakan: gel alumunium hidroksida, gliserin, kaolin, lanolin, petrolatum putih, dan calamine dengan konsentrasi maksimal 25% d. Astringent Memebantu membuat koagulasi protein pada kulit yang teriritasi, sehingga memicu pengeringan yang akan mengurangi gatal dan rasa sakit. Contoh yang sering digunakan: Calamine 5-25%, witch hazel 10-50% dan zinc oksida 5-25% e. Antiseptik Dapat membantu membunuh bakteri dan mikroorganisme lain, sehingga akan menghindarkan infeksi yang akan memperburuk keadaan. Dapat

digunakan pilihan seperti asam borat, phenol, resolsinol, hydrastis, dan cetylpyridinum chloride. f. Keratolitik Membantu disintegrasi dari permukaan luar kulit sehingga obat lain dapat terserap lebih baik. Keratolitik yang sering digunakan: Alumunium hidroksi alantoin (alcloxa) 0,2-2% dan resorsinol 1-3% g. Kortikosteroid Dapat mengurangi radang namun pemakaian dibatasi hanya menggunakan dosis kecil, dengan jangka waktu maksimal selama 2 minggu.

Kegagalan terapi melalui edukasi dan medika mentosa merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan mekanis, namun sangat jarang dibutuhkan tindakan khusus pada hemoroid derajat II. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: a. Ligasi elastik

Gambar Ligasi rubber band Dilakukan pada hemoroid derajat I atau II yang sangat efektif untuk mencegah perdarahan dan prolaps. Ligasi (teknik Baron) dilakukan pada 1-2 cm di atas linea dentata. Jaringan dijepit atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus, lalu gelang karet didorong dari ligator pada basal jaringan pleksus hemoroidalis dengan rapat. Selanjutnya jaringan akan iskemi, nekrosis,

terlepas, dan meninggalkan jaringan parut yang dapat mencegah prolaps ataupun perdarahan selanjutnya. Pengikatan hanya dilakukan pada satu pleksus, dan dapat diulang pada 2-4 minggu berikutnya. Dapat dilakukan pengikatan 3 pleksus sekaligus namun harus dengan anestesi lokal. Jaringan akan nekrosis dan lepas dalam waktu 7-10 hari, perdarahan dapat timbul,

namun sedikit, dikarenakan mungkin terjadi perdarahan, maka sebaiknya hindari pemberian OAINS dan asetosal. Hindari meletakkan karet pada zona transisi (mukokutan) karena innervasi yang kaya, sehingga dapat menyebabkan nyeri, juga tidak meletakkan karet pada m.sphincter interna secara dalam, karena spasme berat dapat terjadi dan mengakibatkan retensi urin. Sepsis dapat terjadi, biasanya terjadi pada pasien immunokompromais, pasien dengan abnormalitas lantai panggul, dan ligasi yang tebal. Komplikasi menjadi mengancam nyawa apabila ada nyeri hebat, demam, dan retensi urin dalam selang waktu 12 jam setelah tindakan. Retensi urin terjadi pada 1% kasus ligasi tunggal, dan 10-20% pada ligasi multiple. Pasien harus dirawat, diberikan antibiotik intravena spektrum luas dan pengangkatan ligasi.

b. Fotokoagulasi (IRC= Infra Red Coagulation) Mempergunakan panas untuk melakukan proses nekrosis dan fibrosis. Hasil yang diperoleh sama dengan ligasi, namun dioakai hanya untuk area kecil, untuk area besar, diperlukan tatalaksana lain.

c. Sklerosis Fenol 5% dicampur dengan minyak almon digunakan untuk teknik sklerosis, dilakukan untuk menghentikan perdarahan pada hemoroid derajat I dan II. Dengan jarum spinal, cairan diinjeksi ke bagian submukosa dari pleksus hemoroidalis untuk menimbulkan bleb mukosa. Komplikasi yang dapat timbul antara lain reaksi alergi, infeksi, dan prostatitis.

d. Cryosurgery dan Direct Current Coagulation Dilakukan koagulasi dengan pemekuan menggunakan cairan nitrogen ataupun karbon dioksida. Setiap tempat dilakukan selama 10 menit. Namun para ahli banyak yang tidak melakukan karena tidak dapat menentukan kedalaman pembekuan dan pasien sering mengeluhkan BAB banyak dengan dengan cairan seropurulen dengan bau tidak enak.

e. Eksisional Hemoroidektomi Dibatasi dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV yang tidak dapat diberikan terapi rawat jalan, hemoroid tipe gabungan yang melibatkan komponen anoderm sehingga tak mungkin di ligasi, hemoroid dengan trombosis akut, inkarserasi, dan ancaman gangren. Pasien dengan terapi antikoagulan juga sebaiknya dilakukan hemoroidektomi daripada ligasi, karena ancaman perdarahan saat jaringan nekrotik lepas. Prinsipnya adalah eksisi hanya pada jaringan yang berlebihan. Teknik dapat bermacam-macam, antara lain dengan laser, scalpel, gunting ataupun cauter. Komplikasi 10-50% dapat terjadi retensi urin, kejadian ini dapat dengan cara meminimalisir jumlah cairan IV yang masuk selama operasi. Hal lain yang mungkin timbul adalah nyeri, perdarahan, infeksi, impaksi feses, dan cedera sfingter. Untuk itu pasien diberikan analgetik yang sesuai dan hindari mengejan. Perdarahan yang banyak harus diatasi dengan visualisasi, kauter ataupun penjahitan dengan anestesi (biasanya digunakan anestesi spinal ataupun epidural). Stenosis anal menjadi komplikasi jangka panjang akibat insisi sirkumferensial pada anoderm dan linea dentata. Trombosis akut dan inkarserasi dari hemoroid tipe gabungan dapat ditatalaksana dengan bedrest, pelunak feses dengan atau tanpa

hemoroidektomi, dan injeksi lokal anestesi untuk mengurangi edema pada rektum. Hemoroidektomi konvensional saat ini dikenal 3 tipe: 1. Teknik Milligan Morgan (Open hemorrhoidectomy)

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena

dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan. 2. Teknik Whitehead Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali. 3. Teknik Langenbeck. Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.

Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani harus benar-benar lumpuh. 4. Teknik Ferguson (Close hemorrhoidectomy) Dilakukan pengangkatan semua piles primer seperti padda teknik Millian Morgan, namun semua luka dijahit lengkap.

f. Eksisi hemoroid eksterna yang mengalami trombosis Pasien dengan trombosis akut dari hemoroid eksterna dapat ditindak lanjuti dengan eksisi pada jaringan yang mengalami trombosis. Dilakukan dengan anestesi lokal dan biasanya luka dibiarkan terbuka.

g. Bedah Stapler Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan

ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya. Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu : 1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan dinding rektum. 2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang 3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan 4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

KOMPLIKASI Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi gangren, hilangnya jaringan, serta infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

PENCEGAHAN

Pencegahan dilakukan dengan meminimalisir penyebab utama, yaitu konstipasi dan defekasi yang keras. Sehingga diperlukan diet tinggi serat, meminum air putih paling sedikit 8 gelas per hari, hindari duduk di toilet terlalu lama, ataupun lakukan gerakan lain disela-sela pekerjaan dalam posisi duduk lama, dan langsung melakukan proses defekasi segera saat rangsangan mulai muncul.

PROGNOSIS

1. Ad vitam: bonam 2. Ad functionam: dubia ad bonam 3. Ad sanasionam: dubia ad bonam Prognosis didasarkan bahwa hampir seluruh kasus hemoroid tidak mengancam keselamatan, sedangkan fungsi dan kekambuhan bergantung dari edukasi dan tindakan oleh ahli yang sebagian besar memberi hasil yang baik.

PENANGANAN GIZI
Defekasi yang lama, baik karena konstipasi atau diare akan mengakibatkan terjadinya hemoroid. Oleh karena itu, tujuan utama terapi hemoroid adalah meminimalisir mengerasnya feses dan mengurangi mengejan saat defekasi. Ini biasanya dapat dicapai dengan menambah jumlah cairan dan serat pada makanan sehari-hari. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat tidak larut sebanyak 25-30 gram per hari Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberi makanan sesuai dengan kebutuhan gizi sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi dapat berjalan normal sehingga dapat mencegah obstipasi, hemoroid, dan diverticulosis. Syarat-syarat diet serat tinggi adalah energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas. Karbohidrat, protein, dan lemak cukup. Vitamin dan mineral tinggi terutama vitamin B untuk membantu memperkuat saluran otot cerna. Cairan tinggi untuk

memperlancar defekasi. Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang peristaltik usus. Serat biasanya di klasifikasikan ke dalam dua kategori, antara lain : 1. Serat yang tidak larut dalam air Jenis serat ini menunjang gerakan makanan melalui sistem pencernaan dan meningkatkan curah feses, sehingga dapat bermanfaat bagi mereka yang serih mengalami sembelit atau buang air besar dengan tidak teratur. Tepung gandum utuh, kacang-kacangan, dan banyak sayuran lain merupakan sumber yang baik dari serat ini.

2. Serat yang larur dalam air Jenis serat ini dapat membentuk materi seperti gel. Jenis serat ini juga dapat membantu menurunkan kolesterol darah dan kadar glukosa. Serat larut air dapat di temukan dalam gandum, kacang polong, kacang, apel, buah jeruk, dan wortel.

Diet tinggi serat memiliki banyak manfaat seperti di kutip dari Mayoclinic, antara lain: 1. Menormalkan gerakan usus 2. Membantu menjaga kesehatan usus 3. Menurunkan kadar kolesterol darah 4. Membantu mengontrol kadar gula darah 5. Membatu dalam penurunan berat badan

Kebutuhan serat pada seseorang dapat di bagi berdasarkan usia dan jenis kelamin, antara lain: 1. Pria dengan usia kurang dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang lebih 38 gram 2. Pria dengan usia kurang dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang lebih 30 gram 3. Wanita dengan usia kurang dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang lebih 25 gram 4. Wanita dengan usia lebih dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang lebih 21 gram

DIET TINGGI SERAT

Tujuan diet Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberi makanan sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi berjalan normal.

Syarat Diet Syarat-syarat Diet Serat Tinggi adalah : Energi cukup sesuai dengan umur, gender dan aktivitas Protein cukup, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan otot saluran cerna Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi. Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang peristaltik usus Serat tinggi, yaitu 30-50 g/hari terutama serat tidak larut air yang berasal dari beras tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran dan buah

Bahan Makanan Yang Dianjurkan 1. Beras tumbuk, beras ketan hitam, havermuth, bulgur, cantel, sorgum, singkong 2. Kacang-kacangan : kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo 3. Sayuran mentah terutama yang menimbulkan gas ; kol, kembang kol, sawi hijau, daun singkong, nangka muda 4. Buah-buahan segar terutama yang dimakan dengan kulitnya 5. Makanan dalam bentuk digoreng atau diberi santan atau makanan lain yang menggunakan minyak 6. Gula dan susu

Anda mungkin juga menyukai