Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR ILMU KELAUTAN Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Pengantar Ilmu Kelautan

EKOSISTEM ESTUARIN Disusun oleh: Kelompok 5

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR, INDONESIA 2012

MAKALAH EKOSISTEM ESTUARIN

oleh: KELOMPOK 5 Faeza Amella V (230210120057) M. Iqbal (230210120058) Andreas Bastian Lana (230210120059) Selvita Nurani (230210120060) Gusti Bagus Kharis Dio A (230210120061) Maulida Ranintyari (230210120062) M. Irfan Habibi (230210120063) Khalis Dwi H (230210120064) Syarifah Leila (230210120065) Ayip Choerul Rizal (230210120066) Najib Wadallah (230210120067) Aris Nuryana (230210120068) Adrian Muhammad K (230210120069)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan begitu banyak nikmat, serta anugerah yang begitu luar biasa sehingga kami dapat membuat makalah pengantar ilmu kelautan ini yang kami beri judul EKOSISTEM ESTUARIN. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk berbagi ilmu tentang ekosistem estuarin serta untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Kelautan (PIK). Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua orang tua serta keluarga, dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Kelautan yang telah mendidik serta mengenalkan kami tentang ilmu kelautan. Pepatah mengatakan, Tak ada gading yang tak retak Maka, tidak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu, kami menerima kritik serta saran yang dapat membuat lebih baik dari hari kemarin dalam pembuatan makalah ini. Wassalamualaikum Wr. Wb. November 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim. Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini. Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti. Namun ekosistem estuari ini ternyata tidak cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali dibahas atau disosialisasikan, padahal ekosistem estuari ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai Ekosistem Estuari ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui dan memahami komposisi organisme laut di daerah estuary Untuk mengetahui keadaan ekosistem estuary, khususnya keadaan rawa asin Untuk mengetahui komponen komponen biotic dan abiotik dalam daerah muara ( estuary ) beserta interaksi/ hubungan timbal balik yang terbentuk didalamnya. Untuk mengetahui keanekaragaman organisme dan adaptasi organisme ( makhluk hidup ) yang terdapat dalam daerah estuary terhadap lingkungannya. Untuk mengetahui pemanfaatan organisme organisme penyusun ekosistem estuary tersebut terhadap bidang perikanan. Memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai ekosistem estuary.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Estuarin Ekosistem estuary merupakan bagian dari ekosistem air laut yang terdapat dalam zona litoral ( kelompok ekosistem pantai ). Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan air asin. Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut. Ekosistem estuaria terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan laut. Tempat ini berperan sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik. Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria didominasi subtrat lumpur yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme estuaria. Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara darat dan laut, estuari mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri. Menurut pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar:

a. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah dibanding lapisan bawah yang lebih tinggi. b. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut. c. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal. d. Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

2.2 Klasifikasi Estuaria Berdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam Dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut. 2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical Pengaruh pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi. 3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat) Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.

4. Berdasarkan salinitas ( kadar garamnya ), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : a. Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% 3 % ) b. Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% 17 %) c. Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %

2.3 Karakteristik Estuaria Tipe-Tipe Estuaria Karakteristik ( ciri ciri ) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut : 1. Keterlindungan Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan. 2. Kedalaman Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal). 3. Salinitas air Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat. 4. Sirkulasi air Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu plankton. 5. Pasang Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah. 6. Penyimpanan dan pendauran zat hara Kemampuan menyimpan energi daun pohon mangrove,lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.

2.4 Tipe-Tipe Ekosistem Estuaria Pembagian tipe-tipe estuari dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, kekuatan gelombang, pasang surut dan keberadaan sungai. Kuat lemahnya ketiga faktor ini tergantung dari bentuk geomorfologinya. Secara umum tipe-tipe estuari dapat dibagi menjadi tujuh tipe, yaitu: 1. Embayments and drown river valleys (Teluk dengan sungai dari lembah bukit) 2. Wave-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi gelombang) 3. Wave-dominated deltas (Delta dengan dominasi gelombang) 4. Coastal lagoons and strandplains (Lagun dengan hamparan tanah datar) 5. Tide-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi pasang surut) 6. Tide-dominated deltas (Delta dengan dominasi pasang surut) 7. Tidal creeks (Daerah pasang surut dengan banyak anak sungai) Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air terdapat tiga tipe estuaria: 1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin. Estuaria tipe ini ditemukan di daerah-daerah dimana aliran air tawar dari sungai besar lebih dominan dari pada intrusi air asin dari laut yang dipengaruhi oleh pasangsurut. 2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuaria ini, aliran air tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus pasang. Pencampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi pasang-surut. 3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Estuaria tipe ini dijumpai di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi.

2.5 Biota Estuaria Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau. 1. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di

mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15 atau kurang. 2. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria. 3. Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 530, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken, 1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan fauna khas sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya dengan estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat.

2.7 Produktivitas Estuaria Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas hayatinya setaraf dengan prokduktivitas hayati hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu karang[5]. Produktivitas hayati estuaria lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas hayati perairan laut dan perairan tawar. Hal ini disebabkan oleh factor factor berikut : 1. Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara.

Jebakan ini bersifat fisik dan biologis. Ekosistem estuaria mampu menyuburkan diri sendiri melalui : Dipertahankanya dan cepat didaur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-hewan yang hidup di dasar esutaria seperti bermacam kerang dan cacing. Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik makro (makrofiton akuatik) seperti lamun yang kemudian dimakan oleh bermacam ikan dan udang pemakan detritus. Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba (organisme renik seperti bakteri ), lewat akar tumbuhan yang masuk jauh kedalam dasar estuary atau lewat aktivitas hewan penggali liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing. 2. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dan kenyataanya bahwa tetumbuhan terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya sedemikian rupa sehingga proses fotosintesis terjadi sepanjang tahun. Estuaria sering memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu tumbuhan makro (makrofiton) yang hidup di dasar estuary atau hidup melekat pada daun lamun dan mikrofiton yang hidup melayang-layang tersuspensi dalam air (fitoplankton). Proses fotosintesis yang berlansung sepanjang tahun ini menjamin bahwa tersedia makanan sepanjang tahun bagi hewan akuatik pemakan tumbuhan. Dalam hal ini mereka lebih baik, dinamakan hewan akuatik pemakan detritus, karena yang dimakan bukan daun segar melainkan partikel-partikel serasah makrofiton yang dinamakan detritus. 3. Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu ekosistem akuatik yang permukaan airnya berfluktuasi. Pasang umumnya makin besar amplitudo pasang surut, makin tinggi pula potensi produksi estuaria, asalkan arus pasang tidak tidak mengakibatkan pengikisan berat dari tepi estuaria. Selain itu gerak bolak-balik air berupa arus pasang yang mengarah kedaratan dan arus surut yang mengarah kelaut bebas, dapat mengangkut bahan makanan, zat hara, fitoplanton, dan zooplankton.

2.7 Sifat Fisik Estuaria 1. Salinitas Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini

menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah. 2. Substrat Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria. 3. Sirkulasi air Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air. 4. Pasang-surut Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Di samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai di estuaria 5. Penyimpanan zat hara Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani

2.8 Sifat serta Peran Ekologis Estuaria Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi. Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu. Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut estuaria positif atau estuaria baji garam. Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan karenanya dinamai estuaria negatif. Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau. Laju penguapan air di permukaan, yang lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan

dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir ke arah laut di bawah permukaan. Dengan demikian gradien salinitas airnya berbentuk kebalikan daripada estuaria positif. Dalam pada itu, dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi perubahanperubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria. Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria. Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut. Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban. Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting sebagai berikut: 1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal circulation). 2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang...) yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground). 3. Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.

2.9 Peranan Ekosistem Estuaria Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut. Produktifitas primernya sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton. Meski demikian, bahan-bahan organik dalam rupa detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya alga dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-tingkat trofik di atasnya. Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de la Cruz (1967, dalam Nybakken 1988) yang mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai 110 mg berat kering bahan organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya mengandung bahan yang sama 1-3 mg per liter.

Oleh sebab itu, organisme terbanyak di estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung. Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka. Dengan pangkal pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang kemudian membawa pergi energi keluar dari sistem. Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut : 1. Sebagai tempat pemukiman. 2. Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan. 3. Sebagai jalur transportasi. 4. Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.

BAB III KESIMPULAN

Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan air asin.Tempat ini berperan sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik. Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Ekosistem estuaria disusun oleh komponen biotic dan abiotik yang saling melakukan interaksi. Biota yang menyusun estuaria diantaranya adalah berbagai macam hewan dan tumbuhan. Hewan yang mendiami estuaria dapat berbentuk spesies endemik (seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting serta berbagai macam ikan, spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut serta spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon. Secara umum, tumbuhan yang hidup di ekosistem estuaria adalah Tumbuhan Lamun (sea grass) dan Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun. Organism organism yang hidup di estuaria melakukan berbagai adaptasi untuk mempertahankan hidupnya, seperti adaptasi morfologi yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran tubuh, adaptasi fisiologi yang berkaitan dengan pengaturan osmosis dalam tubuh dan adaptasi tingkah laku ( behavioral ) yang berkaitan dengan hubungan interaksi organisme. estuaria memiliki beberapa peranan terhadap alam dan organisme lainnya. Ekosistem estuaria mempunyai peranan yang cukup besar terhadap keanekaragaman ekosistem di dunia ini. Oleh karena itu, ekosistem estuaria perlu dijaga kelestariannya, karena dalam ekosistem estuaria terdapat berbagai organisme yang turut menyusun keanekaragaman hayati.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad. 2010. Estuaria. Tersedia : http://id.scribd.com/doc/44270946/EstuariaAdalah-Perairan-Muara-Sungai-Semi-Tertutup-Yang-Berhubungan-Bebas-Dengan-Laut. (18 November 2012) Kasim, Maruf. 2005. Estuary: Lingkungan Unik Yang Sangat penting. Tersedia : http://maruf.wordpress.com/2005/12/27/estuary-lingkungan-unik-yang-sangat-penting/. (18 November 2012) Sativani. 2010. Ekosistem Estuari. Tersedia: http://oryzasativa135rsh.blogspot.com/2010/05/ekosistem-estuari.html. (18 November 2012) Wartika, Ika. 2012. Ekosistem estuary. Tersedia : http://ikawartika.wordpress.com/2012/04/03/ekosistem-estuaria-2/. (18 November 2012)

Anda mungkin juga menyukai