Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BIOMOL

Pemanfaatan hidrogen peroksida untuk penyembuhan luka

Disusun oleh : Laura lay (08700203)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan karunianya-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah biologi molekuler ini dengan baik. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pemanfaatan hidrogen peroksida untuk penyembuhan luka. Di samping itu akan dijelaskan pula berbagai hal yang berkaitan dengan masalah definisi,kandungan hidrogen peroksida, dan pemanfaatannya yaitu sebagai antiseptik pada luka. Dimana akan didapatkan pemahaman yang tepat sesuai dengan judul yang ada pada makalah ini. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak H.M.Loegito, dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya,5 Maret 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I BAB II :Pembahasan :Artikel

DAFTAR PUSTAKA

BAB I Pembahasan Hidrogen peroksida atau rumus kimia H2O2 adalah bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H 2) dan gas oksigen (O2),hidrogen peroksida ini tidak berwarna,berbau keasaman,dan larut dengan baik dalam air.juga merupakan bahan kimia ini murah, mudah didapat, dan relatif aman. disimpan dalam ruangan dingin, kering, dengan ventilasi yang baik, dan dijauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2).pada sel sumber utama H2O2 adalah mitokondria. Selama proses respirasi seluler di mitokondria, O2 akan berperan dalam pembentukan adenosine trifosfat (ATP), akan tetapi sebagian O2 akan tereduksi membentuk superoksid, O2 yang reaktif. Hidrogen peroksida atau H2O2 juga merupakan suatu senyawa yang terbentuk secara alami di alam .H2O2 tersedia dalam beberapa konsentrasi.Semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi oxidizer class, corrosive dan unstable/reactive class. Konsentrasi yang paling banyak dipakai di bidang kesehatan adalah 3%. H2O2 memiliki efek yang merugikan pada mata, mukosa dan kulit.H2O2 bersama dengan ion oksigen dan radikal bebas, termasuk dalam reactive oxygen species (ROS). ROS adalah oksigen produk metabolisme normal dalam sel tubuh yang bersifat sangat reaktif. H2O2 sendiri bukan suatu radikal bebas. Bakteri juga menghasilkan H2O2, diantaranya Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia, Streptococcus viridans, Streptococcus group B dan C, Lactobacillus, serta Pneumonoccus. H2O2 yang dihasilkan suatu bakteri merupakan faktor virulensi yang penting untuk merusak jaringan tubuh manusia, dan juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya.

H2O2 bersifat bakterisidal dan dihasilkan oleh lekosit fagositik, seperti netrofil dan makrofag, melalui proses yang disebut oxidative burst atau respiratory burst. H2O2 menyebabkan peningkatan permeabilitas melalui regulasi VEGF. Di membran sel, ia akan menyebabkan penghambatan transpor anion, merangsang aktivitas pompa natriumkalium membran sel. Perlu diketahui manfaat hidrogen peroksidase ini yaitu membersihkan luka atau sebagai antiseptik yang disebabkan oleh kuman anaerob atau kuman yang tidak membutuhkan oksigen meskipun pembuatannya menggunakan bahan oksigen. ini sangat berguna dikarenakan apabila kuman anaerob dibersihkan memakai hidrogen peroksida diharapkan kuman anaerob dapat mati karena diberikan antiseptik yang mengandung aerob atau mengandung oksigen. Antiseptik adalah agen kimia yang mencegah, memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikro-organisme (kuman) pada permukaan luar tubuh dan membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik mampu membunuh kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya mencegah atau menghambat pertumbuhan mereka (bakteriostatik). Antiseptik berbeda dengan antibiotik, yang menghancurkan kuman di dalam tubuh, dan dari disinfektan, yang menghancurkan kuman pada benda mati.

Disinfeksi tangan Disinfeksi pra-tindakan Disinfeksi membran mukosa Disinfeksi mulut dan tenggorokan

Antiseptik adalah agen kimia yang mencegah, memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikro-organisme (kuman) pada permukaan luar tubuh dan membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik mampu membunuh kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya mencegah atau menghambat pertumbuhan mereka (bakteriostatik). Antiseptik berbeda

dengan antibiotik, yang menghancurkan kuman di dalam tubuh, dan dari disinfektan, yang menghancurkan kuman pada benda mati. Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap bersih dan terjaga. Hidrogen peroksidasebagai antiseptik digunakan dalam kadar 6% untuk membersihkan luka. Dalam kadar 1-2% biasanya digunakan untuk keperluan membersihkan luka yang sering terjadi di rumah. Misalnya terkena pisau, atau luka lainnya. Efek samping penggunaan hidrogen peroksida, dapat menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh. Selain itu bisa memperpanjang masa penyembuhan luka Biasanya digunakan untuk mengatasi jenis kuman anaerob atau yang tidak membutuhkan oksigen. Hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun untuk menghindari paparan berlebihan pada jaringan manusia. Untuk hidrogen peroksida ini jika digunakan sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur. Jangan menelannya,apabila menelannya maka akan terjadi iritasi sampai kerusakan berat pada saluran cerna.Keracunan sistemik akan menyebabkan sakit kepala, pusing, muntah, diare, tremor,mati rasa, kejang, edema paru, kehilangan kesadaran sampai syok. Selain sebagai obat pembersih luka atau antiseptik,hidrogen peroksida juga dapat berfungsi sebagai obat tetes telinga tetapi obat ini dapat berfungsi hanya pada keadaan tertentu,sebagai berikut secara klinis senyawa ini berguna untuk menghancurkan serumen, mengobati telinga berair dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat. pada keadaan telinga yang mengalami perforasi membran tympani,hidrogen peroksida ini tidak dianjurkan utnuk dipakai.perlu diketahui pemakaian hidrogen peroksida tidak selamanya aman untuk telinga karena ada beberapa penelitian yang membuktikan adanya kerugian yang disebabkan oleh hidrogen peroksida yaitu pada fungsi koklea dan vestibuler telinga dalam.

BAB II Artikel Metabolisme hidrogen peroksida dan peranannya pada infeksi telinga Edi Handoko, Wiro Anton Sumilat Laboratorium Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/ Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Hidrogen peroksida (H2O2) telah lama digunakan di bidang medis sebagai obat cuci luka, debriding agent, pembersih serumen, mengobati telinga berair dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat. Tujuan: Mengetahui keamanan penggunaan hidrogen peroksida sebagai cairan pencuci telinga terhadap fungsi koklea dan vestibuler telinga dalam. Tinjauan pustaka: Dilaporkan bahwa H2O2 memiliki efek bakterisidal, sehingga mampu membunuh bakteri. Penggunaan H2O2 agaknya tidak selamanya aman. Beberapa percobaan pada binatang menunjukkan H2O2 memiliki efek yang merugikan terhadap fungsi koklea dan vestibuler telinga dalam. Kesimpulan: H2O2 dapat memperlambat aktivitas gerak silia, meningkatkan permeabilitas membran, meningkatkan sekresi mukus, akhirnya menyebabkan kerusakan DNA dan kematian sel. Kata kunci: hidrogen peroksida, metabolisme, infeksi telinga, aktivitas gerak silia ABSTRACT Background: Hydrogen peroxide (H2O2) had been used as wound cleaner, debriding agent, earwax cleaner, treatment of ear watering and cleaner of blocked ventilating tube. H2O2 has been reported has a bactericidal effect. Purpose: To provide information about the safety of usage hydrogen peroxide for the cochlear and vestibular function.

Review: The usage of H2O2 seemed not always safe. Some experiments to animal had shown that H2O2 had negative effect towards cochlear and vestibular function. Conclusion: H2O2 could delay the cilia motility, increase membrane permeability and mucous secretion, cause DNA damage and cell death. Key words: hydrogen peroxyde, metabolism, ear infection, ciliar activity

PENDAHULUAN Sejak diproduksi pertama kali tahun1800 di Inggris, hidrogen peroksida atau H2O2 telah digunakan di seluruh dunia untuk bahan pemutih produk tekstil dan kertas, dipakai pada pemrosesan makanan, bidang pertanian, petrokimia, desinfektan,deterjen, waste water, bahkan sebagai komponen oksidan bahan bakar roket.H2O2 telah lama dikenal dan digunakan di bidang medis. Pemakaiannya adalah sebagai obat cuci luka dan debriding agent. Di bidang THT, H2O2 digunakan sebagai pembersih serumen, mengobati telinga berair dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat. Dilaporkan bahwa H2O2 memiliki efek bakterisidal, sehingga mampu membunuh bakteri. Namun,penggunaan H2O2 agaknya tidak selamanya aman. Beberapa percobaan pada binatang menunjukkan H2O2 memiliki efek yang merugikan terhadap fungsi koklea dan vestibuler telinga dalam. H2O2 ternyata terbentuk alami dalam tubuh sebagai produk metabolisme oksidatif sel, terutama sel fagosit lekosit.Beberapa penelitian melaporkan peranan radikal bebas dan oksidan termasuk H2O2 dalam patogenesis otitis media.Berdasarkan hal-hal di atas, penulis ingin mengetahui metabolisme H2O2 dalam tubuh manusia dan peranannya pada infeksi telinga, sehingga dapat memahami dan menerapkannya secara tepat. Sifat fisik dan kimiawi Hidrogen peroksida mempunyai sifat fisik: berat molar 34,0147 g/mol, densitas 4 g/cm3 (cair), titik cair -110C (262,15K), titik didih 150,20C (423,35K), keasaman (pKa) 11,65, viskositas 1,245cP pada suhu 200C, dengan penampakan tidak berwarna dan tidak berbau.H2O2 adalah oksidan

yang lebih kuat dari klorin, klorin dioksida dan kalium permanganat. Hidrogen peroksida H2O2 pertama kali diisolasi melalui reaksi barium peroksida dan asam nitrat oleh Louis Jacques Thenard pada tahun 1818. Proses ini digunakan untuk menghasilkan H2O2 sejak akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. H2O2 murni ditemukan pertama kali oleh Richard Wolffenstein pada tahun 1894 melalui destilasi vakum. Nama lainnya adalah dioksida dihidrogen, dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida atau dioksidan. H2O2 sangat melimpah di alam, terutama terbentuk oleh rangsangan cahaya matahari pada air dan ditemukan pada air hujan dan salju Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah: 1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin 2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn 3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC) 4. Permukaan container yang tidak rata (active surface) 5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya 6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi 7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek Konsentrasi Konsentrasi H2O2 adalah: 1) 3-3,5% (kadar farmasi) sediaan dengan konsentrasi ini banyak dijual di apotek, toko obat dan supermarket. Sediaan ini mengandung sejumlah stabilisator, seperti asetanilid, fenol, natrium stanat dan tetranatrium fosfat yang bersifat toksik, sehingga tidak direkomendasikan untuk pemakaian dalam tubuh; 2) 6% (kadar kecantikan) banyak digunakan di salon kecantikan sebagai pelarut zat warna rambut. Tidak direkomendasikan untuk pemakaian dalam tubuh; 3) 30% (kadar regen) digunakan dalam percobaan di laboratorium dan biasanya mengandung stabilisator

4) 30-32% (kadar elektronik) digunakan untuk membersihkan komponen elektronik 5) 35% (kadar teknik) biasa digunakan bersama dengan fosfor untuk menetralisir klorin dalam air 6) 35% (kadar makanan) digunakan dalam produk makanan seperti keju dan telur. Juga terdapat dalam lapisan kertas alumunium pembungkus aseptik untuk makanan, seperti produk jus buah dan susu. Ini merupakan kadar yang direkomendasi untuk pemakaian dalam tubuh. 7) 90% digunakan sebagai sumber oksigen dalam bahan bakar roket. Efek yang merugikan
Efek samping lain dari hidrogen peroksida adalah reaksi dengan zat lain akan menciptakan gelembung gas, hal yang pada dasarnya bukan merupakan masalah besar.

H2O2 adalah suatu senyawa yang iritan terhadap mata, membran mukosa dan kulit. Pemaparan singkat pada mata dapat mengakibatkan rasa perih dan mata berair, walaupun dengan konsentrasi 1-3%. Kontak kulit akan menyebabkan pemutihan kulit sementara. Inhalasi pada kadar yang tinggi akan menyebabkan iritasi yang berat pada hidung dan saluran napas. Bila tertelan, maka akan terjadi iritasi sampai kerusakan berat pada saluran cerna.Keracunan sistemik akan menyebabkan sakit kepala, pusing, muntah, diare, tremor,mati rasa, kejang, edema paru, kehilangan kesadaran sampai syok. Keuntungan Salah satu keuntungan menggunakan hidrogen peroksida sebagai disinfektan adalah bahwa bahan kimia ini murah, mudah didapat, dan relatif aman. Keunggulan lainnya yaitu hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi. Cara penyimpanan H2O2 sebaiknya disimpan dalam ruangan dingin, kering, dengan ventilasi

yang baik, dan dijauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Tempat penyimpanan seharusnya terbuat dari bahan yang tidak bereaksi, seperti stainless steel, kaca, beberapa jenis plastik dan campuran aluminium yang berwarna gelap. Hidrogen peroksida dan reactive oxygen species (ROS) H2O2 dengan ion oksigen dan radikal bebas termasuk dalam reactive oxygen species (ROS). ROS adalah produk metabolisme oksigen dalam tubuh normal yang bersifat sangat reaktif, yang disebut radikal bebas adalah radikal superoksid (O2-), radikal hidroksil, (OH-) dan radikal hidroperoksil (HO2 -). H2O2 sendiri bukan suatu radikal bebas. Nilai produksi dan pembersihan ROS berada dalam keadaan seimbang pada tubuh yang sehat. Bila ada penambahan oksidan eksogen seperti asap rokok, polusi udara, sinar ultraviolet, radiasi, obat seperti cisplatin dan aminoglikosida, atau asupan kalori yang berlebihan, maka keseimbangan ini akan bergeser ke arah pembentukan ROS yang lebih banyak. Efek berbahaya dari ROS adalah kerusakan deoxyribonucleic acid (DNA), oksidasi polyunsaturated fatty acid lemak atau peroksidasi lipid, dan oksidasi asam amino protein yang berujung pada kematian sel.H2O2 secara elektris mempunyai sifat netral, sehingga tidak dihambat saat berdifusi melewati membran sel. Masa hidup H2O2 in vivo sangat singkat, yaitu dalam waktu milidetik. Kestabilannya dipengaruhi oleh pH dalam lingkungan oksidasi seperti ekstraseluler, H2O2 lebih stabil daripada dalam lingkungan reduksi seperti intraseluler. Produksi hidrogen peroksida Sumber utama H2O2 sel adalah mitokondria. Selama proses respirasi seluler di mitokondria, O2 akan berperan dalam pembentukan adenosine trifosfat (ATP), akan tetapi sebagian O2 akan tereduksi membentuk superoksid, O2 yang reaktif. Ini diperkirakan akibat kehilangan satu elektron dalam rantai transpor elektron mitokondria. Proses ini selanjutnya akan mereduksi O2 (dismutasi) lagi menjadi H2O2, dengan perantaraan enzim superoksid dismutase (SOD) dan H2O2 akan tereduksi menjadi radikal hidroksil, OH-, suatu oksidan yang luar biasa reaktif. Hal ini bisa terjadi spontan, akibat pengaruh beberapa enzim atau pemaparan radiasi ionisasi.

Perubahan ini lebih mudah terjadi bila adanya unsur logam seperti besi atau tembaga . Selain terbentuk dari dismutasi superoksid, ia juga terbentuk oleh glikolat oksidase dalam peroksisom.Bakteri pun dapat menghasilkan H2O2. Penelitian oleh Seki, menyimpulkan bahwa Streptococcus pyogenes menghasilkan H2O2 dengan mengkonsumsi glukosa, melalui perantaraan tiga enzim,yaitu NADH oksidase (di sitoplasma),laktat oksidase (di membran sel) dan gliserofosfat oksidase. Penelitian in vivo dan in vitro, menyimpulkan bahwa H2O2 merupakan faktor virulensi yang penting untuk merusak jaringan tubuh manusia.Selain itu H2O2 yang dihasilkan suatu bakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya. Pericone, menunjukkan bahwa kuman Streptococcus pneumonia yang diisolasi dari nasofaring menghasilkan H2O2, diperantarai enzim piruvat oksidase (SpxB) dalam keadaan aerob. Produk ini dapat membunuh (bakterisidal) Haemophillus influenzae, menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) Moraxella catarrhalis dan Neisseria meningitidis. Organisme dalam mulut yang dapat dibunuh atau dihambat oleh H2O2 adalah Neisseria gonorrhea, Staphylococcus aureus dan Corynebacterium diphteria. Takoudes dan Haddad, menyatakan bahwa bakteri Streptococcus pneumonia dan netrofil yang diisolasi dari penderita otitis media akan melepaskan H2O2 yang selanjutnya akan berubah menjadi radikal bebas. Lactobacillus di kolon dan vagina dapat menghasilkan H2O2, yang akan membunuh bakteri dan virus patogen lain. Melalui penelitian oleh Bolm, dilaporkan bahwa H2O2 yang dihasilkan oleh Streptococcus pneumonia, Streptococcus viridans, Streptococcus group B dan C, serta Pneumonoccus dapat membunuh larva nematoda Caenorhabditis elegans. Pemberian obat tertentu dapat merangsang pembentukan H2O2. Ciprofloxacin dapat merangsang terbentuknya ROS termasuk H2O2 dalam tubuh bakteri, yang akan menyebabkan kerusakan DNA bakteri tersebut. Hal senada disimpulkan oleh Goswami, pada penelitian mereka terhadap bakteri Escheria coli, bahwa O2 dan H2O2 terlibat dalam aksi antibakterial Ciprofloxacin.

Walaupun demikian, mereka belum dapat menjelaskan dengan lengkap mekanismenya. Peran hidrogen peroksida dalam jaringan tubuh manusia H2O2 berperan pada proses luka pada pembuluh darah kecil, yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas endotel. Hal ini menunjukkan bahwa H2O2 bersifat toksik pada endotel. Selain itu, dapat menghambat transpor anion, merangsang aktivitas pompa natrium-kalium membran sel dan kerusakan DNA. Menurut penelitian Leeet al, setelah pemberian H2O2 1% dan 3% dalam larutan salin dengan nebuliser sebanyak tiga kali dalam 24 jam pada tikus.Peningkatan permeabilitas vaskuler, respons jalan napas terjadi bersamaan dengan peningkatan ekspresi protein vascular endothelial growth factor (VEGF). Hal yang sebaliknya terjadi setelah pemberian antioksidan, asam lipoat- dan L-2-Oxothiazolidine-4-carboxylic acid (OTC). Ini menunjukkan H2O2 menyebabkan peningkatan permeabilitas endotel melalui regulasi VEGF. ROS termasuk H2O2 juga menyebabkan peningkatan produksi mukus, penurunan fungsi dan jumlah epitel bersilia. Di sisi lain, ROS dalam hal ini H2O2 memiliki sifat yang menguntungkan, yaitu sebagai bagian sistem pertahanan tubuh. H2O2 bersifat bakterisidal dihasilkan oleh lekosit fagositik, seperti netrofil dan makrofag, melalui proses yang disebut oxidative burst atau respiratory burst. Proses ini diperantarai oleh enzim nikotinamida adenine dinukleotid fosfat tereduksi (NADPH) oksidase. Adanya patogen akan memicu produksi interleukin- 12 oleh makrofag dan sel dendrit, yang selanjutnya menginduksi sekresi interferon- oleh sel T dan natural killer cell. Interferon ini akan mengaktifkan makrofag dan netrofil untuk menghasilkan TNFdan NADPH oksidase.Aktivitas limfosit T juga dipengaruhi oleh H2O2. H2O2 yang dilepaskan oleh makrofag akan merangsang limfosit T untuk berikatan dengan antigen mikroorganisme pada reseptor sel T (T cell receptor). Reseptor sel T ini nantinya lewat MAPK pathway akan merangsang mitokondria limfosit T menghasilkan H2O2. Hidrogen peroksida dalam jaringan tubuh manusia:

1) rongga mulut, esophagus dan lambung. H2O2 yang ada di minuman seperti teh hijau, teh hitam dan kopi instant, konsentrasinya dapat mencapai di atas 100 mikro-M dan bila tertelan, maka akan segera berdifusi ke dalam sel. H2O2 terdapat pada air liur akan mengoksidasi tiosianat dengan enzim peroksidase, menghasilkan produk toksik yang akan menghambat pertumbuhan beberapa bakteri. 2) sistem respirasi. H2O2 juga ditemukan dalam udara ekspirasi, terutama pada penderita penyakit paru, akibat proses fagositosis yang dilepaskan oleh makrofag alveolar dan netrofil 3) ginjal dan saluran kencing. H2O2 dapat terdeteksi di urin dengan konsentrasi bisa mencapai 100 mikro-M. Ini diperkirakan akibat autoksidasi sel. Ada pemikiran bahwa senyawa ini terlibat dalam modulasi fungsi ginjal, namun mekanismenya belum dapat diterangkan 4) endotel vaskuler dan sel darah sirkulasi. Beberapa studi menegaskan ditemukannya kadar yang cukup banyak dalam plasma darah. Di sini ia dapat bereaksi dengan protein heme, askorbat dan kelompok protein-SH. H2O2 dalam plasma dapat berdifusi ke dalam eritrosit, lekosit,endotel dan platelet untuk proses metabolisme 5) mata, telah dilaporkan adanya H2O2 dalam akuos humor dan vitreus humor manusia dan binatang, yang diperkirakan berasal dari oksidasi glutation atau askorbat. Ketidakmampuan epitel lensa, retina dan jaringan lain untuk membuangnya menyebabkan terjadi akumulasi. contoh: pemanfaatan hidrogen peroksida dapat sebagai antiseptik

Brandi Simsmore info Wylio

antiseptik juga dapat digunakan untuk:

Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.

Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit.

Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra, kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum kateterisasi.

Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

Jenis-jenis antiseptik Ada banyak sekali agen kimia yang dapat digunakan sebagai antiseptik. Beberapa antiseptik yang umum digunakan adalah etakridin laktat (rivanol), alkohol, yodium, dan hidrogen peroksida. Sebagian besar produk antiseptik di pasar mengandung satu atau lebih campuran zat tersebut. 1. Etakridin laktat (rivanol) Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul, atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan. 2. Alkohol

Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar. Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60-90%), propanol (60-70%) dan isopropanol (70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri. 3. Yodium Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidone adalah betadine. Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal. 4.Hidrogen peroksida Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen.

Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur. Jangan menelannya. Pemberian hidrogen peroksida dapat juga sebagai tetes telinga Pemberian H2O2 sebagai tetes telinga telah lama dilakukan. Secara klinis senyawa ini berguna untuk menghancurkan serumen, mengobati telinga berair dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat. Di samping itu, ia juga mempunyai efek yang merugikan, yaitu merusak epitel neurosensori koklea, sedangkan larutan salin tidak memberi pengaruh apapun. Dapat disimpulkan bahwa H2O2 memberi efek merugikan terhadap fungsi koklea dan vestibuler telinga tikus pasir. Penelitian ini juga menggambarkan efek reactive oxygen species pada kerusakan telinga dalam. Walaupun percobaan ini bukan pada manusia, kehati-hatian diperlukan bila memberikan H2O2 dalam jumlah yang banyak pada telinga dengan perforasi membran timpani. H2O2 hanya bekerja baik pada serumen yang tidak terlalu banyak. Mereka juga menyarankan untuk tidak memberi cairan apapun, termasuk H2O2 pada infeksi telinga dengan perforasi membran timpani. Beberapa penulis menyarankan H2O2 diberi pada otitis eksterna dengan krusta atau debris yang keras atau sekret yang cukup kental

Daftar pustaka

http://www.h2o2.com/intro/overview.html www.forumsains.com/artikel/mengenal-hidrogen-peroksida-h2o2
Alamat korespondensi: Edi Handoko, Laboratorium Ilmu Penyakit THT FK Universitas Brawijaya,Malang. E-mail: krisdika2002@yahoo.com http://www.h2o2.com/intro/overview.html.

Anda mungkin juga menyukai