Anda di halaman 1dari 18

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

Kelompok 1 :
AYUTDIA MAHARANI LATIFA INDIRA DEWI INDAH KURNIYAWATI 041142037 041142054 041142058

MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013

CAPITAL MARKET RESEARCH IN ACCOUNTING S.P. Kothari Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA 02142, USA

Pendahuluan Penelitian ini menguji tentang hubungan antara pasar modal dan laporan keuangan. Setidaknya ada 4 sumber utama dari penelitian pasar modal di akuntansi ini adalah analisis fundamental dan penilaian, menguji efisiensi pasar modal, dan Akuntansi dalam kontrak kerja dan proses politik. Penelitian ini peneliti mengambil topik current interest termasuk menguji efisiensi pasar. Apakah ada hubungan antara pasar modal yang efisien dengan informasi akuntansi, analisis fundamental, dan nilai relevansi laporan keuangan?. Penelitian ini dapat membantu pengambilan keputusan di pasar investasi, penyusunan standar akuntansi, dan keputusan disclosure keuangan perusahaan.

Dalam penelitian pasar modal di Akuntansi setidaknya ada 4 sumber utama ini : 1. Analisis fundamental dan penilaian Analisis fundamental ini menggunakan informasi laporan keuangan perusahaan sebelum dan saat ini untuk menentukan pergerakan harga saham yang terjadi saat ini. 2. Menguji efisiensi pasar modal Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka dimaksudkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi tersebut ditunjukkan dengan perubahan harga sekuritas yang bersangkutan. Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka akan tercermin dengan adanya abnormal return yang diterima oleh investor. 3. Akuntansi dalam kontrak kerja dan proses politik

Teori Akuntansi Positif (TAP) memprediksi bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi. Jika

perusahaan mengalami kesulitan keuangan, manajer sebagai agen dapat dianggap akan melanggar kontrak. TAP beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang efisien sehingga dapat memaksimalkan prospek mereka untuk bertahan hidup. TAP berkenaan dengan memprediksi tindakan-tindakan sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar akuntansi baru yang diusulkan. 4. Regulasi pengungkapan SEC juga menjamin bahwa investor memperoleh pengungkapan informasi keuangan yang dipublikasi di perdagangan sekuritas. Akibatnya badan ini memiliki kewenangan untuk mengeluarkan standar akuntansi bagi perusahaan yang dibawah yuridiksinya. SEC (Securities and Exchange Commission) mendelegasikan tanggung jawab kepada FASB (Financial Accounting Standard Board). Contoh : tentang pengaturan pasar modal, konsekuensi ekonomi yang menyebabkan penerbitan pengungkapan standar baru.

Penelitian ini meninjau penelitian tahun 1980an dan 1990an : 1. Penelitian Koefisien Respon Laba Ada 4 hipotesa yang menjelaskan besaran koefisien respon laba : a. Harga yang menuntun laba (prices lead earnings) b. Pasar Modal yang tidak Efisien c. Gangguan (noise) pada laba dan kurang baiknya GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).

d. Laba Transitori Para peneliti telah menggunakan berbagai rancangan penelitian untuk memisahkan keempat hipotesa diatas untuk menjelaskan lemahnya hubungan antara return dengan laba dan mengapa koefisien respon laba konservatif terlalu rendah dibandingkan dengan koefisien respon laba nonkonservatif berdasarkan properti runtun waktu langkah acak laba tahunan. 2. Sifat time series, manajemen, dan analis peramalan laba. Konservatisme yang diukur berdasarkan sifat-sifat time series dari earning menjelaskan kecondongan dari distribusi earning relatif terhadap distribusi arus kas, dan variabilitas earning terhadap arus kas. 3. Isu-isu metodologis dan penelitian pasar modal. Isu-isu utama didalam penelitian pasar modal adalah : a. Uji statistik bias karena korelasi silang dalam data atau sisa regresi b. Model regresi return dan harga c. Penggabungan informasi yang terkandung dalam model alternative 4. Model akrual discretionary dan non discretionary. Pendekatan ini berusaha memisahkan total akrual menjadi komponen non discretionary accruals (merupakan komponen yang akrual diluar kebijakan manajemen) dan discretionary accruals (komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen atau manajer melakukan intervensi dalam proses laporan keuangan).

1. Yang menarik dari paper ini : Pertama, penelitian ini menguji pasar modal yang efisien terkait dengan informasi akuntansi, analisis fundamental, dan nilai relevansi laporan keuangan dengan metodologi event study. Kedua, penelitian analisis fundamental menggunakan rasio-rasio keuangan

dan memprediksi laba dan tingkat pengembalian. Ketiga, memisahkan keempat hipotesa diatas untuk menjelaskan lemahnya hubungan antara return dengan laba dan mengapa koefisien respon laba konservatif terlalu rendah dibandingkan dengan koefisien respon laba nonkonservatif berdasarkan properti runtun waktu langkah acak laba tahunan. 2. Poin kekuatan artikel ini : Penelitian ini menawarkan perspektif baru dalam literatur akuntansi. Penelitian ini dapat membantu pengambilan keputusan di pasar investasi, penyusunan standar akuntansi, dan keputusan disclosure keuangan perusahaan.

3. Manfaat Penelitian Penelitian ini bagus untuk kepentingan akademisi, investor, dan badan yang mengatur pasar keuangan serta penyusun standard.

Analisis Hipotesis dan Pengujian Artikel Rumusan masalah: Apakah ada hubungan antara pasar yang efisien dengan informasi akuntansi, analisis fundamental, dan nilai relevansi laporan keuangan ?. Topik penelitian ini menarik karena beberapa alasan: Ide yang dikemukakan yaitu memberikan perspektif baru yang menyatakan bahwa ternyata angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dan harga saham. Hipotesis: H1: Semakin tinggi kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba. H2: Semakin efektif komite audit berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba.

H3: Semakin tinggi kualitas eksternal auditor berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba. H4: Semakin tinggi management power berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H5: Semakin besar ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H6: Umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. H7: Semakin tinggi leverage berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H8: Semakin tinggi kompleksitas perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H9: Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H10: Semakin tinggi pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H11: Semakin tinggi market-to-book rasio berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H12: Semakin tinggi volatilitas cash flow berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H13: Semakin tinggi ROA berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H14: Semakin tinggi net loss berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H15: Perusahaan yang tercatat di NYSE berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H16: Semakin tinggi industri dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H17: Semakin tinggi year dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.

2. Sampel dan Desain Penelitian Sampel Penelitian ini tidak menggunakan sampel Desain Penelitian a. Hipotesis diuji dengan memeriksa apakah variabel kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap abnormal accrual. Selain itu dimasukkan pula variabel corporate

governance lainnya untuk menguji manakah yang memiliki pengaruh paling besar dari keempat variabel corporate goovernance. Untuk mengontrol insentif lainnya yang berpengaruh terhadap abnormal accrual, maka variabel assets, age, complexity, CFO, SalesGrowth, MB, CFOVolatility, ROA, Loss, NYSE, IndustryDummies, dan YearDummies dimasukkan ke dalam model. Metode pengujian yang digunakan adalah regresi multivariat. AbnAccr = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex + 5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB + 12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 2125

YearDummies +

b. Hipotesis diuji dengan statistik deskriptif yaitu membandingkan sample perusahaan yang missed analyst forecast, perusahaan yang met/beat analyst forecast, dan perusahaan yang tidak memenuhi kedua kriteria tersebut. Selain itu masing-masing ketiga sample perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya secara keseluruhan. Pengujian dilakukan dengan chi-square k sample. Above = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex + 5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB + 12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 2125

YearDummies +

Metode pengujian hipotesis: Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen abnormal accrual dengan regresi multivariat. Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen missed/met-beat analyst forecast dengan chi-square k sample.

Sensitivitas analysis dilakukan dengan metode least-square 2 tahap.

KONTRIBUSI Penelitian ini memberikan pemahaman kepada perusahaan dan komite audit mengenai pentingnya kualitas internal audit dan mengeksplorasi cara untuk meningkatkan fungsi internal audit. Bagi internal audit standard-setters, mereka dapat mempertimbangkan temuan penelitian ini terkait dengan peran potensial internal auditing dalam pelaporan eksternal. Keterbatasan: Beberapa keterbatasan penelitian adalah: 1. Pemilihan sample tidak dilakukan secara random, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi. 2. Terkait dengan terbatasnya ketersediaan data, sample pada penelitian ini relatif kecil dibandingkan dengan banyak penelitian manajemen laba. 3. Data IIA database diperoleh melalui survey yang masih berlanjut, sehingga kemungkinan mengandung respon error yang menyebabkan noise pada sample. 4. Econometric tools yang digunakan pada penelitian ini terbatas, sehingga hasil penelitian ini sebaiknya diintepretasikan dengan hati-hati. Implikasi: Tidak disebutkan implikasi atas penelitian ini.

KRITIK 1. Penggunaan missed/met-beat analyst forecast sebagai proksi manajemen laba tidak tepat. Menurut penelitian Lang dan Lundholm (1996), perusahaan yang banyak mengeluarkan forthcoming disclosure dan dipublikasikan tepat waktu, analis cenderung mengurangi bobot penilaiannya pada informasi lain dalam model forecasting-nya (lebih bergantung

pada forthcoming disclosure), sehingga forecast yang dihasilkan analyst sesuai dengan laporan earnings aktual. Temuan Lang dan Lundholm ini membantah asumsi yang digunakan oleh penelitian ini bahwa semua laporan keuangan yang met-beat analyst forecast mengandung manajemen laba, karena jika perusahaan tersebut banyak mengeluarkan disclosure, maka analyst forecast justru yang menyesuaikan dengan manajemen forecast. 2. Hasil pengujian IAF terhadap manajemen laba dengan menggunakan proksi abnormal akrual bahwa IAF berpengaruh signifikan terhadap negatif akrual (income-decreasing), tetapi tidak berpengaruh terhadap positif akrual (income-increasing). Penelitian ini memberikan alasan bahwa eksternal auditor lebih concern dengan income-increasing, sehingga membatasi internal auditor terhadap income-increasing. Menurut saya alasan ini tidak masuk akal, berarti internal auditor yang berkualitas hanya peduli dengan incomedecreasing saja. Alasan ini bertolak belakang dengan teori pendukung yang digunakan yaitu bahwa internal auditor sensitif terhadap insentif manajemen melakukan misreport laporan keuangan dan mereka meningkatkan budget jam kerjanya ketika manajemen memiliki insentif yang tinggi untuk misreport (Asare et all, 2008). 3. Peneliti yang hanya memiliki akses ke laporan keuangan tidak mungkin mengetahui motivasi dibalik kenaikan (penurunan) piutang (utang), atau apakah kenaikan (penurunan) tersebut termasuk diskresi atau non-diskresi atau keduanya. Untuk membedakan akrual diskresi dan non-diskresi seharusnya peneliti memiliki akses ke pembukuan dan catatancatatan perusahaan dalam sampelnya agar dapat menentukan akrual diskresi spesifik yang dilakukan manajemen perusahaan tersebut. 4. Data Institutes of Internal Auditors (IIA) yang digunakan sebagai sampel merupakan hasil survey respon dari Chief Audit Executive (CAE) atau kepala internal audit perusahaan, bukan mandatory, sehingga ada kemungkinan CAE memberikan hasil kompilasi yang

tidak sesuai realitas perusahaan (palsu). Hal ini dapat dilihat dari 4.178 firm-years observations di IIA database, sebesar 3.098 tidak cocok (matched) dengan data Compustat. Ada kemungkinan sampel mengandung noise. 5. Hasil pengujian menyatakan efektivitas komite audit rendah pada perusahaan yang missed analyst forecast dibandingkan dengan perusahaan yang met-beat analyst forecast. Penelitian ini tidak dapat menjelaskan temuan tersebut. Menurut saya penyebabnya adalah proksi efektivitas komite audit (ACEffectiveness) kurang tepat. Seharusnya peneliti juga menggunakan proksi ada atau tidaknya komite audit. Data tidak tersedia, maka digunakan proksi yang disarankan BRC (1999), yaitu: financial literacy skill, assessing the committees charter, fulfilling the charter, accountability for auditor relations, relation with external auditors, discussion of accounting, disclosure of reviews, reviewing quaterly reports. Jadi dari data IIA dan compustat, peneliti melihat apakah dari 10 proksi tersebut dilakukan oleh perusahaan. Bila ya, diberi point 1. Namun belum tentu hal tersebut dilakukan oleh komite audit perusahaan. 6. Teori pendukung hipotesis yang digunakan adalah penelitian-penelitian terdahulu dan logika pemikiran, bukan pada teori baku yang sudah diterima umum (textbook). Akibatnya saat hasil pengujian tidak sesuai harapan, peneliti bingung memberikan alasan yang tepat. 7. Proksi missed/met-beat analyst forecast mengandung masalah endogenitas. Hal ini dapat dilihat dari analisis sensitivitas dengan menggunakan least square 2 tahap, menemukan bahwa hubungan IAQuality dengan proksi missed/met-beat analyst forecast tidak signifikan. Endogenitas dapat menimbulkan measurement error, autoregresi dengan autokorelasi, omitted variables, dan sample selection errors.

8. Pada bagian literatur review peneliti justru melakukan kritik atas penelitian sebelumnya (Davidson et all, 2005), sehingga pengungkapan teori pendukung kurang tajam. Justru pengungkapan teori pendukung lebih banyak pada bagian introduction. 9. Jumlah sample terlalu sedikit, sehingga tidak dapat digeneralisasi. Selain itu sample tidak dipilih secara random, sehingga bila diujikan terhadap kelompok perusahaan lain kemungkinan memberikan hasil pengujian yang berbeda.

PERSPECTIVES ON RECENT CAPITAL MARKET RESEARCH William H. Beaver Stanford University

Pendahuluan Penelitian ini mengklasifikasi riset-riset mengenai efisiensi pasar ke dalam tiga bidang yaitu post earnings announcement drift, market to book ratios, dan isu-isu akuntansi kontekstual. Riset dalam area isu-isu akuntansi kontekstual menguji efisiensi pasar berdasarkan beberapa fitur Penelitian ini menemukan bahwa kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh signifikan negatif terhadap abnormal akrual (proksi ke-1 manajemen laba). Namun saat diujikan dengan positif dan negatif abnormal akrual, kualitas IAF berpengaruh moderate terhadap negatif abnormal akrual, dan tidak berpengaruh terhadap positif abnormal akrual. Penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan yang missed analyst forecast (proksi ke-2 manajemen laba) memiliki kualitas IAF yang tinggi dibanding sample perusahaan lainnya. Dalam analisis sensitivitas dengan pengujian least-square 2 tahap, ditemukan bahwa model abnormal akrual tidak memiliki potensi endogenitas. Namun untuk pengujian model missed/met-beat analyst forecast dengan least-square, ditemukan bahwa model ini tidak signifikan.

Apa yang menjadi kekuatan artikel ini ? Penelitian ini merupakan yang pertama menggunakan kualitas IAF untuk menguji pengaruhnya terhadap manajemen laba, dan menghasilkan pengujian yang negatif signifikan antar kedua variabel tersebut. Penelitian ini juga menjadi yang pertama menggunakan data Institute of Internal Audit (IIA), yang baru tersedia sejak tahun 2000, sehingga belum ada penelitian yang menggunakan data ini sebelumnya. Penelitian ini juga merupakan kritik atas penelitian yang dilakukan Davidson (2005) yang menemukan bahwa ada atau tidaknya IAF tidak berhubungan dengan rendahnya manajemen

laba. Penelitian ini mengkritik penelitian Davidson (2005) bahwa penggunaan proksi presence or absence IAF tidak tepat karena pekerjaan yang dilakukan IAF bervariasi (keuangan, operasional, fraud, pengendalian, audit sistem, dsb), demikian pula kualitas IAF.

Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya untuk mencari proksi lain untuk manajemen laba. Bila data tersedia, penelitian ini memberikan masukan agar melakukan pengujian apakah perusahaan dengan kualitas IAF yang tinggi lebih kecil kemungkinan mengalami laporan keuangan restatement, terkait dengan tuntutan SEC, atau kemungkinan mengalami tuntutan atas penyimpangan laporan keuangan.

Analisa Hipotesis dan Pengujian Artikel Rumusan masalah: Apakah kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap manajemen laba? Topik penelitian ini menarik karena beberapa alasan: Ide yang dikemukakan berangkat dari logika pemikiran yang sederhana, yaitu semakin tinggi kualitas internal audit, semakin rendah manajemen laba, karena internal audit berfungsi sebagai pihak ketiga yang melakukan monitor terhadap kemungkinan terjadinya manajemen laba sepanjang tahun. Hal ini sesuai temuan Brown dan Pinello (2007) yang menyatakan bahwa audit eksternal akhir tahun mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi pada kuartal keempat. Penelitian mengenai topik ini masih sangat sedikit, dan penelitian ini bermaksud mendorong penelitian lebih lanjut mengenai peran internal audit dalam meningkatkan kualitas pelaporan eksternal. Hipotesis:

H1: Semakin tinggi kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba. H2: Semakin efektif komite audit berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba. H3: Semakin tinggi kualitas eksternal auditor berpengaruh terhadap rendahnya manajemen laba. H4: Semakin tinggi management power berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H5: Semakin besar ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H6: Umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. H7: Semakin tinggi leverage berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H8: Semakin tinggi kompleksitas perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H9: Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H10: Semakin tinggi pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H11: Semakin tinggi market-to-book rasio berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H12: Semakin tinggi volatilitas cash flow berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H13: Semakin tinggi ROA berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H14: Semakin tinggi net loss berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H15: Perusahaan yang tercatat di NYSE berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H16: Semakin tinggi industri dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba. H17: Semakin tinggi year dummies berpengaruh terhadap tingginya manajemen laba.

Sampel dan Desain Penelitian Sampel

Penelitian ini menggunakan data yang dipublikasikan yaitu data Institute of Internal Audit (IIA) dan compustat. Data IIA berupa suatu kompilasi atas respon survey dari Chief Audit Executive perusahaan. Total perusahaan yang diperoleh dari data IIA adalah 218 perusahaan untuk tahun 2000 2005 dengan 528 firm-year observations. Data perusahaan yang diperoleh dari IIA diterima peneliti dalam kondisi anonim, sehingga peneliti harus menghubungkannya dengan data compustat, untuk mengidentifikasi perusahaan. Desain Penelitian a. Hipotesis diuji dengan memeriksa apakah variabel kualitas Internal Audit Function (IAF) berpengaruh terhadap abnormal accrual. Selain itu dimasukkan pula variabel corporate governance lainnya untuk menguji manakah yang memiliki pengaruh paling besar dari keempat variabel corporate goovernance. Untuk mengontrol insentif lainnya yang berpengaruh terhadap abnormal accrual, maka variabel assets, age, complexity, CFO, SalesGrowth, MB, CFOVolatility, ROA, Loss, NYSE, IndustryDummies, dan YearDummies dimasukkan ke dalam model. Metode pengujian yang digunakan adalah regresi multivariat. AbnAccr = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex + 5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB + 12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 2125

YearDummies +

b. Hipotesis diuji dengan statistik deskriptif yaitu membandingkan sample perusahaan yang missed analyst forecast, perusahaan yang met/beat analyst forecast, dan perusahaan yang tidak memenuhi kedua kriteria tersebut. Selain itu masing-masing ketiga sample perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya secara keseluruhan. Pengujian dilakukan dengan chi-square k sample.

Above = o + 1IAQuality + 2ACEffectiveness + 3AuditorSpecialist + 4Gindex + 5Assets + 6Age + 7Leverage + B8Complexity + 9CFO + 10SalesGrowth + 11MB + 12CFOVolatility + 13ROA + 14Loss + 15NYSE + 16-20IndustryDummies + 2125

YearDummies +

Metode pengujian hipotesis: Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen abnormal accrual dengan regresi multivariat. Pengujian variabel independen terhadap variabel dependen missed/met-beat analyst forecast dengan chi-square k sample. Sensitivitas analysis dilakukan dengan metode least-square 2 tahap.

KRITIK 10. Penggunaan missed/met-beat analyst forecast sebagai proksi manajemen laba tidak tepat. Menurut penelitian Lang dan Lundholm (1996), perusahaan yang banyak mengeluarkan forthcoming disclosure dan dipublikasikan tepat waktu, analis cenderung mengurangi bobot penilaiannya pada informasi lain dalam model forecasting-nya (lebih bergantung pada forthcoming disclosure), sehingga forecast yang dihasilkan analyst sesuai dengan laporan earnings aktual. Temuan Lang dan Lundholm ini membantah asumsi yang digunakan oleh penelitian ini bahwa semua laporan keuangan yang met-beat analyst forecast mengandung manajemen laba, karena jika perusahaan tersebut banyak mengeluarkan disclosure, maka analyst forecast justru yang menyesuaikan dengan manajemen forecast. 11. Hasil pengujian IAF terhadap manajemen laba dengan menggunakan proksi abnormal akrual bahwa IAF berpengaruh signifikan terhadap negatif akrual (income-decreasing), tetapi tidak berpengaruh terhadap positif akrual (income-increasing). Penelitian ini

memberikan alasan bahwa eksternal auditor lebih concern dengan income-increasing, sehingga membatasi internal auditor terhadap income-increasing. Menurut saya alasan ini tidak masuk akal, berarti internal auditor yang berkualitas hanya peduli dengan incomedecreasing saja. Alasan ini bertolak belakang dengan teori pendukung yang digunakan yaitu bahwa internal auditor sensitif terhadap insentif manajemen melakukan misreport laporan keuangan dan mereka meningkatkan budget jam kerjanya ketika manajemen memiliki insentif yang tinggi untuk misreport (Asare et all, 2008). 12. Peneliti yang hanya memiliki akses ke laporan keuangan tidak mungkin mengetahui motivasi dibalik kenaikan (penurunan) piutang (utang), atau apakah kenaikan (penurunan) tersebut termasuk diskresi atau non-diskresi atau keduanya. Untuk membedakan akrual diskresi dan non-diskresi seharusnya peneliti memiliki akses ke pembukuan dan catatancatatan perusahaan dalam sampelnya agar dapat menentukan akrual diskresi spesifik yang dilakukan manajemen perusahaan tersebut. 13. Data Institutes of Internal Auditors (IIA) yang digunakan sebagai sampel merupakan hasil survey respon dari Chief Audit Executive (CAE) atau kepala internal audit perusahaan, bukan mandatory, sehingga ada kemungkinan CAE memberikan hasil kompilasi yang tidak sesuai realitas perusahaan (palsu). Hal ini dapat dilihat dari 4.178 firm-years observations di IIA database, sebesar 3.098 tidak cocok (matched) dengan data Compustat. Ada kemungkinan sampel mengandung noise. 14. Hasil pengujian menyatakan efektivitas komite audit rendah pada perusahaan yang missed analyst forecast dibandingkan dengan perusahaan yang met-beat analyst forecast. Penelitian ini tidak dapat menjelaskan temuan tersebut. Menurut saya penyebabnya adalah proksi efektivitas komite audit (ACEffectiveness) kurang tepat. Seharusnya peneliti juga menggunakan proksi ada atau tidaknya komite audit.

Data tidak tersedia, maka digunakan proksi yang disarankan BRC (1999), yaitu: financial literacy skill, assessing the committees charter, fulfilling the charter, accountability for auditor relations, relation with external auditors, discussion of accounting, disclosure of reviews, reviewing quaterly reports. Jadi dari data IIA dan compustat, peneliti melihat apakah dari 10 proksi tersebut dilakukan oleh perusahaan. Bila ya, diberi point 1. Namun belum tentu hal tersebut dilakukan oleh komite audit perusahaan. 15. Teori pendukung hipotesis yang digunakan adalah penelitian-penelitian terdahulu dan logika pemikiran, bukan pada teori baku yang sudah diterima umum (textbook). Akibatnya saat hasil pengujian tidak sesuai harapan, peneliti bingung memberikan alasan yang tepat. 16. Proksi missed/met-beat analyst forecast mengandung masalah endogenitas. Hal ini dapat dilihat dari analisis sensitivitas dengan menggunakan least square 2 tahap, menemukan bahwa hubungan IAQuality dengan proksi missed/met-beat analyst forecast tidak signifikan. Endogenitas dapat menimbulkan measurement error, autoregresi dengan autokorelasi, omitted variables, dan sample selection errors. 17. Pada bagian literatur review peneliti justru melakukan kritik atas penelitian sebelumnya (Davidson et all, 2005), sehingga pengungkapan teori pendukung kurang tajam. Justru pengungkapan teori pendukung lebih banyak pada bagian introduction. 18. Jumlah sample terlalu sedikit, sehingga tidak dapat digeneralisasi. Selain itu sample tidak dipilih secara random, sehingga bila diujikan terhadap kelompok perusahaan lain kemungkinan memberikan hasil pengujian yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai