spinalis tanpa abnormalitas radiografik (SCIWORA), atau cedera penetrans. Setiap pembagian diatas dapat lebih lanjut diuraikan sebagai stabil dan tidak stabil.Walaupun demikian penentuan stabilitas tipe cedera tidak selalu sederhana dan ahlipun kadang-kadang berbeda pendapat. Karena itu terutama pada penatalaksanaan awal penderita, semua penderita dengan deficit neurologist, harus dianggap mempunyai trauma tulang belakang yang tidak stabil. Karena itu penderita ini harus tetap diimobilisasi sampai ada konsultasi dengan ahli bedah saraf/ ortofedi.
Dislokasi atlanto oksipita (atlanto occipital dislokatiaon) Cedera ini jarang terjadi dan timbul sebagai akibat dari trauma fleksi dan distraksi yang hebat. Kebanyakan penderita meninggal karena kerusakan batang otak. Kerusakan neurologist yang berat ditemukan pada level saraf karanial bawah.kadang kadang penderita selamat bila resusitasi segera dilakukan ditempat kejadian.
Fraktur atlas (C-1) Atlas mempunyai korpus yang tipis dengan permukaan sendi yang lebar. Fraktur C-1 yang palig umum terdiri dari burst fraktur (fraktur Jefferson).mekanisme terjadinya cedera adalah axial loading, seperti kepala tertimpa secara vertical oleh benda berat atau penderita terjatu dengan puncak kepala terlebih dahulu. Fraktur jefeferson berupa kerusakan pada cincin anterior maupun posterior dari C-1, dengan pergeseran masa lateral. Fraktur akan terlihat jelas dengan proyeksi open mouth dari daerah C-1 dan C-2 dan dapat dikomfirmasikan dengan CT Scan. Fraktur ini harus ditangani secara awal dengan koral sevikal.
Rotary subluxation dari C-1 Cedera ini banyak ditemukan pada anak anak. Dapat terjadi spontan setelah terjadi cedera berat/ ringan, infeksi saluran napas atas atau penderita dengan rematoid arthritis. Penderita terlihat dengan rotasi
kepala yang menetap. .pada cedera ini jarak odontoid kedua lateral mass C-1 rujuk.
tidak
sama,
jangan
dilakukan
rotasi
dengan
paksa
untuk
Fraktur aksis(C-2) Aksis merupakan tulang vertebra terbesar dan mempunyai bentuk yang istimewah karena itu mudah mengalami cedera. 1. fraktur odontoid Kurarng 60% dari fraktur C-2 mengenai odontoid suatu tonjolan tulang berbentuk pasak. Fraktur ini daoat diidentifikasi dengan foto ronsen servikal lateral atau buka mulut. 2. fraktur dari elemen posterior dari C-2 Fraktur hangman mengenai elemen posterior C-2, pars interartikularis 20 % dari seluruh fraktur aksis fraktur disebabkan oleh fraktur ini. Disebabkan oleh trauma tipe ekstensi, dan harus dipertahankan dalam imobilisasi eksternal.
Fraktur dislocation ( C-3 sampai C-7) Fraktur C-3 saangat jarang terjadi, hal ini mungkin disebabkan letaknya berada diantara aksis yang mudah mengalami cedera dengan titik penunjang tulang servikal yang mobile, seperti C-5 dan C-6, dimana terjadi fleksi dan ekstensi tulang servikal terbesar.
Fraktur vertebra torakalis ( T-1 sampai T-10) Fraktur vertebra Torakalis dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori : (1) cedera baji karena kompresi bagian korpus anterior, (2) cedera bursi, (3) fraktur Chance, (4) fraktur dislokasi. Axial loading disertai dengan fleksi menghasilkan cedera kompresi pada bagian anterior. Tip kedua dari fraktur torakal adalah cedera burst
disebabkan oleh kompresi vertical aksial. Fraktur dislokasi relative jarang pada daerah T-1 sampai T-10.
Fraktur daerah torakolumbal (T-11 sampai L-1)fraktur lumbal Fraktur di daerah torakolumbal tidak seperti pada cedera tulang servikal, tetapi dapat menyebabkan morbiditas yang jelas bila tidak dikenali atau terlambat mengidentifikasinya. Penderita yang jatuh dari ketinggian dan pengemudi mobil memakai sabuk pengaman tetapi dalam kecepatan tinggi mempunyai resiko mengalami cedera tipe ini. Karena medulla spinalis berakhir pada level ini , radiks saraf yang membentuk kauda ekuina bermula pada daerah torakolumbal.
Trauma penetrans Tipe trauma penetrans yang paling umum dijumpai adalah yang disebabkan karena luka tembak atau luka tusuk. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkombinasikan informasi dari anamnesis, pemeriksaan klinis, foto polos dan CT scan. Luka penetrans pada tulang belakang umumnya merupakan cedera yang stabil kecuali jika disebabkan karena peluru yang menghancurkan bagian yang luas dari columna vertebralis.
Nafas, Batuk Kronis Kelenjar Gondok, Siku Tangan, 7C Demam Tulang Pundak Kerongkongan, Siku 1T Pergelangan Tangan, Jari,Tenggorokan 2T Jantung dan Arteri Jantung 3T Paru-paru, Trakea, Kantong Paru-paru Asma, Batuk, Sesak Nafas, Tangan Kesemutan Sakit Mata, Radang Paru-paru, Radang Trakea, Demam Sakit kuning, Herpes Demam, Masalah Tekanan Darah, Gangguan Peredaran Darah, Radang Sendi Gangguan Pencernaan Daya Penyembuhan Alami Berkurang Alergi, Penyakit Kulit Gangguan Ginjal, Lelah Kronis, Pengerasan Arteri, Radang Ginjal Jerawat, Eksim, Sakit Kulit Rematik, Perut Kembung, Mandul Sembelit, Radan Usus Besar, Diare Keram Otot, Sesak Nafas Sakit Kandung Kemih, Nyeri Haid, Keringat Dingin Waktu Tidur, Depresi, Keguguran, Encok Sendi Encok Pinggul, Sakit Pinggang, Kencing Tidak Lancar, Nyeri Punggung
7T Pankreas, Usus Dua Belas Jari Radang Lambung 8T Limpa 9T Kelenjar Adrenalin, Ginjal 10TGinjal 11TGinjal dan Ureter 12T Usus Kecil, Sistem Peredaran Limpa
1L Usus Besar 2L Usus Buntu, Perut, Daerah Paha Organ Reproduksi, Rahim, Kantong Kencing, Lutut Kaki
3L
Gangguan Peredaran Darah di Kaki (Dingin), Bagian Luar Kaki, Nyeri Daerah 5L Bengkak Pergelangan Kaki Bawah atau Engkel Kaki, Nyeri Daerah Kaki Tulang Pinggul Tulang Ekor Reproduksi Rahim, Tulang Pinggu, Penyakit Kelenjar, Pantat Prostat, Tulang Membengkak, Penyakit Rahim, Wasir, Radang Anus, Tulang Ekor Anus, Nyeri Tulang Ekor Waktu Duduk
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislokasi) 2) CT scan Untuk menentukan tempat luka/jejas 3) MRI : Untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal 4) Foto rongent thorak : Mengetahui keadaan paru 5) AGD : Menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi