Anda di halaman 1dari 5

A.

GINGIVITIS

1. Proses terjadinya gingivitis


Plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental yang terlindung, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Pada lesi awal perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang

kecil, di sebelah apikal dari epithelium fungsional khusus yang merupakan perantara hubungan antara gingiva dan gigi yang terletak pada dasar leher gingiva), tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap ini. Bila deposit plak masih ada perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papilla interdental menjadi sedikit lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah pada sondase, dalam waktu dua sampai seminggu akan terbentuk gingivitis yang lebih parah. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah (Manson dan Eley, 1993).

2. Akibat gingivitis Menurut Be Kien Nio (1987), Anonim (2010), apabila gingivitis tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : Sulcus gingiva akan tampak lebih dalam dari keadaan normal, akibat pembengkakan gingival ,gingiva mudah berdarah, gingiva berwarna merah, nafas bau busuk, dan gigi goyang

3. Pencegahan gingivitis Menurut Depkes RI. (2002), untuk mencegah terjadinya gingivitis, kita harus berusaha agar bakteri dan plak pada permukaan gigi tidak diberi kesempatan untuk bertambah dan harus dihilangkan, sebenarnya setiap orang mampu, tetapi untuk melakukannya secara teratur dan berkesinambungan diperlukan kedisiplinan pribadi masing-masing. Caranya :

1.

Menjaga kebersihan mulut, yaitu : sikatlah gigi secara teratur setiap

sesudah makan dan sebelum tidur. 2. Mengatur pola makan dan menghindari makan yang merusak gigi,

yaitu makanan yang banyak gula. 3. Periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi, Puskesmas setiap enam

bulan sekali.

4. Perawatan Gingivitis Menurut J.D. Manson dan B.M. Eley (1998), Mediresource clinical team (2010), perawatan gingivitis terdiri dari tiga komponen yang dapat dilakukan bersamaan yaitu : 1. 2. 3. Interaksi kebersihan mulut Menghilangkan plak dan calculus dengan scaling Memperbaiki faktor-faktor retensi plak. Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak dan calculus tidak dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki. Membuat mulut bebas plak ternyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk mencegah rekurensi deposit plak atau tidak diupayakan untuk memastikan pembersihan segera setelah deposit ulang.

5. Indeks untuk mengukur gingivitis Gingivitis diukur dengan gingival indeks. Indeks adalah metoda untuk mengukur kondisi dan keparahan suatu penyakit atau keadaan pada

individu atau populasi. Adapun untuk mengukurnya adalah menggunakan 0 sampai 4 Penilaiannya adalah ; 0 = Gingiva normal, tidak ada keradangan, tidak ada perubahan warna

dan tidak ada perdarahan. 1 = Peradangan ringan : terlihat ada sedikit perubahan warna dan

sedikit edema, tetapi tidak ada perdarahan saat probing. 2 = Peradangan sedang : warna kemerahan, adanya edema, dan terjadi

perdarahan saat probing 3 = Peradangan berat : warna merah terang, atau merah menyala, adanya

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkins dan Ester, 2005).

B. Calculus 1. Pengertian Calculus Calculus merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut. Calculus mempunyai permukaan yang kasar, sehingga sisa-sisa makanan dan bakteri mudah melekat dan berkembang biak yang

mengakibatkan terjadinya penebalan dari calculus tersebut. Pengendapan calculus yang banyak biasanya terjadi pada permukaan gigi yang berlawanan dengan muara kelenjar ludah, misalnya bagian lingual gigi anterior sel-sel permukaan mukosa rahang bawah dan bagian bukal gigi molar satu atas. Tetapi dapat juga dijumpai pada setiap gigi geligi tiruan yang tidak di bersihkan dengan baik (Carranza et al, 2006). 2. Teori terbentuknya calculus (Daniel, 2004). a) Teori physicochemical oleh Resobury dan Kirk . Menurut Resobury: Calculus terbentuk oleh karena adanya

pengendapan air ludah sedangkan menurut Kirk Lepasnya CO2 dari saliva mengurangi asam carbonat yang terkandung di dalam saliva sehingga terjadi pengendapan larutan calcium phospat sebagai calculus.
3

b) Teori Enzymatic dari Tureskey Menurut teori ini, calculus dapat terjadi karena adanya aktifitas

enzim-enzim phospat yang berasal dari sel-sel permukaan mukosa yang sedang berdegenerasi. Umumnya enzim phosphate terbentuk bila ada suatu peradangan.

c) Teori sistemik dan diet dari King, Gimson dan Wallace Menurut teori ini, adanya calculus dan peradangan pada gingiva,

secara sistemis disebabkan kekurangan vitamin A (King dan Gimson), sedangkan menurut Wallace orang yang banyak makan makanan yang berserat mempunyai lebih sedikit calculus dan makanan yang kasar dan keras, dapat menghambat pembentukan calculus.

d) Teori bakteriologis dari Box. Mikroorganisme tertentu mempunyai peranan penting atas terjadinya pengendapan garam-garam calcium sehingga terbentuk Pertumbuhan mikroorganisme terjadi apabila ada keradangan. calculus.

3. Komposisi calculus Calculus terdiri dari sel-sel darah dan sel-sel epitel lepas radang endapan bahan-bahan anorganik yang terdiri dari : 20% air, 13% calcium carbonat, 6% calcium phospat, endapan natrium dan ferum (Ireland, 2006). Macam-macam calculus (Carranza et al, 2006) Berdasarkan letak/lokasinya: 1. Supra gingival calculus adalah calculus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingiva margin dan dapat dilihat, berwarna putih, konsistensinya keras seperti batu clay dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler. Warna calculus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok. Calculus supra gingiva dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau

seluruh gigi, lebih sering terdapat pada bagian bukal molar rahang atas yang berhadapan dengan ductus Stensens pada bagian lingual gigi
4

depan rahang bawah yang berhadapan dengan ductus Whartons selain itu calculus banyak terdapat pada gigi yang sering digunakan.

2. Sub gingival calculus adalah calculus yang berada di bawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing dan explorer, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat ke permukaan gigi. Bentuk sub gingival calculus dapat dibagi menjadi deposit noduler dan spining yang keras, berbentuk cincin atau ledge yang mengelilingi gigi, berbentuk seperti jari yang meluas sampai ke dasar saku, bentuk bulat yang terlokalisir, bentuk gabungan dari bentuk-bentuk di atas. Bila gingival mengalami resesi maka sub gingival calculus akan terlihat seperti supra gingival calculus dan akan ditutupi oleh supra gingival yang asli. Berdasarkan asalnya : 1. Salivary calculus adalah calculus yang berasal dari saliva, berwarna kuning, konsistensi lunak, terletak di permukaan gigi 2. Cerumal calculus adalah calculus yang berasal dari serum darah

karena adanya peradangan, berwarna coklat sampai hitam, konsistensi keras, terletak di permukaan akar.

Anda mungkin juga menyukai