a dasarnya memiliki ketinggian tertentu di bawah permukaan tanah. Kaitannya denga kestabilan lereng, air tanah cenderung memiliki pengaruh buruk yang berdampak pada turunnya nilai faktor keamanan yang dimiliki oleh lereng yang mengandung air tanah tersebut. Upaya untuk menurunkan muka air tanah merupakan suatu pilihan yang dapat dilakukan untuk menjamin tingkat keamanan suatu lereng, yaitu salah satu contohnya adalah pemompaan dengan melalui pemboran vertikal. Dengan diturunkannya muka air tanah, maka beban yang ditanggung oleh lereng akan berkurang, sehingga memperkecil gaya pendorong terjadinya pergerakan massa batuan. Oleh karena itu, perhitungan mengenai tingkat penurunan muka air tanah harus dilakukan untuk mengetahu seberapa besar usaha yang harus dilakukan untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sampai pada level tertentu. Dalam perhitungan mengenai penurunan muka air tanah tersebut faktor yang paling dominan adalah sifat permeabilitas batuan yang menunjukkan kemampuan batuan untuk meloloskan air dalam jumlah tertentu. Meski demikian juga terdapat faktor lain yang juga berpengaruh terhadap intensitas penurunan muka air tanah tersebut, seperti kedalaman sumur pompa, debit pompa, radius dari masing-masing sumur yang satu sama lain saling terkait. Tabel 3.5. Perbandingan nilai permeabilitas dari tiap ukuran butir batuan
Pemompaan dilakukan untuk mengeluarkan air dari dalam tubuh batuan. Pada kondisi awal sebelum dipompa, ketinggian muka air tanah masih berada di kondisi normal. Karena adanya sejumlah volume air yang dipindahkan dari dalam tubuh batuan maka akan terjadi pola aliran air tanah menuju sumur bor. Dan oleh karena itu
akan terbentuk suatu pola depresi muka air tanah yang biasa disebut dengan cone of depression (Gambar 3.10). Umenurunkan muka air tanah sampai pada level tertentu diperlukan sejumlah titik pemompaan dengan nilai debit maupun jarak tertentu. Dengan melakukan perhitungan tersebut, maka akan dapat diketahui jarak antar titik pemompaan dan debit yang optimal untuk menurunkan muka air tanah sampai kedalaman yang di harapkan.
S R Ho m Ro 2Rw Hw qr Sw
Gambar 3.10. Ilustrasi terbentuknya cone of depression pada aquifer tertekan dan semi tertekan. Keterangan : K : koefisien permeabilitas (m/s) Ho : Tinggi keseluruhan batuan (kondisi awal) (m) Hw : Tinggi ujung cone of depression pada lubang bor (m) H : Tinggi Muka air tanah pada penurunan tertentu (m) Ro : Radius penurunan muka air tanah akibat pemompaan (m) Rw : Jari-jari lubang bor. (m) R : Jarak muka air tanah pada penurunan tertentu, dari dinding lubang bor (m) Q : debit emompaan (m3/s) S : Penurunan muka air tanah hingga kedalaman tertentu S=Ho H (m) Sw : Penurunan muka air tanah hingga ujung cone of depression. (m) qr : fluks aliran air tanah (m/s) Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan persamaan berikut : Q = 2.R.m.qr , dimana qr = -K(dH/dR) (Hk. Darcy) Q =2.r.m.K.(dH/dR) dH = Q.dr/(2.R.m.K) dH = (Q/2.m.K).(dR/R)
Persamaan diatas di integralkan untuk memperoleh nilai H H = (Q/2.m.K). ln R + c Nilai c pada persamaan diatas merupakan konstanta integral yang dapat diartikan pada jarak Ro dari sumur, ketinggian muka air tanah awal sebesar Ho. H = ho - (Q/2.m.K). ln (Ro/R) Ro disebut dengan radius of influence, merupakan jarak maksimu dimana muka air tanah mengalami perubahan elevasi akibat adanya pengaruh terhadap aliran air tanah oleh pemompaan sehingga terbentuk cone of depression. Oleh karena itu pada jarak R > Ro sudah tidak ada lagi pengaruh terhadap ketinggian muka air tanah, dan ketinggian muka air tanah pada jarak Ro adalah Ho. Besar penurunan muka air tanah sepanjang lengkungan cone of depression dinyatakan sebagai S, yaitu perbedaaan tinggi muka air tanah pada jarak tertentu, sebelum dan setelah pemompaan. S = ho-h = (Q/2.m.K). ln (Ro/R) S= (Q/2.m.K). ln (Ro/R) Persamaan diatas menyatakan bahwa, terjadi penurunan muka air tanah sebesar S pada debit Q dengan ketebalan aquifer m, permeabilitas K, pada jarak sebesar R dari dinding sumur. Dari persamaan diatas, dapat diketahui bahwa besar penurunan muka air tanah berbanding lurus dengan besar debit pemompaan dan fungsi logaritma jarak, namun berbanding terbalik dengan nilai Permeabilitas dan Transmisifitas batuan, dimana nilai transmisifitas adalah : T= K.m T =Transmisifitas Batuan (m2/s) K : Permeabilitas (m/s) m : tebal aquifer (m) Sedangkan untuk besar penurunan maksimum Sw pada dinding sumur dengan jarijari Rw adalah sebagai berikut : Sw = (Q/2.m.K). ln (Ro/Rw)
Untuk menghitung lamanya waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan upaya penurunan muka air tanah dapat menggunakan persamaan berikut : Ro= t= Ro2.(4524.n.H)/Q Keterangan : Ro = Radius of Influence (m) Q = Debit (m3/mnt) t = waktu (mnt) n = Porositas H = Tinggi Wellscreen
Dalam melakukan perhitungan penurunan muka air tanah pada penelitian ini dilakukan beberapa pendekatan, diantaranya adalah : Dalam perhitungan lapisan batuan dianggap memiliki persebaran horizontal Aquifer bersifat tertekan semi tertekan Ketebalan aquifer merupakan ketebalan rata2 yang dimiliki tubuh lereng Permeabilitas K dan porositas n yang digunakan adalah nilai permeabilitas rata-rata dari aquifer Nilai H dan Ho di hitung sebagai S, dimana S = (Ho - H) Nilai Hw dihitung berdasarkan, Sw = (Ho Hw) Nilai Ro sebagai variabel dengan nilai terkendali, sedangkan nilai Rw adalah variabel dengan nilai tetap Nilai Q sebagai variabel dengan nilai terkendali Nilai S adalah variabel dengan nilai terkendali Nilai R merupakan jarak antara dinding sumur dengan muka air tanah pada penurunan S Jarak lubang bor X yang dianggap efektif adalah jarak dengan persinggungan kurva cone of depression pada penurunan S, dimana X = 2R Tinggi wellscreen merupakan variabel terkendali dengan nilai tetap