Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan antikonvulsi Pada praktikum antikonvulsi ini bertujuan untuk memahami akibat yang ditimbulkan karena stimulasi yang

berlebihan pada system saraf dan memahami kerja obat antikonvulsi juga memahami cara mengatasi antikonvulsi. Konvulsi dianggap sebagai gerak motorik yang abnormal karena kontraksi otot yang berlebihan dan tak terkendali. Kontraksi otot tersebut diakibatkan oleh meningkatnya eksitabilitas system syarafnya sampai pada suatu ambang kritis tertentu. Tetapi selama eksitabilitasnya masih dibawah ambang kritis ini tidak akan menimbulkan konvulsi. Pada percobaan ini menggunakan metode proteksi, jadi hewan percobaan diberi obat terlebih dahulu lalu di induksi oleh strichnin. Awalnya mencit kontrol, mencit pembanding dan mencit uji di berikan obat secara peroral. Mencit kontrol hanya diberikan pembawa yaitu gom arab 1% dengan volume 0,5/20g. Mencit pembanding diberikan fenitoin dengan dosis 13mg/Kg BB, fenitoin ini berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP. Mencit uji diberikan fraksi air dengan dosis 18, 36 dan 72 mg/kg BB mencit dan fraksi etil asetat dengan dosis 1, 2 dan 4 mg/kg BB mencit. Fraksi air dan fraksi etil asetat itu didapatkan dari ekstrak daun selasih yang diketahui khasiatnya sebagai pereda kejang. Praktikum kali ini yang diamati adalah onset konvulsi yaitu kejang pertama setelah diinduksikan strichnin, durasi yaitu waktu saat hewan uji mengalami konvulsi awal hingga hewan uji tersebut mengalami kematian atau sehat kembali, frekuensi yaitu banyaknya konvulsi atau kejang yang dilakukan oleh hewan uji dan jam kematian atau sehat yaitu waktu disaat hewan uji tersebut mengalami kematian atau sehat kembali. Pada hewan uji kontrol hanya diberikan pembawa yaitu gom arab 1% secara peroral (PO) lalu diinduksikan strichnin secara subcutan (SC). Rata-rata onset konvulsi 6 menit (385 detik) dan rata-rata durasi konvulsinya sekitar 58 detik. Rata-rata frekuensi kejangnya sekitar 46 kali kejang. Karena gom arab tidak memiliki efek antikonvulsi sehingga seluruh hewan uji kontrol mengalami kematian 8 menit setelah diinduksi strichnin. Pada hewan uji pembanding diberikan fenitoin 13mg/kg BB secara PO lalu diinduksikan strichnin secara SC. Setelah hewan uji diinduksikan strichnin hewan uji mengalami onset konvulsi rata-rata 7 menit (424 detik) dan rata- rata durasinya sekitar 5 menit (324 detik). Rata-rata frekuensi kejangnya 34 kali kejang. Setelah itu seluruh mencit pembanding mengalami kematian rata-rata setelah 15 menit setelah diinduksi strichnin. Seharusnya seluruh hewan uji ini dapat sehat kembali karena diberikan obat fenitoin yang

telah diketahui bahwa fenitoin merupakan obat utama untuk hampir semua jenis epilepsi sehingga sudah seharusnya hewan yang akan di uji akan tetap hidup. Namun pada prakteknya hewan uji mengalami kematian ini terjadi mungkin karena dosis obat yang diberikan kurang dari yang seharusnya sehingga efek yang diberikan pun kurang. Pada mencit uji fraksi air 1, 2 dan 3 dengan dosis 18, 36 dan 72 mg/kg BB mencit seluruh mencit mengalami kematian setelah diinduksikan strichnin 6 menit (360 detik). Pada mencit uji fraksi etil asetat 1, 2 dan 3 dengan dosis 1, 2 dan 4mg/kg BB mencit. Pada uji fraksi etil asetat 1, setelah hewan uji diinduksikan strichnin hewan uji tidak mengalami konvulsi dan tetap sehat seperti awalnya sebelum diinduksi strichnin. Pada uji fraksi etil asetat 2 hewan uji mengalami onset konvulsi rata-rata 9 menit (540 detik) dan rata- rata durasinya sekitar 8 menit (480 detik). Rata-rata frekuensi kejangnya 10 kali kejang. Setelah itu mencit uji fraksi etil asetat 2 mengalami kembali sehat setelah 9 menit setelah diinduksi strichnin. Pada uji fraksi etil asetat 3 hewan uji mengalami onset konvulsi rata-rata 9 menit (540 detik) dan rata- rata durasinya sekitar 1 menit (103 detik). Rata-rata frekuensi kejangnya 87 kali kejang. Setelah itu mencit uji fraksi etil asetat 3 mengalami kembali sehat 11 menit setelah diinduksi strichnin. Jadi fraksi uji air 1, 2 dan 3 dari ekstrak daun selasih tidak memiliki efek antikonvulsi karena hewan uji mengalami kematian seluruhnya dan pada fraksi uji etil asetat 1, 2 dan 3 dari ekstrak daun selasih memiliki efek anti konvulsi yang cukup baik dengan semakin rendah dosisnya semakin baik dilihat dari frekuensi kejang yang ditimbulkan oleh fraksi etil asetat 1 hewan uji tidak mengalami konvulsi sama sekali, fraksi etil asetat 2 hewan uji mengalami konvulsi 10 kali dan fraksi etil asetat 3 mengalami konvulsi sebanyak 87 kali. Saat dibandingkan fraksi air dan etil asetat dengan kontrol ekstrak daun selasih memiliki efek anti konvulsi karena hewan dapat sehat seperti semula. Dan diantara fraksi air dan fraksi etil asetat yang memiliki efek anti konvulsi adalah fraksi etil asetat karena pada fraksi air seluruh hewan uji mengalami kematian dan pada fraksi etil asetat hewan uji kembali sehat seperti semula. Jadi ekstrak daun selasih apabila dilarutkan dalam pelarut yang sesuai (etil asetat) maka akan memberikan efek antikonvulsi yang baik, jadi pelarut mempengaruhi efek yang ditimbulkan. Diantara fraksi uji etil asetat 1, 2 dan 3 yang memiliki efek antikonvulsi yang paling baik adalah fraksi etil asetat 1 dengan dosis 1mg/kg BB mencit dilihat dari frekuensi dan durasi konvulsi sampai kembali sehat seperti semula. Dibandingkan dengan pembanding yaitu fenitoin dengan dosis 13mg/Kg BB fraksi etil asetat 1 lebih baik, karena seluruh hewan uji pembanding yang diberikan fenitoin mengalami kematian

sedangkan hewan uji yang diberikan fraksi etil asetat 1 dengan dosis 1mg/Kg BB mencit dapat sehat seperti semula. Hewan uji pembanding yang diberikan fenitoin mengalami

kematian mungkin disebabkan karena dosis yang diberikan kurang sehingga menimbulkan efek yang kurang juga. Dan apabila benar fraksi etil asetat dengan dosis 1mg/kg bb mencit lebih baik daripada fenitoin dengan dosis 13 mg/kg bb butuh penelitian lebih lanjut untuk menentukan efek keseluruhannya.

Kesimpulan 1. Hewan uji kontrol yang hanya diberikan gom arab 1% mengalami kematian dan hewan uji yang diberikan fraksi etil asetat dengan dosis 1, 2 dan 4 mg/kg BB mencit dari ekstrak daun selasih dapat kembali sehat seperti semula, ini menunjukan bahwa ekstrak daun selasih positif memiliki efek antikonvulsi. 2. Hewan uji pembanding yang diberikan fenitoin 13mg/Kg BB mengalami kematian dan hewan uji yang diberikan fraksi etil asetat dengan dosis 1, 2 dan 4 mg/kg BB mencit dari ekstrak daun selasih dapat kembali sehat seperti semula, ini menunjukan bahwa ekstrak daun selasih lebih baik daripada fenitoin. 3. Hewan uji yang diberikan fraksi air 1, 2 dan 3 dengan dosis 18, 36 dan 72 mg/kg BB mencit dari ekstrak daun selasih mencit seluruhya mengalami kematian dan hewan uji yang diberikan fraksi etil asetat dengan dosis 1, 2 dan 4 mg/kg BB mencit dari ekstrak daun selasih dapat kembali sehat seperti semula, ini menunjukan bahwa fraksi etil asetat lebih baik daripada fraksi air 4. Dari fraksi etil asetat 1, 2 dan 3 dengan dosis 1, 2 dan 4 mg/kg BB mencit yang paling baik adalah fraksi etil asetat 1 dengan dosis 1 mg/kg bb mencit dilihat dari onset konvulsi, durasi konvulsi dan frekuensi konvulsi.

Anda mungkin juga menyukai