Ironisnya kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan dan penyebab keputihan pada wanita itu sendiri dan malah yang menjadikan keputihan sebagai hal yang enteng. Justeru jika tidak ditangani dengan baik, keputihan bisa berakibat fatal. Kemandulan dan kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan) bisa menjadi salah satu akibat dari adanya keputihan, selain itu gejala awal kanker rahim biasanya dimuali dengan adanya keputihan. Dan tentunya kanker leher rahim merupakan jenis penyakit yang berbahaya yang jika tidak ditangani dengan baik, akan berujung pada kematian. Jadi jangan anggap enteng keputihan. (Baca: Keputihan dapat menyebabkan Kemandulan dan Kematian) Keputihan akan sering teralami saat wanita sedang hamil, hal ini akibat adanya perubahan hormonal yang terjadi dan salah satu efek dari peningkatan hormonal tersebut adalah adanya produksi cairan yang meningkat serta diakibatkan juga oleh vagina wanita hamil yang mengalami penurunan keasamannya, juga akibat kondisi pencernaan mengalami perubahan. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya resiko sering terjadinya keputhan pada wanita hamil, terutama keputihan yang diakibatkan adanya infeksi jamur.
Jenis Keputihan
Keputihan terbagi menjadi dua jenis yaitu yang bersifat fisiologis dan Patologis.
Keputihan Fisiologis
Jenis keputihan ini biasanya sering terjadi saat masa subur, serta saat sesudah dan sebelum menstruasi. Biasanya saat kondisi-kondisi tersebut sering terdapat lendir yang berlebih, itu adalah hal normal, dan biasanya tidak menyebabkan rasa gatal serta tidak berbau. Keputihan fisiologis pada wanita hamil tidak berpengaruh terhadap janin secara langsung, karena adanya selaput ketuban yang dapat melindungi janin. Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan normal memiliki ciri-ciri:
Cairan keputihannya encer Cairan yang keluar berwarna krem atau bening Cairan yang keluar tidak berbau Tidak menyebabkan gatal Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit
Keputihan Patologis
Keputihan jenis patologis disebut juga sebagai keputihan tidak normal. Jenis keputihan ini sudah termasuk ke dalam jenis penyakit. Keputihan patologis dapat menyebabkan berbagai efek dan hal ini akan sangat mengganggu bagi kesehatan wanita pada umumnya dan khususnya kesehatan daerah kewanitaan. Keputihan patologis akibat adanya infeksi akan mengakibatkan meningkatnya resiko bayi lahir prematur pada wanita hamil dan bayi pun akan turut terkena infeksi. Bayi yang terkena infeksi
virus beresiko mengalami ganngguan pencernaan dan gangguan pernapasan hingga bisa menyebabkan bayi mengalami kematian. Dan bayi yang mengalami infeksi akibat bakter dapat menyebabkan kebutaan pada bayi. Keputihan patologis memiliki ciri-ceiri sebagai berikut:
Cairannya bersifat kental Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu, atau berwarna kuning atau juga hijau Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal Cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap Biasanya menyisakan bercak-bercak yang telihat pada celana dalam wanita Jumlah cairan yang keluar sangat banyak.
Penyebab Keputihan
Faktor kebersihan yang kurang baik. Kebersihan di darerah vagina haruslah terjaga dengan baik. Jika, daerah vagina tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah satunya keputhan. Hal ini menyebabkan kelembaban vagina mengalami peningkatan dan hal ini membuat penyebab infeksi berupa bakteri patogen akan sangat mudah untuk menyebarnya. Stress. Semua organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol oleh otak, maka ketika reseptor otak mengalami kondisi stress hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan keseimbangan hormon -hormon dalam tubuh dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya keputihan. Penggunaan obat-obatan. Penggunaan obat antibitok dalam jangka lama bisa menyebabkan sistem imunitas pada tubuh wanita, dan obat antibiotik biasanya dapat menimbulkan keputihan. Sedangkan gangguan keseimbangan hormonal dapat juga disebabkan oleh penggunaan KB Keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit, bakteri dan virus Jamur Monilia atau Candidas. Bercirikan memiliki warna putih seperti susu, cairannya sangat kentar, sangat berbau tidak seda dan menimbulkan rasa gatal pada sekitar daerah vagina. Hal ini dapat menyebabkan vagina mengalami radang dan kemerahan. Biasanya hal ini juga dipicu oleh adanya penyakit kencing manis, penggunaan pil KB, serta tubuh yang memiliki daya tahan rendah.
Bakteri Gardnella
Keputihan akibat infeksi bakteri ini memiliki ciri berwarna keabuan, sedikit encer, memiliki bau ami dan berbuih. Keputihan jenis ini dapat menimbulkan rasa gatal yang sangat menggangu.
Virus
Keputihan jenis ini timbul akibat penyakit kelamin, seerti HIV/AIDS, herpes dan conyloma. Timbulnya kutil-kutil yang banyak dan diikuti oleh cairan berbau menandakan adanya virus condyloma. Biasanya ibu hamil sering terjangkit oleh virus ini. VIrus yang dapat ditularkan oleh hubungan seks yaitu virus herpes. Cirinya adanya luka yang melepuh di sekitar lubang vagina, terasa panas dan menimbulkan rasa gatal. Kanker mulut rahim yang sangat berbahaya bagi kaum wanita dapat di picu oleh keputihan yang disebabkan oleh keputihan akibat virus.
Mencegah Keputihan
Bersihkan selalu organ intim anda. Bersihakan dengan menggunakan pembersih yang tidak menyebabkan gangguan kestabilan pH pada daerah vagina anda. Gunakan produk pembersih terbuat dari bahan susu. Produk yang terbuat dari bahan dasar susu dapat menjaga pH seimbang juga meningkatkan flora dan bakteri yang tidak bersahabat dapat ditekan. Penggunaan sabun antiseptik kurang baik bagi vagina dalam jangka panjang, karena bersifat agat keras. Jangan menggunakan bedak atau bubuk yang bertujuan membuat vagina harum atau kering. Bedak sangat kecil dan halus, hal ini mudah terselip dan tidak dapat terbersihkan, sehingga mengundang datangnya jamur pada vagina. Keringkanlah selalu vagina anda setelah mandi, cebok atau mencui vagina sebelum anda berpakaian Pakailah selalu pakaian dalam yang kering. Usahakan selalu untuk membawa cadangan guna berjaga-jaga jika celana dalam anda perlu diganti Gunakan celana luar yang memiliki pori-pori cukup, jangan terlalu seirng menggunakan celana luar yang ketat, hal ini dapat menyebabkan sirkluasi di daerah kewanitaan terganggu. Gunakan celana dalam dari bahan katun, karena bahan katun mampu menyerap keringat. Saat periode menstruasi, seringlah anda mengganti pembalut Panty liner digunakan saat dirasa perlu saja, janga digunakan terlalu lama. Jika anda stress, ambil waktu libur atau cuti anda, rileks kan pikiran anda sejenak. Karena stress juga dapat memacu keputihan Kurangi untuk kegiatan yang membuat anda sangat letih, kepanasan dan banyak mengeluarkan keringat, atau jika sudah melakukan aktivitas tersebut, segera mandi dan bersihkan tubuh anda khususnya daerah kemaluan.
Sumber : Penyebab Keputihan Pada Wanita http://bidanku.com/index.php?/keputihan-padawanita-jenis-penyebab-dan-pencegahan#ixzz2QXzhY5lu Follow us: @bidanku on Twitter | bidanku on Facebook
1. Infeksi, bisa berasal dari : - Bakteri. Misalnya Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus - Jamur. Misalnya Candida albicans - Protozoa. Misalnya Trichomonas vaginalis - Virus. Misalnya Virus Herpes dan human papilloma virus 2. Iritasi, bisa disebabkan karena : - Sperma, pelicin, kondom - Sabun cuci dan pelembut pakaian - Deodorant dan sabun - Cairan antiseptic untuk mandi. - Pembersih vagina. - Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat - Kertas tisu toilet yang berwarna. 3. Tumor atau jaringan abnormal lain 4. Fistula 5. Benda asing 6. Radiasi 7. Penyebab lain seeperti kondisi psikologi penderita (Volvovaginitis psikosomatik) PROSES TERJADINYA PENYAKIT Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis. Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial. Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat. GEJALA KLINIS Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus.
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri. - Sekret vagina yang bertambah banyak - Rasa panas saat kencing - Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal - Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis. Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal. PENATALAKSANAAN Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan : 1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan. 2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual. 3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang. 5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina. 6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. 7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal , keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai h al yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal m emang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus d iobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005) . Keluarnya cairan dari vagi na merupakan salah satu keluhan yang sering dinyatakan oleh kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal, dengan bahan yang dikeluarkan hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh k el enjar kelenjar di dalam rahim dan leher rahim, serta cairan yang keluar melalui dinding vagina dari jaringan di sekitarnya. Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga ya ng menganggap masalah keputihan mengganggu aktivi tas sehari hari ( Cunningham, Gary, dkk. 2005)
. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita. Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur dengan sel sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar kelenjar di jalan lahir. Secara fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Jadi, bagi mahasiswi FK USU mereka tidak ada masa untuk memberi perhatian terhadap kebe rsihan alat kelamin mereka. Kesibukan seharian mereka
Universitas Sumatera Utara
Keputihan pada wanita - apakah keputihan itu ? keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi abnormal pada wanita. Keputihan pada wanita yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, sering pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama. Setiap wanita sekali waktu pernah mengalami keputihan dalam hidupnya, bahkan banyak yang sering mengalaminya. Dalam keadaan yang normal, vagina yang sehat memproduksi cairan yang berfungsi untuk membersihkan vagina dari benda - benda asing yang tidak diinginkan. Cairan tersebut juga berfungsi sebagai pelumas dalam hubungan seksual yaitu untuk membantu penetrasi penis, serta membantu fungsi
reproduksi. Sekresi alami tersebut bisa cair seperti air atau kadang - kadang juga bisa berlendir, umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih dan tidak berbau. Ini adalah keputihan pada wanita namun masih dalam batas normal. Satu hal yang perlu diwaspadai dalam hal keputihan pada wanita adalah jika cairan yang keluar itu berlebihan dan sifatnya berubah - ubah, menimbulkan rasa gatal, terasa panas dan perih sewaktu buang air kemih atau rasa nyeri sewaktu bersenggama, serta mengeluarkan bau tidak sedap. Itu adalah pertanda keputihan yang tidak semestinya. Keputihan jenis ini bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi dapat merupakan gejala dari penyakit lain misalnya penyakit kanker
Penyebab keputihan pada wanita Dengan memperhatikan cairan yang keluar, dapat diketahui penyebab keputihan sebagai berikut : Infeksi Gonore, menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna kuning kehijauan. 2. Parasit Trichomonas Vaginalis, menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer berwarna kuning kelabu. 3. Keputihan pada wanita yang disertai debgan bau busuk dapat disebabkan oleh kanker. 4. Kelelahan yang sangat.
1.
Keputihan pada wanita lebih disebabkan karena masalah jamur, bukan karena mengkonsumsi buah nanas, ketimun dan lain sebagainya. Wanita beresiko terserang keputihan ketika tubuh sedang dalam keadaan kurang istirahat, diet yang tidak sehat, maupun penyakit. Sedangkan keputihan pada wanita akibat infeksi, apabila terdapat bakteri berbahaya yang bersarang pada kewanitaan seperti chlamdyia, jamur seperti candida sp dan parasit seperti trichomonas vaginalis. Pengobatan keputihan pada wanita
Pemeriksaan dokter sebaiknya segera dilakukan apabila anda mengalami keputihan, tujuannya adalah untuk mengetahui letak dari bagian yang sakit untuk menentukan dari mana keputihan itu berasal. Untuk mengobati keputihan pada wanita biasanya
digunakan vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, eritromisin dan lain sebagainya. Selain cara di atas, keputihan pada wanita dapat diobati dengan metode tradisional tergantung dari kondisi tingkat keparahan dari keputihan tersebut :
1. 2. 3. 4. 5.
Terapi ramuan tradisional Terapi mandi rempah Terapi dengan menggunakan obat herbal Terapi dengan menggunakan minyak kelapa Terapi formula khusus perawatan keputihan pada wanita
Pencegahan keputihan pada wanita Berikut ini adalah tips - tips yang terbukti dapat mencegah keputihan :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan PH di sekitar vagina. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan, walaupun untuk tujuan pengharum atau pengering sekalipun. Selalu keringkan vagina sebelum berpakaian. Gunakan celana dalam yang kering. Gunakan celana dalam berbahan yang dapat menyerap keringat, seperti katun. Gunakan pakaian longgar, bahan jeans tidak disarankan karena pori - pori kain terlalu rapat dan mengganggu sirkulasi udara di sekitar organ kewanitaan. Usahakan memakai rok yang longgar. Ketika sedang haid, sering - seringlah berganti pembalut. Gunakan panty liner di saat perlu saja, jangan terlalu lama. Misalnya saat bepergian, dan lepaskan sekembalinya anda di rumah.
Organ kewanitaan merupakan bagian tubuh yang sangat penting yang harus dirawat dengan benar. Segala bentuk kondisi yang tidak normal pada seperti keputihan yang berlangsung lama harus segera diperiksakan ke dokter, karena bisa jadi itu adalah gejala penyakit lain seperti kanker serviks, kanker rahim, kanker mulut rahim, kanker leher rahim atau penyakit wanita lainnya. ----Kumpulan artikel terkait :
kti d3 kebidanan
kti d3 kebidanan, kti d3 kebidanan lengkap, kti d3 kebidanan terbaru, kti d3 kebidanan tentang hubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam rongga mulut adalah karies gigi. Di Indonesia, prevelansi karies gigi ada kecenderungan semakin tinggi. Pada masa ini tidak hanya banyaknya karies gigi yang perlu diperhatikan tetapi urutan penyebab kejadian karies gigi seperti faktor gigi, substrat, mikroorgnisme, dan faktor waktu. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang dirugikan. Proses karies gigi ditandai dengan terjadinya deminerausisi pada jaringn keras gigi, terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang karies gigi masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang. Penelitian mengenai identifikasi resiko karies saat ini telah banyak dilakukan pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Adanya riwayat karies diketahui sebagai indikator terbaik dalam penentuan perkembangan karies. Namun indikator tersebut tidak dapat mencapai target ketetapan sekitar 80%. Berdasarkan survey litbankes, presentase angka kesakitan gigi menduduki peringkat ke-6 terbanyak Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2009). Di Indonesia prevelansi karies gigi tetap diperkirakan 6080% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan survey kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral pada daerah kota anak umur 8 tahun mempunyai prevelansi karies 45,2%, rata-rata 0,84, anak umur 12 tahun sebesar 76,62% rata-rata 2,21 sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai prevelansi kariesnya 73,2 dan rata-rata 2,69. Adanya interaksi antara faktor penyebab karies, merupakan awal terjadinya lesi karies gigi. Hasil laporan penelitian-penelitian di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan adanya pervalensi yang cukup tinggi pada anak usia sekolah. Berdasarkan hasil survey di atas, didapati anak yang mengalami karies gigi jumlahnya cukup tinggi, maka masalah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius agar dapat diupayakan cara pencegahannya dan penanggulangannya.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa karies gigi banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Maka dari pernyataan itu, peneliti membuat perumusan masalah yaitu FaktorFaktor Yang Menyebabkan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Di Sekolah Dasar.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak. 1.3.2 Tujuan Khusus - Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan makanan yang dikonsumsi. - Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan bakteri. - Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi berdasarkan gigi dan air ludah.
1.4 Manfaat Penelitian - Bagi instansi SD Untuk menambah wawasan dan informasi bagi siswa-siswi terhadap faktor-faktor penyebab dan pencegah karies gigi. - Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti terutama tentang penyebab dan pencegahan karies gigi. Data yang sudah ada dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya terutama tentang kesehatan gigi. - Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan sebagai reverensi di perpustakaan.
http://kti-d3kebidanan.blogspot.com/2012/11/faktorfaktor-yang-menyebabkan.html
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
<< Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hamil di RSIA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Kesehatan dalam Penanggulangan Diare >> Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2012 (100) o Desember (30) o November (70) 11/30 (54) 11/28 (6) Gambaran Faktor Resiko Hipertensi di Puskesmas Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkomplit pada Ibu... Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hami... Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Karies G... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Keseha... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap... 11/27 (5) 11/25 (5)
Pengikut
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini bc:rbagai kuman dapat masuk. Banyak organ yang berada dalam mulut seperti orofaring, kelenjar parotid, tonsil, uvula, kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan lidah. Masalah yang sering tc;rjadi pada kebersihan gigi dan mulut, antara lain: 1. Halitosis, bau napas tidak sedap yang dapat discbabkan adanya kuman atau lainnya. 2. Ginggivitas, radang pada daerah gusi. 3. Karies, radang pada gigi. 4. Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau 5. Feridontal disease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak). 6. Glostiitis, radang pada lidah. 7. Chilosis, bibir yang pecah-pecah. Cara Perawatan Gigi dan Mulut Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu mempertahankan kebc:rsihan mulut dan gigi dengan cara membc:rsihkan serta menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini adalah mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebcrsihan gigi dan mulut. A1at dan Bahan: 1. Handuk dan kain pengalas. 2. Gelas kumur berisi. a. Air masak/NaCI. b. Obat kumur. c. Boraks gliserin. 3. Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa. 4. Kapas lidi. 5. Bengkok. 6. Kain kasa. 7. Pinset atau arteri klem. 8. Sikat gigi dan pasta gigi. Prosedur Kerja: 1. Jelaskan prosedur pada pasien. 2. Cuci tangan. 3. Atur posisi pasien. 4. Pasang handuk di bawah dagu dan pipi pasien. 5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air dan NaCI. 6. Anjurkan pasien untiuk membuka mulut dengan sudip lidah bila pasien tidak sadar. 7. Lakukan pembersihan di mulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, lidah, bibir bila sudah kotor letakkan di bengkok. 8. Lakukan hingga bersih setelali itu oleskan boraks gliserin. 9. Untuk perawatan gigi lakukan penyikatan dengan gerakan naik turun dan bilas lalu keringkan. 10. Cuci tangan.
AB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal , keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai h al yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005)
. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal , keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005) . Keluarnya cairan dari vagina merupakan salah satu keluhanyang sering dinyatakan oleh kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal,
dengan bahan yang dikeluarkan hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh kelenjar-kelenjar di dalam rahim dan leher rahim, serta cairan yang keluar melalui dinding vagina dari jaringan di sekitarnya. Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari (Cunningham, Gary, dkk. 2005) . Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita. Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan lahir. Secara fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Jadi, bagi mahasiswi FK USU mereka tidak ada masa untuk memberi perhatian terhadap kebe rsihan alat kelamin mereka. Kesibukan seharian mereka Universitas Sumatera Utara menjadikan para mahasiswi ini tidak ambil peduli tentang kebersihan sebegini (Greer, Cameron, Mangowan, 2003). Penelitian bagi masalah keputihan telah dilakukan di Kota Malang, Indonesia oleh dr. Prita Muliarini, SpOG pada wanita yang pernah mengalami keputihan di Kota Malang. Responden yang dilibatkan sejumlah 180 orang. Hasilnya, keputihan ini bisa karena 25%-50% candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasi (Prita Muliarini, 2009). 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah sejauh manakah pengetahuan mahasiswi FK USU tentang penyebab masalah keputihan serta cara-cara mencegahnya? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari pembuatanmakalah ini adalah untuk mengetahui pengetahuan para mahasiswi tentang penyebab-penyebab masalah keputihan serta cara pencegahan yang benar. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1.Untuk meningkatkan lagi tahap kesadaran mahasiswi tentang bagaimanakah masalah keputihan ini sebenarnya berlaku. 2. Mengurangkan prevalensi dan insidensi berlakunya masalah keputihan yang berat. 3. Mencegah masalah keput ihan ini menimbulkan komplikasi. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk 1.
Membantu Universitas untuk menilai efektifitas dari sistem pengajaran di USU. 2. Dapat digunakan sebagai sumber rujukan bagi penelitian selanjutnya.