Anda di halaman 1dari 17

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

BAB. III

METODOLOGI
Metode kerja yang dilakukan untuk analisa lahan kritis adalah berdasarkan atas Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis tahun 2004 oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) dan Surat Direktur Jenderal RLPS No. S.296/V-SET/2004 tanggal 5 Oktober 2004. Pada dasarnya teknik yang digunakan dalam analisa ini adalah dengan metoda overlay/tumpang susun dan pengecekan/survey langsung di lapangan. Guna memungkinkan analisa yang lebih luas untuk kepentingan rehabilitasi hutan dan lahan, maka skoring kekritisan lahan dalam SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 perlu diperluas mencakup seluruh fungsi hutan dan di luar kawasan hutan sebagai berikut; o Total skor untuk kawasan hutan lindung dapat disetarakan untuk Kawasan Hutan Lindung dan kawasan hutan konservasi o Total skor untuk kawasan budidaya pertanian dapat disetarakan untuk areal penggunaan lain (di luar kawasan hutan) o Total skor untuk kawasan lindung di luar kawasan hutan dapat disetarakan untuk kawasan hutan produksi (hutan produksi tetap/produksi yang dapat dikonversi dan hutan produksi terbatas). Memperhatikan efektifitas penerapan kriteria inventarisasi lahan kritis berdasarkan SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 tanggal 21 April 1998 terutama untuk sub kriteria erosi dan singkapan batuan, maka telah dilakukan kajian terhadap metoda pendukung identifikasi sub kriteria tersebut berdasarkan data-data yang mudah diakses dan tersedia di seluruh Indonesia. Metoda pendukung tersebut diharapkan dapat dijadikan sumber III-1

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

informasi utama untuk memfokuskan survei lapangan untuk identifikasi erosi aktual dan outcrop. Salah satu sumber informasi yang dapat digunakan adalah tingkat erosi berdasarkan land system dari proyek Regional Physical

Planning Program for Transmigration yang petanya dalam skala 1:250.000


telah meliputi seluruh (100%) wilayah Indonesia. Kajian komprehensif mengenai pemanfaatan data dari RePPProT telah dilakukan oleh pakar Geomorfologi dengan hasil, bahwa database landsystem yang ada pada peta-peta lampiran di RePPProT dapat dimanfaatkan untuk penentuan kekritisan lahan, terutama yang terkait dengan item lithology, soil association dan climate range (Junun, 1998). Tahapan dalam metode analisa lahan kritis meliputi, tahapan persiapan, pengumpulan data di lapangan, pengolahan dan analisa data, input data spasial, analisa spasial, dan penyajian data spasial. 3.1. Persiapan. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan penyusunan data spasial lahan kritis tersebut mencakup hardware, software dan bahan-bahan. Hardware dan software yang perlu disiapkan untuk penyusunan data spasial lahan kritis tersebut adalah: 1. Software ArcView versi 3.2. 2. Personal Computer 3. Hardware Sistem Informasi Geografis (SIG) Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan diantaranya adalah: 1. Hasil Interpretasi Citra satelit (landsat ETM 7+) tahun 2000 dan tahun 2002 2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 3. Peta land system dari RePPProT SKALA 1 : 250.000 III-2

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

4. Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Utara Skala 1:250.000 (Lampiran SK. Menteri Kehutanan dan Perekebunan No. 452/Kpts-II/1999, tanggal 17 Juni 1999.) 3.2. Pengumpulan Data di Lapangan Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Survey yang beranggotakan Staf Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tondano dan Staf Teknis dari Dinas Agribisnis Kota Tomohon. Dengan melibatkan instansi terkait daerah diharapkan data dan informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi dalam Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon. Kegiatan survey di lapangan dilakukan bertujuan untuk mencatat sifat-sifat fisik di lapangan serta untuk mengetahui keadaan sosial, ekonomi dan budaya wilayah sasaran dan untuk mengkoreksi data sekunder dan hasil identifikasi potret udara, dan peta-peta lain dengan keadaan wilayah sasaran. 3.2.1. Pengumpulan Data Bio-fisik. Jenis data yang dikumpulkan meliputi: Tutupan lahan pada masing-masing fungsi hutan (Jenis, Kerapatan tajuk) Singkapan batuan (outcrop) Erosi (tempat, kwantinta terjadinya erosi) Tanah Iklim

3.2.2. Pengumpulan Data Sosial, Ekonomi dan Budaya. Data sosial, ekonomi dan budaya meliputi: Penduduk (jumlah, kepadatan, jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian) Prasarana ekonomi

III-3

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Prasarana kesehatan Prasarana pendidikan Prasarana peribadatan Produktivitas pertanian. Manajemen pengelolaan lahan di dalam kawasan hutan dan di areal budidaya pertanian

3.3.

Pengolahan dan Analisa Data. Pengolahan data adalah merupakan tahapan pekerjaan menyusun

3.3.1. Pengolahan Data. dan merangkaikan berbagai jenis data menjadi satu susunan data yang sistematik dan terinci menurut fungsi, klasifikasi maupun peruntukan penggunaannya. Jenis pekerjaan yang termasuk dalam tahap pengolahan data antara lain: a. Pengelompokan data menurut jenisnya yaitu: Data bio-fisik Data Sosial, ekonomi dan budaya

b. Pengikhtisaran data menurut jenis yaitu: (1). Bio-fisik. - Tanah, Singkapan batuan (outcrop), Erosi, Tutupan, iklim (2). Data sosial, ekonomi dan budaya. Jumlah penduduk, Produktivitas pertanian, Manajemen pengelolaan, sarana-prasarana, dll. 3.3.1. Analisa Data. Analisa data adalah suatu proses saling menghadapkan dua jenis data atau lebih untuk mendapatkan hubungan informasi antara data yang satu dengan lainnya. Hubungan informasi tersebut diperlukan untuk mengidentifikasikan permasalahan dan alternatif pemecahannya. Hasil III-4

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

analisa yang diharapkan dapat teridentifikasinya data lahan kritis Kota Tomohon. Proses analisa Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon sebagian besar dilakukan dengan menggunakan alat (instrumen) perangkat lunak (software) Sintem Informasi Geografis (SIG) yaitu ArcView 3.2. Proses analisa dengan menggunakan software SIG ini dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu melakukan input data spasial beberapa tema yang telah dilakukan koreksi data dari data survey lapangan. 3.4. Input Data Spasial (Parameter Lahan Kritis). Data spasial lahan kritis diperoleh dari hasil analisis terhadap beberapa data spasial yang merupakan parameter penentu kekritisan lahan. Parameter penentu kekritisan lahan 041/Kpts/V/1998 meliputi: kondisi tutupan vegetasi kemiringan lereng tingkat bahaya erosi dan singkapan batuan (outcrop), dan kondisi pengelolaan (manajemen) produktivitas lahan berdasarkan SK Dirjen RRL No.

Data spasial lahan kritis dapat disusun apabila data spasial ke 5 (lima) parameter tersebut di atas sudah disusun terlebih dahulu. Data spasial untuk masing-masing parameter harus dibuat dengan standar tertentu guna mempermudah proses analisis spasial untuk menentukan lahan kritis. Standar data spasial untuk masing-masing parameter meliputi kesamaan dalam sistem proyeksi dan sistem koordinat yang digunakan serta kesamaan data atributnya.

III-5

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

3.4.1. Data Spasial Liputan Lahan. Informasi tentang liputan lahan diperoleh dari hasil interpretasi citra penginderaan jauh Citra satelit Landsat 7 ETM+ oleh Badan Planologi Dep. Kehutanan tahun 2000 dan Citra satelit Landsat tahun 2002 yang dimiliki BPDAS Tondano. Dalam penentuan kekritisan lahan, parameter liputan lahan mempunyai bobot 50%, sehingga nilai skor untuk parameter ini merupakan perkalian antara skor dengan bobotnya (skor x 50). Klasifikasi tutupan lahan dan skor untuk masing-masing kelas ditunjukkan pada Tabel III.1; Tabel III.1. Klasifikasi Liputan Lahan dan Skoringnya Untuk Penentuan Lahan Kritis. Kelas Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk Prosentase Tutupan Tajuk (%) > 80 61 - 80 41 - 60 21 - 40 < 20 Skor 5 4 3 2 1 Skor x Bobot (50) 250 200 150 100 50

3.4.2. Data Spasial Kemiringan Lereng. Data spasial kemiringan lereng disusun dari hasil pengolahan data kontur dalam format digital. Data kontur terlebih dahulu diolah untuk menghasilkan model elevasi digital (Digital Elevation Model/DEM) untuk kemudian diperoses guna menghasilkan data kemiringan lereng, namun demikian data kontur digital tidak tersedia secara keseluruhan wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Terdapat 6 sheet peta RBI tidak ada data digital kontur yaitu sheet peta RBI nomor 2316-54, 2316-52, 2316-61, 2316-61, III-6

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

2316-33,2316-24, sehingga untuk memperoleh data kemiringan lereng dilakukan diliniasi kontur pada peta RBI secara manual, selain itu data kemiringan lereng juga diperoleh dari data RTL-RLKT yang ada digital kelas kemiringan lerengnya hal ini untuk menghindari terjadinya perbedaan data kelas kemiringan lereng. Klasifikasi kemiringan lereng dan skor untuk masing-masing kelas ditunjukkan pada tabel III.2; Tabel III.2. Klasifikasi Lereng dan Skoringnya Lahan Kritis. Kelas Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Kemiringan Lereng (%) <8 8 - 15 16 - 25 26 - 40 > 40 Untuk Penentuan Skor 5 4 3 2 1

3.4.3. Data Spasial Tingkat Erosi. Data spasial tingkat erosi diperoleh dari pengolahan data spasial sistem lahan (land system). Namun karena tidak didapati informasi tentang bahaya erosi pada data spasial sistem lahan (land system) Provinsi Sulawesi Utara maka dilakukan overlay data spasial jenis tanah (pada peta land

system), kelas lereng, curah hujan (pada peta land system), dan tutupan
lahan. Klasifikasi Tingkat Erosi dan skor untuk masing-masing kelas tingkat erosi ditunjukkan pada tabel III.3;

III-7

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Tabel III.3. Klasifikasi Tingkat Erosi dan Skoringnya Untuk Penentuan Lahan Kritis. Kelas Besaran / Deskripsi Tanah dalam: <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak 20 50 m Tanah dangkal: <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak >50 m Tanah dalam 25 75 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak kurang dari 20 m Tanah dangkal 25 50 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur dengan jarak 20 - 50 m Tanah dalam Lebih dari 75 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi parit dengan jarak 20-50 m Tanah dangkal 50 75 % lapisan tanah atas hilang Tanah dalam Semua lapisan tanah atas hilang >25 % lapisan tanah bawah dan/atau erosi parit dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 m Tanah dangkal >75 % lapisan tanah atas telah hilang, sebagian lapisan tanah bawah telah tererosi Skor

Ringan

Sedang

Berat

Sangat Berat

Untuk menyesuaikan data pengkelasan tingkat erosi dengan yang sebelumnya maka kelas tingkat erosi dibagi menjadi 5 (lima) kelas yaitu mulai dari kelas Sangat Ringan (SR), Ringan (R), Sedang (S), Berat (B) dan Sangat Berat (SB).

III-8

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

3.4.4. Data Spasial Produktivitas. Berdasarkan SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998, data produktivitas merupakan salah satu kriteria yang dipergunakan untuk menilai kekritisan lahan di kawasan budidaya pertanian. Data produktivitas diperoleh dari hasil survei sosial ekonomi, data dari Instansi Dinas Agribisnis dan instansi terkait lainnya. Data produktivitas dinilai berdasarkan ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional. Sesuai dengan karakternya, data tersebut merupakan data atribut. Didalam analisa spasial, data atribut tersebut dispasialkan dengan satuan pemetaan batas kecamatan. Klasifikasi Spasial Produktivitas dan skor untuk masing-masing kelas ditunjukkan pada tabel III.4.; Tabel III.4. Klasifikasi Produktivitas dan Skoringnya untuk Penentuan Lahan Kritis Kelas Sangat Tinggi Tinggi Besaran / Deskripsi ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : > 80% ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : 61 80* ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : 41 60% ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : 21 40% ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : < 20% Skor 5 Skor x Bobot (30) 150

120

Sedang

90

Rendah Sangat Rendah

60

30

III-9

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

3.4.5. Data Spasial Kriteria Manajemen. Manajemen merupakan salah satu kriteria yang dipergunakan untuk menilai kekritisan lahan di kawasan hutan lindung, yang dinilai berdasarkan kelengkapan aspek pengelolaan yang meliputi keberadaan tata batas kawasan, pengamanan dan pengawasan serta dilaksanakan atau tidaknya penyuluhan. Data tersebut diperoleh melalui checking lapangan dengan sistem sampling. Data hasil survei tersebut diolah untuk dijadikan sebagai updateting data yang sudah ada. Sesuai dengan karakternya, data tersebut juga merupakan data atribut. Seperti halnya dengan kriteria produktivitas, manajemen pada prinsipnya merupakan data atribut yang berisi informasi mengenai aspek manajemen. Klasifikasi manajemen dan skor untuk masing-masing kelas ditunjukkan pada tabel III.5.; Tabel III.5. Klasifikasi Manajemen Lahan Kritis Kelas Baik Sedang Buruk
*) :

dan Skoringnya Skor 5 3 1

Untuk Penentuan Skor x Bobot (10) 50 30 10

Besaran / Deskripsi Lengkap *) Tidak Lengkap Tidak Ada

- Tata batas kawasan ada - Pengamanan pengawasan ada - Penyuluhan dilaksanakan

3.5.

Analisis Spasial. Setelah data spasial parameter penentu lahan kritis disusun dengan

cara ataupun prosedur seperti telah dijelaskan dalam sub judul 3.2 diatas, data tersebut selanjutnya dianalisis untuk memperoleh informasi mengenai III-10

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

lahan kritis. Analisis spasial dilakukan dengan menumpangsusunkan (overlay) beberapa data spasial (parameter penentu lahan kritis) untuk menghasilkan unit pemetaan baru yang akan digunakan sebagai unit analisis. Pada setiap unit analisis tersebut dilakukan analisis terhadap data atributnya yang tak lain adalah data tabular, sehingga analisisnya disebut juga analisis tabular. Hasil analisis tabular selanjutnya dikaitkan dengan data spasialnya untuk menghasilkan data spasial lahan kritis. Untuk analisa spasial, sistem proyeksi dan koordinat yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM). Sistem koordinat dari UTM adalah meter sehingga memungkinkan analisa yang membutuhkan informasi dimensi-dimensi linier seperti jarak dan luas. Sistem proyeksi tersebut lazim digunakan dalam pemetaan Topografi sehingga sesuai juga digunakan dalam pemetaan tematik seperti halnya pemetaan Lahan Kritis. Metode yang digunakan dalam analisis tabular adalah metode skoring. Setiap parameter penentu kekritisan lahan diberi skor tertentu seperti telah dijelaskan pada bagian sub judul 3.2. diatas. Pada unit analisis hasil tumpangsusun (overlay) data spasial, skor tersebut kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor selanjutnya diklasifikasikan untuk menentukan tingkat kekritisan lahan. Klasifikasi tingkat kekritisan lahan berdasarkan jumlah skor parameter kekritisan lahan seperti ditunjukkan pada Tabel III.6. Tabel III.6. Klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan Berdasarkan Total Skor Total Skor Pada: Tingkat Kekritisan Kawasan Kawasan Kawasan Hutan Lahan Budidaya Lindung di Luar Lindung Pertanian Kawasan Hutan 120 - 180 115 - 200 110 - 200 Sangat Kritis 181 - 270 271 - 360 361 - 450 451 - 500 201 - 275 276 - 350 351 - 425 426 - 500 201 - 275 276 - 350 351 - 425 426 - 500 III-11 Kritis Agak Kritis Potensial Kritis Tidak Kritis

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

Secara teknis, proses analisis spasial untuk penentuan lahan kritis dengan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) ArcView dapat dilakukan dengan bantuan ekstensi Geoprocessing. Secara garis besar tahapan dalam analisis spasial untuk penyusunan data spasial lahan kritis terdiri dari 4 tahap yaitu : (A). (B). (C). (D). Tumpangsusun data spasial Editing data atribut Analisis tabular, dan Presentasi grafis (spasial) hasil analisis.

Uraian secara rinci keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 3.5.1. Tumpangsusun (Overlay) Data Spasial. Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) ArcView dapat dilakukan overlay dengan mudah. Software tambahan (extension) Geoprocessing yang terintegrasi dalam Software ArcView sangat berperan dalam proses ini. Didalam extension ini terdapat beberapa fasilitas overlay dan fasilitas lainnya seperti; union, dissolve, merge, clip, intersect, asign data.

Gambar. III.1. Kotak Dialog untuk Memilih Teknik Overlay Proses overlay ini dilakukan secara bertahap dengan urutan mulai overlay theme Vegetasi dengan kelas kemiringan lereng kemudian hasil III-12

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

overlay tersebut dioverlaykan kembali dengan theme erosi. Proses ini dilakukan untuk theme-theme berikutnya dengan cara yang sama sebagaimana terlihat pada diagram dibawah ini.

PETA TUTUPAN TAJUK Bobot 50 KELAS Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat SKOR 5 4 3 2 1

PETA KELAS EROSI Bobot 20 KELAS Ringan Sedang Berat Sangat SKOR 5 4 3 2

PETA MANAJEMEN Bobot 10 KELAS Baik Sedang Buruk SKOR 5 4 3

PETA KELAS LERENG Bobot 20 KELAS Datar Landai Agak Curam Curam Sangat SKOR 5 4 3 2 1

PETA TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Pada Kawasan Hutan Lindung

Gambar III.2. Kriteria & Prosedur Penetapan Lahan Kritis Kawasan Hutan Lindung

III-13

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

PETA TUTUPAN TAJUK Bobot 50 KELAS Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat SKOR 5 4 3 2 1

PETA KELAS EROSI Bobot 10 KELAS Ringan Sedang Berat Sangat SKOR 5 4 3 2

PETA MANAJEMEN Bobot 30 KELAS Baik Sedang Buruk SKOR 5 4 3

PETA KELAS LERENG Bobot 10 KELAS Datar Landai Agak Curam Curam Sangat SKOR 5 4 3 2 1

PETA TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Pada Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

Gambar III.3. Kriteria & Prosedur Penetapan Lahan Kritis Kawasan Lindung di luar kawasan

III-14

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

PETA PRODUKTIVITAS Bobot 30 KELAS Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat SKOR 5 4 3 2 1

PETA KELAS EROSI Bobot 15 KELAS Ringan Sedang Berat Sangat SKOR 5 4 3 2

PETA MANAJEMEN Bobot 30 KELAS Baik Sedang Buruk SKOR 5 4 3

PETA KELAS LERENG Bobot 20 KELAS Datar Landai Agak Curam Curam Sangat SKOR 5

4
3 2 1

PETA BATUAN Bobot 5 KELAS Sedikit Sedan Banya SKOR 5 3 1

PETA TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Pada Kawasan Budidaya

Gambar III.4. Kriteria & Prosedur Penetapan Lahan Kritis Kawasan Budidaya Pertanian

III-15

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

3.5.2. Editing Data Atribut. Editing data atribut pada intinya adalah menambah kolom (field) baru pada atribut theme hasil overlay, menjumlahkan seluruh skor kriteria lahan kritis dan mengisikannya pada kolom baru yang telah dibuat. Field baru yang akan dibuat diberi nama Skor_Tot dan Klas_Kritis. Field Skor_Tot adalah field yang akan diisi dengan jumlah seluruh skor kriteria lahan kritis pada suatu unit analisis (poligon hasil overlay), sedangkan Klas_Kritis adalah field yang akan diisi dengan klasifikasi lahan kritis hasil analisis tabular.

3.5.3. Analisis Tabular. Hasil editing data atribut khususnya hasil penjumlahan skor parameter kekritisan lahan, selanjutnya dianalisis untuk parameter kekritisan lahan). mengklasifikasikan tingkat kekritisan lahan pada setiap unit analisis (poligon hasil overlay beberapa Klasifikasi kekritisan lahan berdasarkan total skor dilakukan mengacu pada Tabel 1.1. Analisis tabular ini pada prinsipnya adalah analisis terhadap atribut dari theme hasil overlay tahap akhir (atribut dari theme Veg_Ler_Ers_Mnj.shp). Langkah yang dilakukan untuk menentukan lahan yang yang termasuk kategori Sangat Kritis, kritis, agak kritis, potensial kritis dan tidak kritis adalah dengan melakukan query (menggunakan query buiderl) dengan formula query ([Skor_Tot] <=180) untuk kelas kekritisan sangat kritis dan formula query ([Skor_Tot] <=270) and ([Skor_Tot] >=181 untuk kelas kekritisan kritis, dan seterus untuk kelas-kelas kekritisan yang dengan memperhatikan tabel Tingkat Kekritisan Lahan serta Total Skornya.

3.6.

Penyajian Data Spasial. Data secara umum adalah representasi fakta dari dunia nyata (real

world). Data dapat disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:


III-16

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO

Data Spasial Lahan Kritis Kota Tomohon

a. Bentuk Uraian (Deskriptif) b. Bentuk Tabular c. Bentuk Grafik dan Diagram d. Bentuk Peta Penyajian data dalam bentuk uraian (deskriptif), bentuk tabular, bentuk grafik dan diagram dapat dilihat dalam buku utama pada bab berikutnya sedangkan penyajian data dalam bentuk peta pada dasarnya dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografis yang pada intinya menekankan pada kejelasan informasi tanpa mengabaikan unsur estetika dari peta sebagai sebuah karya seni. Kaidah-kaidah kartografis yang diperlukan dalam pembuatan suatu peta diaplikasikan dalam proses visualisasi data spasial dan penyusunan tata letak (layout) suatu peta. Visualisasi data spasial pada prinsipnya adalah bagaimana

menampilkan data spasial tersebut.

Konsep dasar yang digunakan dalam

visualisasi adalah dimensi dari data yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu; titik, garis dan area. Data spasial selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk simbol dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu: a. Sifat dan Ukuran Data b. Bentuk, Sifat dan Cara Penggambaran Simbol c. Variabel Visual Yang Dapat Digunakan, yang berkait erat dengan Persepsi

III-17

Anda mungkin juga menyukai