Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sungai adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai adalah adalah jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir.

Gambar 1. Sungai Citarik Daerah sungai ini merupakan kawasan Sub DAS Citarik yang bermuara ke S. Citarum. Anak-anak sungai yang mengalir ke sungai ini dari arah Utara (Sumedang) yaitu: S. Citarik Hulu, S. Cikijing, S. Citaraju, S. Cimande, S. Ciburaleng, S. Cibodas, dan S. Cibedah. Sungai Cikijing, S. Cimande dan S. Cibodas merupakan sungai-sungai utama saluran pembuangan limbah cair pabrik. Dari arah Timur-Selatan, sungai-sungai yang bermuara ke S. Citarik yaitu S. Cijalupang, S. Ciwirama, S. Cikopo, S. Cigentur, dan S. Ciburial. Sungai-sungai yang mengalir dari arah ini umumnya sedikit digunakan sebagai saluran pembuangan limbah kecuali S. Cijalupang.

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

Sungai terkadang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah, namun sering dimanfaatkan sebagai air irigasi bagi persawahan di bagian hilirnya. Selain sungai-sungai tersebut, di daerah ini terdapat jaringan irigasi yang dikelola oleh Cabang Dinas Kecamatan Cicalengka dan Kecamatan Majalaya yaitu daerah irigasi (DI) Cikopo dan Majalaya. Adanya jaringan irigasi ini cukup membantu meningkatkan produktivitas lahan sawah. Namun, seperti terjadi di Sub DAS Citarik, pihak industri atau pabrik di wilayah Kabupaten Sumedang membuang limbahnya ke S. Cihideung dan S. Cikijing yang merupakan sumber air irigasi bagi persawahan di Kabupaten Bandung. Para petani di kawasan tersebut melaporkan beberapa kali menanam padi dalam setahun tanpa mendapatkan hasil atau hasilnya sangat minim (Suganda, 2002). I.2 Rumusan Masalah Sejumlah petani di kawasan Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung, mengaku selama lebih dari 20 tahun harus menghadapi pencemaran limbah cair Sungai Citarik, anak Sungai Citarum. Akibat pencemaran tersebut, produksi pertanian tidak menentu. Bahkan ada sejumlah lahan yang ditanami padi dan mentimun diduga ikut terkena racun limbah cair. Menurut seorang petani setempat, banyak tanaman padi yang tidak kuat bertahan setelah dipasok air yang berasal dari Sungai Citarik. Selain itu, menurutnya padi yang masih berusia di bawah satu bulan dikhawatirkan mendapat ancaman paling mengkhawatirkan akibat pencemaran tersebut. Sedangkan padi yang usianya di atas satu bulan, bisa dikatakan aman. Untuk mengantisipasi ancaman limbah cair, harus ada proses pengendapan dan penyaringan dengan gulma. Jika limbah cair tersebut sudah mengendap di dasar sungai, airnya aman untuk tanaman. Tapi kalau begitu saja dialirkan maka dapat berakibat kematian pada padi dan mentimun. Sebelumnya juga dikatakan bahwa beberapa hektar lahan pertanian di Desa Sukamanah, Kecamatan Rancaekek mati akibat limbah cair. Beberapa petani lainnya menambahkan bahwa pencemaran Sungai Citarik terjadi karena limbah cair yang dibuang langsung oleh perusahaan di kawasan Rancaekek. Padahal Sungai Citarik dimanfaatkan para petani untuk mengairi lahan pertanian yang mencapai ratusan hektare, di Kec. Solokanjeruk dan Rancaekek. Seharusnya, pengusaha mengolah dan menyaring terlebih dahulu limbah cairnya sebelum dibuang ke sungai. Terlebih lagi, memasuki musim kemarau ini,
Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik 2

air sisa yang mengalir di sungai tersebut disedot dengan mesin diesel untuk disalurkan ke ratusan hektare lahan pertanian dengan usia padi rata-rata 1-2 bulan lebih. Berdasarkan pemantauan, terdapat puluhan mesin diesel yang digunakan para petani untuk mengalirkan air dari Sungai Citarik ke sawahnya masing-masing. Air yang disedot dari sungai dan dialirkan ke lahan pertanian itu memanfaatkan sisa air limbah yang menggenang dan mengalir di aliran sungai tersebut. Bahkan untuk mengairi lahan pertanian di dua kecamatan itu, petani juga membendung Sungai Citarum untuk mendapatkan genangan air di Sungai Citarik. Sebab aliran Sungai Citarik sudah sangat minim, selain hanya menyisakan air limbah saja. Kini para petani hanya bisa memanfaatkan limbah cair untuk mengairi lahan pertaniannya. Sementara sejumlah anak sungai di Rancaeek, di antaranya Sungai Cikijing, Cikeruh, dan Cimande kini airnya hitam pekat karena hanya diairi limbah cair pabrik. Biasanya, pada musim kemarau ini limbah cair yang mengalir di sejumlah sungai sangat kelihatan. Terlihat juga kondisi Sungai Cikijing yang kini hitam pekat (Riyadi, 2008).

Gambar 2.

I.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sumber-sumber dan jenis-jenis bahan pencemar yang memasuki dan mencemari Sungai Citarik yang notabene digunakan sebagai sumber irigasi persawahan di daerah sekitarnya.

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan pemerintah dalam menempatkan kawasan industri di daerah persawahan yang subur merupakan langkah yang kurang tepat, karena terjadi pengalihan fungsi lahan sawah ke penggunaan lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penyusutan lahan sawah seluas 787 ha dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satu dampak negatif alih fungsi lahan sawah untuk kawasan industri adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh buangan limbah industri tersebut. Menurut ketentuan, limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus aman bagi lingkungan biofisik lahan, badan air maupun kesehatan manusia atau hewan. Limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu dalam instalasi pengolah air limbah (IPAL) dan mengalami pemrosesan fisik, kimia, dan biologi sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air/sungai. Namun kenyataannya limbah buangan tersebut masih sering dikeluhkan masyarakat, karena dampak negatif yang ditimbulkannya seperti bau, warna, dan gangguan kesehatan. Tanah yang terkena limbah zat kimia dalam konsentrasi di atas ambang batas, mungkin tidak sakit meskipun mengandung unsur/senyawa kimia atau logam berat yang berbahaya. Namun bila tanah tersebut ditanami, maka tanaman tersebut akan mengakumulasi unsur/senyawa yang berbahaya, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan hewan yang mengkonsumsi produk tersebut. Penelitian tentang dampak dan pergerakan jenisjenis unsur/senyawa yang terkandung dalam limbah dan kadar unsur/senyawa kimia dalam limbah tersebut perlu diketahui mulai dari pusat industri sampai ke bagian hilirnya, karena pengaruh limbahnya akan mempengaruhi luas tanam dan kualitas hasil tanaman, sehingga pada akhirnya akan menurunkan ketahanan pangan di suatu daerah. Ketahanan pangan bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan komoditas pokok karbohidrat dalam jumlah yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi oleh masyarakat sepanjang waktu (Suganda, 2002)

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

Masalah seperti ini terjadi sebagai akibat perilaku pelaku industri dan penduduk, yang pada umumnya menjadikan sungai sebagai tempat untuk membuang limbah tanpa melakukan pengolahan yang tepat. Selain itu, industrialisasi dan urbanisasi yang pesat di daerah aliran sungai telah menyebabkan pencemaran semakin intens mengotori badan air. Studi-studi yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa air limbah industri menjadi penyebab utama pencemaran sungai. Penelitian untuk mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran serta untuk menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan kualitas air sungai-sungai yang berada di Indonesia perlu dilakukan, disamping berupaya meningkatkan peran berbagai pemangku kepentingan yang tidak dapat dipandang sebelah mata dan tidak dapat diabaikan.

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Sumber Pencemar yang Masuk ke Sungai Citarik Pabrik tekstil terletak di sepanjang jalan Rancaekek-Cicalengka dan antara CicalengkaMajalaya, yaitu di bagian daerah persawahan Rancaekek, Cicalengka, dan Majalaya. Jumlah pabrik antara Rancaekek-Cicalengka dan Cicalengka-Majalaya adalah 42 buah. Hampir semua pabrik memiliki IPAL dimana limbah sebelum dilalirkan ke saluran pembuangan melalui pemrosesan dulu, agar memenuhi baku mutu kualitas air yang dipantau oleh Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA). Baku mutu limbah industri tekstil setelah proses IPAL sesuai dengan kriteria yang dikeluarkan oleh BAPEDALDA harus memenuhi antara lain: pH (6-9), air tidak berwarna dan tidak berbau, suhu air < 30 oC, dan kadar BOD dan COD berturut-turut 85 dan 250 mg/l.

Gambar 3. Kondisi aliran sungai citarik

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

IV.2 Jenis-Jenis Bahan Pencemar yang Masuk ke Sungai Citarik IV.2.1 Logam Berat-

Tabel 1. Unsur logam berat dan kandungannya dalam limbah pabrik tekstil dan sungai Tabel hasil pengamatan di atas diambil dari contoh limbah pabrik dalam tiga bentuk yaitu cair, lumpur, dan tanah, sedangkan letak pengambilannya sebelum masuk IPAL dan sesudah di proses di IPAL. Hasil penelitian menunjukkan kandungan bahan pencemar dan logam berat dalam limbah terdapat dalam padatan/lumpur. Hal ini ditunjukkan bila lumpurnya dipisahkan dulu, maka kadar logam berat dalam air limbah hampir tak terdeteksi (Pb, Cd dan Cr). Jika pabrik membuang limbah setelah melalui proses IPAL yang baik, maka yang akan terkandung dalam limbah adalah Cu, Zn, Co dan Ni, itupun dalam konsentrasi < 0,04 mg/l. Pada Tabel 5, terlihat kandungan anion SO4 agak tinggi dibanding lainnya (742-1339 mg/l). Hal ini berkaitan dengan bahan yang digunakan dalam proses pengolahan limbah yakni senyawa sulfur yang berlebihan (sodium hydrophosphate).

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

Sedangkan untuk hasil penelitian terhadap tanah di sekitarnya, semua contoh tanah yang dianalisis mengandung Cu, Zn, Pb, Cd, Co, Cr, dan Ni. Berdasarkan batas kritis logam berat dalam tanah menurut Alloway (1993) terdapat tanah sawah yang mengandung logam berat melampaui batas bawah dari kriteria batas kritis yaitu Cu, Zn, dan Co.

Tabel 2. Rata-rata logam berat pada beberapa contoh tanah di daerah survey Laporan penelitian Adimihardja (2000, tidak dupublikasikan) menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan kadar logam berat pada lajhan sepanjang sungai citarik yang disekitarnya terdapat banyak pabrik. Berdasarkan laporan tersebut, Suganda et al (2003) meneliti luas sawah yang sudah tercemar, kadar logam berat di dalam tanah dan didalam jaringan tanaman. Kandungan logam berat dalam jerami dan beras umumnya masih di bawah batas kritis, kecuali Cr tergolong berbahaya (>5 ppm).

Tabel 3. Kisaran kadar logam berat pada jerami padi dan beras yang berasal dari sawah di sekitar pabrik tekstil Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik 8

Kandungan logam berat dalam jerami dan beras umumnya masih di bawah batas kritis, kecuali Cr tergolong berbahaya (>5 ppm). Kadar Ni dalam jerami dan beras cukup tinggi dibandingkan dengan logam lainnya tetapi belum ada kriteria kecukupan/nilai batas kritis dalam tanaman, sehingga tidak dapat disimpulkan. Batas maksimum residu dalam pangan yang ditetapkan oleh WHO adalah 0,24 ppm untuk Cd, dan 2,0 ppm untuk Pb. Meskipun kadar kedua unsur logam berat tersebut di dalam beras dari daerah survei masih di bawah batas maksimum yang disarankan, namun perlu diwaspadai oleh konsumen karena bila dikonsumsi secara kontinyu akan bersifat akumulatif dan dapat membahayakan kesehatan. 1V.2.2 Kation dan Anion Untuk kation dan anion, hasil pengamatan Suganda et al (2003) juga diperoleh dari contoh limbah pabrik yang diambil dalam tiga bentuk yaitu cair, lumpur, dan tanah, sedangkan letak pengambilannya sebelum masuk IPAL dan sesudah di proses di IPAL. Tabel 5 mengindikasikan bahwa di dalam air bebas lumpur masih terlarut unsur-unsur kimia dalam jumlah besar dan berbahaya bagi kesehatan. Bila terakumulasi dalam tanah, menyebabkan penurunan kualitas tanah akibat berubahnya sifat fisik tanah dan terganggunya pertukaran kation dalam tanah. Natrium adalah kation dengan kadar tertinggi dalam air bebas lumpur berkisar antara 217- 830 mg/l. Kadar sulfat (SO4) dalam limbah dapat mencapai 1011251 mg/l.

Tabel 4. kation dan anion yang terkandung dalam air limbah pabrik tekstil

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

Selain itu, hasil pengamatan juga dilaporkan berdasarkan hasil penelitian Nursyamsi et al (2001) yang mengambil contoh air dari Sub DAS Citarik. Hasil pengamatannya dapat dilihat di tabel di bawah ini.

Tabel 5. Kadar nitrat, amonium, dan sulfat air dari berbagai sumber air di Sub DAS Citarik

IV.2.2.1 Nitrat Kadar nitrat dari sumber air di lahan sawah Sub DAS Citarik hanya 4,61 mg/L, lebih rendah daripada yang di lahan kering (tegalan dan kebun campuran masing-masing 10,61 dan 7,79 mg/L). Sawah mempunyai lapisan kedap air sehingga tingkat pencucian hara rendah atau bahkan nihil. Selain itu kondisi sawah yang tergenang air mengakibatkan nilai Eh turun sehingga nitrat berubah menjadi gas N2O dan N2 melalui proses denitrifikasi. Sistem hutan mempunyai kadar nitrat dalam air paling rendah di Sub DAS Citarik. Sumber pencemar N di hutan relatif rendah sehingga kadar nitrat pada sumber-sumber air di hutan juga rendah. Rata-rata kadar nitrat di tegalan DAS Citarik tergolong cukup tinggi (Tabel 6). Nilai tersebut sedikit melewati nilai ambang batas kadar nitrat air minum yaitu 10 mg/L. Dengan demikian maka sebagian sumur di lahan kering DAS Citarik tidak layak untuk konsumsi manusia. Bahkan contoh air yang diambil dari daerah pemukiman dekat pabrik bumbu masak di Namun demikian standar deviasi data ini tinggi yang menunjukkan variasi konsentrasi nitrat dalam air sumur juga tinggi. Selain itu jumlah contoh air yang diambil hanya empat contoh sehingga belum dapat disimpulkan. Tingginya kadar nitrat dalam sumber air atau perairan dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan, dan ikan. Kadar nitrat yang tinggi di dalam air minum dapat menyebabkan terganggunya sistem pencernaan manusia. Apabila kadarnya melebihi 1,0 mg/L di dalam
Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik 10

makanan bayi maka hal ini dapat menyebabkan gejala blue baby yang dapat menyebabkan kematian. Untuk keperluan konsumsi sehari-hari kadar nitrat dalam air tidak boleh lebih dari 10 mg/L. Sumber air untuk perikanan akan turun kualitasnya apabila kadar nitrat lebih dari 0,5 mg/L. Nitrat yang terdapat di dalam sumber air seperti air sumur dan sungai umumnya berasal dari pencemaran bahan-bahan kimia (pupuk urea, ZA, dan lain-lain) di bagian hulu. Pencemaran ini disebabkan oleh tingkat kehilangan pupuk N yang tinggi, diantaranya melalui proses pencucian dan aliran permukaan. Besarnya kehilangan dari pupuk N yang diberikan, diperkirakan sekitar 20-40 % di India, 37 % di California, 68 % di Lousiana, 25 % di Filipina, dan 52-71 % di Indonesia. Kadar nitrat dalam mata air tergantung aktivitas sumber pencemar di bagian hulu, aktivitas penggunaan air sumur itu sendiri, dan tingkat pencucian serta aliran permukaan. Selain itu, kadar nitrat tersebut juga tergantung potensial redok (Eh). Apabila nilai Eh turun (reduktif), nitrat akan cepat hilang menjadi gas N2O dan atau N2 melalui proses denitrifikasi. Pada kondisi reduktif, N-amonium lebih dominan daripada N-nitrat, namun sebaliknya dalam kondisi oksidatif N-amonium bisa berubah menjadi N-nitrat melalui proses nitrifikasi. Dengan demikian maka pencucian N dalam sistem yang reduktif akan menghasilkan NH4+, sedangkan dalam sistem yang oksidatif akan menghasilkan NO3-. Kehilangan N dari lahan pertanian dapat dikurangi dengan cara mengurangi pencucian, aliran permukaan, dan jumlah N yang diberikan (pupuk dan pestisida). Aplikasi di lapang biasanya dengan cara: penanaman cover crops, penggunaan green manures sebagai catch crops (Muller et al., 1989), perbaikan pengelolaan tanah dan air, dan mengurangi takaran pupuk atau meningkatkan efisiensi pemupukan N. Selain itu perubahan sistem usaha tani seperti dari sistem lahan kering ke sawah juga dapat mengurangi kehilangan N terutama kehilangan N dalam bentuk nitrat.

IV.2.2.2 Amonium Kadar amonium dari sumber air di lahan sawah Sub DAS Citarik yakni 3,18 mg/L, lebih tinggi daripada di lahan kering (tegalan, kebun campuran, dan hutan masing-masing 0,20, 0,02 dan 0,18 mg/L). Kondisi sawah yang selalu tergenang air dan relatif statis mengakibatkan nilai Eh turun atau kondisi lingkungan reduktif. Pada kondisi ini amonium relatif stabil dan proses
Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik 11

nitrifikasi yang menghasilkan nitrat juga tertekan karena ketersediaan oksigen yang rendah. Sumber pencemar N di hutan relatif sedikit sehingga polusi amonium pada sumber-sumber air di hutan juga rendah. Kadar amonium dalam air sungai di Sub DAS Citarik juga termasuk rendah. Hal ini menunjukkan bahwa polusi amonium di sumber-sumber air baik di kedua DAS tergolong tidak serius.

IV.2.2.3 Sulfat Kadar sulfat dari sumber air di lahan sawah Sub DAS Citarik (17,6 mg/L) lebih tinggi daripada di lahan kering (tegalan, kebun campuran, dan hutan masing-masing 8,37, 1,54, dan 0,96 mg/L). Data tersebut menunjukkan bahwa polusi sulfat lebih banyak terjadi di lahan sawah daripada di lahan kering. Sumber pencemar sulfat di lahan pertanian umumnya berasal dari pupuk ZA. Dengan demikian maka dapat diduga bahwa penggunaan pupuk ZA di lahan sawah lebih intensif daripada di lahan kering. Namun demikian secara keseluruhan, polusi sulfat pada lahan pertanian tergolong tidak termasuk serius. Seperti halnya nitrat dan amonium sistem hutan di Sub DAS Citarik mempunyai kadar sulfat dalam air paling rendah (Tabel 2). Sumber pencemar S di hutan relatif sedikit sehingga polusi sulfat pada sumber-sumber air di hutan juga rendah. Kadar sulfat dalam air sungai di Sub DAS Citarik termasuk tinggi (sebesar 42,9 mg/L). Hal ini menunjukkan bahwa polusi sulfat dalam air sungai di Sub DAS Citarik perlu mendapat perhatian. Sumber pencemar sulfat di sungai bukan hanya berasal dari lahan pertanian, melainkan juga berasal dari limbah industri. Polusi sulfat di perairan diantaranya berasal dari bahan-bahan kimia yang mengandung sulfat seperti pupuk ZA, pestisida, dan lain-lain. Seperti halnya nitrat, sulfat juga sangat mudah larut dalam air sehingga akan mudah pula terbawa air cucian dan aliran permukaan. Untuk keperluan air minum, sumber air harus mempunyai kadar sulfat tidak lebih dari 200 mg/L.

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

12

IV.2.3 Penanggulangan Teknologi remediasi lahan sawah tercemar logam berat di daerah ini diperlukan agar produk pertanian yang dihasilkan memenuhi kriteria keamanan pangan. Air limbah yang keluar dari pabrik setelah melalui IPAL diusahakan tidak langsung dialirkan ke saluran irigasi atau sungai, tetapi perlu dialirkan dulu ke dalam kolam-kolam yang ditanami tanaman yang mampu menyerap senyawa logam berat. Pola tanam pada lahan sawah yang terkena limbah, saat ini perlu dikaji ulang dengan mengganti komoditas yang tidak berorientasi pangan namun bernilai ekonomis.

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

13

BAB V KESIMPULAN

Sungai Citarik merupakan sungai yang bermuara ke Sungai Citarum. Kondisi Sungai Citarik ini bisa dibilang mengkhawatirkan karena telah tercemar oleh limbah. Terlebih lagi, air sungai ini digunakan petani sekitar sebagai sumber irigasi untuk persawahannya, sehingga akhirnya mengakibatkan kematian pada tanaman-tanaman persawahan tersebut. Berdasarkan pengamatan, sumber bahan pencemar yang masuk ke Sungai Citarik berasal dari limbah industri tekstil yang berjumlah sekitar 42 buah di sepanjang jalan dekat aliran sungai tersebut. Selain itu, sumber pencemarnya juga berasal dari hasil kegiatan pertanian seperti penggunaan pupuk, pestisida kimia, dan sebagainya. Sehingga saat diteliti, bahan-bahan pencemar yang ada di Sungai Citarik antara lain adalah dari jenis logam berat dan beberapa kation serta anion. Jenis logam beratnya antara lain Cu, Zn, Co dan Ni. Sedangkan untuk kation dan anion yang paling dominan adalah Nitrat, Amonium, dan Sulfat. Bahan-bahan pencemar ini sudah jelas merugikan bagi hasil pertanian warga setempat. Bahkan bahan tercemar ini sampai terserap ke dalam jerami dan beras. Terkait dengan ini sebaiknya dilakukan penanggulangan dengan cara terbaik, agar masalah yang ada dapat segera teratasi.

Toksikologi Lingkungan Pertanian | Sumber dan Jenis Pencemar yang Memasuki Sungai Citarik

14

Anda mungkin juga menyukai