Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA



A. Tinjauan Umum Sungai J eneberang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian muka bumi, yang airnya
mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan apabila hujan jatuh. DAS adalah suatu
tempat dengan pembatasan fisik berupa pegunungan dimana air hujan yang jatuh
tepat berada pada daerah yang dibatasi oleh pegunungan dan memberi dampak
terhadap pegunungan tanah di sekitarnya.
1

Daerah aliran sungai terdapat karakteristik yang diperoleh dari air hujan
yang jatuh terhadap penggunaan tanah. Hal ini dicirikan pada daerah aliran sungai
Jeneberang di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Karakteristik yang mencolok tentu
saja terhadap lahan pertanian dimana air dibutuhkan dalam aktivitas ini. Keberadaan
sungai ini selain memberikan asupan air bagi masyarakat sekitar, juga dapat dijadikan
sebagai prasarana transportasi.
2

Sungai Jeneberang merupakan sungai besar yang terletak di wilayah
kabupaten Gowa dan sebagian berada pada bagian selatan wilayah kota Makassar, ibu
kota dari Provinsi Sulawesi Selatan. Sungai ini berasal dan mengalir dari bagian

1
Sandy, Republik Indonesia Geografi Regional (Jakarta: Jurusan Geografi FMIPA UI-PT
Indograph Bakti, 1996), h. 87.

2
Ibid.





timur gunung Bawakaraeng (2,833 mdpl) dan gunung Lompobattang (2,876 mpdl)
yang kemudian menuju hilirnya di Selat Makassar. Pada daerah aliran sungai
Jeneberang, terdapat dua daerah penampungan air (reservoir) utama yaitu di kota
Bili-bili dan Jenelata.
3

Secara geografis daerah aliran sungai J eneberang terletak pada 119
o
23' 50"
BT 119
o
56' 10" 00" LS dengan panjang sungai utamanya 78,75 kilometer. Daerah
Aliran Sungai Jeneberang dialiri oleh satu sungai pendukungnya (anak sungai) yaitu
Sungai Jenelata (220 km
2
). Kota-kota besar yang diliputi daerah aliran sungai ini
selain Makassar yaitu kota Malino, kota Bili-bili, dan kota Sungguminasa.
4

Pada peta geologi daerah aliran sungai Jeneberang dapat ditemukan bahwa
di bagian barat atau hilir terdapat deposit dari aluvial. Hal ini dikarenakan daerah
hulu sungai dengan ketinggian sekitar 0-3 meter dari permukaan air laut. Deposit
aluvial ini merupakan jenis batuan yang dominan berada pada hilir Daerah Aliran
Sungai Jeneberang.
5

Bagian timur daerah aliran sungai Jeneberang merupakan batuan vulkanik
yang berasal dari zaman holosen. Dimana penggunaan lahan pada daerah tengah ini
merupakan hutan yang berfungsi sebagai penahan longsor untuk wilayah-wilayah di
bagian hilir dari daerah aliran sungai Jeneberang ini.
6


3
Ibid., h. 89.

4
Ibid.

5
Ibid., h. 90.

6
Ibid.





Pada daerah aliran sungai Jeneberang, suhu dan curah hujan di wakili oleh
stasiun suhu dan curah hujan kota Makassar dimana variasi suhu dan curah hujannya
tidak terlalu mencolok perbedaannya. Suhu tertinggi berada pada bulan Oktober yaitu
sebesar 27,4C, sedangkan suhu terendah berada pada bulan Desember, Januari, dan
Februari yaitu sebesar 25,9C. Curah hujan tertinggi berada pada bulan Januari yaitu
sebesar 670mm dan terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 35,5mm.
7

Dalam Firman Allah Q.S. An Naml Ayat 61 mengatakan, sebagai berikut:
_. _-> _ _- > ! l.l> .. _- > !> . _-> _,,
_,`>,l >l> .l, _. < _, >. _.l-, _

Terjemahnya:
Atau siapakah yang Telah menjadikan bumi sebagai tempat
berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang
menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan
suatu pemisah antara dua laut? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang
lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak Mengetahui
(Q.S. An Naml: 61).
8


B. Ekosistem Perairan Sungai
Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar dapat tetap
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lain. Air sebagai media

7
Ibid.

8
Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. CV, Di Ponerogo, 2007, h. 601.






bagi kehidupan organisme air, bersama dengan substansi lain (biotik dan abiotik)
akan membentuk suatu ekosistem perairan.
9

Perairan umum tawar alami dikenal sebagai sungai, rawa, dan danau.
Perairan sungai merupakan suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya
aliran air yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir
(perairan lotik). Perairan sungai biasanya keruh, sehingga penetrasi cahaya ke dasar
sungai terhalang. Pada perairan sungai biasanya terjadi percampuran massa air secara
menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan
lentik. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, serta sangat
dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola aliran air. Kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi merupakan fenomena yang umum terjadi di sungai sehingga kehidupan
flora dan fauna pada sungai sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.
10

Sungai merupakan perairan umum dengan pergerakan air satu arah yang
terus menerus. Ekosistem sungai merupakan habitat bagi biota air yang
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Sungai juga
merupakan sumber air bagi masyarakat yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
dan kegiatan, seperti kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri, sumber mineral,
dan pemanfaatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bila tidak dikelola dengan baik

9
Habib Krisna Wijaya, Komunitas Perifiton dan Fitoplankton serta Parameter Fisika
Kimia Perairan sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai Cisadane Jawa Barat (Skripsi
Sarjana, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 2009), h. 1.

10
Ibid., h. 5.






akan berdampak negatif terhadap sumberdaya air, di antaranya adalah menurunnya
kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi
makhluk hidup yang bergantung pada sumberdaya air.
11

Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas
membedakannya dari air tergenang walaupun keduanya merupakan habitat air. Satu
perbedaan dasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena
cekungannya sudah ada dan air mengisi cekungan itu, tetapi danau itu setiap saat
dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya sungai terjadi
karena airnya sudah ada, sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap
adanya saluran selama masih terdapat air yang mengisinya.
12

Ekosistem perairan, baik perairan sungai, danau, maupun perairan pesisir
dan laut merupakan himpunan integral dari komponen abiotik (fisika-kimia) dan
biotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi
membentuk suatu struktur fungsional. Perubahan pada salah satu dari komponen
tersebut tentunya akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem kehidupan yang ada
di dalamnya.
13

Ekosistem lotik atau sungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan
zona krenal (mata air) yang umumnya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi

11
Ibid., h. 1.

12
Ewusie, Ekologi Tropika, terj. Usman Tanuwidjaja (Bandung: Institut Teknologi
Bandung, 1990), h. 186.

13
Melati Ferianita Fachrul, Metode Sampling Bioekologi (Cet. 2; Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 87.






menjadi rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat pada
tebing-tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air
yang selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil dan helokrenal, yaitu mata air
yang membentuk rawa-rawa. Selanjutnya aliran dari beberapa mata air akan
membentuk aliran sungai di daerah pegunungan yang disebut zona rithral, ditandai
dengan relief sungai yang terjal. Zona rithral dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
epirithral (bagian yang paling hulu), metarithral (bagian tengah dari zona rithral),
dan hyporithral (bagian paling akhir dari zona rithral). Setelah melewati zona
hyporithral, aliran sungai akan memasuki zona potamal, yaitu aliran sungai pada
daerah-daerah yang relatif lebih landai dibandingkan dengan zona rithral. Zona
potamal juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu epipotamal (bagian atas dari zona
potamal), metapotamal (bagian tengah) dan hypopotamal (akhir dari zona potamal).
14

Fitoplankton di ekosistem perairan sangat penting, karena fungsinya sebagai
produsen primer dalam perairan atau karena kemampuan dalam mensintesis senyawa
organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis. Dalam ekosistem air,
proses fotosintesis dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan tumbuhan air lainnya
disebut sebagai produktivitas primer.
15

Habitat-habitat perairan dibagi dalam tiga kategori, yaitu sistem-sistem air
tawar, estuaria, dan kelautan. Walaupun habitat air tawar menempati bagian yang

14
Barus, Pengantar Limnologi Studi Tentang EkosistemAir Daratan (Medan: USU Press,
2004), h. 82.

15
Ibid.





nisbi kecil dari permukaan bumi bila dibandingkan dengan habitat lainnya, mereka
sangat penting bagi manusia sebagai sistem pembuangan. Samudera yang menutupi
sebagian besar permukaan bumi tidak hanya mengatur iklim bumi, atmosfer dan
berfungsinya siklus mineral yang utama, namun juga sebagai sumber utama makanan
dan mineral. Estuaria adalah zona peralihan antara air tawar dan air laut, serta
memiliki sifat yang unik.
16

Habitat air tawar menempati daerah yang relatif lebih kecil pada permukaan
bumi dibandingkan habitat air laut, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih
berarti dibandingkan dengan luas daerahnya. Hal ini disebabkan karena: 1) habitat air
tawar merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan
domestik maupun industri. 2) ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan
yang memadai dan paling murah.
17

Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu, habitat air diam
atau air lentik, dan habitat-habitat air bergerak atau lotik, tanpa mencederai pohon
pada proses tee. Bila dibandingkan dengan habitat laut atau pesisir, habitat air tawar
hanya mengisi beberapa persen permukaan bumi yang sangat kecil. Baik tumbuhan
maupun hewan di wakili secara baik dalam komunitas perairan. Ganggang adalah
produsen yang sangat penting. Moluska, serangga, krustasea serta ikan adalah

16
Michael, Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1995), h. 132.

17
Odum, Fundamentals of Ecology, terj. Tjahjono, Dasar-dasar Ekologi (Cet. 3;
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), h. 368.






konsumen utama. Baik bakteri maupun jamur dalam air tawar merupakan pengurai
yang sama pentingnya.
18


C. Tinjauan Umum Plankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun
1887, dan disempurnakan oleh Haeckel tahun 1890. Kata Plankton berasal dari
bahasa Yunani yang berarti mengembara. Definisi tentang Plankton telah banyak
dikemukakan oleh para ahli dengan pendapat yang hampir sama yakni, seluruh
kumpulan organisme, baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau
melayang di dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak
dapat melawan arus.
19

Pada awalnya penelitian plankton di laut hanya untuk memenuhi rasa ingin
tahu para peneliti akan aneka jenis biota tersebut, namun pada masa kini Plankton
sudah dianggap sebagai salah satu unsur penting dalam ekosistem bahari, baik positif
maupun negatif bila dilihat melalui kacamata manusia. Berubahnya fungsi perairan
sering diakibatkan oleh adanya perubahan struktur dan nilai kuantitatif plankton.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam maupun
aktivitas manusia seperti adanya peningkatan yang signifikan dari konsentrasi unsur
hara secara sporadis. Dengan demikian, hal ini dapat menimbulkan peningkatan nilai

18
Michael, op. cit., h. 207.

19
Wisnu Wardhana, Pelatihan Teknik Sampling dan Identifikasi Plankton (Balai
Pengembangan dan Pengujian Mutu Perikanan, Jakarta, 7-8 Mei 2003), h. 1.






kuantitatif plankton melampaui batas normal yang dapat ditolerir oleh organisme
hidup lainnya.
20

Plankton adalah mikroorganisme dari segi jumlah dan jenisnya sangat
banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa
Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan
(food chain) dan jaring makanan (food web). Rantai makanan merupakan proses
memakan dan dimakan antara organisme yang berlangsung secara teratur, rantai
makanan di laut dimulai dari fitoplankton, zooplankton, hewan laut kecil, hewan laut
besar, predator, dekomposer, kemudian kembali ke fitoplankton. Sedangkan jaring
makanan merupakan kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan dan
membentuk skema seperti jaring. Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen
dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan tersebut.
21
Plankton terdiri
dari fitoplankton atau plankton tumbuh-tumbuhan dan zooplankton atau plankton
hewan.
22

Individu-individu Plankton sangat berbeda dalam ukuran. Umumnya
plankton hewan (zooplankton) lebih besar, sedangkan plankton tumbuhan
(fitoplankton) lebih kecil. Beberapa fitoplankton, sedikit protozoa, dan bakteri

20
Nicholas Polunin, Introduction To Plant Geography and Some Related Sciences, terj.
Prof. Ir. Gembong Tjitrosoepomo, Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun (Cet.
2; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), h. 594-595.

21
Melati Ferianita Fachrul, op. cit. h., 89.

22
Kasijan Romimohtarto dan Sri Juwana, Biologi Laut (Cet. 3; Jakarta: Djambatan, 2007),
h. 36-37.






besarnya kurang dari 1/100 mm dan dapat lolos meskipun melalui jaring-jaring
plankton yang terhalus. Bentuk plankton seperti ini disebut sebagai Nanoplankton.
Bentuk lebih besar yang tertahan oleh jaring-jaring plankton standar, disebut
Plankton jaring atau Plankton tersaring.
Jenis-jenis Plankton berdasarkan ukuran dibedakan dalam empat ukuran
yaitu
23
:
a. Plankton Mega (Megaplankton) dapat ditangkap dengan jaring kasar dan dapat
dilihat dengan mata, mempunyai ukuran lebih besar dari 2000m.
b. Plankton Makro (Macroplankton), Plankton dengan ukuran antara 200m-
2000m.
c. Plankton Mikro (Microplankton), Plankton dengan ukuran antara 20m-200m,
dapat ditangkap dengan jaring Plankton. Ada juga Plankton Nano (Nanoplankton)
dengan ukuran 2m-20m.
d. Plankton Ultra (Ultra Plankton), Plankton dengan ukuran lebih kecil dari 2m dan
hanya dapat disaring dengan kertas saring yang keras.
Jenis-jenis Plankton berdasarkan lama siklus hidup digolongkan dalam dua
jenis
24
:
a. Plankton sementara (temporary plankton) sering disebut neuroplankton yaitu telur
dan larva plankton yang banyak terdapat di perairan pantai (neritic) misalnya

23
Levinton, Marine Ecology (New Jersey: Prentice Hall Inc Engglewood Cliffs, 1982), h.
35-36.

24
Ibid.






nauplius (larva barnacle), valigers (larva pelecypoda), lanula (larva Coelenterata)
dan pluteus (larva Echinodermata). Plankton sementara ini adanya menurut musiman
karena jumlahnya tergantung dari habitat pemijahan induknya.
b. Plankton tetap (permanent plankton) dimana seluruh hidupnya berupa Plankton
yang disebut Holokplankton dan organisme ini meliputi hampir semua filum hewan.
Jenis-jenis Plankton berdasarkan sebaran horizontal digolongkan
menjadi
25
:
a. Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas (kadar
garam) yang relatif rendah. Akibat pengaruh lingkungan yang terus-menerus
berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat
kompleks, bisa merupakan campuran Plankton laut dan Plankton asal perairan tawar.
Beberapa diantaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria
(muara) yang payau, misalnya Labidocera muranoi.
b. Plankton oseanik (oceanic plankton) hidup di perairan lepas pantai hingga ke
tengah samudra, karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang
salinitasnya tinggi. Ada juga Plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga
oseanik hingga dapat disebut neritik-oseanik.
Jenis-jenis Plankton berdasarkan sebaran vertikal digolongkan menjadi
26
:
a. Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman
sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat

25
Ibid.

26
Ibid.





menembus. Namun dari kelompok Epiplankton ini ada juga yang hanya hidup di
lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton
semacam ini disebut Neuston. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10
cm disebut Hiponeuston. Dari kelompok Neuston ini ada juga yang mengambang di
permukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi tersembul ke
udara disebut Pleuston.
b. Mesoplankton yakni Plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman
sekitar 100 m - 400 m. Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai
gelap. Oleh sebab itu, di lapisan ini Fitoplankton, yang memerlukan sinar matahari
untuk fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam
didominasi oleh Zooplankton.
c. Hipoplankton adalah Plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400 m.
Termasuk dalam kelompok ini adalah Batiplankton (Bathyplankton) yang hidup pada
kedalaman >600 m, dan Abisoplankton (Abyssoplankton) yang hidup di lapisan yang
paling dalam, sampai 3000 m - 4000 m. Sebagai contoh, dari kelompok Aufausid,
Bentheuphausia ambylops dan Thysanopoda adalah jenis tipikal laut dalam yang
menghuni perairan pada kedalaman lebih dari 1500 m. Kelompok Kaetognat,
Eukrohnia hamata, dan Eukrohnia bathypelagica termasuk yang hidup pada
kedalaman lebih dari 1000 m.






Jenis-jenis Plankton berdasarkan daur hidupnya digolongkan menjadi
27
:
a. Holoplankton, dalam kelompok ini termasuk Plankton yang seluruh daur hidupnya
dijalani sebagai Plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan
Zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya: Copepoda, Amfiphoda, Salpa,
Kaetognat. Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah Holoplankton.
b. Meroplankton. Plankton dari golongan ini kehidupannya sebagai Plankton hanya
pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan
larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi Nekton, yakni hewan yang
dapat aktif berenang bebas, atau sebagai Bentos yang hidup menetap atau melekat di
dasar laut. Oleh sebab itu, Meroplankton sering pula disebut sebagai Plankton
sementara.
c. Tikoplankton sebenarnya bukanlah Plankton yang sejati karena biota ini dalam
keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai Bentos. Namun karena gerak air
menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara
sebagai plankton.
Plankton yang digunakan sebagai indikator pencemaran air kurang lebih 500
jenis mikroalgae, antara lain
28
:



27
Ibid.

28
Sunarto, Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton bagi EkosistemLaut (Jatinagor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, 2008), h. 10-11.





a. Alage biru hijau (Cyanophyta).
Kelompok ini dapat menjadi penyebab timbulnya lendir pada air (Anacystis,
Oscillatoria, Phormidium), mengubah warna air (Anacystis, Oscillatoria), perkaratan
(Oscillatoria), dan menghasilkan racun (Anabaean dan Microcystis).
b. Algae hijau (Chlorophyta).
Beberapa alga ini dapat menyebabkan perubahan warna (Chlorella,
Cosmarium), menghasilkan lendir (Chaetophora, Spirogyra, Tetraspora), dan
perlunakan air (Cosmarium, Scenedesmus).
c. Flagellata.
Kelompok ini dapat menurunkan kualitas air karena menghasilkan lendir
serta menyebabkan korosi (Euglena), dan mengubah warna (Ceratium,
Chlamydomonas, Euglena).
Beberapa contoh mikroalga yang merupakan indikator pencemaran, antara
lain
29
:
No Genus Spesies
1. Oscillatoria Euglena viridis
2. Euglena Nitschia palea
3. Navicula Oscillatoria lauterbonii
4. Chlorella Oscillatoria putrida
5. Chlamydomonas Oscillatoria chlorina

29
Ibid.





6. Nitschia Anabaena constricta
7. Stigedonium Lepocinclis texta
8. Phormidium Microcystis aeruginosa
9. Scenedesmus Aphamizomenon flos-aquae
10. Arthrospira Navicula cryptocephala
11. Spyrogyra Microcoleus vaginalis
12. Microcystis Schizothrix calcicola
13. Anabaena Gomphonema parvulum

Beberapa contoh Plankton yang dapat dijumpai dalam perairan yang bersih,
antara lain
30
:
a. Chrysococcus rufescens e. Dinobryon sp
b. Cocconeis placentala f. Melosira islandica
c. Entophysalis lemaniae g. Rhodomonas lacustris
d. Cyclotella ocellata
1. Fitoplankton
Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk
filamen atau berbentuk rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona fotik) laut
terbuka dan lingkungan pantai. Nama Fitoplankton diambil dari istilah Yunani,
Phyton atau tanaman dan Planktos berarti pengembara atau penghanyut. Walaupun

30
Ibid.






bentuk uniseluler atau bersel tunggal meliputi hampir sebagian besar Fitoplankton,
beberapa alga hijau dan alga biru hijau ada yang berbentuk filamen (yaitu sel-sel yang
berkembang seperti benang).
31

Kemampuan Fitoplankton yang dapat berfotosintesis dan menghasilkan
senyawa organik membuat Fitoplankton disebut sebagai produsen primer.
Fitoplankton sebagai produser primer di perairan merupakan sumber kehidupan bagi
seluruh organisme hewan lainnya. Disamping sebagai penghasil oksigen, baik
langsung maupun tidak langsung ia merupakan makanan bagi konsumer primer yaitu
Zooplankton. Dalam hal ini perkembangannya sangat dipengaruhi oleh Zooplankton.
Fitoplankton akan berkembang dengan cepat pada saat populasi Zooplankton
menurun. Fitoplankton tergolong sebagai organisme autotrof, yang membangun
tubuhnya dengan mengubah unsur-unsur anorganik menjadi zat organik dengan
memanfaatkan energi karbon dari CO
2
yang berasal dari atmosfer dan bantuan sinar
matahari melalui proses fotosintesis.
32

Fitoplankton dapat ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan
sampai pada kedalaman di mana intensitas cahaya matahari masih memungkinkan
untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Salah satu sifat khas Fitoplankton adalah
dapat berkembang secara berlipat ganda dalam jangka waktu relatif singkat, tumbuh
dengan kerapatan tinggi, melimpah, dan terhampar luas. Kelimpahan Fitoplankton

31
Nicholas Polunin, loc. cit.

32
Dewi Wulandari, Keterikatan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter Fisika
Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong) J awa timur (Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 2009), h. 5.






yang terkandung di dalam air laut akan menentukan kesuburan suatu perairan. Oleh
karena itu, Fitoplankton dapat digunakan sebagai jenis bio-indikator dari kondisi
lingkungan perairan.
33

Fitoplankon dapat digunakan sebagai indikator terhadap kategori kesuburan
perairan maupun sebagai indikator perairan yang tercemar atau tidak tercemar.
Fitoplankton dengan kelimpahan yang tinggi umumnya terdapat di perairan sekitar
muara sungai atau di perairan lepas pantai dimana terjadi air naik (up welling). Di
kedua lokasi ini terjadi proses penyuburan karena masuknya zat-zat hara ke dalam
lingkungan tersebut. Plankton di estuaria umumnya mempunyai jumlah spesies yang
sedikit tetapi sering jumlah individunya cukup banyak. Jumlah yang sedikit itu
disebabkan oleh terjadinya fluktuasi besar kondisi lingkungan, terutama salinitas dan
suhu pada saat terjadi pasang dan surut.
34

Setiap jenis Fitoplankton berbeda reaksi fisiologis dan tingkah lakunya
terhadap perubahan kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan berpengaruh
terhadap stabilitas dan struktur ekosistem. Pencemaran merupakan kerusakan akibat
akumulasi buangan yang dilakukan manusia, baik buangan yang berguna maupun
tidak berguna.
35

Fitoplankton termasuk golongan alga dan diperkirakan ada 30.000 jenis alga
yang tumbuh di bumi. Selain mempunyai klorofil, plankton juga mempunyai pigmen

33
Melati Ferianita Fachrul, op. cit., h. 90.

34
Dewi Wulandari, loc. cit.

35
Park, Ecology and Enviromental Management (London: Butter Worths, 1980), h. 189.





tambahan yang dapat menutupi klorofil. Kandungan pigmen ini menjadi dasar dalam
klasifikasi plankton. Berdasarkan pigmen yang dominan, alga dibedakan atas 7 divisi,
tetapi hanya 5 divisi yang hidup sebagai plankton yaitu Chlorophyta (alga hijau),
Cyanophyta (alga biru hijau), Euglenophyta, Chrysophyta (alga coklat keemasan),
dan Pyrhophyta (Dinoflagellata). Sedangkan Phaeophyta (alga coklat) dan
Rhodophyta (alga merah) sebagian besar anggotanya adalah makro alga yang hidup
menempel pada substrat.
36

a. Kelas Chlorophyta (alga hijau)
Meliputi 8.000 jenis, 87 % hidup di air tawar dan sisanya 13 % hidup di air
laut.
Pigmen: klorofil a, b, -karotin.
Habitat: air tawar, air laut, air payau dan teresterial.
Contoh: Chlamydomonas, Spirogyra, Volvox, Scenedesmus, Ankistrodesmus,
Hydrodiction, Ulothrix, Zygnema, Pediastrum, Sorastrum, dan lain-lain.
b. Kelas Cyanophyta (alga biru hijau)
Beranggotakan 1.500 jenis dan umumnya berwarna hijau kebiruan yang
disebabkan oleh adanya pigmen fikosianin, klorofil dan karotin serta kadang-
kadang fikoeritrin.
Pigmen: klorofil a, c, fikosianin, -carotin dan beberapa xantofil.
Habitat: air tawar, air laut, air payau dan teresterial.

36
Sunarto, op. cit., h. 12.





Contoh: Chroococcus, Microcystis, Anabaena, Lyngbya, Gleocapsa, Nostoc,
Oscillatoria, Spirulina, Merismopedia, Anacystis, dan lain-lain.
c. Kelas Euglenophyta (Euglena).
Merupakan kelompok alga yang mempunyai flagellata yang primitif dan
memiliki bentuk peralihan antara hewan dan tumbuhan.
Pigmen: klorofil a, b, -karotin juga beberapa xantofil, tetapi kebanyakan
tidak berklorofil.
Habitat: air tawar, air laut, air payau dan teresterial.
Contoh: Euglena, Trachelomonas, Phacus, Hyalophacus, Colacium, Astasia,
Eutreptia.
d. Kelas Chrysophyta (alga emas dan kuning hijau).
Alga ini sering disebut alga coklat keemasan karena selnya mengandung
pigmen-pigmen kuning karotenoid, termasuk pigmen coklat fukosantin.
Habitat: air tawar, air laut, air payau dan teresterial.
Contoh: Ochromonas, Tribonema, Navicula, Nitschia, Stauroneis,
Thalassiosira, Pinnularia, Rivularia, Amphora, Melosira, Pleurosigma,
Rhizosolenia, Chaetoceros, dan lain-lain.
e. Kelas Pyrhophyta (Dinoflagellata).
Divisi ini terdiri dari 1.100 jenis. Anggota divisi ini dikenal sebagai
Dinoflagellata.
Pigmen: klorofil a, c, -karotin, beberapa xantofil, peridinin, neoperidinin,
dinosantin, neodinosantin, dan diatosantin.





Habitat: air tawar, air laut, air payau.
Contoh: Peridinium, Dinophysis, Ceratium, Noctiluca, Amphidinium, dan
lain-lain.
2. Peranan Fitoplankton Dalam Ekosistem
Fitoplankton di dalam ekosistem perairan merupakan kelompok produsen
dalam sistem mata rantai makanan. Mereka dapat melakukan aktivitas hidupnya
sendiri dengan memanfaatkan cahaya matahari. Adapun Plankton hewani
(Zooplankton) harus melakukan aktivitas makan untuk mempertahankan
eksistensinya.
37

Fungsi Fitoplankton di perairan sebagai makanan bagi Zoopankton dan
beberapa jenis ikan serta larva biota yang masih muda, mengubah zat anorganik
menjadi organik dan mengoksigenasi air. Nutrien anorganik diabsorpsi menjadi
nutrien organik melalui proses fotosintesis. Nutrien organik merupakan energi yang
siap dimanfaatkan bagi pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri maupun
sebagai persediaan makanan bagi biota lain yang berada pada jenjang yang lebih atas.
Fitoplankton berfungsi sebagai produsen utama karena merupakan biota awal yang
menyerap energi sinar matahari.
38

Dalam perkembangan studi Plankton, diketahui bahwa eksistensi Plankton
(Fitoplankton dan Zooplankton) pada perairan membantu para peneliti dalam
menentukan kualitas perairan dari suatu ekosistem. Pendekatan tersebut dapat

37
Melati Ferianita Fachrul, op. cit., h. 92.

38
Odum, op. cit., h. 371.





ditempuh melalui studi kualitatif dengan mengetahui struktur komunitas Fitoplankton
serta kelimpahan (biomassa), kandungan klorofil maupun produktivitasnya, tipe suatu
perairan dapat ditentukan dalam kategori Eutrofik, Mesotrofik, dan Oligotrofik.
39

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fitoplankton
a. Fisika
1. Suhu
Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti
curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan
intensitas radiasi matahari. Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Algae dari filum Chlorophyta dan
Diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30C-35C dan
20C- 30C. Sedangkan filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap
kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan Diatom.
40

Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi
kehidupan organisme air, termasuk plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan
kebutuhan organisme akan oksigen. Perubahan suhu dalam perairan akan
mempengaruhi kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas
biologis di dalam ekosistem akuatik. Suhu ekosistem akuatik secara alamiah dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas

39
Melati Ferianita Fachrul, loc. cit.

40
Habib Krisna Wijaya, op. cit., h. 13.





antara air dan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di sekitarnya.
41

Disamping itu pola suhu perairan dapat dipengaruhi oleh faktor antropogen
yaitu faktor yang diakibatkan oleh manusia seperti limbah panas yang berasal dari
pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya pelindung
sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. Perbedaan suhu pada
suatu perairan dipengaruhi faktor variasi jumlah panas yang diserap, pengaruh
konduksi panas, pertukaran tempat masa air secara lateral oleh arus, dan pertukaran
air secara vertikal.
42

Suhu di suatu ekosistem air berfluktuasi baik harian maupun tahunan,
fluktuasi terutama mengikuti pola suhu antara lingkungan sekitarnya. Selain itu
terlihat bahwa suhu air juga dipengaruhi faktor ketinggian dan letak geografis,
selanjutnya suhu sungai juga akan berfluktuasi mengikuti aliran air mulai dari hulu
sampai kearah hilir.
43

Suhu di perairan estuari lebih bervariasi daripada di perairan pantai di
dekatnya. Air tawar bercampur dengan air laut, terjadi perubahan suhu dimana
suhu perairan estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada
musim panas dari pada perairan pantai sekitarnya.
44


41
Ibid.

42
Ibid., h. 14

43
Ibid.

44
Ibid.






2. Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta
ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Penetrasi cahaya merupakan besaran
untuk mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya matahari dapat menembus
lapisan suatu ekosisten perairan. Besar nilai penetrasi cahaya dapat diidentifikasikan
dengan kedalaman air yang memungkinkan masih berlangsungnya fotosintesis.
Penetrasi cahaya sangat mempengaruhi keberadaaan plankton disuatu badan perairan.
Sebab penetrasi cahaya sangat menentukan proses fotosintesis.
45

Kedalaman penetrasi cahaya yang merupakan kedalaman dimana produksi
fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada bekerjanya faktor antara lain
absorpsi cahaya oleh air, panjangnya gelombang cahaya, kecerahan air, pantulan
cahaya oleh permukaan air, lintang geografik dan musim. Kedalaman penetrasi
cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Bagi organisme air,
intesitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan
organisme tersebut dalam habitatnya. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi
intesitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton disuatu perairan.
Penetrasi cahaya merupakan faktor pembatas bagi organisme fotosintetik dan juga

45
Ibid., h. 15.





mempengaruhi migrasi vertikal harian dan dapat pula mengakibatkan kematian pada
organisme tertentu.
46

3. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik
dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Nilai kekeruhan di
perairan alami merupakan salah satu faktor terpenting untuk mengontrol
produktivitasnya. Kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi penetrasi cahaya
matahari oleh karenanya dapat membatasi proses fotosintesis sehingga produktivitas
primer perairan cenderung akan berkurang. Kekeruhan di suatu sungai tidak sama
sepanjang tahun. Air akan sangat keruh pada musim penghujan karena aliran air
maksimum dan adanya erosi dari daratan.
47

4. Arus
Kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan gradien atau ketinggian antara
hulu dengan hilir sungai. Apabila perbedaan ketinggiannya cukup besar, maka arus
air akan semakin deras. Mason (1981) mengklasifikasi sungai berdasarkan kecepatan
arusnya ke dalam lima kategori yaitu arus yang sangat cepat (>100 cm/detik), cepat
(50-100 cm/detik), sedang (25-50 cm/detik), lambat (10-25 cm/detik), dan sangat
lambat (< 10 cm/detik). Kecepatan arus akan mempengaruhi jenis dan sifat

46
Ibid.

47
Ibid.





organisme yang hidup di perairan tersebut. Kecepatan arus adalah faktor penting di
perairan mengalir. Kecepatan arus yang besar (>5 m/detik) mengurangi jenis flora
yang dapat tinggal sehingga hanya jenis-jenis yang melekat saja yang tahan terhadap
arus dan tidak mengalami kerusakan fisik.
48

b. Parameter Kimia
1. pH
Organisme air dapat hidup dalam perairan yang mempunyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah dengan basa lemah. Nilai pH yang ideal
bagi kehidupan organisme air pada umumya terdapat pada 7 sampai 8,5. Kondisi
perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan
mobilitas berbagai senyawa logam berat terutama ion aluminium yang bersifat toksik,
semakin tinggi nilai pH perairan tentunya akan mengancam kelangsungan hidup
organisme air. Sedangkan pH yang sengat tinggi akan menyebabkan keseimbangan
antara ammonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH di atas netral
akan meningkatkan konsetrasi amoniak yang bersifat sangat toksik bagi organisme.
49

Nilai pH menggambarkan intensitas keasaman dan kebasaan suatu
perairan yang ditunjukkan oleh keberadaan ion hidrogen. Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap adanya perubahan pH. Nilai pH juga sangat

48
Ibid.

49
Ibid., h. 16.





mempengaruhi proses biokimiawi perairan, seperti nitrifikasi. Pada pH < 4,
sebagian besar tumbuhan air mati, namun algae Chlamydomonas acidophila
masih dapat bertahan hidup pada pH yang sangat rendah, yaitu 1, dan algae
Euglena masih dapat bertahan hidup pada pH 1,6.
50

Perairan dengan pH antara 6 9 merupakan perairan dengan kesuburan
yang tinggi dan tergolong produktif karena memiliki kisaran pH yang dapat
mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam perairan
menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh fitoplankton.
51

2. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu
perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam
ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas, dibandingkan
dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsetrasi sebanyak 21% volum, air
hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volum saja. Kelarutan maksimum
oksigen di dalam air terdapat pada suhu 0C, yaitu sebesar 14,16 mg/l O
2.
Kosentrasi
menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Peningkatan suhu menyebabkan
konsetrasi oksigen menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah meningkatkan
konsetrasi oksigen terlarut.
52


50
Ibid.

51
Ibid.

52
Ibid., h. 17.





Kelarutan oksigen dalam air sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan
jumlah garam terlarut dalam air. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara
dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan
dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme
air.
53

Nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun
musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga
dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen.
Nilai oksigen terlarut dalam perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mg/l. Sanusi
(2004), menyatakan bahwa DO yang berkisar antara 5,45-7,00 mg/l cukup baik bagi
proses kehidupan biota perairan. Semakin rendah nilai DO suatu perairan, maka
semakin tinggi pencemaran suatu ekosistem. Disamping pengukuran konsetrasi
biasanya dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimum
atau tidak.
54

Oksigen telarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses
metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga
dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air. Pada umumnya oksigen terlarut
berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan proses fotosintesis dari


53
Ibid.

54
Ibid.





tumbuhan hijau. Pengurangan oksigen terlarut disebabkan oleh proses respirasi
dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen terlarut berkaitan
dengan banyaknya bahan-bahan organik dari limbah industri yang mengandung
bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya.
55

Sistem perairan mengalir umumnya mempunyai kandungan oksigen
terlarut yang tinggi dan kandungan karbondioksida bebas yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh peran arus yang membantu dalam memberikan sumbangan
oksigen. Di perairan tawar, kandungan oksigen terlarut berkisar antara 8 mg/l
pada suhu 25C. Kadar oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10
mg/l.
56

3. Unsur hara
Unsur hara yang penting di perairan adalah nitrogen dan fosfor.
Nitrogen di perairan berada dalam bentuk nitrogen bebas, nitrat, nitrit, ammonia,
dan amonium. Unsur fosfor dapat ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik
yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa
partikulat. Sumber nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
tumbuhan adalah nitrat dan amonia yang merupakan sumber utama nitrogen di

55
Ibid., h. 18.

56
Ibid., h. 18.






perairan. Kadar nitrat di perairan tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada
kadar amonia.
57

Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, sedangkan nitrit biasanya
ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan karena bersifat tidak
stabil terhadap keberadaan oksigen. Senyawa nitrat dapat dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrat juga merupakan zat hara
penting bagi organisme ototrof dan diketahui sebagai faktor pembatas
pertumbuhan. Kadar nitrat di perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1
mg/liter. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/liter menggambarkan terjadinya
pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia. Pada perairan yang
menerima limpasan dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar
nitrat dapat mencapai 1.000 mg/liter. Kadar nitrit di perairan relatif kecil karena
segera dioksidasi menjadi nitrat.
58

Amonia di perairan bersumber dari pemecahan nitrogen organik (protein
dan urea) dan nitrogen anorganik (tumbuhan dan biota perairan yang telah mati)
oleh mikroba jamur (proses amonifikasi). Amonia jarang ditemukan pada perairan
yang mendapat cukup pasokan oksigen. Kadar amonia di perairan alami biasanya
tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Amonia banyak digunakan dalam proses produksi

57
Ibid., h. 18-19.

58
Ibid.





urea, industri bahan kimia, serta industri bubur kertas. Kadar amonia yang tinggi
dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari
limbah domestik, industri, dan limpahan pupuk.
59

Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik. Sumber fosfor lebih sedikit dibandingkan
dengan sumber nitrogen di perairan dan keberadaan fosfor di perairan alami
biasanya relatif sedikit dengan konsentrasi yang relatif kecil dibandingkan
nitrogen. Sumber antropogenik fosfor di perairan adalah limbah industri dan
domestik, yaitu fosfor yang berasal dari deterjen. Limpasan dari daerah pertanian
yang menggunakan pupuk juga memberikan konstribusi yang cukup besar bagi
keberadaan fosfor. Umumnya kandungan fosfor total di perairan alami tidak lebih
dari 0,1 mg/liter kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga dan dari
daerah pertanian yang mengalami pemupukan fosfor.
60

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Fitoplankton
Pertumbuhan Fitoplankton yang tinggi tidak hanya selalu menguntungkan
bagi kondisi perairan, tetapi dapat menyebabkan ledakan populasi Fitoplankton
(blooming), hanya ditandai dengan warna menjadi merah, merah-cokelat atau dari
biru atau biru hijau menjadi menjadi merah kecokelatan, dapat menghasilkan zat
racun yang membahayakan bagi perairan, fenomena ini biasa disebut Red Tide.
Perkembangan Fitoplankton sangat ditentukan oleh intensitas sinar matahari,

59
Ibid.

60
Ibid.





temperatur, unsur hara, dan tipe komunitas Fitoplankton. Dalam suatu penelitian,
Fitoplankton sering dijumpai perbedaan baik jenis maupun jumlahnya pada daerah
yang berdekatan, meskipun berasal dari massa air yang sama. Pada perairan sering
didapatkan kandungan Fitoplankton sangat sedikit. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kelimpahan dan penyebaran Fitoplankton antara lain angin, unsur
hara, kedalaman perairan dan aktivitas pemangsaan.
61

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton di suatu
perairan adalah kecepatan arus air. Selain itu kekeruhan air juga sangat mempengaruhi
keberadaan fitoplankton. Kelompok fitoplankton yang mendominasi perairan tawar
umumnya terdiri dari diatom dan ganggang hijau serta dari kelompok ganggang biru.
Kepadatan fitoplankton dapat dipengaruhi oleh musim, terjadi fluktuasi kepadatan
fitoplankton yang bervariasi antara musim panas dan musim dingin.
62

5. Produktivitas Fitoplankton
Produktivitas primer ialah laju pembentukan senyawa-senyawa organik
yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik. Jadi biasanya produktivitas
primer dianggap sebagai padanan fotosintesis.
63
Menurut Kasijan Romimohtarto dan
Sri Juwana, produktivitas primer adalah kecepatan terjadinya fotosintesis atau
pengikatan karbon. Jumlah seluruh zat organik saat itu adalah standing crop atau

61
Melati Fachrul Ferianita, Metode Ekologi untuk Penentuan Pencemaran Perairan
(Jakarta: Universitas Trisakti, 2002), h. 78.

62
Ibid.

63
James W. Nybakken, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis (Jakarta: Gramedia, 1982),
h. 54.





biomassa. Dalam menganalisa suatu lingkungan, perlu dipertimbangkan produktivitas
kasar (gross productivity) prosuktivitas bersih (net productivity). Adakalanya
produktivitas tinggi tetapi karena terjadi konsumsi oleh herbivor maka biomassa
rendah.
64

Penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau dan perubahan sebagian
dari energi sinar ini menjadi energi kimia melalui fotosintesis disebut produksi
primer. Fotosintesis memainkan peranan penting dalam pengaturan metabolisme
komunitas. Laju fotosintesis bertambah dua atau tiga kali lipat untuk setiap 10C
kenaikan suhu. Meskipun demikian, intensitas sinar dan suhu yang ekstrim cenderung
memiliki pengaruh menghambat laju fotosintesis. Lepas dari sinar dan suhu,
konsentrasi karbon dioksida, adanya metabolit tertentu, ketersediaan mineral yang
dibutuhkan, umur dan keadaan sel serta konsentrasi fotopigmen juga mempengaruhi
fotosintesis.
65

Fotosintesis mempengaruhi penyerapan energi radiasi dan karbon dioksida
serta pelepasan oksigen. Pernafasan mencakup pengambilan oksigen dan pelepasan
karbondioksida dan tenaga. Jadi, hal ini merupakan proses kebalikan dari fotosintesis.
Tanpa adanya sinar, fotosintesis tertahan namun pernafasan berlanjut. Dengan adanya
sinar, kedua proses terjadi secara serentak. Fakta-fakta ini digunakan untuk mencari
cara pengukuran produksi primer. Bila satu dari tiga parameter metabolisme, yaitu

64
Kasijan Romimohtarto dan Sri Juwana, Biologi Laut (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 311.

65
Michael, op. cit., h. 366.






karbon dioksida, oksigen atau tenaga yang terlibat dalam fotosintesis dapat diukur
baik dalam sinar maupun dalam gelap. Maka akan mungkin untuk memperkirakan
produksi primer kotor, yaitu jumlah total sintesis bahan organik yang dihasilkan
dengan adanya sinar. Produksi primer bersih, yaitu jumlah bahan organik yang
disimpan setelah pengeluaran dalam bentuk pernafasan. Pernafasan, yaitu pertukaran
gas dan panas dengan lingkungan yang berkaitan dengan pemutusan metabolik bahan
organik oleh sel-sel hidup.
66

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer
Sinar matahari merupakan ramuan penting dalam proses fotosintesis. Di
daerah katulistiwa, dimana panjang siang dan malam hampir sama sepanjang tahun
maka faktor musim seperti yang terjadi di daerah sedang dan kutub tidak
berpengaruh. Tetapi perubahan siang-malam sangat berpengaruh secara berkala.
Cuaca dapat mempengaruhi produktivitas primer melalui tutupan awan, angin dan
secara tidak langsung melalui suhu.
67

Awan dapat mengurangi penembusan cahaya kepermukaan laut dan
mengurangi kecepatan proses produktivitas primer. Angin dapat menciptakan
gelombang yang mengakibatkan permukaan laut tidak rata dan memantulkan
sebagian besar sinar matahari jika dibandingkan dengan permukaan yang rata.
Gelombang, terutama di perairan dangkal dapat juga menyebabkan kekeruhan dan

66
Ibid.

67
Kasijan Romimohtarto dan Sri Juwana, loc. cit.






mengurangi penembusan cahaya matahari. Tetapi sebaliknya angin juga dapat
mendorong permukaan massa air sehingga memperkaya zat hara untuk fotosintesis.
68

Suhu yang membantu melalui keragaman musiman mengakibatkan
menghilangnya termoklin dan mendorong permukaan massa air yang menyediakan
zat hara untuk fotosintesis. Suhu juga mempengaruhi daya larut gas-gas yang
diperlukan untuk fotosintesis seperti CO
2
dan O
2
. Gas-gas ini mudah terlarut pada
suhu rendah daripada suhu tinggi, akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh
suhu rendah.
69

b. Sebaran produktivitas primer
Fotosintesis tidak langsung sebanding dengan intensitas cahaya. Pada kolom
air 10-15 m ke atas, kecepatan fotosintesis lebih rendah daripada lapisan 15-30 m,
karena cahaya dipermukaan laut terlalu intensif untuk kebanyakan biota yang dapat
dilukai oleh sinar ultraviolet. Fotosintesis terjadi sampai kejelukan 100 m, di mana
intensitas cahaya hanya 1% dari permukaan.
70

Pada umumnya produktivitas primer di laut bebas relatif rendah karena jauh
dari daratan yang menyediakan zat hara dan karena volume air yang besar yang
mengencerkan kadar zat hara. Lingkungan Eutrofik adalah lingkungan dengan
sejumlah besar zat hara. Contohnya danau dangkal, kolam dan rawa-rawa untuk
lingkungan air tawar, dan Estuarin untuk lingkungan laut. Kombinasi antara

68
Ibid., h. 311-312.

69
Ibid.

70
Ibid.





kandungan zat hara tinggi dari aliran sungai dan perairan dangkal yang teraduk baik,
merupakaan keadaan ideal untuk produktivitas tinggi. Sebaliknya sedimentasi tinggi
diperairan dangkal dapat menghalangi penembusan cahaya dan dapat menjadi faktor
pembatas di teluk yang menjorok ke dalam. Lingkungan Oligotrofik adalah
lingkungan dengan produktivitas rendah, seperti laut lepas, danau besar yang dalam
dan goba pantai di mana sirkulasi air terbatas.
71

6. Distribusi Fitoplankton
Sebaran plankton berdasarkan dimensi ruang dapat dibagi menjadi sebaran
horizontal dan sebaran vertikal. Pada sebaran horizontal plankton umumnya tidak
tersebar merata melainkan hidup secara berkelompok, terutama lebih sering dijumpai
di perairan Neritik dari pada Oseanik. Pengelompokkan Fitoplankton secara garis
besar dibedakan atas pengaruh fisik dan pengaruh biologi. Pengaruh fisik dapat
disebabkan oleh turbulensi atau adveksi (pergerakan massa air yang besar yang
mengandung plankton di dalamnya). Sedangkan pengaruh biologi terjadi apabila
terdapat perbedaan pertumbuhan antara laju pertumbuhan Fitoplankton dan kecepatan
difusi untuk menjauhi kelompoknya.
72

Sebaran vertikal ditandai dengan berkumpulnya fitoplankton di zona eufotik
yaitu zona dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya
fotosintesis. Dari hasil berbagai penelitian, ternyata sebaran vertikal plankton

71
Ibid.

72
Dewi Wulandari, op. cit., h. 5-6.






tergantung dari berbagai faktor, antara lain intensitas cahaya, kepekaan terhadap
perubahan salinitas, arus, dan densitas air. Untuk fitoplankton, pengelompokkan
secara vertikal dipengaruhi pula oleh tersedianya nutrisi di permukaan air.
73

Sebagaimana organisme lainnya, eksistensi dan kesuburan fitoplankton di
dalam suatu ekosistem sangat ditentukan oleh interaksinya terhadap faktor-faktor
fisika, kimia, dan biologi. Tingginya kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan
adalah akibat pemanfaatan nutrien, dan radiasi sinar matahari, disamping suhu, dan
pemangsaan oleh zooplankton. Faktor utama penentu tingkat pertumbuhan
fitoplankton adalah mencapai tingkat pertumbuhan maksimum pada temperatur
tertentu dan mampu mencapai cahaya dan nutrien optimum.
74

Pengetahuan teoretis dari sebaran Plankton yang tak merata sangatlah
penting, baik dalam kajian kualitatif maupun kuantitatif atas Plankton. Fitoplankton,
yang terutama terdiri atas ganggang, ditemukan hanya pada kedalaman tertentu yang
memiliki penyusupan sinar yang cukup untuk fotosintetis. Bentuk yang berpindah ini
hidup pada kedalaman tertentu selama siang hari, dan naik kepermukaan menjelang
malam, serta tenggelam kembali ke kedalaman normal pada pagi hari. Keragaman
horizontal dalam penyebaran Plankton air tawar, disebabkan oleh gerakan arus
setempat serta angin. Dalam setiap usaha untuk memperkirakan penyebaran atau

73
Ibid.

74
Ibid.





banyaknya Plankton, sangatlah penting untuk merasa yakin bahwa sampel yang
dikumpulkan mewakili airnya.
75

Fitoplankton dapat ditemukan diseluruh massa air mulai dari permukaan
sampai pada kedalaman di mana intensitas cahaya matahari masih memungkinkan
untuk digunakan dalam proses fotosintesis (zona eufotik) merupakan komponen flora
yang paling besar peranannya sebagai produsen primer diperairan.
76
Salah satu sifat
khas Fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat ganda dalam jangka
waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi, melimpah dan terhampat
luas.
77



75
Michael, op. cit., h. 208-210.

76
Melati Ferianita Fachrul, op. cit., h. 90.

77
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai