The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine
The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine
Mirmanto
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram
Jl. Majapahit no. 62, Mataram
Tlp(0370)636087, (0370)6570632, e-mail: mirmanto12@hotmail.com
ABSTRAK
Di NTB mengalami krisis energi listrik dan terdapat beberapa lahan pertanian tadah hujan
sehingga perlu dilakukan usaha-usaha pemanfaatan energi alternative salah satunya yaitu energi angin.
Artikel ini merupakan hasil penelitian kincir angin poros vertical guna penghasil listrik rumah
tangga. Kincir terdiri dari 2, 3 dan 4 jumlah sudu dan bentuk sudunya lingkaran, bujur sangkar, persegi
panjang dan elip. Masing-masing luas sudu dibuat sama yaitu 0,25 m2. Panjang lengan kincir 75 cm.
Tinggi tower 6 meter di atas air laut. Lokasi penelitian di daerah Sandik kecamatan Batu Layar,
Mataram.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan angin rata-rata berdasar BMG adalah 3 m/s
sedangkan dilapangan kecepatan angin rata-rata 1,2 m/s sampai dengan 1,33 m/s. Putaran kincir rata-
rata yang diperoleh pada penelitian ini adalah 15,08 RPM sampai dengan 16,35 RPM. Daya daya angin
dan poros maksimum yang diperoleh dari penelitian adalah 22,343 Watt dan 6,7 Watt. Pengaruh dari
bentuk dan jumlah sudu tidak siknifikan.
ABSTRACT
NTB has an electrical crisis seriously and there are some rice fields dependent on rain,
therefore it is needed to discover some alternative energy, one of them is wind energy.
This article explains the result of research on windmill with vertical shaft to generate home
electricity. The windmill consist of two, three and four blades and the blade shape are circle, square,
rectangular and ellipse. The blades area is 0.25 m2. The length of the windmill arm is 0.75 m. The
height of the windmill tower is 6 m above the sea. The research location is in Sandik, Batulayar,
Mataram.
The research result shows that according to BMG, the wind velocity is 3 m/s, but in the
research location, the wind velocity is 1.2 m/s until 1.33 m/s. The rotation of the windmill is 15.08
RPM until 16.35 RPM. The power of the wind and the shaft is 22.343 Watt and 6.7 Watt. The influence
of the shape and the amount of the blades are not significant.
Dearah NTB saat ini sudah sangat parah mengalami krisis energi listrik. Hal ini ditunjukan
dengan adanya kegiatan pemadaman secara bergilir dan hampir tidak bisa lagi bagi rumah baru untuk
memasang jaringan listrik masuk kerumahnya. Pemerintah NTB juga sudah berupaya sekuat tenaga
namun sampai saat ini permasalahan kekurangan listrik ini belum juga teratasi. Menurut BAPPEDA
NTB (pada saat itu, Ir. Nanang Samudra, MSc) NTB telah merencanakan pembuatan pembangkit
listrik tenaga uap seperti Paiton di Jawa Timur, namun mnurut beliau sampai saat sekarang belum ada
investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya.
Secara global energi yang tersedia dalam bentuk energi bahan baker mineral atau sumber energi
tak terbaharui semakin berkurang keberadaannya maka sudah selayaknya untuk dicari dan digalakan
penemuan-penemuan atau pemanfatan-pemanfaatan energi-energi alternatif. Di alam semesta ini
sebenarnya banyak terdapat energi alternatif hanya saja dikarenakan keterbatasan dari kemampuan
manusia maka semua energi alternatif yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dan
integral. Beberapa contoh energi alternatif yang sudah banyak dimanfaatkan antara lain adalah; energi
angin, energi air, energi matahari dan sebagainya. Suatu hal yang barang kali patut untuk
dipertimbangkan di daerah Mataram adalah energi angin. Hal ini dikarenakan Mataram, NTB
merupakan daerah pantai yang mana angin bertiup secara terus menerus (angin darat dan angin laut)
dengan kecepatan yang cukup memadahi untuk menggerakan kincir angin.
Di Kecamatan Batu Layar Mataram, banyak terdapat lahan tadah hujan sehingga hanya dapat
difungsikan untuk menghasilkan padi (berproduksi) pada saat musim hujan saja. Menurut sumber
BPPS tahun 2002, luas sawah tadah hujan di Lombok Barat sebesar 2149 ha dimana sawah yang luas
demikian hanya mampu menghasilkan panenan satu kali dalam setahun yang disebabkan oleh tidak
tersedianya irigasi atau pengairan. Jika pada sawah tersebut terdapat kincir angin pembangkit listrik,
maka energi listrik ini akan dapat digunakan untuk memutar pompa sentrifugal guna menaikan air dari
sumur dan dialirkan ke sawah.
Di daerah inipun terdapat beberapa perumahan yang belum memperoleh pasokan air bersih dari
PDAM, sehingga mereka memperoleh air bersih dari sumur dengan menggunakan energi listrik (PLN)
untuk memutar pompa guna menaikan air dari sumur. Sedangkan energi listrik di Mataram menjadi
barang yang semakin hari semakin mahal, terlebih ada rencana dari pemerintah untuk menaikan TDL.
Potensi angin di daerah NTB (Lombok) menurut BPPT dan beberapa peneliti terdahulu cukup
besar sehingga peluang untuk dimanfaatkan sebagai penggerak kincir angin sangat memungkinkan.
Seorang peneliti dari LAPAN Gintings (1994) di Lombok Timur kecepatan anginnya mencapai 5,4 m/s
dan dapat menghasilkan energi listrik 73,21 kWh/m2 dan Kaliwantoro (2005) melakukan penelitian
energi angin mendapatkan hasil bahwa kecepatan angin di Ampenan Lombok Barat dapat mencapai
5,3 m/s. Bertolak dari kondisi dan situasi tersebut di atas maka penyusun tertarik untuk mengajukan
judul proposal Dosen Muda “PENGARUH BENTUK DAN JUMLAH SUDU KINCIR ANGIN POROS
VERTIKAL UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK RUMAH TANGGA”.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literature, data hasil pencatatan pada
dinas BMG setempat dan eksperimental lapangan yaitu di pantai Batu Layar dan di BTN Sandik
Permai serta di sawah tadah hujan sekitar Batu Layar. Kemudian dari hasil eksperimen dan data BMG
serta literatur, selanjutnya dilakukan analisa bentuk sudu mana yang paling baik dan jumlah sudu
berapa yang optimum.
1. Bahan yang digunakan
1. Besi Poros
2. Besi Beton
3. Pulley dan Belt
4. Bantalan
5. Baut dan Mur
6. Pelat Alumunium
2. Alat yang digunakan :
a. Generator
b. Anemometer
c. Tachometer
d. Ampermeter
e. Manometer
f. Thermometer
g. Volt meter
3. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pembuatan
Pada penelitian ini dibuat 4 macam bentuk rotor yang masing-masing memiliki 2, 4, 6 dan 8
buah blade dengan diameter roto 1,5 meter. Bentuk blade yang dibuat adalah bentuk Parabola, bentuk
kubus, balok dan elip. Blade tersebut selanjutnya dirangkai dengan pemegang dan poros. Ujung akhir
poros dihubungkan transmisi roda gigi yang dikopel dengan generator. Kincir dipasang dengan
menggunakan kerangka besi siku setinggi 2 meter untuk di lokasi pantai dan 3 meter untuk dilokasi
sawah dan BTN.
50 cm
m
6. 4c
Ø5 50 cm
a b
0.5 cm
40 cm
62.5 cm 63.7 cm
c d
75 cm 75 cm
Sudu/blade
Bantalan
Dudukan sudu
Transmisi
600 cm
Generator
Kerangka
100 cm
Gambar 2. Konstruksi kincir angin alat penelitian
2. Tahap Pengujian
Pengujian dilakukan ditiga lokasi yakni di pantai Batu Layar, BTN Sandik Permai dan Sawah
tadah hujan sekitar BTN Sandik Permai.. Adapun Variabel yang diteliti adalah kecepatan angin,
kecepatan putar rotor, arus dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator. Dari sini bisa diperoleh
daya, efisiensi turbin yang selanjutnya untuk mengambil kesimpulan tentang bentuk dan jumlah sudu
yang optimal. Pengujian dilakukan dengan menvariasikan bentuk blade dan jumlah sudu yakni bentuk
setengah bola, kubus terbuka, balok terbuka dan elip terbuka setengah dengan variasi jumlah sudu 2, 4,
6, dan 8. Pengambilan data dilakukan sebanyak 10 kali secara acak dari setiap model sudu dan jumlah
sudu yang diuji.
Prosedur:
1. Pasang bentuk sudu dan jumlah sudu yang telah ditentukan.
2. Lepaskan pengerem agar sudu yang terpasang dapat berputar pada porosnya.
3. Catat kecepatan angin, arus listrik dan suhu udara.
4. Lakukan poin 1 sampai dengan 3 sepeluh kali.
5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk model dan jumlah sudu yang berbeda.
Dari data-data yang diperoleh dalam setiap percobaan selanjutnya diolah dengan menggunakan
persamaan dan analisa uji anava untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh bentuk sudu dan jumlah
sudu terhadap performansi kincir angin percobaan.
35.00
30.00
5.00
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Kecepatan angin (m/s)
35.00
30.00
5.00
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Kecepatan angin (m/s)
Sudu lingkaran
35.00
30.00
5.00
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Kecepatan angin (m/s)
35.00
30.00
25.00
RPM 4 sudu
Daya angin (w att) 4 sudu
Daya poros (w att) 4 sudu
20.00
RPM 3 sudu
Daya angin (w att) 3 sudu
Daya poros (w att) 3 sudu
15.00
RPM 2 sudu
Daya angin (w att) 2 sudu
Daya poros (w att) 2 sudu
10.00
5.00
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Kece patan angin (m /s )
KESIMPULAN
Setelah dilakukan serangkaian percobaan, kondisi nyata dilapangan dan analisa data pada
penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil penelitian belum menghasilkan data sesuai harapan.
2. Hasil penelitian hanya mampu memperoleh data dari variable kecepatan angin, RPM, daya
angin, dan daya poros (daya listrik tidak tercapai).
3. Data daya listrik tidak dapat dicapai karena kecepatan angin kurang, bentuk kincir poros
vertical rata-rata untuk kecepatan rendah.
4. Kecepatan angin rata-rata 6 Knot (data BMG) dan kecepatan angin rata-rata dilapangan 1,2 m/s
sampai dengan 1,33 m/s.
5. RPM rata-rata yang didapat 15,08 RPM sampai dengan 16,35 RPM.
6. Daya angin maksimum yang diperoleh 22,343 Watt dan
7. Daya poros maksimum yang diperoleh 6,7 Watt.
8. Bentuk dan jumlah sudu khusus dari penelitian ini (kincir angin poros vertical) tidak
berpengaruh secara siknifikan.
Inilah kesimpulan yang dapat diungkapkan dari penelitian tersebut.
SARAN
Setelah diketahui hasil penelitian, permasalahan, data dari variable daya listrik yang belum bisa
didapat maka saran dari penulis adalah:
1. Sebaiknya kincir jangan dipasang diantara beberapa bangunan, atau sebaiknya kincir dipasang
di daerah pantai/daerah kecepatan angin tinggi.
2. Kincir kecepatan rendah sebaiknya digunakan untuk keperluan lain seperti pemompaan air
tidak untuk penghasil listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2002, Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, BPS, Nusa Tenggara Barat.
Gintings D, 1993, Pengembangan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di dusun Selayar,
Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Warta Lapan no. 45, Jakarta.
Ginting, Soeripno, 1993, Pemasangan dan Uji Coba Pemanfaatan SKEA Listrik 500 Watt Untuk
Penerangan, Warta LAPAN no. 28,29, Jakarta.
Soeripno, 1992, Uji Coba Pemanfaatan SKEA Untuk Pengairan Sawah Serang Jawa Barat, Warta
LAPAN No. 60/61, Jakarta.
Tjokrowisastro dkk, 1990, Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar, Diktat Kuliah, ITS,
Surabaya.
LAMPIRAN
FOTO KINCIR ANGIN