Anda di halaman 1dari 13

The Multi-varieties seed production of ornamental fish Koi (Cyprinus carpio).

------------------------------------------------------------------------------Sukmajaya, Y* and Mei Indra**

Abstract
Ornamental fish cultivation of the Koi (Cyprinus carpio) is not just for food production but also is to meet aesthetic needing. In 2007 the Main of Freshwater Aquaculture Development Centre (MFDC) carried out the breeding program to produce 250 selectively seed 100 gram Kohaku and Sanke varieties production. The methodology has been applied by means of mass artificial propagation 3 female with 10 male of each other and to be continued 4 time qualitatively mass selection. From about 30 000 progeny (0.3-0.5) gram of each varieties had been produced selective seed production resulted on 382 seed with 106+ 11.82 gram in size. The main problem is due to the high mortality in the first (52%) and second rearing activities (34%), the high mono-color production (42-51% white and red color) and low in shaping color on black and red patches (33-44)% and finely produced the outside color such as orange, brown and blue color. The Conclusion showed that the seed production achieved more than target (152.8%) and suggested that must be used as a youth brooder in the next programs.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Makalah ini dipresntasikan dalamkegiatan Indo-Aqua 2007 yang dilaksanakan di Hotel Garuda, Jogjakarta pada Tanggal 17-20 Nopember 2007 *) Perekayasa Madya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar **)Litkayasa Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar

Produksi Benih Multi-varieties ikan hias Koi (Cyprinus carpio). ------------------------------------------------------------------------------Sukmajaya, Y dan Mei Indra I. Pedahuluan Karakteristik keragaman fenotipe baik kualitaif maupun kunatitatif yang diekspersikan oleh satu individu merupakan hasil penjumlahan keragaman genotype yang terkandung dalam tubuh ditambah oleh keragaman lingkungan dimana individu itu dipelihara serta tambahan dari keterkaitan kergaman hasil interaksi antara keragamana genoipe dengan lingkungan yang berjalan secara alamiah alam (Tave, 2005). Ikan hias Koi (Cyprinus carpio) adalah kelompok dari ikan mas (Common carp) yang secara visual memiliki keragaman fenotipe kualitatif warna tubuh yang tinggi. Oleh sebab itu, berdasarkan fenotipe kualitatif warna yang ditampilkan oleh kelompok dalam satu sesies itu dapat dikatakan memiliki varetas yang banyak. Dewasa ini, pembudidaya ikan hias air tawar terus berkembang sejalan dengan meningkatknya permintaan pasar dan salah satu kelompok ikan hias yang berkembang saat ini adalah ikan hias Koi karena disamping memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan estetis, banyak masyarakat yang mengkonsumsi Pada Tahun 2002, permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan hias Koi adalah banyaknya kematian induk dan benih ikan hias Koi yang diakibatkan oleh serangan virus yang dikenal dengan nama Koi Herpes Virus (KHV). Pada tahun 2005, secara alamiah serangan virus terhadap Ikan hias dapat dirasakan baik oleh pembudidaya ataupun pecinta ikan hias mengalami penurunan dan mulai awal tahun 2007 permintaan pasar ikan hias Koi mulai kembali menggeliat yang diandai oleh peningkatan impor ikan hias Koi dari luar negeri terutama Jepang. Berkaitan dengan salah satu tugas dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi adalah untuk menghasilkan induk dan benih unggulan, pada tahun 2007 kelompok perekayasaan telah melaksanakan kegiatan produksi benih berbagai varietas (Multivarietas) ungggulan ikan hias Koi. Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran upaya perolehan 250 ekor calon induk terseleksi berukuran 100 grm hasil perkawinan inter-varietas Kohaku dan Sangke dengan sumber induk yang berbeda.

Kerangka pikir dalam menghasilkan benih keturunan hasil produksi benih multi-varietas ikan hias Koi unggulan, disajikan pada Skema 1.

Input
Induk Koi Jantan dan betina Varietas unggulan terseleksi

Proses
Pengendalian pakan Perkawinan intervarietas masal Seleksi fenotipe bertahap Pengendalian Kualitas air

Output
.

Produk
Calon induk terseleksi Warna Bentuk Pertumbuhan Sintasan Upaya pemuliaan varietas dalam pembudidaya ikan hias Koi merupakan aspek penting

didalam usaha penyedian

calon induk, Oleh sebab itu, untuk memperoleh calon induk

unggulan tidak lepas dari tingginya keragaman yang menujang pada kualitas induk yang didukung oleh aspek kuantitas melalui penerapan sistim perolehan keturunan dari satu varetas dengan memperhatikan faktor linkungan mencakup kulitas dan kuantitas pakan serta pengendalian parameter kualitas air.

II. Bahan dan metode


2.1. Induk Induk betina yang digunakan sebanyak 3 ekor ikan hias Koi varietas Kohaku dan Sanke dengan sumber asal masing-masing dari Koleksi BBPBAT, CV. Indo-Koi yang berlokasi di Jakarta dan pembudidaya ikan hias Koi yang berlokasi di Kabupaten Blitar. Bobot badan induk

betina yang digunaka berkisar 2.2- 2.6 kg. Sementara itu, induk jantan yang digunakan adalah varietas Kohaku dan Sanke koleksi BBPBATS dengan jumlah masing-masing sebanyak 10 ekor dengan bobot badan berkisar 500-700 gram. Tampilan induk ikan hias koi varietas Kohaku dan Sanke, disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. (A) contoh Induk ikan hias Koi varietas Kohaku dan (B) Induk ikan hias Koi vaitas Sanke yang dignakahan dalam kegiatan poduksi benih multi-varietas ikan hias Koi di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar tahun 2007 Standar fenotipe kualitatip induk ikan hias Koi varietas Kohaku dan Sanke yang digunakan, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar fenotipe kualitatip warna pada induk ikan hias Koi (Cyprinus carpio) varietas Kohaku dan Sanke yang digunakan dalam kegiatan produksi benih multi-varietas tahun 2007. Varietas Induk Warna Dasar Warna tambahan Sisik Kohaku Sanke Putih susu Putih susu Merah cabe Merah cabe/hitam gelap Lengkap Lengkap

2.2. Metode Perolehan benih varietas Kohaku dan Sanke uggulan dilaksanakan selama 240 hari kerja dengan menggunakan metode perolehan benih hasil perkawinan inter varietas dengan sumber asal yang berbeda yang dilanjutkan dengan seleksi masa secara bertahap dari hasil panenan pendederan. Gambaran pelaksanaan kegiatan perolehan calon induk terseleki akhir berukuran minimal 100 gram , disajikan pada skema 2.

Induk
Induk betina Kohaku dan Sanke 3 sumber asal Induk Jantan Kohaku dan Sanke 1 sumber

Perkawinan inter-varieas butan


Perangsang ovulasi Fertilisasi Penetasan telur dalam akuarium dan bak permanen Pendederan benih hingga 21 hari Pendederan benih hingga Usia 60 hari
. 30% Seleksi masa 2-3 Warna 30% Seleksi ukuran tubuh

Pendederan benih hingga usia 120 hari


30% Seleksi masa 2-3 Warna 30% seleksi ukuran tubuh

Pendederan benih hingga usia 180 hari


30% Seleksi masa 2-3 Warna posisi simetrik 30% seleksi ukuran tubuh

Pendederan benih hingga usia 240 hari


30% Seleksi masa 2-3 Warna tajam dan posisi simetrik 30% seleksi ukuran tubuh

Pemelihaaan calin Betina

Pemeliaraan Calin jantan

Mekanisme

perolehan

keturunan

Multi-varietas

Kohaku

dan

Sanke

unggulan

dilaksanakan dengan menggunakan metode perkawinan inter-varietas secara buatan dengan skema perolehan, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Skema Perkawinan inter-varietas Kohaku dan Sanke dalam menghasikan benih multivarietas ikan hias unggulan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar tahun 2007. Betina/jantan Kohaku BBPBAT Sanke BBPBAT Kohaku BBPBAT Kohaku JKT Kohaku Blitar Sanke BBPBAT Sanke JKT Sanke Blitar KK1 KK2 KK3 SS1 SS2 SS3

Keterangan : BBPBAT : Sumber asal koleksi Balai besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi JKT : Sumber asal CV Indo-Koi Jakarta Blitar : Sumber asal pembudidaya ikan hias Koi di Kabupaten Blitar-Jatim

Prosedur kerja yang dilaksanakan dalam upaya perolehan benih keturunan multi-varietas terseleksi mencakup pematangan gonad induk jantan dan betina, pemijahan buatan, pendederan dan seleksi masa secara bertahap, pemeriksaan parameter kualitas air dan pemeriksaaan parasit dan penyakit. Pematangan induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah dalam bak permanen berukuran 4x2x1 m dengan menggunakan sumber air berasal dari sumur bor dan dilengkapai sumber oksigen udara. Lama Pemeliharan induk dilaksanakan salama 60 hari dan diberika perlakuan pemberian pakan berupa pellet apung kandungan protein kasar 26% dengan sebanyak 4%/hari/biomasa dengan frekuensi 3 kali/hari Mekanisme dalam pelaksanaan pemijahan mencakup pemberokan induk selama 1 hari, perangsangan ovulasi gonad induk betina melalui penyuntikan ovaprim dengan dosis 0.4 cc/kg, pengeluaran dan penampungan telur dalam wadah steril dengan menggunakan metode stripping kering, pengambilan 0.2 cc sperma dengan menggunakan spuiting, pengenceran 1000 kali sperma denga menggunakan larutan fisiologis 0.9% NaCl digunakan NaCl fisiologis karena bersifat isotonik, memiliki ion-ion esensial dan system buffer. fertilisasi secara missal kedalam 12 buah akuarium 60x40x30 cm dan 12 buh bak permanen berkuran 2x1x0.5 m dan pemeliharaan larva hingga benih 21 hari. Perolehan benih terseleksi hingga berumur 240 hari dilakukan melalui kegiatan

pendederan dalam kolam semi secara terkontrol. Sementara itu, prosedur pelaksanaan kerja yang dilaksanakan meliputit tahapan persiapan kolam permanen dengan metode pengeringan,

pengauran,

pemupukan

dan

pendederan

benih. Sementara

itu,

pemeliharaan

dengan

melakukan pengontrolan masukan air, pemberian pakan berupa hancuran pellet tenggelam berkandungan protein kasar 26% dengan dosis 10%/hari/bobot biomasa. Frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari. Data-data dasar yang diambil dalam pelaksanaan kegiatan mencakup pada data populasi awal, data hasil selekesi 30% fenotipe tampilan warna tubu dan panjang total seleksi kualitatip. Sementara itu, perolehan data pendukung berasal dari hasil pemeriksaan parasit dan penyakit dari ikan contoh dan hasil-hasil pengukuran parameter kualitas air yang mencakup Suhu, pH, kandungan oksigen terlarut, kandungan Karbondioksida terlarut, Amonia, nitrit dan nitrat. Frekuensi pemeriksaan parasit dan penyakit dari ikan contoh dilaksanakan pada setiap tahapan pelaksanaan pendederan. Sementara itu, frekuensi pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap 15 hari pada masa pendederan

III. Hasil dan pembahasan


3.1. Perolehan benih keturunan inter-varietas HasiL pelaksana kegitan penetasan telur hingga pemeliaraan benih berumur 21 hari secara terkontrol dalam 12 buah akuarium 60x40x30 cm , disajikan pada Grafik 1. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 71 58 2

6 4

6 8

65 5

KK1 SS3

KK2

KK3

SS1

SS2

Keterangan KK1 : Intervarietas Kohaku betina Koleksi BBPBAT dengan jantan BBPBAT KK2 : Intervarietas Kohaku betina asal jakarta dengan jantan BBPBAT KK3 : Intervarietas Kohaku betina asal Blitar dengan jantan BBPBAT SS1 : Intervarietas Sanke betina Koleksi BBPBAT dengan jantan BBPBAT SS2 : Intervarietas Sanke betina asal jakarta dengan jantan BBPBAT SS3 : Intervarietas Sanke betina asal Blitar dengan jantan BBPBAT

Grafik 1. Secara umum menunjukkan bahwa hasil fertilisasi buatan hingga pemelihrn benih berumur 21 hari dalam akuarium memiliki nilai keberhasilan berkisar 52-71% yang terdiri ari 64-71% diraih ole hasil perkawinan inter-varetas Kohaku dan 52-65% hasil perkawinan intervarietas Sanke. 3.2. Karakteristik fenotipe warna pada kolam semi-permanen benih keturunan 60 hari yang dipelihra dalam

HasiL pemeriksaan fenotipe warna pada benih keturunan intervarietas Kohaku dan Sangke ikan hias koi berumur 60 hari dengan sumber induk asal yang berbeda , disajikan pada Grafik 2.

7 0 6 0 5 0 4 0 3 0

61 5 4

5 51 8

46

52 38 31 36 0 25 3

23 3 8 8 1

24 2 5 17

Mono-warna KK1 SS3

Dwi-warna KK2 KK3 SS1 SS2

Tri-warna

Grafik 2, menunjukkan bahwa (1) baik hasil perkawinan inter-varietas Kohaku maupun inter-varietas Sanke menghasilkan 100% benih keturunan yang memiliki variasi fenotipe 1-3 jenis warna yang tersebar dalam permukaan tubuh. (2) warna tunggal merupakan fenotipe kualitatip yang memiliki nilai tertinggi 46-61% dibandingkan dengan fenotipe kualitatip dua warna (23-38%) dan fenotipe kualitatip tiga warna (8-25%). (3) benih iner-varietas Kohaku lebih banyak menghasilkan fenotipe dua warna (31-38%) dibandingkan dengaan benih keturunan intervaietas Sanke (23-30%) sebaliknya fenotipe tiga warna banyak diperoleh dari benih intervarietas Sanke (17-25%) dibandingkan dengan populasi benih inter-varietas Kohaku (8-13%).

3.3. Perolehan calon induk benih tersleksi hingga usia 60-240 hari Hasil perolehan benih keturunan inter-varietas Kohaku dan Sangke terseleksi, disajikan pada Table 3, Sementara itu, hasil perolehan calon induk terseleksi berdasarkan penurunan warna dan dikategorikan sebagi varietas, disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Jumlah benih keturunan inter-varietas Kohaku dan Sanke hingga usia 240 hari yang dipelihara dalam kolam semi-permanen Balai Besar Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar Tahun 2007.
Benih keturunan Inter-varietas (ekor) KK1 KK2 KK3 SS1 SS2 Populasi Awal 5000 5000 5000 5000 5000 60 1452 1428 1522 1241 1328 1422 Hasil seleksi individu (ekor) pada usia ke (hari) 120 180 436 426 453 372 392 427 130 128 130 110 115 130 Bobot badan (gram) 240 64 64 62 63 64 65 382 122.1+3.8 120.8+3.3 112.3+3.2 101.8+3.6 104.1+3.8 119.8+3.3 113+ 3.5

Tabel 3, menunjukkan bahwa dari 30 000 ekor benih yang ditebarkan dalam kolam semi permanen menhasilkan benh terseleksi pada usia 60 hari sebanyak 8303 ekor (27.6%) dan pada akhir kegiatan dengan usia benih keturunan inter-varietas Kohak dan Sanke adalah

sebanyak 382 ekor (1.27%). Rendahnya prosentase perolehan calon induk terseleksi unggulan sangat berkaitan dengan (1) pembuangan benih yang memiliki warna tunggal, (2) pembuangan benih 2 atau 3 warna berdasarkan hasil seleksi individu 30% dan (3) pembuangan benih yang memiliki ukuran dibawah nilai rataan hasil penimbangan. .
Tabel 3. Jumlah benih keturunan inter-varietas Kohaku dan Sanke hingga usia 240 hari yang dipelihara dalam kolam semi-permanen Balai Besar Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar Tahun 2007.
Benih keturunan Inter-varietas KK1 KK2 KK3 SS1 SS2 SS3 Jumlah dalam populasi (ekor) 64 64 62 63 64 65 382 Puti/Merh Kohaku 48 45 44 12 14 12 175 Tampilan warna dn kategori varietas Putih/ Hitam Putih/Coklat Putih/Merah/Hiam Beko 9 8 10 11 13 14 65 Kojaku 4 6 3 10 9 11 43 Sanke 3 5 5 28 28 28 97

Tabel 4, menunjukan bahwa (1) dengan perkawinan baik inter-vaietas Kohaku maupun Sanke dapat menghasilkan varietas keturunan Kohaku, Sanke, Beko dan Kojaku disamping varietas lain yang memiliki warna tunggal, (2) hasil perkawinan inter-varietas Kohaku memiliki karakter penurunan fenotipe warna yang sama dengan induk lebih tinggi (44-48%) dibandingkan dengan varietas Sanke yang menghasilkan benih keturunan 28% pada varetas yang sama dengan induknya.(3) munculnya varietas Kohaku, Sanke, Beko maupun Kojaku sebagai hasil perkawinan inter-varietas kemungkinan besar diakibatkan oleh adanya karakteristik fenotipe warna yang tersembunyi. Tave (1993) dan Purdom (1993) menyatakan bahwa Keraagaman fenotipe pada satu individu merupakan penjumlahan antara keragaman genotype yang terkanung dalam tubuh ditambah dengan keragaman lingkungan serta interaksi antarakeragaman genotype dan lingkungan dimanaindividu itu hidup.
3.4. Perolehan data pendukung

Hasil pemerikasaan parasit terhadap 5 ekor benih ikan contoh yang diambil pada setiap saat berumur 30240 hari, disajikan pada tabel 5 sedangkan hasil pengukuran parameter kualitas air yang diambil dari kolam pemeliharaan, disajikan pada tabel 6.
Tabel 5. Hasil pemeriksaan parasit pada setiap 5 ekor contoh benih keturunan inter-varietas Kohaku dan Sanke hingga usia 240 hari yang dipelihara dalam kolam semi-permanen Balai Besar Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar Tahun 2007. Hasil pemeriksaan (%) dengan usia benih contoh ke (hari) Jenis 30 60 120 180 240 Parasit/Penyakit 40 40 40 60 0 Dactilogyrius sp Gyrodactylus sp Argulus sp Ichthyoptirius sp Trichodina sp Myxobolus sp 60 20 20 100 20 20 20 40 100 20 20 0 40 100 0 0 0 0 20 0 0 0 0 20 0

Tabel 5, menunjukkan bahwa serangan parasit relatip banyak terjadi pada benih berumur 30-60 hari. Sementara itu, jenis parasit yang banyak ditemukan dalam permukaan tubuh hingga permukaan insang benih berumur 30-240 hari adalah spesies Trchodina sp. Jenis pasit yang memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup benih adalah Ichtiophthyrius sp dan Myxobolus sp namun dalam kegiatan produksi benih multi-varietas tidk memperlihtkan prosentese yang tinggi terutama pada usia 240 hari.

Tabel 6. Hasil pemeriksaan parameter kualitas air pada setiap pemeiharaan benih keturunan intervarietas Kohaku dan Sanke hingga usia 240 hari yang dipelihara dalam kolam semi-permanen Balai Besar Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar Tahun 2007.
Parameter 30 Oksigen terarut (ppm) Karbondioksida (ppm) pH Suhu air (0C) Amonia (ppm) Alkalinitas (ppm CaCO3) Kesadahan (ppm CaCO30 4-5 22.5-27.4 6.7-7.2 22-25 0.01-0.08 42.6-33-6 41.5-47.4 Kisaran hasil pengukuran pemeliharaan benih ke (hari) 60 120 180 4-5 22.5-27.4 6.7-7.3 22-25 0.13-0.18 42.6-33-6 38.5-42.4 4-5 20.1-23.4 6.7-7.0 22-25 0.01-0.14 42.6-33-6 47.5-47.4 4-5 20.5-22.1 6.7-7.2 22-25 0.04-0.18 42.6-33-6 31.5-47.4 Ket

240 4-5 22.3-29.6 6.7-7.3 22-25 0.05-0.23 42.6-33-6 51.5-67.4

Tabel 6, menunjukkan bahwa kondisisi kalitas air pada kolam semi-permnen relatip memberikan dukungn yang baik dengan ditunjukkanya kandungan oksigen terlarut air memiliki kisaran 4-5 ppm dan suhu berkisar 22-25. Semetara itu, kisaran pH ia adalaha 6.7-73.

IV. Penutup Pelaksanaan kegiatan perekayasaan produksi benih Multi-varietas telah dilaksanakan melalui perkawinan intervriets Kohaku dan Sanke dengan sumber induk betina berasal dari Koleksi BBPBAt, Pengusaha di Jakarta dan Pembudidaya ikan hias Kaupaten Blitar.

Jumlah calon induk yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan sebanyak 382 ekor yang terdiri dari 175 ekor varietas Kohaku, 97 ekor varietas Sanke, 65 varietas Beko dan 43 ekor varietas Kojaku.

Daftar Pustaka Purdom. E.C. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman and Hall. Fish and Fisheries Series.277p Tave. D. 1993. Genetics For Fish Hatchery Managers. Second editition. AVI Book Van Nostrand Reinhold, New York.415p.

Anda mungkin juga menyukai