Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya mineral. Dalam perkembangannya, manusia telah menggunakan IPTEK dalam mengelola semaksimal mungkin sumber daya mineral, yaitu salah satunya adalah melakukan kegiatan penambangan. Pengolahan Bahan Galian merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan Produksi. Pengolahan Bahan Galian yang dimaksud di sini dimulai dari sumber daya mineral sampai pada proses pemasaran yang merupakan tahapan akhir dari proses produksi. Hasil Pengolahan Bahan Galian kemudian akan digunakan untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan Pengolahan yang direncanakan layak atau tidaknya. PT. Pertama Mina Sutera Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang pertambangan pada saat ini. Dalam upaya menunjang pemerataan dalam bidang pembangunan, pendapatan, dan kesempatan kerja, untuk dapat lebih meningkatkan taraf hidup perekonomian masyarakat sekitar wilayah Kabupaten Jember, propinsi Jawa Timur.

1.2.

Maksud dan Tujuan Kerja Praktek Maksud Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan kerja praktek di ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui langkah-langkah kerja dalam kegiatan Pengolahan Bahan Galian Batu Gamping. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam kegiatan

Pengolahan Bahan Galian Batu Gamping. Mengsingkronkan teori Pengolahan Bahan Galian yang diperoleh di perkuliahan dengan yang ada di lapangan. Sebagai syarat untuk memenuhi kurikulum akademik di Fakultas Teknik Mineral dan Kelautan (FTMK) Jurusan Teknik Pertambangan bagi mahasiswa yang melakukan kerja praktek.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

1.3.

Manfaat Kerja Praktek Adapun manfaat dari kerja praktek adalah sebagai berikut : Bagi Mahasiswa a. Untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di dapat dalam dunia pendidikan pada dunia industri. b. Untuk melatih kemampuan menganalisa permasalahan yang ada di lapangan berdasarkan teori yang telah di peroleh. c. Untuk menambah wawasan tentang dunia kerja sehingga nantinya ketika terjun ke dunia kerja dapat menyesuaikan diri dengan cepat. Bagi Institusi Pendidikan a. Menjalin kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia industri. b. Mendapatkan bahan masukan tentang system pengajaran yang lebih sesuai dengan lingkungan kerja. c. Untuk meningkatkan kualitas dan pengalaman lulusan yang di hasilkan. Bagi Perusahaan a. Membina hubungan baik dengan pihak institusi perguruan tinggi dan mahasiswa. b. Untuk merealisasikan partisipasi dunia usaha terhadap pengembangan dunia pendidikan.

1.4.

Batasan Masalah Mengingat metode-metode dalam Proses Pengolahan Bahan Galian sangat bervariasi, maka penulis membatasi pokok pembatasan masalah sebagai berikut : Kerja Praktek dilakukan di CV.Sumber rejeki di desa kademangan, kecamatan,kabupaten Blitar Propinsi Jawa Timur. Jam kerja pada unit pengolahan.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Kondisi alat pada saat ini. Kondisi material sebelum dan sesudah proses pengolahan. Tahap tahapan Reklamasi

1.5.

Metode Pengumpulan Data Selama kerja praktek, metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Studi literatur

Studi literatur ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang diperoleh dari : - Instansi yang terkait - Perpustakaan - Peta, grafik dan table 2. Observasi

Data diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses yang terjadi dilapangan dan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Menetukan lokasi pengamatan dan mengambil data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah. 3. Wawancara Penulis melakukan wawancara langsung dengan pembimbing lapangan maupun dengan operator dan para pekerja dilapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 1.6. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek Didalam melaksanakan Kuliah Kerja Praktek ini penulis

mengambil tempat di CV.Sumber Rejeki,yang berlokasi di Desa kademangan, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar Jawa timur , adapun waktu pelaksanaan kegiatannya sebagai berikut : 1. 2. 3. Hari Pukul Tanggal : Senin s/d Jumat : 08.00 - 15.00 : 7 januari 21 januari 2013

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1. Sejarah Perkembangan Perusahaan 2.1.1 Profil PT. Pertama Mina Sutera Perkasa PT. Pertama Mina Sutera Perkasa merupakan perusahaan berskala untuk wilayah Kabupaten Jember, survei pendahuluan dilakukan pada tahun 1995 oleh Tim Pokja Pertambangan Dan Energi Kabupaten Jember dan Dinas ESDM Jawa Timur untuk mengetahui jumlah bahan baku utama untuk produksi batu kapur. Contoh contoh yang diambil dan di periksa oleh Pusat Penelitian Dinas Pertambangan Dan Energi Jawa Timur di temukan indikasi bahwa mutu batu kapur cukup untuk bahan baku beberapa industri kecil menengah. Survei di lanjutkan pada tahun 1997 untuk mendapatkan data yang lebih lengkap guna menyusun persyaratan perekomendasi dan perkembangan daya serap pasar pada tahun 1997, maka konsep pabrik limestone bersekala kecil dicetuskan, perkembangan usaha pada tahun 1998 2005 sangat memuaskan, terutama pada saat perusahaan memenengkan tender besar dari pembangkit listrik tenaga uap yang ada di jepara yang menuntut perusahaan harus memasok batu kapur yang berukuran > 1cm yang perbulannya mencapai 10.000 ton dan banyaknya permintaan dari industri industri kecil lainya seperti cat, kertas, dan memasok untuk kebutuhan masyarakat sekitar (lokal) dalam bentuk bongkahan berdiameter > 30cm maka perusahaan diharuskan untuk meningkatkan produksi.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

2.1.2

Kegiatan perusahaan Untuk mencapai tujuan perusahaan, PT. Pertama Mina Sutera Perkasa menjalankan kegiatan usaha sebagai berikut : 1. Produksi Menambang dan atau menggali atau mengolah batu kapur menjadi bahan bahan pokok yang diperlukan untuk pembuatan semen dan keperluan industri industri lainnya. 2. Pemberian Jasa Memberi jasa untuk industri semen, antara lain studi penelitian, perekayasaan, engineering konstruksi, manajemen, pengoperasian pabrik, pergudangan dan angkutan,

reparasi/perbaikan, pemeliharaan peralatan, fabrikasi,dll. 3. Perdagangan Menyelenggarakan kegiatan pemasaran dan distribusi berbagai macam hasil produksi atau barang barang yang menggunakan batu kapur sebagai bahan pokok dengan cara tertentu serta melakukan kegiatan kegiatan lain dalam arti kata seluas- luasnya yang berhubungan dengan usaha perusahaan. 4. Usaha lainnya Melakukan usaha atau jasa lain yang merupakan sarana pelengkap atau penunjang guna mencapai tujuan perusahaan

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan PT. Pertama Mina Sutera Perkasa secara administratif terletak di Desa Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Secara geografis Kabupaten Jember terletak pada posisi 602729 s/d 701435 Bujur Timur dan 70596 s/d 803356 Lintang Selatan, yang dikelilingi pegunungan yang memanjang sepanjang batas Tengah dan Selatan. Utara dan Timur serta Samudra Indonesia sepanjang batas Selatan dengan

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Pulau Nusabarong yang merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayah Kabupaten Jember. Dengan batas wilayah sebagai berikut Utara Timur Selatan Barat :

: Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Probolinggo : Kabupaten Banyuwangi : Samudra Indonesia : Kabupaten Lumajang

Lokasi kesampaian daerah dapat dicapai dengan jurusan utama, yaitu : Lokasi area penambangan batu gamping berada sekitar 32 km sebelah Barat Kota Jember, Lokasi penambangan tersebut dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat, dari Kota Surabaya dapat di tempuh dengan jarak 284 km atau sekitar 4,5 5 jam, kondisi jalan menuju lokasi penambangan relatif baik, dalam arti sudah berupa jalan aspal. Untuk mencapai lokasi penambangan dapat ditempuh melalui jalan darat dengan rute : a. Kota Surabaya Kecamatan Kencong

Merupakan jalan provinsi berjarak sekitar 252 km dengan kondisi jalan beraspal dengan lebar jalan sekitar 6 meter jadi sangat memungkinkan untuk ditempuh mengggunakan kendaraan bermotor roda empat, waktu tempuh kurang lebih 4 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Rute yang harus dilewati adalah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang. b. Kecamatan Kencong Lokasi Tambang

Berjarak kurang lebih 32 km dengan kondisi jalan beraspal. Dari Kencong ke lokasi tambang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 45 menit menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Gambar 2.1. Peta Lokasi Daerah Penelitian

2.3 Keadaan Geologi dan Topografi Berdasarkan kondisi geologi daerah Puger termasuk dalam Lajur Pegunungan Selatan Jawa Timur, dengan ketinggian hingga mencapai 1000 meter, batuan penyusunnya terdiri dari batuan batuan sedimen marin, dan kenampakan batuan karbonat yang berbentuk morfologi karst. Bentuk perbukitan dan telah terkenai proses- proses struktur geologi berupa patahan, perlipatan, maupun sesar dibeberapa tempat.

2.4

Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan catatan lembaga Badan Meteorologi dan Geofisika suhu udara rata rata berkisar antara 20,9 - 36,4C. Suhu terendah biasannya terjadi pada bulan Juli dan Agustus (18,60 dan 18,10C) sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan Nopember (36,3 dan 36,4C). Curah hujan rata rata tertinggi tercatat pada bulan Januari yaitu 350,667 mm dengan jumlah hari hujan 17,84 hari sebulan, sedangkan curah hujan rata rata terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 38,185 mm dengan jumlah hari hujan 1,51 dalam sebulan.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Sejarah Batu Gamping 3.1.1. Genesa Batu Kapur Batu kapur terbentuk secara organik, mekanik atau secara kimia, batu kapur yang terbentuk secara organik berasal dari adanya pengendapan rumah kerang atau cangkang, siput, ferominiferra atau ganggang dari binatang koral atau kerang. Sedangkan batu kapur yang terjadi secara mekanik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terbentuk secara organik. Perbedaanya hanya terdapat pada tempat terbentuknya proses perubahan dari bahan batu kapur yang terbawa oleh arus dan biasanya diendapakan tidak jauh dari tempat semula. Proses terjadi secara kimia merupakan batu kapur yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi iklim, suasana dalam air laut atau air tawar dan yang diendapakan oleh mata air mineral atau yang biasa disebut endapan sinter kapur, jenis ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu kapur dibawah permukaan bumi dan kemudian diendapkan kembali pada permukaan bumi. Adapun unsur unsur pengotor yang mengendap bersama sama pada proses pengendapan yang terjadi adalah magnesium, lempung dan pasir. Yang mana keberadaan pengotor pada batu kapur dapat menghasilkan klasifikasi jenis batu kapur, apabila pengotornya lempung maka batu kapur disebut batu kapur lempungan, apabila

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya pengotornya berupa magnesium maka batu disebut batu kapur dolomitan dan apabila pengotornya berupa pasir maka batu kapur disebut batu kapur pasiran. Unsur pengotor tersebut dapat mempengaruhi dan menyebabkan perubahan warna pada batu kapur mulai dari yang berwarna sangat putih sampai yang berwarna kemerah merahan dan ada pula yang sampai berwarna hitam, batu kapur yang berwarna kemerah merahan biasanya disebabkan oleh unsur mangan, sedangkan batu kapur yang berwarna warna hitam disebabkan oleh unsur organik.

3.1.2. Mula Jadi Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau secara kimia sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

3.1.3. Mineralogi Batu kapur merupakan sumber utama senyawa kalsium. Batu kapur murni umumnya berupa kalsit atau aragonite yang secara kimia keduanya dinamakan kalsium karbonat (CaCO3).. Selain kalsium

karbonat yang merupakan komponen terbesar, dalam batu kapur juga didapati senyawa senyawa karbonat dan silikat dari magnesium, aluminium dan besi dalam jumlah yang kecil. Oksida silika dalam bentuk SiO2 bebas (kuarsa) juga sering dijumpai dalam batu kapur. Senyawa karbonat dan magnesium dalam batu kapur umumnya berupa dolomite, CaMg(CO3)2.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

10

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

3.1.3. Identifikasi Batu gamping Batu gamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan batugamping klastik. Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering juga disebut batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral. Batu gamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam. Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Dialam tidak jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3 Adapun sifat dari batugamping adalah sebagai berikut : a. Warna b. Kilap c. Goresan : Putih, putih kecoklatan, dan putih keabuan : Kaca, dan tanah : Putih sampai putih keabuan

d. Bidang belahan : Tidak teratur e. Pecahan f. Kekerasan g. Berat Jenis h. Tenacity : Uneven : 2,7 3,4 skala Mohs : 2,387 Ton/m3 : Keras, Kompak, sebagian berongga

3.1.4. Manfaat

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

11

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Batu kapur merupakan bahan galian yang dikhususkan untuk industry dan merupakan baku utama dalam proses pembuatan semen cement dan juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat batako, kapur tulis dan industry-industri kecil lainnya. Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah : Bahan bangunan

Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah. Bahan penstabilan jalan raya

Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi ppenyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya. Sebagai pembasmi hama

Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian

Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya Penjernihan air

Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.

3.2. Dasar Pengolahan Bahan Galian Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

12

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap pemisahan dan tahap dewatering. Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk Membebaskan mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), Memisahkan mineral berharga dari pengotornya, Mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi ukuran), Mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, Mengontrol agar bijih mempunyai kadar yang relative seragam, Membebaskan mineral berharga, Menurunkan kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga). Dengan demikian kita akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa Mengurangi ongkos / biaya pengangkutan, Mengurangi ongkos / biaya peleburan, serta Mengurangi kehilangan mineral berharga pada saat peleburan. Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal).Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral

processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses pengolahan itu disebut pencucian batu bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal preparation). Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan. Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara lain adalah Mengurangi ongkos angkut. Mengurangi ongkos peleburan. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.
Teknik Pertambangan PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

13

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Sedangkan metalurgi (metallurgy) adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk memperoleh logam (metal) melalui proses fisika dan kimia serta mempelajari cara-cara memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia logam murni maupun paduannya (alloy). Metalurgi ada dua macam atau kelompok utama, yaitu : Metalurgi ekstraktif (extractive metallurgy). Metalurgi fisik dan ilmu bahan (physical metallurgy and material science). Menurut Kirk-Othmer metalurgi ekstraktif adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengambilan (ekstraksi) logam dari bijih (ore = naturally occuring compounds) dan proses pemurniannya, sehingga sesuai dengan syarat-syarat komersial. Metalurgi ekstraktif dibagi menjadi 3 (tiga) jalur, yaitu : Piro metalurgi (pyro metallurgy) yang dalam proses ekstraksinya menggunakan energi panas yang tinggi (bisa sampai 2.000C). Hidro metalurgi (hydro metallurgy) yang menggunakan larutan kimia atau reagen organik untuk menangkap logamnya. Elektro metalurgi (electro metallurgy) yang memanfaatkan teknik elektrokimia (antar lain elektrolisis) untuk memperoleh logamnya. Perbedaan utama antara PBG dengan ekstraktif metalurgi adalah : Pada PBG : - Bijih / mineral - Kadar logam rendah tetap mineral kadar logam tinggi

- Sifat-sifat fisik dan kimia tidak berubah Pada ekstraktif metalurgi : - Bijih / mineral jadi logam (metal)

- Sifat-sifat fisik dan kimia berubah.

3.3. Preparasi Preparasi merupakan proses tahap awal dalam pengolahan bahan galian yang meliputi : 3.3.1. Sampling

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

14

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Sampling merupakan pengidentifikasian bahan galian baik sifat fisik, kimia, kemagnetan, serta kelistrikan dari mineral yang terkandung dalam bahan galian diantaranya Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian, Kadar masing-masing mineral dalam bahan galian, Besar ukuran dan distribusi ukuran, Distribusi mineral-mineralnya, Macam dan tipe ikatan mineral-mineralnya, Derajat liberasi mineral-mineralnya, Sifat-sifat fisik mineralnya seperti berat jenis, kemagnetan, konduktivitas listrik, sifat-sfat permukaan mineralnya dan sebagainya. 3.3.2. Kominusi Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk : 1. Membebaskan / meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material pengotornya. 2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada proses berikutnya. 3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain, misalnya reagen flotasi. Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu : 1. 2. Peremukan / pemecahan (crushing) Penggerusan / penghalusan (grinding)

Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri dari beberapa tahap, yaitu : - Tahap pertama / primer (primary stage) - Tahap kedua / sekunder (secondary stage) - Tahap ketiga / tersier (tertiary stage) - Kadang-kadang ada tahap keempat / kwarter (quaternary stage) Kominusi bahan galian meliputi kegiatan berikut : A. Crusher

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

15

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk

meliberalisasi mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain : 1. Jaw crusher 2. Gyratory crusher 3. Cone crusher 4. Roll crusher 5. Impact crusher 6. Rotary breaker 7. Hammer mill B. Penggerusan / Penghalusan (Grinding) Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses. Pada proses penggerusan dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari : 1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls). 2. Batang-batang baja (steel rods). 3. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut semi autagenous mill (SAG). 4. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling menggerus dan disebut autogenous mill. Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

16

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik. 2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja. 3. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan galian atau bijihnya sendiri. 4. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya sendiri. 3.4. Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing) Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara lain : a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving) Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain : 1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize). 2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize). Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain : 1. Hand sieve 2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive 3. Sieve shaker / rotap 4. Wet and dry sieving Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain : 1. Stationary grizzly 2. Roll grizzly 3. Sieve bend 4. Revolving screen

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

17

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.) 6. Shaking screen 7. Rotary shifter

b. Klasifikasi (Classification) Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan

kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain: 1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow. 2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar) disebut underflow. Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu : 1. Partition concept 2. Tapping concept 3. Rein concept Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap. Peralatan yang umum dipakai dalam proses klasifikasi adalah :

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

18

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 1. Scrubber 2. Log washer 3. Sloping tank classifier (rake, spiral & drag) 4. Hydraulic bowl classifier 5. Hydraulic clindrical tank classifier 6. Hydraulic cone classifier 7. Counter current classifier 8. Pocket classifier 9. Hydrocyclone 10. Air separator 11. Solid bowl centrifuge 12. Elutriator

3.5. Peningkatan Kadar Atau Konsentrasi (Concentration) Konsentrasi Merupakan proses pengambilan kosentrasi mineral berharga dari percampuran berbagai mineral dalam suatu bahan galian. Pengambilan kosentrat tersebut dapat dilakukan dengan berdasarkan tegangan permukaan (Flotasi), Sifat kelistrikan (HTS), sifat kemagnetan (MS), hand sorting (Kilap), serta berdasarkan gravitasinya (jigging, tabling, sharking table, sluice box, DMS, HMS). Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah: a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media berat. b. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik. c. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik. d. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

19

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Proses peningkatan kadar atau pengambilan konsentrat itu ada bermacammacam, yaitu antara lain : 3.5.1. Pemilahan (Sorting) Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.

3.5.2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration) Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-mineral yang ada. Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan fluidanya, yaitu : a. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium separation (HMS). b. Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral concentration c. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig). Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut : 1. Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang. 2. Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat mengendap lebih dahulu. 3. Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat jenisnya.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

20

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu antara lain: a. Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan kadar tinggi. b. Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor. c. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.

Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah : 1. Jig. Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam medium liquid berat yang tergantung daripada kesanggupan penetrasi suatu bed yang semi stationary yang disebabkan karena perbedaan Specific Gravity. Prinsip Kerja Alat ini adalah semakin besar perbedaan Specific Gravitasi, semakin baik jalan mineral-mineral yang mengalami proses tersebut. Bila dalam bijih menpunyai Specific Gravity yang berbeda-beda maka untuk meramalkan pemisahan baik dengan bantuan CC (Concentration Criteria). CC lebih besar dari 2, pemisahan makin baik. Tiga gaya yang bekerja pada proses jigging adalah : a. Hindred Setting Classifier, formasi jatuh atau pengendapan dari material yang Specific Gravitasinya besar dengan ukuran kecil akan sama dengan material dengan SG kecil tapi ukuranyya besar. b. Differential Trickling : Partikel berat atau SG tinggi akan mempunyai kecepatan jatuh lebih tinggi, maka partikel berat akan lebih cepat mengendap daripada material ringan. c. Consolidation Trackling adalahsuatu proses dimana partikel halus menerobos melalui bed pada waktu akhir portion.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

21

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 2. Meja goyang (shaking table). Salah satu metode Konsentrasi Gravitasi adalah Tabling. Tabling merupakan pemisahan material dengan cara mengalirkan air yang tipis pada suatu meja bergoyang, denghan menggunakan media aliran tipis dari air (Flowing Film Concentration). Alat yang digunakan disebut Shaking Table atau Meja Goyang. Prinsip Kerja Shaking Table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Sedangkan apabila ssspecific Gravitynya berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar daripada partikel ringan. Karena pengaruh gaya dari aliran, maka partikel ringan akan terdorong / terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran. Karena gerakan relative Horizontaldari motor maka partikel berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan partikel berat relative dibawah. 3. Konsentrator spiral (Humprey spiral concentrator). Prinsip Kerja Alat Humprey Spiral adalah Gaya sentrifugal, Gaya ini arahnya kebagian luar dari area yang berputar, sehingga akan memberikan pengaruh kepada mineral-mineral ringan untuk terlempar keluar dan terkumpul sebagai tailing. 4.Sluice box Sluice box merupakan suatu alat kosentrat mineral bijih berdasarkan atas perbedaan specific Gravity diharapkan dalam proses ini mineral yang mempunyai SG tinggi akan mengendap yang nantinya kan diambil sebagai konsentrat, sedang minera yang ringan akan ikut terbawa aliran air sebagai tailing

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

22

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya prinsip Kerja Sluice Box adalah Pada dasarnya, operasi mineralmineral dengan menggunakan sluice box dipegaruhi oleh factorfaktor sebagi berikut : a. Kecepatan aliran Pada dasar aliran, krecepatan nya nol, semakin mendekati permukaan maka kecepatan aliran akan bertambah. Kecepatan maksimum akan terjadi di bawah permukaan aliran, sebab pada permukaan aliran kecepatannya di pengaruhi oleh gaya gaya gesek antara fluida dengan udara. Dengan prinsip kecepatan aliran inilah maka mineral yang mempunayi spesifik gravity yang berlainan akan di pisahkan b. Kemiringan dari Lounder Kemiringan semakin besar, kosentrat yang dihasilkan semakin bersih c. Lebar dan panjang Lounder Semakin sempit Lounder maka konsentrat makin bersih , semakin panjang lounder maka recovery makin tinggi tetapi kadanya akan rendah. d. Perbedaan Density Mineral Perbedaan density yang besar, maka operasi pemisahan akan semakin mudah dan mengakibatykan kadar konsentrat semakin tinggi e.Kekentalan Semakin kental fluida, maka kadar konsentrat yang dihasilkan semakin renda, tetapi jumlah konsentrat semakin tinggi f. Tinggi Riffle Riffle yang rendah akan menghasilkan konsentrat yang berkadar tinggi g. Kekasaran butir partikel maupun kekasaran dari deck Semakin kasar deck, maka gaya gesek semakin besar, sehingga partikel berat akan tertahan, untuk feed yang kasar atau berdiameter besar maka akan digunakan air yang cukup

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

23

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya banyak, kemiringan deck juga cukup besar, bila feednya halus untuk mengatur tebal aliran harus diperhatikan ukuran besar butirnya dan harus seragam.

3.5.3. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation) Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-mineral berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari air (berat jenisnya > 1).

Produk dari proses konsentrasi ini adalah : a. Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat. b. Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan. Media pemisah yang pernah dipakai antara lain : a. Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 2,20 ton/m3. b. Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 3,40 ton/m3. c. Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 2,90. d. Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform (b.j. = 2,85) dan methylene jodida (b.j. = 3,32). Tetapi larutan berat ini harganya mahal, oleh sebab itu hanya dipakai untuk percobaan-percobaan di laboratorium. Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium separators yang berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu : 1. Drum separator karena bentuknya silindris. 2. Cone separator karena bentuknya seperti corongan.

3.5.4. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

24

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir konduktor) dari mineral. Kendala proses konsentrasi ini adalah : a. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar. b. Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang berterbangan. Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah : - Magnetit (Fe3 O4) - Kasiterit (Sn O2) Ilmenit (Fe Ti O3)

- Molibdenit (Mo S2) - Wolframit [(Fe, M) WO4] - Galena (Pb S) - Pirit (Fe S2) Produk dari proses konsentrasi ini adalah antara lain : a. Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat. b. Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing). Peralatan yang biasa dipakai adalah : 1. Electrodynamic separator (high tension separator). 2. Electrostatic separator

3.5.5. Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration) Adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan (magnetic susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan bahan galian ada 3 (tiga) macam, yaitu : a. Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4). b. Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet. Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

25

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya c. Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya : kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8]. Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah : a. Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat. b. Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing). Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari : 1. Induced roll dry magnetic separator. 2. Wet drum low intensity magnetic separator yang arah aliran dapat : - concurrent - countercurrent - counter rotation Sedang letak magnetnya bisa : - Suspended magnets - Suspended magnets with continuous removal - Cobbing drum

3.5.6. Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration) Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat senang terhadap udara atau takut terhadap air (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan sulfida akan tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan mineral-mineral itu bersifat suka akan air (hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida, antara lain kalkopirit (Cu Fe S2), galena (Pb S), dan sfalerit (Zn S) mudah diubah sifat permukaannya dari suka air menjadi suka udara dengan menambahkan reagen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon. Sejumlah reagen kimia yang sering digunakan dalam proses flotasi adalah :

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

26

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya a. Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembunggelembung udara. Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC), minyak pinus, dan terpentin. b. Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral yang semula suka air menjadi suka udara. Contohnya : xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll. c. Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung. Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn S. d. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.

Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu : 1. Konsentrat (concentrate) yang berupa mineral-mineral yang ikut terapung (mineral-mineral apungan) dengan gelembung-

gelembung udara. 2. Amang (middling) yang merupakan mineral-mineral apungan yang masih mengandung banyak mineral-mineral pengotor. 3. Ampas (tailing) yang tenggelam terdiri dari mineral-mineral pengotor. Peralatan yang biasa dipakai adalah : Mechanical flotation yang terdiri dari berbagai variasi antara lain : - Agitair cell - Denver cell - Krupp cell - Outokumpu cell - Wemco-Fagregren cell Pneumatic flotation yang terdiri dari variasi : - Column cell - Cyclo cell

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

27

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya - Davcra cell - Flotaire cell

3.6. Dewatering Dewatering merupakan kegiatan akhir dari pengolahan bahan galian setelah kosentrat didapatkan. Kegiatan ini meliputi Thickening (Pengkayaan unsure), Filtering (Pemilihan), Drying (Pengeringan). Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu : 3.6.1. Cara Pengentalan / Pemekatan (Thickening) Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat.Bagian yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.Kedua produk itu dikeluarkan secara terus menerus (continuous). Peralatan yang biasa dipakai adalah : 1. Rake thickener. 2. Deep cone thickener. 3. Free flow thickener.

3.6.2. Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration) Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan, sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Dengan demikian akan dapat dipisahkan padatan dari airnya. Peralatan yang dipakai adalah : Vacuum (suction) filters yang terdiri dari : 1. Intermitten, misalnya Moore leaf filter. 2. Continuous ada beberapa tipe, yaitu antara lain : a. Bentuk silindris / tromol (drum type), misalnya : Oliver filter, Dorrco filter.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

28

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya b. Bentuk cakram (disk type) berputar, contohnya : American filter. c. Bentuk lembaran berputar (revolving leaf type), contohnya : Oliver filter. d. Bentuk meja (desk type), misalnya : Caldecott sand table filter. Pressure filter, misalnya : - Merrill plate and frame filter - Kelly pressure filter - Burt revolving filter 3.6.3. Pengeringan (Drying) Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation). Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain: a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik). b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu : 1. Tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (80 100). 2. Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah. c. Film type drier (atmospheric drum drier) ; silinder baja yang di dalamnya dialiri uap air (steam). Jarang dipakai. d. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruangan panas ; material yang kering akan terkumpul di bagian bawah ruangan. Cara ini juga jarang dipakai.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

29

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 3.7. Penanganan Material (Material Handling) Bahan galian (mineral/bijih) yang mengalami PBG harus ditangani dengan cepat dan seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan kering maupun yang berbentuk ampas (tailing). 3.7.1. Penanganan Material Padat Kering (Dry Solid Handling) Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (ROM), maka harus ditumpuk di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi dengan saluran penyaliran (drainage system).Tetapi jika sudah berupa konsentrat, maka harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih lanjut. 3.7.2. Penanganan Lumpur (Slurry Handling) Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi, maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter).Jika masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai. 3.7.3. Penanganan / Pembuangan Ampas (Tailing Disposal) Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena : 1. Jumlahnya (volumenya) sangat banyak, antara 70% 90% dari material yang ditambang. 2. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B-3). 3. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera dilakukan, sehingga kadangkadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

30

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

3.8. Metalurgi Ekstraktif (Extractive Metallurgy) dan Pemurnian (Refining) Tahapan proses (process aims) pada metalurgi ekstraktif adalah : Pemisahan (separation), yaitu pembuangan unsur, campuran (compounds) atau material yang tidak diinginkan dari bijih (sumber metal = source of metal). Pembentukan campuran (compound foramtion), yaitu cara memproduksi material yang secara struktur dan sifat-sifat kimianya berbeda dari bijihnya (sumbernya). Pengambilan/produksi metal (metal production), yaitu cara-cara

memperoleh metal yang belum murni. Pemurnian metal (metal purification), yaitu pembersihan, metal yang belum murni (membuang unsur-unsur pengotor dari metal yang belum murni), sehingga diperoleh metal murni. Metalurgi ekstraktif terdiri dari : Pirometalurgi (pyrometallurgy), menggunakan energi panas sampai 2.000 C. Hidrometalurgi (hydrometallurgy), menggunakan larutan dan reagen organik. Elektrometalurgi (electrometallurgy), memanfaatkan teknik elektro-kimia. 3.8.1. Pirometalurgi (Pyrometallurgy) Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu yang dicapai ada yang hanya 50 250 C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada yang mencapai 2.000 C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai hanya berkisar 500 1.600 C , pada suhu tersebut kebanyakan metal atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas. Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic).
Teknik Pertambangan PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

31

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Sumber energi panas dapat berasal dari : Energi kimia (chemical energy = reaksi kimia eksotermik). Bahan bakar (hydrocarbon fuels) : kokas, gas dan minyak bumi. Energi listrik. Energi terselubung/tersembunyi (conserved energy = sensible heat), panas buangan dipakai untuk pemanasan awal (preheating process). Peralatan yang umumnya dipakai adalah : Tanur tiup (blast furnace). Reverberatory furnace. Sedangkan untuk pemurniannya dipakai : Pierce-Smith converter. Bessemer converter. Kaldo cenverter. Linz-Donawitz (L-D) converter. Open hearth furnace. 3.8.2. Hidrometalurgi (Hydrometallurgy) Yaitu proses ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (< 1 gramol) dan pada suhu < 100o C. Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif, artinya hanya metal yang diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian dipisahkan dari material yang tak diinginkan. Kondisi yang baik untuk hidrometalurgi adalah : Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah. Metal yang larut tersebut harus dapat diambil dari larutannya dengan mudah dan murah. Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses berikutnya.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

32

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak menyerap (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai. Zat pelarutnya harus dapat diperoleh kembali untuk didaur ulang. Zat yang diumpankan (yang dilarutkan) jangan banyak mengandung lempung (clay minerals), karena akan sulit memisahkannya. Zat yang diumpankan harus porous atau punya permukaan kontak yang luas agar mudah (cepat) bereaksi pada suhu rendah. Zat pelarutnya sebaiknya tidak korosif dan tidak beracun (non-corrosive and non-toxic), jadi tidak membahayakan alat dan operator. Peralatan yang dipergunakan adalah : Electrolysis / electrolytic cell. Bejana pelindian (leaching box). 3.8.3. Elektrometalurgi (Electrometallurgy) Suatu proses ekstraksi logam yang memakai teknik elektrokimia, misalnya : baterai dan elektrolisa (electrolysis = electrorefining). Pada proses ini kecuali diperlukan arus listrik sebagai sumber energi juga diperlukan elektroda (electrodes) dan cairan elektrolit (electrolyte). Elektroda harus memiliki sifat-sifat : Konduktor listrik yang baik. Potensial yang terbentuk di sekitar elektroda harus rendah. Tidak mudah bereaksi dengan metal yang lain dan tidak membentuk campuran yang dapat mengganggu proses elektrolisa.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

33

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Bila elektroda itu padat, ada syarat tambahan agar proses elektrolisa berlangsung memuaskan, yaitu harus : Mudah diperoleh atau disiapkan dengan murah. Tahan korosi dalam zat larut. Stabil, kuat dan tidak mudah terkikis (resistance to abrasion). Harus murah harganya. Elektrolit harus memiliki sifat-sifat : Memiliki daya hantar ion yang tinggi. Tidak mudah terurai atau bereaksi (high chemical stability). Memiliki daya larut yang tinggi bagi metal yang diinginkan.

3.9. Pemasaran Bahan Galian Berdasarkan pemasaran, bahan galian dibedakan menjadi 3, yaitu : 1. Jangka Waktu Penjualannya Berdasarkan waktu penjualan pasar bahan galian, dapat dibagi atas : Penjualan berdasarkan kontrak jangka panjang Penjualan Spot (penjualan sesaat/satu/dua kali pengiriman)

2.

Lokasi Pasar Bahan Galian yang didasari oleh lokasinya, pasar dibagi atas : Pasar Lokal Pasar Regional Pasar Internasional

3.

Tipe pasar
PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

Teknik Pertambangan

34

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Berdasarkan Tipe, pemasaran bahan galian dibagi menjadi 3 : Captive Market (Pasar yang dikuasai oleh Produsen) Pasar yang dikuasai oleh Pembeli Pasar Bebas (Pasar yang tidak ada ketergantungan pembeli dan penjual)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Penambangan Batu Kapur

4.1.1. Metode dan Penambangan Batu Kapur Luas daerah penambangan batu kapur 15 ha. Pada awal penambangan batu kapur dilakukan pembersihan lahan (land clearing) terlebih dahulu dengan menggunakan alat berat yang berupa Bulldozer, kemudian dilakukan pengupasan tanah penutup (Overburden). Sistem penambangan yang digunakan adalah sistem tambang terbuka (Surface Mining) dengan metode Quarry. Metode penambangan dengan menggunakan metode Quarry merupakan suatu metode penambangan yang dipergunakan untuk penambangan pada endapan bahan galian mineral mineral industri (Golongan C), seperti batu kapur, tanah liat, pasir silika, marmer dan sebagainya. Seperti pada berikut.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

35

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Gambar 4.1. Quarry Batu Kapur

Pada metode Quarry yang digunakan, dibuatkan jenjang (bench) dengan lebar 12 meter dan tinggi jenjang 5 7 meter. Batu kapur diambil, dimuat dan diangkut dengan menggunakan peralatan mekanis yang terdiri dari alat bongkar Bulldozer dan Ripper, alat muat yaitu Excavator (tipe Komatsu PC 200) dan alat angkut yaitu Dump Truck (Nissan Diesel Tipe UD), sedangkan lebar jalan 7 meter. Jenis batu kapur yang di tambang adalah batu kapur dengan kekerasan batuan 2 5 skala Mosh, dengan dominasi warna putih sampai krem.

4.2.

Analisa Laboratorium Suatu sebelumnya lahan penambangan analisa yang sampel akan ditambang oleh

harus

diadakan

(contoh)

laboratorium. Sampel yang dianalisa harus diambil dari lokasi penambangan secara acak pada tiap titik tertentu. Batu Kapur Untuk memenuhi syarat produksi semen atau sebagainya maka kadar batu kapur yang berwarna putih biasanya berkisar rata rata diatas 50 %, kandungan MgO sebanyak 2 %, kadar Fe2O3 sebanyak 2,47 % dan Al2O3 0,95 %. Dengan catatan untuk kandungan MgO tidak boleh melebihi 2 % karena akan mengakibatkan pemuaian pada semen.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

36

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Adapun kandungan kadar yang terdapat pada batu kapur adalah - High Grade dengan kandungan CaCO3 : 90 % - Low Grade dengan kandungan CaCO3 : 80 % Pada tambang batu kapur milik PT. Pertama Mina Sutera Perkasa kadar batu kapur rata rata diatas 90 % sehingga dapat dikatakan sebagai batu kapur High Grade, dengan kadar batu kapur yang sangat tinggi ini PT. Bangun Artha juga membuat batu batako dengan batu kapur tersebut.

4.3.

Teknis Pelaksanaan Penambangan Batu Kapur Adapun pola teknis dari penambangan batu kapur di PT. Pertama Mina Sutera Perkasa yaitu dengan Cara Konvensional, dimana cara ini menggunakan kombinasi alat alat pemindahan tanah mekanis (alat gali, alat muat, alat angkut) seperti kombinasi antara Bulldozer, Excavator, Wheel Loader dan Dump Truck. Yakni, bila material batu kapur lunak, bisa langsung dengan menggunakan alat gali muat, sedangkan di PT. Pertama Mina Sutera Perkasa rata - rata material batu kapurnya keras sehingga memungkinkan untuk menggunakan Ripper atau pemboran dan peledakan untuk pembongkaran batu kapur, baru kemudian dimuat dengan alat muat ke alat angkut dan selanjutnya diangkut dengan dump truck.

4.4. Metode Kerja Alat Mekanis Pada Penambangan Batu Kapur a. Metode kerja Wheel Loader Wheel Loader mempunyai gerakan yang penting yaitu : menurunkan mangkuk di atas permukaan batu kapur, kemudian mendorong ke depan ( memuat / menggusur ), mengangkat magkuk, membawa dan membuang muatan. Dengan dasar gerakan penting dari Wheel Loader, metode kerja untuk memuat material batu kapur ke Dump Truck yaitu :

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

37

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Pola kerja V Shape Loading adalah pola kerja pemuatan

dengan lintasan seperti bentuk huruf V atau membentuk sudut 45, dan alat angkut tidak ikut aktif. - Pola kerja Cross Loading adalah pola kerja pemuatan dengan lintasan saling berpotongan tegak lurus, dan alat angkut juga ikut aktif. Pada kegiatan penambangan batu kapur yang dilakukan di PT. Pertama Mina Sutera Perkasa, metode kerja Wheel Loader yaitu dengan cara menggunakan pola kerja V Shape Loading yaitu dimana pola kerja pemuatan dengan lintasan seperti bentuk huruf V atau membentuk sudut 45, dan alat angkut tidak ikut aktif. b. Metode kerja Dump Truck Bila alat gali yang dipakai berupa Wheel Loader maka sangat perlu untuk memilih alat angkut dengan kapasitas yang seimbang dengan Out put dari Wheel Loader itu. Apabila penyesuaian pemilihan kapasitas alat angkut dengan out put Wheel Loader tidak seimbang maka tidak akan mencapai kondisi keserasian alat berat yang dipakai, ini akan mempengaruihi dalam penanganan material batu kapur itu. Adapun fungsi utama dari Dump Truck pada kegiatan penambangan batu kapur yaitu sebagai pengangkut material batu kapur yang telah digali dan dimuat oleh Wheel Loader tadi ke tempat penimbunan material yang telah direncanakan sebelumnya. Ada tiga macam cara Dump Truck mengosongkan muatannya, yaitu : - End dump or rear dump, mengosongkan muatan ke belakang - Side dump, mengosongkan muatan ke samping - Bottom dump, mengosongkan muatan ke arah bawah. Pada kegiatan penambangan batu kapur yang dilakukan di PT. Pertama Mina Sutera Perkasa metode kerja Dump Truck yaitu dengan cara menggunakan pola kerja End dump or rear dump yaitu mengosongkan muatan ke belakang dan Bottom dump yaitu mengosongkan muatan ke arah bawah.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

38

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB V PENUTUP

5.1.

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kami ambil dalam penulisan laporan kami ini adalah dalam pengolahan bahan galian batu kapur. PT. Pertama Mina Sutera Perkasa langsung mengambilnya pada lahan tambang batu kapur. Sistem dan metode penambangan yang digunakan pada tambang batu kapur (limestone) adalah menggunakan sistem tambang terbuka (surface mining) dengan metode Quarry yang mana dalam penerapan metode tersebut menggunakan jenjang (bench), akan tetapi jenjang (bench) yang maksud tidak dibuat dengan baik dan cermat sehingga dari segi keamanan kurang baik. Kadar batu kapur yang dimiliki PT. Pertama Mina Sutera Perkasa sangat tinggi yaitu > 90% atau biasa disebut High Grade dan bertipe hard Rock (batuan keras) sehingga dalam pengambilnya harus menggunakan peledakan untuk dapat memperoleh material tersebut. Batu Kapur yang diproduksi PT. Pertama Mina Sutera Perkasa adalah digunakan untuk memasok ke PLTU (jepara) dan industri-industri kecil lainnya seperti cat, kertas serta untuk kebutuhan masyarakat sekitar (lokal).

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

39

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Pengoperasian alat berat yang dimiliki oleh PT. Pertama Mina Sutera Perkasa masih kurang effisien sehingga dapat mempengaruhi produksi.

5.2.

Saran Diharapkan untuk kedepannya PT. Pertama Mina Sutera Perkasa dapat meningkatkan produksinya dengan meningkatkan kedisiplinan kerja, pemeliharaan peralatan kerja serta panambahan alat berat sehingga PT. Bangun Artha dapat lebih maju dan lebih berkembang dan berprestasi dimasa yang akan datang. Diharapkan agar PT. Pertama Mina Sutera Perkasa dapat lebih memperhatikan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) karyawan, terutama yang bekerja di area penambangan seperti penyediaan peralatan safety standart (masker, helm, sepatu boot dan kacamata). Solidaritas kekeluargaan dan kerjasama antara PT. Pertama Mina Sutera Perkasa dengan masyarakat sekitar sudah sangat baik sehingga diharapkan kerjasama ini dapat terus terselenggara.
Waktu kerja dan waktu istirahat harus benar-benar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya, hal ini perlu diperhatikan agar efisiensi kerja dapat ditingkatkan, sehingga hasil yang diinginkan dapat tercapai.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

40

Laporan Kerja Praktek Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

DAFTAR PUSAKA 1. Ir. Partanto Prodjosumarto Pemindahan Tanah Mekanis . Departemen Tambang Institut Teknologi Bandung. 2. Rochmanhadi Alat alat Berat dan Penggunaannya . Departemen Pekerjaan Umum. 3. Rochmanhadi Pengantar dan Dasar dasar Pemindahan Tanah Mekanis . Departemen Pekerjaan Umum. 4. Glenn Meyners Peralatan Alat alar Berat 5. Supriatna Suhala, Arifin M, (1997) Bahan Galian Industri . Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral.

Teknik Pertambangan

PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

41

Anda mungkin juga menyukai