Anda di halaman 1dari 51

PERKEMBNGAN PSIKOLOGI AGAMA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang ekploratif dan potensial. Dikatakan makhluk ekfloratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia di sebut makhluk potensial karena pada manusia tesimpan sejumlah kemampuan bawan yang dapat di kembangkan. Selanjutnya, manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan luar dirinya. Bantuan dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan arahan yang di berikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakikatnya di harapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu, bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatife bagi perkembangan manusia. Perkembangan yang negatife tersebut akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku yang menyimpang. Bentuk dan tingkah laku menyimpang ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalannya manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik bersifat fisik dan psikis. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam mempelajari perkembangan jiwa keagamaan perlu dilihat dulu kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh.Sebab, pemenuhan kebutuhan yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani akan menyebabkan timbulnya ketimpangan dalam perkembangan. Dalam bukunya pengantar Psikologi kriminil Drs. Gerson W. Bawengan, SH. Mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasrkan pembagian yang di kemukakan

oleh J.P. Guilford yaitu kebutuhan individual, kebutuhan social dan kebutuhan manusia akan agama.1[1] Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari perkembangan aspek fisik dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan di tentukan oleh tingkat usia. Para ahli psikologi perkembangan membagi membagi perkembangan manusia manusia berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau priode perkembangan. Secara garis besarnya priode perkembngan itu di bagi menjadi: 1) Masa prenatal; 2) Masa bayi; 3) Masa kanak-kanak ; 4) Masa pra pubertas ; 5) Masa pubertas ; 6) Masa dewasa ; 7) Masa usia lanjut.setiap masa perkembangan memiliki cir-ciri tersendiri termasuk perkembangan jiwa keagamaan. Sehubungn dengan kebutuhan manusia dan priode perkembangan tersebut, maka dalam kaitannya dengan perkembngan jiwa keagamaan akan dilihat bagaimana pengaruh timbal balik antara keduanya. Dengan demikian, perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat dari tingkat usia. Dalam makalah ini penulis akan membahas perkembngan psikologi agama pada lansia (lanjut usia), dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

BAB II PEMBAHASAN PERKEMBNGAN PSIKOLOGI AGAMA PADA LANSIA

1[1] H. Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2004) hal 87

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN DAN LANSIA a.Pengertian perkembangan. Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat proses kematangan dan pengalaman, seperti yang dikatakan oleh Van din diale perkembngan berarti perubahan kualitatif ini berarti perkembangan bukan sekedar perubahan beberapa centimeter tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang melainkan suatu proses integrasi dan banyak stuktur dan fungsi yang komplek. 2[2] Dalam proses perkembangan perubahan- perubahan prilaku menurut tingkat usia sebagai masalah antisiden (gejala yang mendahului dan konsekensinya). Pada dasarnya ada dua proses perkembangan yang saling bertentangan yang terjadi secara serampak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan dalam kemunduran keduanya mulai dari kemunduran sampai dengan berakhir dengan kematian. Dala tahun-tahun pertama pertumbuhan berperan sekalipun perubahan-perubahan yang bersifat kemunduran terjadi semenjak kehidupan janin pada bagian selanjutnya kemunduran yang berperan sekalipun pertumbuhan tidak berhenti, rambut tumbuh terus dan sel-sel terus berganti pada usia lanjut beberapa bagian tubuh dan alam pikiran lebih banyak berubah dari pada yang lain. Seringkali pola perubahan itu mirip kurva berbentuk lonceng pada awalnya naik dengan tiba-tiba mendatar selama usia pertengahan dan turun secara perlahan atau mendadak pada usia lanjut,perlu di catat pola ini tidak pernah berbentuk garis lurus walaupun dapat terjadi priode stabil yang singkat atau berkepanjangan dalam kemampuan yang berbeda b. pengertian lansia
2[2] Elizabeth B.hurlock, Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang hayat: (Erlangga ,1980) hal 450

lanjut usia (lansia) menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas. Selanjutnya pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bah wa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3[3] Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun sehingga dalam kondisi yang uzur ini berbagai penyakit siap menggorogoti mereka. Dengan demikian, di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka barada pada sisa-sisa umur menunggu kematian Dari ayat-ayat itu jelas, lansia seperti halnya warga negara yang lain memiliki hak dan kewajiban sama dengan warga negara lain yang belum memasuki usia lanjut. Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa ini mungkin masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini4[4] B. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA. Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai di pelajari memang agak sulit. Baik dalam kitab suci, maupun dalam sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas mengenai hal itu. Namun demikian, walupun secara tidak lengkap, ternyata yang menjadi

3[3] Partini Suardiman Kepala Pusat Studi Sumberdaya Lansia UNY 4[4] Steve simajuntak. Com.11.2007

ruang lingkup kajian psikologi agama banyak di jumpai baik melalui imformasi melalui kitab suci agama maupun sejarah agama. Perjalanan hidup sidarta gautama dari seorang putra raja kapila-wastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup menjadi seorang petapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang di anutnya. Proses purubahan keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempengaruhi dari tokoh agam budha. Dan proses itu kemudian dalam psikologi agama disebut dengan konversi agama. Sidarta gautama yang putra raja itu, sejak kecil sudah hidup dalam lingkungan istana yang serba mewah. Tetapi, ketika usia remaja, saat melihat kehidupan masyarakat, sidarta menyaksikan berbagai bentuk penderitaan manusia dari yang tua, sakit dan orang yang meninggal dunia. Pemandangan seperti itu tak pernah di lihat sidarta sebelumnya. Dari dialog dengan pengawalnya, sidarta berkesimpulan bahwa kehidupan manusia penuh dengan penderitaan, mengalami usia lanjut dan seturusnya mati. Segala yang di saksikan sidarta membatin dalam dirinya, hingga pada suatu malam ia keluar dari istana dan meninggalkan segala kemewahan hidup. Selenjutnya sidrata mengalami konversi agama dari pemeluk agama hindu kepada pendakwah agama baru yaitu agama budha. Proses yang hampir serupa juga di lukiskan dalam alquraan tentang cara Ibrahim as. Memimpin ummatnya untuk bertauhid kepada Allah. Ketika malam semkin gelap di melihat sebuah bintang dan berkata: Inilah tuhanku. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: saya tidak suka kepada tuhan yang tenggelam. Kemudian, tatkala melihat bulan terbit, dia berkata: inilah tuhanku.Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: sesungguhnya jika tuhanku memberi

petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.Kemudian, tatkala melihat matahari terbit ia berkata: inilah tuhanku.ini yang lebih besar maka tatkal mentari itu terbenam, dia berkata hai kaumku, sesunguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (QS 6:76-78). Perumpamaan ini melukiskan bagaimana proses konversi terjadi, walaupun dalam informasi kitab suci tersebut di kiaskan kepada Ibrahim as. yang berusaha meyakinkan pengikutnya tentang kekeliruan mereka menyembah benda-benda alam yang hakikatnya hanya ciptaan dan tidak layak di sembah. Terlalu banyak contoh-contoh yang dapat di kemukakan tentang hubungan antara kesadaran dan pengalaman agama dengan sikap dan tingkah laku para pengikut agama, yang kemudian di jadikan objek kajian psikologi agama. Namun, kasus-kasus seperti itu belum dipelajri secara ilmiah, hingga hanya di anggap sebagai peristiwa keagamaan biasa.5[5] Barangkali, kenyataan yang serupa ini menimbulkan anggapan bahwa kelahiran psikologi agama merujuk pada kalangan pemula yang merujuk kepada ilmuan barat. Berdasarkan sumber barat, para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian psikologi agama mulai popoler pada abad ke-19. sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang di gunakan sebagai alat untuk kajian keagamaan. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman tentang cara bertingkah laku, berpikir dan mengemukakan prasangka ke agamaan (Robert H. Thouless, 1992:1) Menurut Thouless, semenjak terbit buku The Varieties Of Religious Ekperience tahun 1903, sebagai kumpulan dari materi kuliah william james di empat universitas di Skotlandia,

5[5] Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2007) hal 29

maka langkah awal dari kajian psikologi agama mulai di akui para ahli psikologi dan dalam jangka waktu 30 tahun kemudian banyak buku-buku lain di terbitkan sejalan dengan konsep yang serupa. Sejak saat itu, kajian-kajian tentang psikologi agama tidak hanya terbatas pada masalah yang menyangkut keagamaan secara umum melainkan masalah-masalah khusus. Di tanah air sendiri tulisan mengenai psikologi agama di kenal sekiatar tahun 1970-an, yaitu oleh Prof zakiah daradjat ada sejumlah buku yang beliau tulis untuk kepentingan buku pegangan bagi mahasiswa di lingkungan IAIN. Di luar itu, kuliah mengenai psikologi agama juga sudah di berikan. Khususnya di Fakultas Tarbiyah oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali dan Prof. zakiah daradjat sendiri. Kedu orang ini di kenal sebagai pelopor psikologi agama di Indonesia. Sumber- sumber barat umumnya merujuk awal kelahiran psikologi agama adalah dari karya Edwin Diller dan Starbuck dan William james, sebaliknya di dunia timur, khususnya di wilayah kekuasaan islam kajian-kajian yang tentang hal serupa belum sempat di masukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq ibn Yasar pada abad 7 masehi berjudul Al-syiar wa al-Maghazi memuat berbagai fragumen dari biografi nabi Muhammad Saw ataupun Risalah Hay Yaqzan Fi Asrar Al-Hikmat Al Masyriqiyyat yang di tulis oleh Abu Bakr Muhammad Ibn Abd Al Malim Ibn Tufail juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan psikologi. Ilmu Psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda berdasarkan informasi dari berbagai literature, dapat di simpulkan bahwa kelahiran psikologi agama di dukung oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu. C. SIKAP KEBERAGAMAAN PADA LANSIA Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu dengan melalui tahaptahap perkembangan. Hurlock (1991) menyebutkan tahap perkembangan tersebut adalah periode pranatal, bayi, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa akhir kanak-kanak, masa remaja awal,

masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Masing-masing tahapan tersebut mempunyai tugas perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda. Melalui tahap-tahap perkembangan tersebut, Hurlock (1991) ingin menjelaskan bahwa menjadi tua pada manusia adalah suatu hal yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Dengan kata lain, seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan menjadi tua, yaitu periode penutup dalam rentang hidup seseorang di saat seseorang telah beranjak jauh dari periode tertentu yang lebih menyenangkan. Pada tahap perkembangan ini, Erikson (dalam Santrock, 1997) menyebutnya dengan sebutan Integrity versus Despair. Pada masa-masa ini, individu melihat kembali perjalanan hidup ke belakang, apa yang telah mereka lakukan selama perjalanan mereka tersebut. Ada yang dapat mengembangkan pandangan positif terhadap apa yang telah mereka capai, jika demikian ia akan merasa lebih utuh dan puas (integrity), tetapi ada pula yang memandang kehidupan dengan lebih negatif, sehingga mereka memandang hidup mereka secara keseluruhan dengan ragu-ragu, suram, putus asa (despair). Sama seperti setiap periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita lanjut usia (lansia) tersebut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk (Hurlock, 1991). Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Papalia (2001) yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan perubahan pada kondisi jiwanya. Salah satu contohnya adalah perubahan fisik pada lansia mengakibatkan dirinya merasa tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik pada saat muda dulu. Hal ini Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang paling tinggi (Krase, 1995 dalam Papalia, 2003). Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa keyakinan agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam

kehidupan mereka, sehingga mereka berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri pelayanan agamamenyebabkan lansia kemudian menjadi demotivasi dan menarik diri dari lingkungan sosial. Masalah-masalah lain yang terkait pada usia ini antara lain loneliness, perasaan tidak berguna, keinginan untuk cepat mati atau bunuh diri, dan membutuhlan perhatian lebih. Masalah-masalah ini dapat membuat harapan hidup pada lansia menjadi menurun Melihat masalah-masalah yang potensial terjadi pada lansia maka perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para lansia adalah dengan berusaha mencapai kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Bradburn (dalam Ryff, 1989) mendefinisikan psychological well-being (PWB) sebagai kebahagiaan dan dapat diketahui melalui beberapa dimensi. Dimensi-dimensi tersebut antara lain otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, serta penerimaan diri (Ryff, 1989). Ryff juga menyebutkan bahwa PWB menggambarkan sejauh mana individu merasa nyaman, damai, dan bahagia berdasarkan penilaian subjektif serta bagaimana mereka memandang pencapaian potensi-potensi mereka sendiri. Dari beberapa tiori diatas memgambarkan bahwa tujuan hidup berdasarkan nilai-nilai yang di jalani oleh setiap manusia merupakan pondasi dasar yang membuat manusia mencapai kesejahteraan hidup, kebahagian dunia dan akhirat, agama merupakan nilai yang membawa manusia kepada kebahagian dunia dan akhiarat Kehidupan keagaman pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat. M.Argyle mengutip sejumlah penelitian yang dilakukan ole Cavan yang mempelajari 1.200 orang sampel yang berusia 60-100 tahun. Temuan menunjukkan secara jelas kecendrungan

untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umur-umur ini sedangkan pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai dengan seratus persen setelah usia 90 tahun 6[6] Dalam banyak hal, tak jarang para ahli psikologi menghubungkan kecendrungan peningkatan kehidupan keberagaman dengan penurunan gairah seksual.Menurut pendukung pendapat ini manusia usia lanjut mengalami frustasi di bidang seksual, sejalan dengan penurunan kemampuan fisik dan frustasi semacam itu di nilai sebagai satu-satunya faktor yang membentuk sikap keagamaan. Tetapi menurut Robet H Thoules pendapat tersebut terlalu berlebih lebihan, sebab katanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kegiatan seksual secara biologis boleh jadi tidak ada lagi pada usia lanjut, namun kebutuhan mencintai dan di cintai tetap ada poda usia tua 7[7] Menganalis hasil penelitian M. Argyle dan Elie A. Cohen, Robert H Thouless cendrung berkesimpulan bahwa yang menentukan berbagai sikap keberagaman di umur tua adalah depersonalisasi. Kecendrungan hilangnya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepatnya akan datang kematian merupakan salah satu faktor yang menentuakan sikap keberagaman. Dalam buku psikologi agama jalaluddin menuliskan beberapa ciri-ciri keberagaman manusia pada usia lanjut secara garis besarnya adalah: 1. Kehidupan keberagaman pada usi lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan 2. Meningkatkan mulai munculnya pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh

6[6] Ibid hal 103 7[7] Robet H Thouless, An Introdaction to the psikologiy, (Chambridge Universiti Press, 1997) hal. 108.

3. Sikap kebragaman cendrung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur. 4. Meningkatnya kecendrungan untuk menerima pendapat keagamaan 5. Timbul rasa takut kepada kematian yang sejalan dengan pertambahan usia lanjut 6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan abadi (akhirat) Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua (Daaleman, Perera &Studenski, 2004; Fry, 1999; Koenig & Larson, 1998 dalam Santrock, 2006). Secara sosial, komunitas agama memainkan peranan penting pada lansia, , seperti aktivitas sosial, dukungan sosial, dan kesempatan untuk menyandang peran sebagai guru atau pemimpin. Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan,

termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang paling tinggi (Krase, 1995 dalam Papalia, 2003). Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa keyakinan agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri pelayanan agama (Gallup & Bezilla, 1992 dalam Santrock 1999). Dalam survey lain dapat dilihat bahwa apabila dibandingkan dengan younger adults, dewasa di old age lebih memiliki minat yang lebih kuat terhadap spiritualitas dan berdoa (Gallup & Jones, 1989 dalam Santrock 1999).. Dalam suatu studi dikemukakan bahwa self-esteem older adults lebih tinggi ketika mereka memiliki komitmen religius yang kuat dan sebaliknya (Krause, 1995 dalam Santrock, 1999). Dalam studi lain disebutkan bahwa komitmen beragama berkaitan dengan kesehatan dan well-being pada young, middle-aged, dan older adult berkebangsaan Afrika-Amerika (Levin, Chatters, & Taylor, 1995 dalam Santrock 1999). Agama dapat menambah kebutuhan psikologis yang penting pada older adults, membantu mereka menghadapi kematian, menemukan dan menjaga sense akan keberartian dan signifikansi dalam hidup, serta menerima kehilangan yang tak terelakkan dari masa tua (Koenig & Larson, 1998 dalam Santrock 1999). Secara sosial. Komunitas religius dapat menyediakan sejumlah fungsi untuk older adults, seperti aktivias sosial, dukungan sosial, dan kesempatan untuk mengajar dan peran kepemimpinan. Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden, 1996).8[8]

BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA


8[8] Psikology about. Com .11.200

Manusia adalah makhluk yang ekploratif dan potensial. Dikatakan makhluk ekfloratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia di sebut makhluk potensial karena pada manusia tesimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat di kembangkan. .Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu dengan melalui tahaptahap perkembangan. Hurlock menyebutkan tahap perkembangan tersebut adalah periode pranatal, bayi, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa akhir kanak-kanak, masa remaja awal, masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Masing-masing tahapan tersebut mempunyai tugas perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda. Melalui tahap-tahap perkembangan tersebut, Hurlock ingin menjelaskan bahwa menjadi tua pada manusia adalah suatu hal yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari perkembangan aspek fisik dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan di tentukan oleh tingkat usia. Kehidupan keagaman pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan ole Cavan yang mempelajari 1.200 orang sampel yang berusia 60-100 tahun. Temuan menunjukkan secara jelas kecendrungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umur-umur ini sedangkan pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai dengan seratus persen setelah usia 90 tahun.

Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua. Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang paling tinggi. Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa keyakinan agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri pelayanan agama, kebutuhan akan agama merupakn hal yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan manusia.Agama merupakan pondasi dasar yang dapat menentukan kebahagian dunia dan akhirat

DAFTAR PUSTAKA

1. Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2004) 2. Elizabeth B.hurlock, Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang hayat: (Erlangga ,1980) 3. Partini Suardiman Kepala Pusat Studi Sumberdaya Lansia UNY 4. Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2007) 5. Robet H Thouless, An Introdaction to the psikologiy, (Chambridge Universiti Press, 1997) 6. Psikology about. Com. 7. Steve simajuntak.com

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6) Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

Psikologi Lansia
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu : 1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia. 2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif 3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lainlain. 4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu

biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut: 1. Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. 2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: 1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. 2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. 3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. 4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadangkadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. 5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. 4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas. Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya. 5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

Psikologi Lansia
Read more: Psikologi Lansia

Tips dalam Teknologi Pengajaran untuk Orang Lanjut Usia


inShare

digg

Pengajaran teknologi, terutama internet, untuk Orang tua sebenarnya dianggap sebagai salah satu hal yang paling sulit untuk dilakukan karena hal yang dikenal sebagai "kesenjangan generasi". Berikut adalah beberapa tips yang Anda mungkin ingin mempertimbangkan jika Anda ingin mengajarkan Teknologi untuk lansia. Hal pertama yang harus Anda masukkan ke dalam pikiran adalah bahwa pengajaran hal-hal baru untuk orang tua mungkin sulit karena mungkin terdapat berbagai alasan tentang mengapa sulit bagi mereka untuk memahami dengan teknologi terbaru yang kita miliki saat ini. Kebanyakan elderlies takut teknologi yang kita miliki saat ini bahwa mereka tidak ingin menggunakannya. Tetapi dengan Pendidikan yang tepat, mereka juga mungkin dapat mengambil keuntungan penuh dari manfaat bahwa teknologi yang kita miliki saat ini yang ditawarkan. Hal berikutnya yang harus Anda miliki adalah kesabaran. Pengajaran orang tua membutuhkan kesabaran karena mereka tidak mungkin dapat memahami konsep-konsep teknologi terbaru yang kita miliki saat ini segera. Dalam pengertian ini, penting bahwa Anda mengajarkan mereka langkah demi langkah pada teknologi itu sendiri. Anda perlu mulai dari yang sangat dasar sehingga mereka tidak akan memiliki waktu sulit memahami gagasan bahwa Anda mengajar mereka. Dengan cara ini, Anda akan dapat dengan mudah mengajar mereka apa pun yang mereka perlu tahu. Penggunaan analogi ini juga salah satu teknik yang terbukti efektif karena membantu orang tua entah bagaimana memvisualisasikan konsep teknologi yang kita miliki saat ini. Hal ini juga direkomendasikan bahwa Anda tidak menggunakan kata-kata teknis yang dapat membingungkan mereka lebih. Terakhir, saat Anda mengajarkan mereka konsep teknologi yang mereka perlu tahu, yang terbaik adalah bahwa Anda membiarkan mereka menggunakan teknologi yang Anda berbicara tentang pada waktu yang sama.

PROBLEMATIKA ORANG LANJUT USIA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN AL-QUR'AN DI PONDOK SEPUH MASJID AGUNG PAYAMAN MAGELANG
TIKA ANI SAPUTRI - NIM. 06410173 , (2011) PROBLEMATIKA ORANG LANJUT USIA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN AL-QUR'AN DI PONDOK SEPUH MASJID AGUNG PAYAMAN MAGELANG. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa pada saat ini banyak orang tua kualitas dalam membaca al-Qur'an sangat kurang dan Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman Magelang merupakan wadah satu-satunya untuk mengembangkan dan membimbing lanjut usia dalam keagamaan dan pembelajaran al-Qur'an khususnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an bagi orang lanjut usia dan apa saja problem-problem yang sering dihadapi santri dalam pembelajaran al-Qur'an dan bagaimana usaha guru-guru dalam mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman Magelang serta untuk mengungkap problematika yang dihadapi santri dalam pembelajaran tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman Magelang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna tersebut ditarik suatu kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman Magelang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen tersebut ialah: tujuan, materi dan kegiatan belajar mengajar, paserta didik, pendidik, metode dan evaluasi. (2). Problematika yang dihadapi santri atau orang lanjut usia Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman Magelang dibagi menjadi dua faktor, yaitu: pertama: faktor latar belakang pendidikan santri, kedua: faktor kemampuan dan umur santri. Usaha guru dalam mengatasi problematika ini guru menyarankan kepada santri yang tidak mampu lagi untuk membaca al-Qur'an agar membaca surat al-Fatihah sesuai dengan mahrajnya, dan apabila tidak bisa membaca al-Fatihah maka dianjurkan untuk wiridan sepanjang surat al-Fatihah. div

LANJUT USIA
LANJUT USIA Pengertian Lanjut Usia (Lansia) Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni : a) Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.

b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas). c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Cara Hidup Sehat Pada Lansia Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan. Ada satu pendapat yang mengatakan KESEHATAN TIDAK BERARTI SEGALA GALANYA, TETAPI TANPA KESEHATAN SEGALANYA TIDAK BERARTI, yang maksudnya orang yang sehat belum tentu hidupnya makmur, segala keinginannya terpenuhi, bisa saja hidupnya sederhana atau biasa saja. Akan tetapi kesehatan itu milik kita yang paling berharga, karena bila sakit kita tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati dengan baik apa yang dimiliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga, merawat, memelihara dan menyayangi kesehatan. Hidup Sehat Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu caranya adalah berperilaku hidup sehat. Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup sehat. Cara Hidup Sehat Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut adalah: 1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan

metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991): a. Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur sayuranan, kacang- kacangan, biji bijian). c. Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. d. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. e. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan. f. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau. g. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol. h. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah. i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan bahan yang segar dan mudah dicerna. j. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng gorengan. k. Makan disesuaikan dengan kebutuhan 2. Minum air putih 1.5 2 liter Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 2 liter per hari. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi

tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit. Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakitpenyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya. 3. Olah raga teratur dan sesuai Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif. 4. Istirahat, tidur yang cukup Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan. 5. Menjaga kebersihan Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan

atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih. Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan. 6. Minum suplemen gizi yang diperlukan Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan. 7. Memeriksa kesehatan secara teratur Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat. 8. Mental dan batin tenang dan seimbang Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah: a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain. c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat. 9. Rekresi Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari. 10. Hubungan antar sesama yang sehat Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi. 11. Back to nature (kembali ke alam) Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita

menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit. Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih. 12. Semua yang dilakukan tidak berlebihan Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan.

METODE PENDIDIKAN AGAMA UNTUK DEWASA DAN MANULA


METODE PENDIDIKAN AGAMA UNTUK DEWASA DAN MANULA A. Pendahuluan Manusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata. Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia. Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan, kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.

Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia. termasuk dalam usia dewasa dan usia lanjut.

B. Metode Pendidikan Islam Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan holos. Meta berarti melalui dan holos berarti jalan atau cara[1]. Dengan demikian, metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Imam Barnadid, metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut[2], sementara Hasan Langgulung pendapatnya tentang metode sangat simpel yaitu jalan untuk mencapai tujuan. Maksud dari tujuan ini bermaksud ditempatkan pada posisinya sebagai cara menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau sistematisasi suatu pemikiran[3]. A Zayadi menegaskan bahwa metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan teori atau temuan.[4] Muhibin Syah menjelaskan metode secara harfiah yang berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.[5] Dalam bahasa arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata, terkadang digunakan kata al-thariqah, manhaj, al-wasilah. Al-thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem dan alwasilah berarti perantara atau meditor.[6] Dari pendekatan kebahasaan tersebut terlihat bahwa metode lebih menunjukan kepada jalan, dalam arti jalan yang bersifat non fisik. Yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Selanjutnya jika kata metode dikaitkan dengan pendidikan, dapat membawa arti bahwa metode adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai serta keterampilan melalui institusi pendidikan. Menurut Tadrif (1989) yang di kutip oleh Muhibin Syah metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur-prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.[7]

Adapun fungsi metode pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional pendidikan[8]. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat merupakan saran untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang di perlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu[9]. Dari dua pendekatan ini dapat disimpulkan bahwa metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yag sesuai dengan pengembangan objek sasaran tersebut. Dalam Al-Quran, metode ini dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan dimana manusia ditempatkan sebagai mahluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang kedua-duanya dapat digunakan sebagai saluran penyampaian materi pelajaran. Adapun M. Thalib mengatakan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberikan jalan kepada pendidik berbagai cara yang baik yang dapat dipergunakan dalam mendidik sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada pada objek didikan[10]. Oleh karena itu dalam mendidik, pendidik tidak dapat mengandalkan satu metode saja dan menyatakan mutlak benarnya metode tersebut serta menganggap bahwa metode tersebut dapat diterapkan pada situasi dan kondisi objek didik yang bermacam-macam, mengingat objek didik yang bermacam-macam serta situasi kondisi yang berbeda- beda, maka tidaklah bijaksana apabila pendidik hanya mengandalkan satu metode saja. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai nilai yang intrinsik dan eksrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Dari rumusan-rumusan di atas dapat dimaknai bahwa metode pendidikan Islam adalah berbagai macam cara yang digunakan oleh pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai, karena metode pendidikan hanyalah merupakan salah satu aspek dari pembelajaran, maka dalam menentukan metode apa yang akan digunakan, harus selalu mempertimbangkan aspek aspek lain dari pembelajaran, seperti karakter peserta didik, tempat, suasana dan waktu .

C . Sikap Keberagaman Pada Orang Dewasa Usia dewasa merupakan usia yang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup, dengan kata lain orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang

dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap. Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang sudah dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seseorang diusia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola pemikiran dan pertimbangan yang matang. Sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non agama, itupun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya. Kemungkinan ini akan memberi peluang bagi kecenderungan munculnya sikap yang anti agama . Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya maka sikap keber-agamaan pada usia dewasa antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan. 2. Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku. 3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan . 4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri sehingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup. 5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.[11] D. Manusia Usia Lanjut Dan Agama Akhmad yamani mengemukakan bahwa tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat. insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri. Secara berangsur dan silih berganti gejala-gejala alam tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya. Dengan demikian timbullah

penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda-benda lain dari gejala-gejala alam tersebut. Menurut Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan-dorongan lainnya, seperti : makan, minum, intelek dan lain sebagainya. Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragamapun menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan. Menurut Muzayyin Arifin, berdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna terhadap istilah fitrah manusia yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembangnya manusia yang dianugrahkan Allah kepadanya. Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia. Komponen itu terdiri atas : a. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada agama islam.

b. Kemampuan dasar untuk beragama islam (ad-dinul Qayyimaah) ,di mana faktor iman sebagai intinya. c. Mawahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi dan kecenderungan) yang mengacu pada keimanan kepada Allah. Fitrah dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang kedua,dapat dilihat dari segi wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Nabi-nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi yang sama. Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengeratkan hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaan, bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain ( Rit Atkinson,1983 : 97). Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memiliki kecenderungan besar untuk berumah tangga ,kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang kehidupannya.

Selanjutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif. Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang. Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan. Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah : 1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan . 2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan. 3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguhsungguh. 4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur. 5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang bertambah lanjut. Selama proses menuju lanjut usia, individu akan banyak mengalami berbagai kejadian hidup yang penting (important life event) yang sering dipandang sebagai sesuatu yang negatif, antara lain klimaterium, menopouse-andropouse, sangkar kosong (empty nest), berbagai kemunduran fisik, pensiun dan kejadian hidup lainnya yang dapat menyebabkan pemikiran yang negatif. Pada lanjut usia akan terjadi kehilangan ganda (triple loss) sekaligus yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen.[12] Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan persoalan pada diri lanjut usia. Oleh karena itu para lanjut usia perlu memahami dan mengerti akan berbagai informasi tentang perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya dan bagaimana menyikapinya sehingga dapat menikmati hari-harinya dengan penuh kebahagiaan sampai akhir hayatnya yaitu dengan khusnul khotimah.

Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya, menentramkan batinnya.[13] Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh ahli psikologi dan psikiatri C.G. Jung yang menganggap bahwa agama adalah sarana yang ampuh dan obat yang manjur untuk menyembuhkan manusia dari penyakit neurosis, dan penyakit neurosis yang diderita oleh orang yang berusia sudah 45 tahun keatas adalah berkaitan dengan soal kematian, menyangkut arti dan makna kehidupan[14] Kebutuhan spiritual (keagamaan) dapat memberikan ketenangan batiniah. Rasulullah bersabda semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari, bahwa : 1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius. 2 .Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius. 3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi. 4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil. 5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.[15] Keintensifan pada kehidupan agama pada lanjut usia tidak hanya mempunyai sisi nilai positif pada aspek kejiwaannya saja, tetapi memiliki sisi positif pada aspek fisik dan sosialnya. Lanjut usia yang berminat pada keyakinan agama dan melaksanakan berbagai ritual yang ada dalam keyakinan beragamanya, memiliki proporsi yang berarti dalam menghadapi suatu masalah (cope) dengan lingkungannya, hubungan interpersonal dan stres yang diakibatkan oleh kesehatan fisik. Coping agama juga terkait erat dengan penyesuaian diri yang baik pada lanjut usia [16] Adapun gambaran tentang cirri-ciri spiritualitas keagamaan lanjut usia James, adalah sebagai berikut : a. Kehidupan keagamaan sudah mencapai tingkat kemantapan. b. Kecenderungan menerima pendapat keagamaan meningkat. c. Mulai muncul pengalaman terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara sungguh- sungguh. d. Sikap cenderung mengarah pada kebutuhan saling mencintai dengan sesama serta sifat-sifat luhur lainnya. e. Muncul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. menurut

f. Ciri ke enam berdampak pada meningkatnya pembentukan sikap keberagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat.[17] E. Metode pendidikan agama untuk dewasa dan manula Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian. Menurut Lita L. Atkinson, sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut (usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang positif. Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi. Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mulai menarik perhatian mereka. Perubahan orientasi ini diantaranya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sudah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sudah tidak lagi memperoleh perhatian, Karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin. Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat dibendung lagi, maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress, putus asa, ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority). Dalam kasus-kasus seperti ini, umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat. Sebab melalui ajaran pengamalan agama, manusia usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung. Dalam memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang tua, Allah menyatakan : Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu , maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Qs 17 : 23) F. Kesimpulan

Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan sekaligus tunduk kepada hukum hukumNya, oleh karena itu manusia harus dididik agar mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Manusia harus mampu mengorientasikan hidupnya kepada kekuatan atau kekuasaan yang berada di balik ciptaan alam raya serta mengaktualisasikan hukum hukum Allah melalui tingkah laku dalam kegiatan hidupnya. Kehidupan spiritual pada lanjut usia dapat memberi ketenangan batiniah, dimana spiritualitas berpengaruh besar pada kesehatan fisik dan kesehatan mental sehingga seorang lanjut usia mampu mengatasi perubahan atau stres yang terjadi dalam hidupnya dan dalam menghadapi kematiannya. Dengan spiritualitasnya lanjut usia lebih dapat menerima segala perubahan yang terjadi dalam dirinya dengan pasrah kepada Allah SWT, yang tercermin melalui kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya dan dalam menghadapi suatu masalah (coping) dengan lingkungannya.

Daftar Pustaka
Ahmad Zayadi, Manusia dan Pendidikan dalam Persfektif Al-Quran, PSPM Bandung 2004. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam Islam, ( Jakarta : Gramedia 1998). H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, cet 3 (Jakarta : Bumi Aksara 1994) Hardywinoto, Dr., SKM., dan Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D.. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Hakim, Nurina S.Psi., M.Si., 2003. Lanjut Usia dan Kecerdasan Ruhani : Menuju Individu yang Khusnul Khotimah. Buku Kenangan Assosiasi Psikologi Islam (API) 1, 10-12 Oktober 2003. Solo H Hawari, Dr Dadang. 1997. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta. Dana Bakti Prima Yasa H . M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara 1991) Imam Barnadid, Filsafat Pendidikan,(Jogjakarta : Andi Offset 1990) Jalaluudin. 2003. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Muhibin Syah, M. Ed Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda 2003) Muhamad Thalib 25 Asas Islami Mendidik Anak, ( Bandung : Irsyad Baitussalam 2001) Syukur, Dr. Nico. 1990. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta. Kanisius

[1] H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara 1991) hal. 61
[2] Imam Barnadid, Filsafat Pendidikan,(Jogjakarta : Andi Offset 1990) hal. 89 [3] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam Islam, ( Jakarta : Gramedia 1998)hal. 183. [4] Ahmad Zayadi, Manusia dan Pendidikan dalam Persfektif Al-Quran, PSPM Bandung 2004 hal 115. [5] Muhibin Syah, M. Ed Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda 2003) hal. 201 [6] Ahmad Zayadi, Manusia dan Pendidikan dalam Persfektif Al-Quran, PSPM Bandung 2004

hal 116 [7] Muhibin Syah, M. Ed Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda 2003) hal
[8] H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, cet 3 (Jakarta : Bumi Aksara 1994)hal 16 [9] Imam Barnadid, Filsafat Pendidikan,(Jogjakarta : Andi Offset 1996) hal 85 [10] Muhamad Thalib 25 Asas Islami Mendidik Anak, ( Bandung : Irsyad Baitussalam 2001) hal 11 [11] Jalaluudin. 2003. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Hardywinoto, Dr., SKM., dan Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D.. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama [13] Hakim, Nurina S.Psi., M.Si., 2003. Lanjut Usia dan Kecerdasan Ruhani : Menuju Individu yang Khusnul Khotimah. Buku Kenangan Assosiasi Psikologi Islam (API) 1, 10-12 Oktober 2003. Solo [14] Syukur, Dr. Nico. 1990. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta. Kanisius [15] Hawari, Dr Dadang. 1997. Al Quran Ilmu Keedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta. Dana Bakti Prima Yasa [16] Hakim, Nurina S.Psi., M.Si., 2003. Lanjut Usia dan Kecerdasan Ruhani : Menuju Individu yang Khusnul Khotimah. Buku Kenangan Assosiasi Psikologi Islam (API) 1, 10-12 Oktober 2003. Solo
[12]

[17] Jalaluudin. 2003. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

para lansia buta aksara diajarkan baca tulis


Posted by andra lahat on 10.13

BIMBING: Ny Khoriyah sedang membimbing para ibu buta aksara di lingkungan Kota Baru, Selasa (28/9).

Lansia Buta Aksara Diajarkan Baca Tulis


LAPOS, Lahat - Buta keaksaraan di Kabupaten Lahat wajib diberantas, karena pemerintah menginginkan agar Bumi Seganti Setungguan harus bebas dari keaksaraan, baik itu membaca, tulis maupun baca tulis dalam Alquran. Seperti apa yang dilakukan Muslimat NU Lahat sangat tepat sekali, lansia yang tidak tamatan SD dan buta keaksaraan dikumpulkan lalu diajarkan cara menulis dan membaca Alquran. Memang program ini baru digelar, sebelum lebaran tadi. Karena kegiatan ini merupakan salah satu program Muslimat NU untuk keaksaraan. Alhamdullilah saya ditunjuk sebagai pembimbing yang mengajarkan para lansia khususnya yang buta keaksaraan di wilayah Kota Baru, kata Khoiriyah kepada Lapos, Selasa (28/9). Dikatakan olehnya, selain memberikan pembelajaran tentang menulis dan membaca pada umumnya, para lansia tersebut juga diberikan pembelajaran membaca Alquran. Untuk saat ini jumlah anggota kita sebanyak sepuluh orang yang kesemuanya ini para lansia yang buta aksara. Oleh karena itulah dalam seminggu saja kegiatan ini kita lakukan tiga kali tergantung mereka yang menentukannya, ucapnya. Bagi Khoiriyah, tak hanya siang saja kegiatan tersebut digelar, termasuk malam pun juga dilaksanakan. Jika mereka banyak kerjaan siangnya dan tak dapat melaksanakan pelajaraan ini, mungkin kita lakukan malamnya. Karena mereka ingin agar bebas dari buta aksara, lanjutnya. Dirinya menegaskan, dengan tujuan pemberian pembelajaran terhadap keaksaraan, kiranya warga yang tak dapat membaca dapat membaca, dan yang tak dapat menulis juga bisa menulis. Dengan tujuan kita seperti inilah, para lansia yang buta akan keaksaraan dapat kita bimbing supaya nantinya mereka bebas dari keaksaraan. Yakni bisa menulis, baca, dan bisa baca Alquran, terangnya Khoriyah. Tak hanya itu saja, ia mengharapkan, supaya pemerintah Lahat dapat memperhatikan program tersebut. Kita menginginkan supaya ada perhatian dari pemerintah. Karena Lahat ini bisa bebas dari keaksaraan, harapnya.

Sementara Isna (60) warga Kota Baru mengatakan, kegiatan tersebut sangat bermakna dan bermenfaat bagi warga yang buta aksara. Kite ni senang nian dapat belajar. Apelagi kite diajarke bace, nulis, ngaji. Pe lagi dak katek ape-ape kite nich, karene uhang duson cume gawe kebon, ngume bae, dem tu bahek ke umah. Dan banyak menfaatnye kite belajar bace, karana kite ni nak bebas dari keaksaraan, pungkasnya dengan logat berbahasa Lahat.

Kiat Belajar Alquran yang Mudah dan Menyenangkan


23.33 Anis Gunawan No comments SIAPA bilang belajar Alquran itu sulit. Allah SWT sendiri berfirman dalam kitab suci bahwa belajar Alquran itu sangatlah mudah. Dan sungguh Kami telah mudahkan Alquran untuk dipelajari, dipahami dan dihafal, tinggal adakah yang ingin belajar? (QS Al-Qamar 17,22,32, 40). Setiap umat Islam pasti memiliki keinginan mampu menguasai ilmu Alquran dengan mudah. Namun, sebelum belajar Alquran tak jarang muncul perasaan malu, susah dan takut datang dengan sendirinya. Untuk menghilangkan rasa tersebut perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa belajar Alquran itu mudah asalkan mengerti metode dan kiat yang efektif. Guna memudahkan belajar Alquran kita dapat menggunakan metode CSQ (Creative, Smart dan Quantum) yang berisikan lima tahap menguasai baca Alquran. Metode ini telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan para pesertanya. Setiap muslim yang sama sekali belum bisa membaca Alquran tidak perlu khawatir. Pasalnya metode ini akan menjadi jalan keluarnya. Cukup dengan delapan jam kemampuan membaca Alquran bisa segera terlaksana. Berdasarkan pengalaman terjun langsung mengajar, dengan metode ini banyak peserta yang telah terbebas dari buta aksara Alquran. Metode ini cocok untuk semua kalangan baik remaja, dewasa sampai orangb tua lanjut usia. Menurut hemat penulis seseorang yang ingin menguasai ilmu baca tulis Alquran itu minimal harus menguasai lima hal berikut ini: 1. Menguasai huruf hijaiyah dan makhrajnya. Huruf hijaiyah berjumlah 28 dan untuk bisa membaca Alquran 90 persen ditentukan oleh penguasaan terhadap huruf hijaiyah dan selebihnya merupakan perangkat saja seperti tanda baca, hukum bacaan dan lain-lain. Saat ini metode menghafal huruf hijaiyah yang jumlahnya 28 huruf itu dapat dilakukan lebih cepat seperti menggunakan metode titian kata, tanda bentuk dan sebagainya. Menggunakan titian kata/asosia si misalnya sin dengan sisir, shad dengan pentol bakso, ha bulat dengan hati atau mata burung hantu dan seterusnya. 2. Menguasai tanda baca. Setelah menguasai huruf hijaiyah siswa mengenal baris dan tanda baca. Tanda baca huruf hijaiyah sama dengan cara mengeja huruf latin. Hanya saja huruf vokal hijaiyah dikurangi huruf e. Jika huruf latin vokalnya terdiri dari a, i, u, e dan o maka huruf vokal hijaiyah terdiri dari a, i, u dan o saja. Demikian juga dengan ejaannya. Jika ejaan latin huruf b bertemu u menjadi bu, maka ejaan hijaiyah tidak demikian. Jika

huruf hijaiyah ba (sama dengan huruf b) bertemu tanda baca u (dhommah) maka dibaca bu. Ibarat huruf latin, huruf hijaiyah itu tidak berbunyi sebelum ada vokal dan konsonan. Vokal A (atas) untuk istilah fathah, I (injak) untuk kasrah, U (ujung) untuk istilah dhommah. Sedangkan untuk tanwin An (atasan), In (injakin), Un (ujungin). 3. Menguasai isyarat bacaan. Maksud dari isyarat baca adalah panjang, pendek, dobel (tasydid) dan seterusnya. Isyarat baca panjang dan pendek dalam ilmu baca Alquran sama seperti kita mengenal ketukan dalam irama lagu. Karena Alquran juga mengandung unsur irama. 4. Menguasai hukum-hukum tajwid. Ulama mendefinisikan tajwid sebagai memberikan huruf akan hak-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asalnya serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan. Oleh karena itu tajwid tidak dapat diperoleh hanya sekadar dipelajari namun juga harus melalui latihan, praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya. Kaidah tajwid itu berkisar pada cara waqaf, imalah, idgham, penguasaan hamzah, tarqiq, tafkhim dan makhraj huruf. 5. Latihan yang Istiqamah. Bagi pelajar yang masih belum lancar membaca Alquran, di dalam belajar jangan takut salah dulu karena bacaan yang salah karena belajar tidak dianggap berdosa. Bahkan dalam membaca Alquran seseorang yang belum lancar dan masih terbata-bata akan memperoleh dua pahala. Pertama karena bacaannya dan kedua terbata-batanya (setiap huruf dihitung pahalanya) dan mereka akan memperoleh tempat bersama dengan para malaikat yang mulia. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah umat islam Indonesia yang mendasar adalah berkurangnya generasi muda Islam yang mampu membaca Al Quran, dan semakin menjauhkan alunan Al Quran dari setiap generasi muda.Padahal kemampuan dari kecintaan membaca Al Quran merupakan modal dasar dari upaya pemahamannya. Di sisi lain aktifitas anak-anak dalam bermain kurang bermanfaat seolah mudah berubah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan seperti anak-anak disibukkan dengan dunia hiburannya yaitu televise, video game, dan lain-lain. Padahal dalam Al Quran surat At Tahrim ayat 6 telah disebutkan:

Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS.A t Tahrim/66: 6 ) Pada dasarnya metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca Al Quran masih dilakukan turun temurun, sehingga memerlukan waktu yang sangat lama. Untuk mengatasi

permasalahan pendidikan formal, TK el-Muzzammil Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan , mencoba menagatasi keadaan di atas dengan menggunkan metode baru, yang diharapkan mampu menigkatkan kualitas baca Al Quran. Salah satu cara yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode Iqro. Maka dari itu, fenomena ini sangat menarik untuk diteliti sejauh mana tingkat keberhasilannya. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk menelitinya dengan alasan pemilihan judul sebagai berikut : 1. Mengingat pentingnya kedudukan Al Quran, maka mebnaca Al Quran menjadi kebutuhan umat islam sebagai ibadah. 2. Pendidikan membaca Al Quran perlu sekali mendapat perhatian yang serius, bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar bertanggungjawab menjadi generasi bangsa untuk mengembangkan baca Al Quran. 3. Menurut pengetahuan penulis, tentang pendidikan dan pengajaran baca Al-Quran di TK el-Muzzammil Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan , sangatlah penting sekali, karena pada umumnya Taman Kanak Kanak yang lain belum banyak yang melaksanakanStudi Pengembangan baca Al Quran dengan metode Iqro. 4. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan pengembangan membaca Al Quran di TK elMuzzammil Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan ? 2. Bagaimanakah efektifitas metode Iqro di TK el-Muzzammil Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan ? 3. Apaka Faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan baca Al Quran dengan menggunakan metode Iqro ? 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengembangan membaca Al Quran di kelas TK el-Muzzammil Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan 2. Untuk mengetahui efektifitas metode Iqro di TK el-Muzzammil Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan 3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambatnya. BAB II KAJIAN TEORI

1. Pengertian Istilah Penelitian dilandasi oleh beberapa teori yang berhubungan dengan pembelajaran Al-Qur`an pada Anak Umur 4-5 Tahun dengan Metode Iqra di TK el-Muzzammil sebagai berikut : 1. Pembelajaran

Pengertian pembelajaran , Pembelajaran berasal dari kata belajar yang mendapat awalan pemdan akhiran an. Dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keduanya (pem-..-an) merupakan konfiks nominal yang bertalian dengan prefiks verbal meng-, yang mempunyai arti proses.[1] Maka sesuai dengan pernyataan tersebut jika kata belajar mendapat imbuhan serta akhiran (pem-..-an) maka dapat diartikan sebagai proses belajar. Kemudian ada beberapa batasan mengenai pengertian belajar, antara lain: 1. Dalam belajar ada tingkah laku yang timbul atau berubah, baik tingkah laku jasmaniah maupun rohaniah 2. Perubahan itu terjadi karena pengalaman (menghadapi situasi baru) dan latihan 3. Perubahan tingkah laku yang bukan karena latihan (pendidikan) tidak digolongkan belajar 4. Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme sebagai hasil pengalaman, hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu.[2] 1. Al-Qur`an Al Quran menurut bahasa berarti bacaan, berasal dari kata qo-ro-a yang artinya membaca, sedang Al Quran berarti dibaca. [3] Adapun menurut istilah para ahli telah banyak membahasnya dan dapat disimpulkan manjadi 4, yaitu : 1. Kitab yang menurut firman Allah semata. Tidak ada idalmnya perkataan siapapun selain firman Allah. Seperti surat An Nisaa ayat 82 yang artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya 2. Kitab yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW. Dengan perantara malaikat Jibril dengan bahasa arab. 3. Kitab yang diturunkan sebagai pedoman hidup untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Seperti firman Allah dalam surat Az Zumar ayat 41 yang artinya : Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab ( Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran. 4. Kitab membacanya saja ( apalagi mengerti arti dan maknanya ) termasuk ibadah yang berpahala besar, seperti sabda Rasulullah SAW. yang artinya : Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah ( Al Quran ), maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat atau mengatakan : Alif Lam Mim, itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf. [4] Qoroa mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, sedangkan qiroah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Para ulama menyebutkan definisi Al-Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW. yang membacanya merupakan suatu ibadah.

Al Quran dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga Al Quran menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama diri dan secara gabungan nama Al Qur,an secara keseluruhan mencakup penamaan ayat-ayatnya. Sebagaimana firman Allah disebutkan yang artinya : Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya ( dalam dadamu ) dan ( membuat pandai ) membacanya maka ikutilah bacaannya itu. ( Q.S. Al Qiyamah , 17 18 ). 1. Metode Metode adalah serangkaian alat / komponen yang integrasi dalam satu bagian yang digunakan untuk mencapai tujuan, metode yang dimaksud disini adalah serangkaian komponen atau alat yang saling terkait guna mengantarkan siswa di dalam memahami bacaan atau huruf-huruf hijaiyah di dalam Al Quran. 1. Iqra Iqro adalah buku yang ditulis oleh Asad Humam sebagai suatu alat media yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yakni bagaimana siswa lancar atau faham ( menguasai ) bacaan Al Quran. Di dalam proses pembelajaran Al Quran dengan menggunakan spesifikasi tingkatan, yaitu : Iqro jilid 1 sampai 6. Dimana terdapat perbedaan jenjang antara jilid satu sampai dengan enam, yaitu siswa harus terlebih dahulu menguasai Iqro jilid satu ke jenjang dua dan seterusnya. [5] 1. Dedaktif Iqra Dedaktik Iqro merupakan ilmu tentang interaksi belajar mengajar yang pokok yang berisi tentang prinsip-prinsip atau asas-asas mengajar sehingga bahan pelajaran dimengerti atau dikuasai siswa. Asas-asas dedaktik tersebut antara lain : 1. Asas Apersepsi Apersepsi adalah kegiatan mental dalam mengolah secara aktif tanggapan-tanggapan baru yang dipengaruhi oleh tanggapan yang telah dimiliki oleh anak. 1. Asas minat dan perhatian Bagi anak, yang penting harus menarik perhatian mereka. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap minat dan perhatian mereka antara lain :cara menyampaikan bahan ajar, minat dan perhatian guru serta kepribadian guru. 1. Asas Peragaan Hendaknya materi yang disajikan disertai dengan peragaan secara konkrit sehingga memperjelas pengertian tentang materi dan membangkitkan minat anak. 1. Asas Motivasi

Motifasi adalah usaha guru untuk membangkitkan atau mendorong kemampuan anak untuk belajar. Beberapa hal yang dapat meningkatkan motifasi siswa misalnya, dengan memberi angka atau penghargaan, persaingan dan kerja sama. 1. Asas Kerja sama Didalam hal ini ditekankan kepada keaktifan siswa secara individual berdasarkan kemampuan anak. Asas bekerja sendiri dimaksudkan untuk melatih rasa tanggung-jawab sisw,a, memupuk rasa percaya diri, dan memacu kreatifitas anak. Untuk menerapkan asas bekerja sendiri ini, maka tugas yang diberikan kepada anak harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak agar menantang dan menuntut keaktifan semua potensi siswa. 1. Asas Kooperatif Kooperatif artinya kerja sama, dengan asas kooperatif ini dimaksudkan untuk melatih anak supaya bekerja sama dengan temannya. Maka masalah pembentukan kelompok harus mendapat perhatian yang seksama. 1. Asaas Penyesuaian kepada individu anak Dengan asas ini guru harusd memberi perhatian kepada siswa , karena setiap siswa memiliki keuniukan sendiri. 1. Asas Korelasi Asas korelasi mengemukakan pentingnya hubungan antara bidang pengajaran yang satu dengan bidang pengajaran yang lain 1. Asas ulangan yang teratur .Asas ulangan merupakan usaha untuk memelihara kontinuitas antara bahan pengajaran yang telah diajarkan dengan bahan yang baru. [6] 1. Materi Pokok Sebagai materi pokoknya adalah pengembanagn membaca Al Quran dengan menggunakan buku Iqro julid 1 6 susunan ustadz Asad Humam . Bila seorang telah mampu membaca Al Quran dengan benar, maka sebagai kelanjutannya ia mulai tadarus Al Quran ( mulai juz 1 dan bulan berikutnya dimulai dari juz Amma ) Adapun pokok-pokok bahasan membaca Al Quran dalam materi pokok itu, menurut masingmasing jilid akan penulis uraikan seperti di bawah ini : 1. Iqro jilid 1

1. Membunyikan huruf tunggal berharakat fathah, mulai dari huruf alif sampai ya, seperti pada halaman 1 32. 2. Pelajaran khusus makhraj-makhraj yang sukar, seperti pada halaman 34. 3. Pengenalan huruf-huruf hijaiyah sekedarnya saja, seperti pada halaman 36. 1. Iqro jilid 2. 1. Mengenal dan membaca huruf sambung, seperti pada halaman 15 30 2. Mengenal dan membaca huruf dengan mad ( panjang ), pada halaman 16 3. Membaca bacaan mad ( panjang ), pada halaman 17. 1. Iqro jilid 3 Mengenal dan membaca huruh bertanda kasroh, seperti pada halaman 13 30 Mengenal mad untuk kasroh, seperti pada halaman 8 Mengenal berbagai bentuk huruf ha, seperti pada halaman 10. Mengenal dan membaca huruf berharokat dhommah, sebagaimana pada halaman 16 18. 5. Mengenal dan membaca mad untuk dhommah, seperti pada halaman 19. 1. 2. 3. 4. 1. Iqro jilid 4 1. 2. 3. 4. Mengenal bacaan tanwin fathah, seperti pada halaman 3 Mengenal bacaan tanwin kasroh, seperti pada halaman 5 Mengenal bacaan tanwin dhommah, seperti pada halaman 6 Mengenal dan membaca mad bayyinah, misalnya bacaan Baina sebagaiamana pada halaman 9 5. Mengenal bacaan izhar, seperti pada halaman 16 -17 6. Mengenal bacaan qolqolah, seperti pada halaman 18 19. 1. Iqro jilid 5 1. Pengenalan bacaan tanpa alif, misalnya bacaan al hamdu, seperti pada halaman 3 dan 4. 2. Cara membaca bila ada waqof, yang dimulai dari halaman 5. 3. Pengenalan mad khusus, misalkan bacaan ulaaika , dibaca panjang 5 harakat. Huruf wawu di belakang alif dianggap tidak ada, seperti pada halaman 11. 4. Cara membaca huruf nun sukun bertemu dengan huruf mim/ ba. Cara membacanya adalah masuk pada mim dengan dengung, seperti pada halaman 13. 5. Pengenalan bacaan al / alif lam syamsiyah, misalnya binnudzur, seperti pada halaman 14. 6. Pengenalan bacaan tasydid misalnya yukabbiru, cara membacanya adalah ditekan dan ditahan dua harokat, seperti pada halaman 16 20. 7. Pengenalan bacaan ikhfa syafawi, mim mati bertemu dengan ba seperti pada halaman 21. 8. Pengenalan lafdhul jalalah, sebagaimana pada halaman 24-25.

9. Pengenalan nun mati atau bacaan tanwin bertemu dengan huruf ra seperti pada halaman 27, disini cara membacanya huruf nun dihilangkan. 10. Pengenalan mad khusus yang bertsydid, seperti bacaan waladdolliin, sebagaimana pada halaman 29, cara membacanya yaitu panjang 6 harokat baru dengan tasydid. 1. Iqro jilid 6 1. Pengenalan bacaan nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf wau seperti pada halaman 3. 2. Pengenalan nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ya seperti pada halaman 6. 3. Pengenalan nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba seperti pada halaman 9. 4. Pengenalan nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf fa. Cara membacanya adalah dengan samar-samar dan dengung, seperti pada halaman 13. 5. Pengenalan cara membaca bila waqof, yaitu waqof bertasydid, waqof qolqolah, waqof pada huruf hamzah dan waqof muanaqoh. 6. Pengenalan bacaan muqothoat atau membuka pada surat, seperti pada surat Al Baqoroh, An Nisa dan sebagainya, hal ini terdapat pada halaman 28. [7]
D. Proses Pengembangan membaca Al Quran

Proses pengembangan membaca Al Quran dengan menggunakanbuku Iqro di TK elMuzzammil Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan , yaitu menggunakan pedoman atau buku pengembangan membaca Al Quran (Iqro) secara intensif yakni 4 bulan diharapkan siswa mampu menamatkan Iqro jilid 1 6. Dimana proses pelaksanaannya menggunakan dua model yaitu , klasikal dan kelompok. Perbedaan antara pengajaran dengan dua model yaitu klasikal dan kelompok. Perbedaan antara pengajaran dengan menggunakan buku Iqro di TPA dengan lembaga pendidikan lainnya menurut HM. Budiyanto adalah terletak pada sistem dan metode yang diterapkan dalam proses pengajaran. Untuk mengefisienkan waktu dan mempercepat tujuan studi pengembangan baca Al Quran, naka diadakan pembagian kelas menurut umur anak sebagai berikut : 1. Untuk TK , pembagian kelas dapat didasarkan pada kesamaan usia anak. 2. Pada tiap kelas terdiri dari beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 -6 siswa dengan dipandu oleh seorang guru privat. Bagi siswa yang baru, untuk menentukan dia harus mulai dari jilid berapa siswa diberi kelas penjajagan terlebih dahulu. Bagi siswa, setiap pertemuan berlangsung selama 60 menit ( 1 jam ), dengan pembagian sebagai berikut: 1) 5 pertama menit untuk pembukaan 2) 40 menit untuk pembelajaran prifat 3) 10 menit adalah materi tambahan 4) 5 menit terakhir untuk acara penutup.

Keterangan dari masing-masing tenggang waktu adalah sebagai berikut : a) Pembukaan ( 5 menit ) Pada acara pembukaan ini ustadz memimpin membaca doa pembukaan dan dan mengadakan presentasiatau menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa. b) Studi Privat Selama 40 menit merupakan waktu untuk belajar membaca Al Quran,masing masing ustadz mengajar satu persatu secara bergantian dengan prinsip CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ). Siswa yang aktif membaca ayat-ayat Iqro. Sedangakan ustadz-ustadznya hanya pokok bahasannya, menyimak bacaan siswa, memberi komentar yang jelas dan komunikatif, serta menegur jika ada kesalahan. Karena bersifat individual, maka tingkat kemampuan dan hasil yang dicapai siswa dalam satu kelas akan berbeda-beda. Bagi siswa yang cerdas dan rajin akan lebih cepat untuk menyelesaikan Iqro, sedangkan bagi siswa yang kurang rajin akan lambat menyelesaikan Iqronya. Prinsip dalam proses pengajarannya, satu ustadz maksimal menghadapi 6 siswa dengal lama waktu mengajar ( privat ) 6 9 menit untuk sekali tatap muka. Adapun untuk menyiapkan ustadz yang fasih dan berkualitasdiadakan seleksi dalam penerimaan ustadz yang akan mengajar. Setelah belajar Iqro ; agar ustadz mencatat tingkat kemampuan siswa dengan kartu prestasi Iqro yang dibuat rangkap. Adapun manfaat kartu prestasi Iqro ini adalah sebagai presentasi, evaluasi, kompetensi, komunikasi antara ustadz dengan wali siswa, estafet antar ustadz dan lainnya. Agar standar kualitas siswa dapat dikendalikan, maka untuk dari jilid ke jilid berikutnya hanya boleh dilakukan oleh ustadz yang bersangkutan, sedangkan untuk menaikkan Iqro dari halaman ke halaman dilakukan juga oleh ustadz yang bersangkutan. c) Materi tambahan 10 menit Materi tambahan ini disampaikan di kelas yang dipimpin oleh wali kelas atau salah satu ustadz untuk menyampaikan materi-mateari penunjang lainnya atau mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada klasikal pertama, atau bisa juga diisi dengan selingan yang bersifat segar seperti bermain, serta tetap dalam suasan islami. d) Penutup ( 5 menit ) Pada acara penutup ini dilakukan pembacaan doa secara bersamasama yang dipimpin oleh ustadz atau siswa yang ditunjuk untuk mewakilinya.

BAB III PEMBAHASAN

1. Sejarah Singkat TK el-Muzzammil Taman Kanak kanak el-Muzzammil terletak di jalan jambu no 12 RT 04 RW 05 Kampung Utan Desa Cempaka Putih Ciputat Tangerang Banten . Desa cempaka Putih termasuk desa urban yang terletak di pinggiran kota Jakarta . Penduduknya bercampur antara warga Betawi asli dan pendatang . Warga RT 04 RW 05 masih banyak yang berpredikat Keluarga Pra Sejahtera ( miskin), Keluarga Sejahtera Satu ( Perlu dibantu ) dan Keluarga Sejahtera Dua ( sudah mandiri ). Atas prakarsa ibu ibu Pengajian El-Muzzammil yang dipelopori oleh ibu Hj.Syafiah Gani dan ibu Hj. Fatimah Surokoh berdirilah pengajian anak anak pada tahun 1992 yang dipimpin oleh ustadz H. Shofiyyullah . Gerakan Pengajian anak anak ini ternyata mendapat sambutan yang baik dari warga setempat . Hal ini ditandai dengan spontanitas salah seorang warga yang bernama bapak H.Naih Bin Liun (almarhum) yang telah mewakafkan sebidang tanah untuk membangun mushalla (yang kemudian diberi nama Mushalla Asy-Syifa) dan membangun dua ruang untuk TK eL-Muzzammil , dan Posyandu Anggrek. Sedangkan posyandu sendiri dimultifungsikan kegunaannya yaitu untuk belajar anak anak TK el-Muzzammil , penimbangan anak balita dan lansia (lanjut usia). Dengan local yang sederhana ini, kami mengupayakan untuk mewujudkan ruang belajar yang dilengkapi dengan papan tulis , meja meja kecil ( terbuat dari papan sebagi alat untuk menulis dan bisa dipakai untuk dua anak ) dan tikar sebagai alas duduknya . Setelah ruang belajar selesai kemudian membangun ruang guru yang dilengkapi dengan dua meja, kursi, dua lemari gantung, satu ruang WC dan tempat wudhu. Sejak tahun 2008 berdirilah TK el-Muzzammil diperuntukkan bagi anak anak usia TK yang berada di sekitar , kemudian sarana dan prasarana sudah memadai . Murid murid pun setiap tahun mengalami peningkatan . pada awalnya hanya memiliki siswa sebanyak 20 siswa dan sekarang TK el-Muzzammil memiliki siswa sebanyak 96 siswa. Waktu belajar berlangsung setiap hari dari hari senin sampai hari jumat mulai dari jam 08.00 10 00 WIB .Sedangkan hari sabtu dan minggu libur . Sumber Daya Manusia (SDM) TK el-Muzzammil memiliki tenaga pengajar yang terdiri dari kepala sekolah, wali kelas, guru Bantu , staf administrasi dan tenaga kebersihan . saat ini TK el-Muzzammil memiliki staf pelaksana sebagai berikut NO 1 2 3 4 5 NAMA H. Shofiulloh, SHI Jamilah . Sag Siti Chaironiah . Pdi Jejeh . Sag Tati . SPdi JABATAN Kepala Sekolah Wali Kelas TK A 1 Wali Kelas TK A 2 Wali Kelas TK B 1 Wali Kelas TK B2 KET Guru tetap Guru Tetap Guru tetap Guru tetap Guru tetap

6 7 8 9 10 11

Latifah . SPdi Jaji UB Cici Nia Wati Embon

Guru Bantu Guru Bantu Guru Bantu Guru Bantu Guru Bantu Kebersihan

Honor Honor Honor Honor Honor Honor

B. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur`an di TK el-Muzzammil

1. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Al Quran Dasar dan tujuan pembelajaran Al Quran adalah merupakan pendidinan nasional (Diknas ) yang menginginkan anak didiknya dapat membaca Al Quran, khususnya yang beragama islam. Yang bertujuan bahwa di dalam pelaksanaan studi membaca Al Quran dengan metode Iqro di TK elMuzzammil adalah sebagai pemberantasan buta huruf Al Qurandan pengenalan awal huruf arab bagi umat islam agar dapat mebaca Al Quran dengan baik dan benar sesuai dengan kaidahkaidah ilmu tajwid. 1. Sistem dan Metode yang digunakan Sistem dalam pembelajaran atau studi pengembangan baca Al Quran di TK el-Muzzammil , adalah dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yaitu menyimakkan secara langsung seorang demi seorang. Setiap santri / siswa yang lebih tinggi kemampuannya dalam memahami pelajaran diharapkan membantu menyimakkan siswa yang lain. Secara klasikal santri dikelompokkan menurut kemampuan yang berdasarkan buku pelajaran, guru hanya menerangkan pokok-pokok pelajaran secara bersama-sama. Dalam studi pengembangan baca Al Quran dengan metode Iqro pada siswa TK el-Muzzammil , adalah dengan menggunakan metode wawancara, observasi, demonstrasi, dan metode tes. 1. Guru/ Ustadz ustadzah Guru/ Ustadz-Ustadzah adalah yang menyampaikan materi pelajaran yaitu ketika pelaksanaan pengajaran dan pengembangan membaca Al Quran dengan metode Iqro di TK el-Muzzammil, dan guru tersebut berjumlah 6 orang dan dapat membangkitkan minat belajar siswa terhadap bacaan, khususnya bacaan bahasa arab dengan member rangsangan dan dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan tenang.

1. C. Efektifitas Metode Iqro Efektifitas disini adalah dari segi hasil atau tujuan tercapai. Dalam hal ini dibuktikan dengan cara tes lisang dengan langsung ketika pelaksanaan pengajaran dan pengembangan membaca Al Quran dengan metode Iqro. Dengan hasil tes tersebut dapat diketahui efektifitas terhadap

penggunaan metode yang diterapkan dalam tercapainya tujuan yang ditetapkan. Dalam tahap ini penilaian dilakukan oleh para ustadz-ustadzahnya yang mengajar,mengenai nilai nilai dari seluruh sampel . Sampel tersebut sebagai berikut : Untuk Kelas TK A berjumlah 31 siswa. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 NAMA Hawa Dwi Nur Anandira Maya Indah Lestari Dw. Aulianan Dewi Bimo Sapto Aji Erika Puspita Enggar Miyanto Indah Sulitya Refaldi Romadhon Nasirodin Ahmad Wahyu Tri Santoso Eva Safitri Rio Vandin Pranomo Nur Cholis Nia Aprilia Ilham Pangestu Nandya Athifa Ferlin Erliana Irawan Galang Bimantoro Wahyu Tri Santoso Rini Kusuma Wati Sudaryono Riyan Sekar Wijayanti Yosi Bayu Saputro Nida Arifah Oktivia Rahmawati Ismi Lestari Risa Fatmasari Andini Putri David Putra L/P P P P L P L P L L L P L L P L P P L L L P L L P L P P P P P L JILID Al-Qur`an 6 6 2 4 1 6 Al-qur`an 5 6 4 5 6 6 5 3 6 3 Al-qur`an 6 6 4 4 6 Al-qur`an 6 6 6 6 Al-qur`an 6 NILAI A B B B B B A B B A C B B B B B B B B B B C B A B A A A A B B

Keterangan : A. : Sangat Baik, membaca dengan lancar dan benar tanpa salah, ukuran

nilai berupa angka 85 keatas. B. : Baik, membaca dengan lancar dan benar akan tetapi ada kesalahan

sebanyak satu atau dua kali , ukuran nilai berupa angka 71 85. C. : Cukup, membaca dengan baik, tetapi masih banyak kesalahan ,

ukuran nilai berupa angka 70 kebawah. Dianggap berhasil / efektif suatu metode jika hasilnya lebih dari 50 % mendapat nilai B menggunaan metode Iqro dalam studi pengembangan membaca Al Quuran di kelas TK elMuzzammil berjumlah 31 anak. Ustadz-ustadzahnya berjalan efektif dengan klasifikasi kelulusan Iqro : NO 1 2 3 4 5 6 7 JILID Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5 Jilid 6 Al-qur`an Jumlah JUMLAH SISWA 1 1 2 4 3 15 5 31

Sehingga secara umum bahwa pelaksanaan kegiatan studi pengembangan membaca Al Quran dengan menggunakan metode Iqro dapat dikalkulasikan dalam prosentase sebagai berikut : 42: 31 x 100 % = 14 % BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Darai pembahasan tentang studi pengembangan membaca Al Quran dengan metode Iqro pada siswa TK el-Muzzammil ,yang telah penulis kemukakn didepan akhirnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pengajaran baca Al Quran dengan metode Iqro di kelas TK el-Muzzammil , berjalan sesuai dengan rencana dan target tercapai.

2. Pengembangan metode Iqro dalam studi pengemabangan baca Al Quran dengan metode Iqro di TK el-Muzzammil , berjalan efektif. Dalam waktu empat (4) bulan siswa telah mampu menguasai jilid VI dengan baik, bahkan diantaranya telah mampu membaca Al Quran. Hal ini menunjukkan keberhasilan dalam penggunaan metode Iqro dalam proses belajar al-Qur`an 1. Saran Pihak Sekolah, Kepala Sekolah sangat mendukung adanya inisiatif meningkatkan pengembangan mebaca Al Quran dengan metode Iqro. Untuk guru pendidikan agama islam juga mendorong tentang membaca Al Quran dengan metode Iqro agar anak-anak mengerti huruf-huruf arab. Orang tua mendukung sekali tentang baca Al Quran, agar menjadi bekal hidup di dunia dan di kemudian hari.

[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989, hlm. 664 [2] Drs. Muhaimin,MA. Dkk, Strategi Belajar Mengajar . Surabaya: CV. Citra Media, 1996, hlm. 44-45 [3] LPTQ Propinsi DIY, Pedomamn Pengelolaan Majlis Pengajian Al Quran dan Bimbingan Ibadah, Jakarta : LPTQ, 1997, hlm.5 [4] Budiyanto, Menuju Terbentuknya Generasi Qurani, Jawa Tengah : Pondok Pesantren Al Ikhlas. 2005, hlm 4 [5] Asad Humam, 2001, Pedoman dan Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan, Membaca, menulis, memahami Al Quran. Yogyakarta : Balai Litbang LPTQ Nasional, 2001 , hal. 5. [6] Syaiful Bahri Djamaroh dan AWAn Zaini, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta. 1997, hlm 15 [7] Asad Humam, Iqro Julid I VI, Yogyakarta : AMM Kotagede. 1998, hlm 1-29

PEMBELAJARAN AL-QUR`AN DENGAN METODE IQRA (TK AL-MUZAMMIL)

Anda mungkin juga menyukai